Ibn Mas’ud berkata , pelajarilah kebaikan, karena kebaikan
bisa menjadi kebiasaan. Tanamkanlah kebiasaan shg engkau akan menuai
kepribadian , dan tanamkanlah kepribadian
, maka engkau akan menuai nasib baik (Dr Musa Rasyid el Bahdal dlm Su’ud
Billa Hudud).
Saudaraku, mari kita mulai membiasakan diri bangun malam.
Kita niatkan setiap sebelum tidur untuk dapat bangun malam (qiyamullail) dan bermunajat dihadapan Allah. Niat seorang hamba mendahului
amalannya, jika ia bisa bangun dan memang itu yg diharapkan , namun bila ia
dikalahkan kantuknya , maka Allah tetap memberinya pahala (shalatnya) karena niat baiknya
itu.
Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,”
Tidaklah seorang yang berniat akan shalat malam, lalu ketiduran, kecuali Allah
akan mencatat pahala shalatnya, sedangkan tidurnya adalah sedekah baginya (Hr
Malik , abu Dawud dan Nasai).
Dari Ishaq dari Jarir, dari A’masy dari Hubaib bin abu Tsabit dari Ubadah bin Lubabah dari Zurra bin Habaisy dari Abu Darda ra , bahwa ia berkata, Barang siapa berkata dalam hatinya akan bangun malam untuk melakukan shalat , namun mata dikalahkan oleh kantuknya, sehingga ia tertidur, maka tidurnya itu merupakan sedekah kepada dirinya , dan dicatat pula untuk dirinya shalat yang hendak ia lakukan itu.
Saudaraku, perlu digaris bawahi disini , maksud yang terungkap itu bukan untuk mendorong kita malas bangun malam, sehingga cukup dengan niat saja, mengingat dengan niat saja sudah mendapatkan kemuliaan. Namun ini adalah salah satu penggugah semangat bahwa bangun malam untuk qiyamullail sangat besar manfaatnya bagi hamba itu sendiri bahwa dengan niat saja sudah merupakan kemuliaan. Dan ini merupakan tingginya karunia Allah kepada hamba-Nya yang beriman akan kemuliaan malam.
Atau makna diatas dikatakan sebagai hamba yang berniat bangun malam kemudian terkalahkan oleh kantuknya maka tetap dicatat kebaikan atas niatnya itu. Namun hamba yang berniat dan mewujudkan niat itu akan mendapat pahala dan kemuliaan secara keseluruhan , mulai dari niat hingga prakteknya.
Abu Al Walid Al Baji dalam Al-Muntaqa ‘Ala Muwaththah Malik, menyatakan bahwa dalam kalimat “ Kecuali Allah akan mencatat pahala shalatnya”. Dimaksudkan sebagai shalat yang biasa dikerjakan setiapmalam. Dengan pengertian bahwa ; Pahalanya tidak berlipat, sedangkan jika ia bangun malam dan mengerjakannya maka pahalanya akan berlipat, karena disepakati , bahawa hamba yang berniat lalu bangun malam , tentu pahalanya lebih sempurna. Bisa juga berarti pahala shalat seperti yang ingin dikerjakannya.
Saudaraku , ingatlah bahwa Allah membanggakan anda karena shalat malam anda. Keagungan yang didapatkan seorang hamba yang bangun malam adalah bahwa Allah dan malaikat mambanggakan anda.
Sebagaimana Al-Albani dalah shahih at Targhib wa At-Tarhib menyatkan hasan dari hadits Rasulullah SAW dalam sabdanya, yang artinya ,” Rabb kita heran kepda dua orang yaitu :
1. Orang yang bangun malam meninggalkan istrinya dan kasur yang dicintainya , untuk shalat malam. Maka Allah berfirman,” Wahai malaikat-Ku, lihatlah hamba-Ku yang meninggalkan kasur dan istri yang dicintainya karena mengerjakan shalat dan lebih mencintai apa yang ada di sisi-Ku dan merindukan apa yang ada pada-Ku!
2. Orang yang berperang di jalan allah dan kawan-kawannya kalah, sedangkan ia tahu kekalahan itu, tetapi ia tidak kembali, melainkan terus berperang hingga darahnya tertumpah. Lalu Allah berfirman kepada malaikat-Nya,” Lihatlah kepada hamba-Ku yang kembali karena mengharapkan apa yang ada disisiku dan merindukan apa yang ada di sisi-Ku hingga darahnya tertumpah “.
(Hr. Ahmad, Abu Dawud, Ibn Hibban dalam shahihnya).
Sebagaimana Al-Albani dalah shahih at Targhib wa At-Tarhib menyatkan hasan dari hadits, dari Uqbah bin amir ra bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya,” Seseorang dari umatku bangun malam untuk mengobati dirinya menuju kesucian dan ia terikat.
· Jika ia membersihkan kedua tangannya maka lepaslah ikatannya ;
· Jika ia membersihkan kakinya maka lepaslah ikatannya ;
· Jika ia membasuh kepalanya maka lepaslah ikatannya ;
· Jika ia membersihkan kedua kakinya maka lepaslah ikatannya
Lalu Allah berfirman kepada orang-orang yang berada di balik hijab (malaikat) ,” Lihatlah hamba-Ku yang mengobati dirinya dan memohon kepada-Ku! Apa yang dimohon umat-Ku dari-Ku adalah miliknya”. (Hr Ahmad dan Ibn Hibban).
Ibnu Qayyim dalam Al-Fawaid , berkata bahwa bangun malam akan menjadi ringan jika mereka tahu bahwa suara mereka didengar Allah.
Imam Ahmad dalam Az-Zuhud , berkata bahwa Hasan Al-Basri berkata, jika seorang hamba dalam keadaan sujud (bangun malam) maka Allah membanggakannya kepada para malaikat, seraya berfirman, yang artinya ,” Lihatlah hamba-Ku ini! Dia menyembah-Ku dan ruhnya ada pada-Ku sedangkan ia dalam keadaan bersujud”.
Saudaraku, sungguh tinggi nilai kebiasaan bangun malam (qiyamullail) ini, oleh karena itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa memperhatikan dan tetap menjaganya walaupun di tengah peperangan . Semua ini dilakukan Rasulullah , karena pentinya arti dan kandungan qiyamullai. Rasulullah tidak pernah meninggalkan bangun malam apapun kondisi beliau.
Dalam tafsir Al-Qurtuby disebutkan perkataan Al-Ahnaf bin Qais, aku mencoba membadingkan amalaku dengan amal para penghuni surga. Ternyata disana ada perbedaan yang sangat mencolok, setelah aku membuat perbandingan dengan sebagian doantara mereka,lalu ia membaca firman Allah, yang artinya,” Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah”. Padahal Al-ahnaf dikenal sebagai orang yang rajin shalat malam. Qiyamullail adalah salah satu ciri kelebihan hamba-hamba yang shalih.
Saudaraku, manusia dilahirkan tanpa memiliki kebiasaan dan perilaku. Tetapi saat ia mulaimendapatkan pendidikan atau setelah berhubungan dengan dunia luar, ia membuat kebiasaan dan perilakunya sendiri. Perilaku yang dijalani secara berkesinambungan akan menjadi kebiasaan dan watak. Dan sebenarnya, semua kebiasaan itu tak lain adalah perilaku rutin yang dilakukan secara terus menerus hingga menjadi tabiat dalam diri kita. Tabiat itu menjadikan kita beradaptasi dengannya dan menganggapnya semacam hubungan dan ketergantungan pribadi (Dr Musa El Bahdal).
Saudaraku , mari kita mulai membiasakan bangun malam , suatu ketika kita pasti dapat menikmati manisnya kebiasaan qiyamullail dan merasakan manisnya iman. Sebagaimana Ibn Qayyim berkata , perhatikanlah pikiranmu, karena ia akan menajdi perbuatan. Perhatikan perbuatanmu , karena ia akan menjadi kebiasaan. Perhatikan kebiasaanmu, karena ia akan menajdi watak. Dan perhatikan watakmu, karena ia akan menentukan nasibmu.
Sesungguhnya,
shalat (termasuk didalamnya qiyamullail)
adalah merupakan saat-saat seorang hamba berkonsultasi , berdialog
langsung (tanpa perantara) dengan Rabb
Pencipta alam semesta. Tidak ada penghalang antara hamba yang shalat dengan
Rabb-nya. Dengan menyadari kondisi seperti ini, maka pengaruh cinta tampak
jelas , karena tidak ada nikmat yang melebihi nikmat hamba yang mencinta
melebihi nikmatnya berkhalwaat bersama Rabb yang dicintai dan diagungkannya,
agar bisa mendapatkan hasrat yang
didambakannya.
Sebagaimana
Allah berfirman dalam sebuah hadits Qudsi, yang artinya ,” Tidak ada yang lebih
Aku senangi dari hamba-Ku daripada mendekatkan diri kepada-Ku dengan apa yang
diwajibkan kepadanya. Masih saja hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan
shalat-shalat sunnah sampai Aku mencintainya. Maka jika Aku mencintainya , maka
Aku adalah pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatan yang ia
gunakan untuk melihat, tangan yang ia gunakan untuk memegang, kaki yang ia
gunakan untuk berjalan. Dan ketika ia meminta kepada-Ku maka sungguh Aku akan
memberi kepadanya dan ketika ia meminta perlindungan kepada-Ku maka sungguh Aku
akan melindunginya...” (Hr Ahmad, Ibn Majah dan al-Hakim, dishahihkan al-Albani
dalam Shahibul Jami’us shaghir).
Sebagaimana
Allah berfirman dalam sebuah hadits Qudsi, yang artinya ,”Aku bersama hamba-Ku
selama ia mengingat-Ku dan menggerakkan kedua bibirnya (berdzikir) untuk-Ku”.
Abdullah
bin Mas’ud berkata, barang siapa yang mendirikan shalat maka ia mengetuk pintu
sang Raja, dan siapa yang mengetuk pintu sang Raja, niscaya akan dibukakan
untuknya.
Begitulah arti penting dari ibadah shalat secara keseluruhan, sehingga Umar Bin Kahaththab ra , pernah menulis surat kepada para pejabat diseluruh wilayah kekhalifahan ,'Urusan terpenting kalian bagi saya adalah shalat. Barang siapa memelihara shalat, berarti ia telah memelihara agamanya. apabila ia telah kehilangan shalatnya, maka ia akan lebih kehilangan akan hal-hal lainnya.'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar