Rasulullah bersabda, yg artinya "Sungguh menakjubkan perkaranya
orang yg beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yg
demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia
mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal
tersebut merupakan yg terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia
bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi
dirinya." (HR. Muslim)
Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW
bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena
segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan
terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan
kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan
yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia
mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)
Sekilas Tentang Hadits
Hadits ini shahih dengan sanad sebagaimana di atas, melalui jalur Tsabit dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Suhaib dari Rasulullah SAW, diriwayatkan oleh :
- Imam Muslim dlm Shahihnya, Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa’iq, Bab Al-Mu’min Amruhu Kulluhu Khair, hadits no 2999.
- Imam Ahmad bin Hambal dlm empat tempat dlm Musnadnya, hadits no 18455, 18360, 23406 & 23412.
- Diriwayatkan juga oleh Imam al-Darimi, dlm Sunannya, Kitab Al-Riqaq, Bab Al-Mu’min Yu’jaru Fi Kulli Syai’, hadits no 2777.
Makna
Hadits Secara Umum
Hadits singkat ini memiliki makna yang
luas sekaligus memberikan definisi mengenai sifat dan karakter orang yang
beriman. Setiap orang yang beriman digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai
orang yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan istilah ‘ajaban’ . Karena sifat dan karakter ini akan mempesona siapa
saja.
Kemudian Rasulullah SAW menggambarkan
bahwa pesona tersebut berpangkal dari adanya positif thinking setiap mu’min.
Dimana ia memandang segala persoalannya dari sudut pandang positif, dan bukan
dari sudut nagatifnya.
Sebagai contoh, ketika ia mendapatkan
kebaikan, kebahagian, rasa bahagia, kesenangan dan lain sebagainya, ia akan
refleksikan dalam bentuk penysukuran terhadap Allah SWT. Karena ia tahu dan
faham bahwa hal tersebut merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada
dirinya. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti
sesuatu tersebut adalah positif baginya.
Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu
musibah, bencana, rasa duka, sedih, kemalangan dan hal-hal negatif lainnya, ia
akan bersabar. Karena ia meyakini bahwa hal tersebut merupakan pemberian
sekaligus cobaan bagi dirinya yang pasti memiliki rahasia kebaikan di dalamnya.
Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada
Allah SWT.
Urgensi
Kesabaran
Kesabaran merupakan salah satu ciri
mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan
bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang
tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah
seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai
kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh
karena itulah Rasulullah SAW menggambarkan tentang ciri dan keutamaan orang
yang beriman sebagaimana hadits di atas.
Namun kesabaran adalah bukan ketidak
mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi
yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam
berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang menginginkan
agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam
diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan tantangan dan
memenuhi panggilan ilahi.
Sabar juga memiliki dimensi untuk
merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju
perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan seseorang dikatakan dapat
diakatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah
begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk melawan dan
memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan
menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga sabar tidak
tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai
keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.
Makna
Sabar
Sabar merupakan sebuah istilah yang
berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia.
Asal katanya adalah "Shobaro",
yang membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti menahan
dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur'an:
“ Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di
pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati
Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)
Perintah untuk bersabar pada ayat di
atas, adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’ dari komunitas
orang-orang yang menyeru Rab nya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah
sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang
ingin bersama dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah SWT.
segi istilah,
sabar adalah: Menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari
keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.
Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar
adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan
tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam al-Khowas, bahwa sabar adalah
refleksi keteguhan untuk merealisasikan al-Qur'an dan sunnah. Sehingga
sesungguhnya sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru
orang yang seperti ini memiliki indikasi adanya ketidak sabaran untuk merubah
kondisi yang ada, ketidak sabaran untuk berusaha, ketidak sabaran untuk
berjuang dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya
untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah,
yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang). Artinya untuk berbuat
seperti itu perlu kesabaran untuk mengeyampingkan keiinginan jiwanya yg
menginginkan rasa santai, bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam
jihad juga berarti keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari
medan peperangan. Orang yang lari dari medan peperangan karena takut, adalah
salah satu indikasi tidak sabar.
Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam
Al-Qur'an
Dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat
yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri secara keseluruhan, terdapat
103 kali disebut dalam al-Qur'an, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar;
baik berbentuk isim maupun fi'ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran
menjadi perhatian Allah SWT, yang Allah tekankan kepada hamba-hamba-Nya.
Dari ayat-ayat yang ada, para ulama
mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur'an menjadi beberapa macam;
- Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam QS.2: 153: "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat banyak terdapat dalam Al-Qur'an. Diantaranya adalah dalam QS.3: 200, 16: 127, 8: 46, 10:109, 11: 115 dsb.
- Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS. Al-Ahqaf/ 46: 35): "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…"
- Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam QS. 2: 177: "…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa."
- Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146) Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."
- Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. 8: 46) ; "Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar."
- Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (13: 23 - 24); "(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum" (keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."
Inilah diantara gambaran Al-Qur'an
mengenai kesabaran. Gembaran-gambaran lain mengenai hal yang sama, masih sangat
banyak, dan dapat kita temukan pada buku-buku yang secara khusus membahas
mengenai kesabaran.
Kesabaran
Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits.
Sebagaimana dalam al-Qur'an, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda Rasulullah SAW yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar.
Sebagaimana dalam al-Qur'an, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda Rasulullah SAW yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar.
Secara garis besar, hadits-hadits
tersebut menggambarkan kesabaran sebagai berikut;
- Kesabaran merupakan "dhiya' " (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan, "…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…" (HR. Muslim)
- Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal. Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…" (HR. Bukhari)
- Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW mengatakan, "…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran." (Muttafaqun Alaih)
- Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu'min, sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; "Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya." (HR. Muslim)
- Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya." (HR. Bukhari)
- Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas'ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari Abdullan bin Mas'ud berkata"Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, 'Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (HR. Bukhari)
- Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah." (HR. Bukhari)
- Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut." (HR. Bukhari & Muslim)
- Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah SAW mengatakan;
Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah
SAW bersabda, "Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya
kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus
mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, 'Ya Allah, teruskanlah hidupku ini
sekiranya hidup itu lebih baik unttukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu
lebih baik bagiku." (HR. Bukhari Muslim)
Bentuk-Bentuk
Kesabaran
Para ulama membagi kesabaran menjadi
tiga hal; sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar untuk meninggalkan
kemaksiatan dan sabar menghadapi ujian dari Allah:
- Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.
Kemudian untuk dapat
merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal,
- Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya'.
- Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.
- Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.
2. Sabar dalam meninggalkan
kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar,
terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah
(baca; ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan
jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan "menyenangkan". Dan
perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang "menyenangkan".
3. Sabar dalam menghadapi
ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat
materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang
dicintai dsb.
Aspek-Aspek
Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits
Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara spesifik menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang diharuskan untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan ‘pembatasan’ pada bidang-bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan penekanan yang memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai permasalahan lainnya.
Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara spesifik menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang diharuskan untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan ‘pembatasan’ pada bidang-bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan penekanan yang memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai permasalahan lainnya.
Diantara kondisi-kondisi yang ditekankan agar kita bersabar adalah :
1. Sabar terhadap musibah. Sabar
terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering dinasehatkan
banyak orang. Karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk sabar yang Dalam
sebuah hadits diriwayatkan, :
Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.’ Wanita tersebut menjawab, ‘Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.’ Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, ‘(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW.’ Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.’ (HR. Bukhari Muslim)
Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.’ Wanita tersebut menjawab, ‘Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.’ Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, ‘(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW.’ Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.’ (HR. Bukhari Muslim)
2. Sabar ketika menghadapi
musuh (dalam berjihad).
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi musuh. Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya).” HR. Muslim.
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi musuh. Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya).” HR. Muslim.
3. Sabar berjamaah, terhadap
amir yang tidak disukai.
Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya) sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR. Muslim)
Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya) sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR. Muslim)
4. Sabar terhadap jabatan
& kedudukan.
Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; ‘Wahai Rasulullah, engkau mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku ‘atsaratan’ (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).
Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; ‘Wahai Rasulullah, engkau mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku ‘atsaratan’ (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).
5. Sabar dalam kehidupan
sosial dan interaksi dengan masyarakat.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, ‘Seorang muslim apabila ia berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak negatif mereka adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat serta tidak bersabar atas kenegatifan mereka. (HR. Turmudzi)
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, ‘Seorang muslim apabila ia berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak negatif mereka adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat serta tidak bersabar atas kenegatifan mereka. (HR. Turmudzi)
6. Sabar dalam kerasnya
kehidupan dan himpitan ekonomi
Dalam sebuah riwayat digambarkan; ‘Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat. (HR. Turmudzi).
Dalam sebuah riwayat digambarkan; ‘Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat. (HR. Turmudzi).
Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran
Ketidaksabaran (baca; isti'jal)
merupakan salah satu penyakit hati, yang seyogyanya diantisipasi dan diterapi
sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif dari amalan yang dilakukan
seorang insan. Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam
kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah dsb. Oleh karena
itulah, diperlukan beberapa kiat,
guna meningkatkan kesabaran. Diantara
kiat-kiat tersebut adalah;
1. Mengkikhlaskan niat
kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan adanya
niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT.
2. Memperbanyak tilawah
(baca; membaca) al-Qur'an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan
lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan
pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena al-Qur'an merupakan obat
bagi hati insan. Masuk dalam kategori ini juga dzikir kepada Allah.
3. Memperbanyak puasa
sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu terutama
yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang
memang secara khusus dapat melatih kesabaran.
4. Mujahadatun Nafs, yaitu
sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat dan maksimal guna
mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif,
seperti malas, marah, kikir, dsb.
5. Mengingat-ingat kembali
tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara
sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti'jal), memiliki prosentase yang cukup
besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan
bahwa sesungguhnya Allah akan melihat "amalan" seseorang yang
dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)
6. Perlu mengadakan
latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam
rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi
misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq
fi sabilillah, dsb.
7. Membaca-baca kisah-kisah
kesabaran para sahabat, tabi'in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya. Karena hal
ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata
di dunia.
Sabar merupakan salah satu sifat dan karakter
orang mu'min, yang sesungguhnya sifat ini dapat dimiliki oleh setiap insan. Karena
pada dasarnya manusia memiliki potensi untuk mengembangkan sikap sabar ini
dalam hidupnya.
Sabar tidak identik dengan kepasrahan
dan menyerah pada kondisi yang ada, atau identik dengan keterdzoliman. Justru
sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi yang ada, sehingga dapat
menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh karena itulah, marilah secara bersama
kita berusaha untuk menggapai sikap ini. Insya Allah, Allah akan memberikan
jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha di jalan-Nya.
Wallahu A'lam
sumber : Rikza Maulan, Lc. M.Ag., Eramuslim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar