Dewasa ini kampanye gerakan penghijauan alam lagi bergairah . Banyak pihak menyambut gembira karena mengetahui manfaat pohon dan penghijauan . Saudaraku rahasia apa yg tersembunyi di balik tindakan mulia ini?
Dari riwayat Imam Muslim , bhw Rasulullah bersabda, yg artinya , "Tidaklah seorang hamba beriman (muslim) menanam tanaman, kecuali apa yg dimakan dari tanaman tsb merupakan shadaqahnya (orang yg menanam). Dan apa yg dicuri dari tanaman tsb merupakan shadaqahnya. Dan apa yg dimakan oleh binatang buas dari tanaman tsb merupakan shadaqahnya. Dan apa yg dimakan oleh seekor burung dari tanaman tsb merupakan shadaqahnya. Dan tidaklah dikurangi atau diambil oleh seseorang dari tanaman tsb kecuali merupakan shadaqahnya".
Imam Nawawi menafsirkan hadits ini bhw : “Di dalam hadits ini menunjukkan keutamaan menanam termasuk didalamnya mengolah tanah, dan bahwa pahala orang yg menanam tanaman itu mengalir terus selagi yg ditanam atau yg berasal darinya itu masih ada sampai hari kiamat”.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda, “Tak ada seorang muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman, lalu burung memakannya atau manusia atau hewan, kecuali ia akan mendapatkan pahala karenanya.” (Hr. Al-Bukhari)
Menanam pohon adalah ibadah dan apabila pohon tersebut berbuah dan buahnya dimakan burung dan manusia maka di hadapan Allah SWT itu bernilai sedekah.
Diriwayatkan, ada seorang laki-laki bertemu Abu Darda' yang sedang menanam pohon.
Kemudian, laki-laki itu bertanya kepada Abu Darda', ''Hai Abu Darda', mengapa engkau tanam pohon ini, padahal engkau sudah sangat tua, sedangkan pohon ini tidak akan berbuah kecuali sekian tahun lamanya.''
Abu Darda' menjawab, ''Bukankah aku akan memetik pahalanya di samping untuk makanan orang lain?''.
Bagi sebagian orang menanam pohon adalah hal sepele. Apalagi bila umur telah lanjut seperti Abu Darda'. Namun, Islam sebagai agama yang kaffah mengajarkan untuk cinta lingkungan.
Dan perlu juga diketahui bahwa buah yang dihasilkan suatu tanaman adalah segala hasil dari pohon itu yang dapat dimanfaatkan , tidak harus berujud buah (pengertian seperti mangga, jambu dst) tetapi bisa berupa buah Oksigen (O2), menahan air dalam tanah , mencegah erosi, menjaga kesuburan tanah dst yang lansung dapat dimanfaatkan oleh makhluk lainnya.
Diriwayatkan Imam Muslim dari Jabir ra, ia berkata, "Nabi memasuki kebun Ummu Ma’bad, kemudian beliau bersabda: “Wahai Ummu Ma’bad, siapakah yang menanam kurma ini, seorang muslim atau seorang kafir?.” Ummu Ma’bad berkata: “Bahkan seorang muslim”. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu dimakan oleh manusia, hewan atau burung kecuali hal itu merupakan shadaqah untuknya sampai hari kiamat".
Perbuatan menanam pohon ini ada pemahaman yang berbeda dengan shadaqah jariyyah, yaitu bahwa tanaman itu tidak dimaksudkan (diniatkan) sebagai shadaqah jariyyah, akan tetapi tanaman yang dimakan dari tanaman tersebut (menjadi shadaqah jariyah) tanpa keinginan (niat) dari pemiliknya atau ahli warisnya.
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad bercerita seorang sahabat Rasulullah SAW, ''Saya mendengar Rasulullah SAW membisikkan pada telingaku ini, 'Siapa menanam sebuah pohon kemudian dengan tekun memeliharanya dan mengurusnya hingga berbuah, maka sesungguhnya baginya pada tiap-tiap sesuatu yang dimakan dari buahnya merupakan sedekah di sisi Allah SWT'.'' (HR Ahmad).
Saudaraku jangan pernah ragu, dan niatkan selalu bahwa menanam itu merupakan salah satu bentuk ibadah untuk meraih ridha Allah.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam banyak bersabda soal tanam menanam ini. Salah satunya yang diriwayatkan oleh HR Muslim. “Tak ada seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi sedekah baginya, dan yang dicuri akan menjadi sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apa pun yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yang mengurangi, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya.”
Manusia sebagai pengemban kekhilafahan di muka bumi harus menjaga eksistensi pohon. Sebagai penunjang kehidupan, pohon diamanahi Allah SWT mengatur siklus air, menyimpannya dalam pori-pori akar yang kokoh. Menghindarkan manusia dari bencana longsor dan banjir. Kehadiran pohon berguna memenuhi kebutuhan hidup manusia. Buahnya lezat dimakan dan batangnya dimanfaatkan untuk membangun rumah. Daunnya untuk makanan ternak. Melalui mekanisme hujan, pohon yang ditanam manusia tumbuh. Dan dengan itu Allah menumbuhkan buah-buahan dari pohon yang kita tanam sebagai rezeki bagi manusia.
Sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya ''Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.'' (Qs. al-Baqarah : 22).
Bahkan dalam situasi yang kacau misalnya saat terjadi peperangan , tuntunan Islam memelihara pohon juga tetap .
Nabi Muhammad berkal-kali memesankan kepada para sahabatnya, dalam peperangan janganlah kalian membunuh wanita, anak-anak, dan jangan menebang (merusak) tanaman (pohon).
Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyampaikan banyak ayat yang menunjukkan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Bahkan, dalam beberapa ayat lainnya Allah SWT secara terang menegaskan larangan melakukan kerusakan di muka bumi sebagaimana tercantum dalam Surat Al-Qashas ayat 77, yang artinya “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Allah telah memperingatkan kepada manusia yang telah membuat kerusakan - kerusakan di bumi, dan akan menimpakan bencana agar para manusia kembali ke jalan yang benar.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, yang artinya ," “Telah tampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia ; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Qs. Ar-Ruum:41).
Dalam ayat yang mulia ini Allah Ta’ala menyatakan bahwa semua kerusakan yang terjadi di muka bumi, dalam berbagai bentuknya, penyebab utamanya adalah perbuatan buruk (maksiat) yang dilakukan manusia. Maka ini menunjukkan bahwa perbuatan maksiat adalah inti “kerusakan” yang sebenarnya dan merupakan sumber utama kerusakan-kerusakan yang tampak di muka bumi .
Imam Abul ‘Aliyah ar-Riyaahi berkata, “Barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi maka (berarti) dia telah berbuat kerusakan padanya, dan perbaikan di muka bumi dan di langit (hanyalah dicapai) dengan ketaatan (kepada Allah Ta’ala)”.
Imam asy-Syaukaani ketika menafsirkan ayat di atas berkata, “(Dalam ayat ini) Allah menjelaskan bahwa perbuatan syirk dan maksiat adalah sebab timbulnya (berbagai) kerusakan di alam semesta”.
Sahabat Abu Darda ra. menceritakan bahwa dalam suatu majelis ilmu yang diasuh Rasulullah SAW, telah diajarkan tentang pentingnya bercocok tanam, menanam pohon dan urgensi mengubah lahan tandus menjadi tanah subur yang produktif. Perbuatan tersebut akan mendatangkan pahala yang besar dari sisi Allah dan bekerja memelihara lingkungan adalah termasuk ibadah kepada Allah SWT.
Dalam kesempatan lain Rasul Allah yang mulia bersabda, yang artinya “Barangsiapa yang memotong pohon sidrah maka Allah akan meluruskan kepalanya tepat ke dalam neraka.” (HR. Abu Daud, dalam Sunan-nya).
Riwayat lain oleh Muslim menjelaskan bahwa Rasulullah juga pernah mengancam bahwa barangsiapa yang membunuh burung pipit atau binatang lain yang lebih besar daripadanya tanpa ada kepentingan yang jelas, maka kelak Allah akan memintai pertanggungjawabannnya. Ini sebuah seruan dari lisan Al Amin agar melakukan penghijauan dan melestarikan kekayaan hayati dan hewani.
Dan sungguh janji Allah pasti terjadi , sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, yang artinya “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS al-A’raaf:96).
Artinya: Kalau saja manusia beriman dalam hati mereka dengan iman yang benar dan dibuktikan dengan amalan shaleh, serta membuktikan ketakwaan kepada Allah dengan meninggalkan semua larangan-Nya, maka sungguh Allah akan membukakan bagi mereka (pintu-pintu) keberkahan di langit dan bumi, dengan menurunkan hujan deras (yang bermanfaat), dan menumbuhkan tanam-tanaman untuk kehidupan mereka dan hewan-hewan (ternak) mereka, (mereka hidup) dalam kebahagiaan dan rezki yang berlimpah, tanpa ada kepayahan, keletihan maupun penderitaan, akan tetapi mereka tidak beriman dan bertakwa maka Allah menyiksa mereka karena perbuatan (maksiat) mereka” .
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman , yang artinya " Sesungguhnya apapun yang dijanjikan kepadamu pasti datang dan kamu tidak mampu menolaknya." , ( Qs. Al-A'raf : 6)
Allahu a'lam
Sumber:, Majalah At-Tauhid, majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun V, Mahmud Ghorib Asy-Syarbini , FiMahendra, Republika , Anugrah Roby Syahputraka , Syariat Peduli Lingkungan dll
1 komentar:
ga bikin bosan gan
terus lanjutkan blogger nya
Posting Komentar