Iman terbagi
menjadi dua yaitu sabar dan syukur. Seorang hamba tidak boleh melenceng dari
dua rel ini, karena ini jalan yg lurus menuju kepada Allah. Ibn Qayyim
Al-Jauziyah mengulasnya dalam Uddah al-Shabirin wa Dzakhirah al-Syakirin,
tentang pendapat-pendapat para ulama
dalam menentukan keutamaan antar sabar & syukur.
‘Abd al-Rahman
bin’Ali bin Muhammad al Jauzi al Qurasyi dalam Wafayat al-A’yan , juga al-Bidayah wa
al-Nihayah & kitab-kitabnya yg lain, mengelompokkan pendapat-pendapat itu dalam tiga kategori ; 1.
Pendapat kesabaran lebih utama, 2. Syukur lebih utama, dan 3. Keduanya
sama-sama utama. Sebagaimana Umar bin al-Khththab berkata bhw kalau saja
sabar dan syukur diibaratkan dua unta, maka aku bingung harus menaiki unta yang
mana.
Sabar lebih utama
Ulama yang
menyatakan sabar lebih utama, berdalil bahwa Allah telah menyanjung kesabaran
dan hamba yang sabar. Allah memujinya , memerintahkannya dan menggantungkan
kebahagiaan dunia dan akhirat pada kesabaran. Dalam Mu’jam al Mufahras li
Alfazh al-Qur’an, menyatakan bahwa kata sabar dalam Al-Qur’an disebut
sebanyak 103 kali. Dan banyak hadits
yang mencantumkan kata sabar.
Sebagaimana
Rasulullah bersabda, yang artinya,” Orang yang makan dan bersyukur itu sejejar
dengan orang yang puasa dan bersabar”, (Hr Bukhari pasal makanan bab 56,
Al-Tirmidzi pasal kiamat bab 43, Ibn Majah pasal puasa bab 55, Al-Darimi pasal
makanan bab 4, Ahmad 2/283, 286, 4/342).
Cukuplah bukti
tentang keutamaan sabar . Dalam hadits ini disebutkan dalam konteks keutamaan
sabar yang derajadnya lebih tinggi daripada syukur. Dan tentu dalam hal ini,
orang yang bersyukur itu diserupakan dengan orang yang sabar. Secara logika,
yang diserupakan lebih rendah tingkatannya daripada yang menjadi asal
peneyerupaan. Sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya, “ Pemeras khamr
sama halnya dengan penyembah berhala,” (Hr Ibn Majah no. 3375.
Beberapa ulam
menyatakan bahwa , bila menimbang dalil-dalil tentang sabar dan syukur ,
ternyata dalail kesabaran lebih banyak. Pendapat ini berpeijak pada pemikiran
bahwa shalat dan jihad merupakan amalan paling utama karena keduanya banyak
sekali dijumpai dalam hadits. Kita tidak menemukan dalil yang lebih banyak
daripada shalat dan jihad. Maka sedemikian itulah hanya sabar dan syukur.
Dalam pandangan ini
, para ulama menyatakan, bahwa kesabaran menyusup ke dalam semua level ibadah.
Bahkan dalam semua masalah agama, dimana hubungannya dengan iman seperti
hubungan kepala dengan badan. Mereka juga menyatakan bahwa Allah menggantungkan
penambahan nikmat dengan syukur, sebagaimana firman-Nya
٧.
وَإِذْ تَأَذَّنَ
رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي
لَشَدِيدٌ
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS
Ibrahim:7 , diambil dari Tafsir Fi zhilalil Qur'an, Sayyid Qutb, jild 7,hal
83-84)
Dan Allah membalas
masuk surga tanpa hisap pada hamba yang sabar. Allah hanya menyatakan akan
membalas orang-orang yang bersyukur. Sebagaimana firman-Nya
وَسَيَجْزِي
اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
“
Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”, (Qs. Ali
Imran : 144).
Sementara itu
balasan bagi orang-orang yang sabar adalah dengan kebaikan yang lebih banyak .
Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya “ dan Sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. “(Qs. An-Nahl : 96).
Para ulama juga menyatakan bahwa ada sebuah haditis dari Rasulullah SAW,
yang artinya,” Allah berfirman : Setiap amal perbuatan anak cucu Adam itu
miliknya, kecuali puasa. Puasa itu adalah milik-Ku dan Aku akan membalasnya”,
Dalam redaksi lain , bahwa Setiap amal anak cucu Adam pahalanya akan
dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat , kecuali puasa karena Aku sendiri
yang akan membalasnya “.
Hal ini tidak lain karena puasa adalah usaha untuk menahan diri, hawa
nafsu serta syahwat. Sebagaimana sebuah hadits, yang artinya ,” Sebab ia telah
menahan syahwat, makan dan minum karena-Ku” (Hr Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah). KArena itu Rasulullah juga pernah bersabda kepada orang yang
bertanya kepadanya, yang artinya ,” Apakah amalan yang paling baik?” “,
Hendaknya kamu berpuasa karena tidak ada ibadah yang sepadan dengannya”, (Hr
Ahmad dalam Musnad, Al-Nasai dan Ibn Hibban dalam kitab Shahih, hakim dalam
kitab al-Mustadrak, semuanya dari Abu Umamah).
Saudaraku, kesabaran adalah usaha menahan jiwa untuk tidak mengikuti
hawa nafsu. Karena puasa adalah menahan diri dari dorongan syahwat, makan ,
minum dan bersetubuh.
Firman Allah,
وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ
وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ
“ Dan
mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu`. (Qs. Al-Baqarah : 45).
Dapat ditafsirkan dengan puasa, dimana
Ramadhan juga dinamakan bulan kesabaran. Sebagian ulama salaf menyatakan bahwa
puasa adalah bagian dari kesabaran, karena kesabaran adalah menahan diri dari
dorongan syahwat dan marah. Mengingat jiwa akan senang menuruti syahwat untuk
mendapatkan kelezatan. Ia akan menghindari sejauh-jauhnya dari berbagai hal
yang bisa menyakitinya. Puasa adalah kesabaran
dari aneka dorongan syahwat , yakni perut dan kemaluan , dan bukan dorongan
kemarahan.
Akan tetapi puasa yang sempurna adalah kalau seorang hamba
dapat menahan diri dari dua hal ini. Rasulullah sendiri mengisyaratkan, dalam
hadits yang artinya ,” Kalau kalian berpuasa , maka hendaknya kalian tidak
berlaku bodoh dan tidak bersuara keras. Kalau ada seseorang yang mencela kalian
, katakanlah , aku puasa”, (Hr Bukhari, Muslim, Abu Dawud Ibn Majah dari Abu
Hurairah).
Rasulullah menunjukkan cara untuk mengendalikan hawa nafsu,
syahwat dan kemarahan. Dimana semua perbuatan tersebut bisa merusak nilai
puasanya. Dan bahkan bisa menghilangkan pahalanya, sebagaimana Rasulullah bersabda,
yang artinya ,” Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan amal yang
buruk, maka Allah tidak butuh hamba-Nya untuk meninggalkan makan dan minumnya”,
(Hr Bukhari , Ahmad, Abu Dawud, al Turmudzi , Ibn Majah dari Abu Hurairah).
Selanjutnya para ulama menyatakan, bukti kemuliaan sabar atas
syukur , sebagaimana firman-Nya, yang artinya ,” Sesungguhnya
Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka; Sesungguhnya
mereka itulah orang-orang yang menang, “
(Qs. Al-Mu’minun : 111)
Allah mendudukkan kemenangan dankeberhasilan sebagai
balasan atas kesabaran mereka, sebagaimana firman-Nya
وَاللهُ مَعَ
الصَّابِرِينَ
“ Dan Allah beserta orang-orang yang sabar “, (Qs.
Al-Baqarah : 249).
Tidak ada sesuatupun yang menandingi nilai kebersamaan
Allah terhadap-Nya . Orang-orang bijak berkata , bahwa orang-orang sabar
mengarungi hidup dengen mereguk kenikmatan dunia dan akhirat., karena mereka
mendapatkan kebersamaan dari Allah secara langsung.
Sebagaimana firman-Nya ,“
dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, Maka Sesungguhnya kamu berada
dalam penglihatan Kami, “ (Qs. At-Thur : 48) .
Kebersamaan dalam
ayat ini mencakup penjagaan dan pengasuhan dari Allah atas kesabaran itu. Allah
menjanjikan tiga hal kepada orang-orang yang sabar, yang masing masing jauh
lebih baik daripada dunia dan segala isinya. Yaitu Rahmat, shalawat dan
petunjuk Allah. Sebagaimana firman-Nya,
أُولَئِكَ
عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَ رَحْمَةٌ وَ أُولَئِكَ هُمُ
الْمُهْتَدُوْنَ
“mereka Itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat
Tuhan mereka , dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ,”
(Qs. Al-Baqarah : 157).
Dari ayat ini
dipahami , bahwa petunjuk akan turun kepada orang yang bersabar. Allah juga
mengabarkan bahwa kesabaran merupakan sifat yang diutmakan dalam al-Qur’an.
Allah juga memerintahkan Rasulullah saw untuk meniru kesabaran nabi-nabi Ulul
‘Azmi. Dua ayat diatas menunjukkan bahwa kezuhudan di dunia dan menyedikitkan
jatah duniawi lebih mulia daripada memiliki terlalu banyak harta. Kezuhudan ini
hanya bisa dilakukan hamba yang sabar. Sementara , umumnya yang lebih banyak
menggemgam harta duniawi adalah hamba yang bersyukur.
Diriwayatkan bahwa
suatu ketika Nabi ‘Isa as ditanya oleh dua orang laki-laki yang menemukan harta
karun. Salah satunya menoleh, mengambil harta karun dan kemudian diinfakkan di
jalan Allah. Satunya lagi tidak meoleh dan tidak ada keinginan sedikitpun untuk
mengambil harta itu. Nabi ‘Isa as ditanya,” Siapakah yang lebih utama?”. Nabi
Allah menjawab,” Orang yang tidak menoleh pada harta karun itu dan berpaling
darinya karena ridha Allah jauh lebih luhur”.
Kesahihan riwayat
itu, diperkuat lagi dengan riwayat bahwa Rasulullah saw pernah ditawari kunci
berbagai harta duniawi di bumi. Akan tetapi Rasulullah menolak dengan halus,
dan bersabda, yang artinya ,” Aku hanya ingin puasa sehari dan kenyang sehari”.
(Hr al Tirmidzi dari Abu Umamah , yang berkata nilainya hasan. Sebagaimana juga
diriwayatkan Ahmad dalam Musnad dari Abu Umamah).
Para ulama juga
menyatakan bahwa kesempurnaan manusia berakar dari tiga hal ;
1.
Ilmu yang ia ketahui secara benar
2.
Amal yang dikerjakan
3.
Berbagai hal yang lahir dari pengetahuan dan amal perbuatan itu.
Ilmu, kondisi dan
amal yang paling utama adalah mengetahui sifat , nama dan perbuatan Allah,
beramal untuk mencapai ridha-Nya, kerinduan hati kepada-Nya dengan cinta, cemas
dan harap. Hal ini adalah sangat baik di dunia dan balasannya yang paling baik
di akhirat.
Sedangkan tujuan
paling besara adalah mendapatkan pengetahuan tentang allah, cinta pada-Nya ,
dekat dengan-Nya, rindu berjumpa dengan-Nya dan merasakan kenikmatan dengan
mengingat-Nya. Dan ini adalah kebahagiaan yang terbesar, sekaligus tujuan yang
pasti ingin dicapai.
Kesimpulan logika ,
dinyatakan bahwa kondisi orang sabar diibaratkan seperti orang yang menjaga
kesehatan dan kekuatan. Sementara kondisi orang
yang bersyukur adalah seperti orang yang menjalani terapi dengan berbagai
obat karena didera penyakit.
Semoga bermanfaat
Allahu a’lam
Sumber kutipan : Uddah
al-Shabirin wa Dzakhirah al-Syakirin , Ibn
Qayyim Al-Jauziyah, penterjemah M Alaika S
Tidak ada komentar:
Posting Komentar