Dalam legenda itu bhw dengan dilandasi berprasangka baik maka keinginan seseorang akan makin cepat terwujud. Legenda ini dikenang untuk mengambarkan dampak pola berpikir positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, maka hasilnya betul-betul menjadi positif.
Dr Ibrahim el Fikky dalam Quwwat al-Tahakkum fi al-Dzat, menyatakan bahwa sebuah kalimat bijak dari filsafat India bahwa hari ini tergantung dari pikiran yang datang saat ini. Besok anda di tentukan ke pikiran membawa anda.
Benarlah bahwa perasaan dan perbuatan pasti dumulai dari pikiran (prasangka). Pikiran inilah yang menjadi pendorong setiap perbuatan dan dampaknya. Pelajaran yang dapat dipetik adalah bahwa harapan kita terhadap seseorang akan merubah harapan orang tersebut terhadap dirinya sendiri dan akhirnya akan merubah harapan tersebut menjadi kenyataan. Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas. Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan upaya dapat merupakan separuh keberhasilan. Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion.
Dalam Quwwat Al Tafkir , dikatakan bahwa pribadi positif mengetahui benar akan kekuatan hukum keyakinan dan prediksi. Ia menyadari sepenuhnya bahwa segala sesuatu yang diyakini dan diproyeksikan akan menjadi kenyataan sesuai dengan keyakinan dan proeksi itu. Anda akan menarik segala sesuatu yang anda prasangkakan , anda pikir dan anda rasakan , tanpa mempedulikan apakah anda menginginkan atau tidak.
Keyakinan dan proyeksi juga sangat terkait dengan keyakinan keimanan kepada Allah dengan pengetahuan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan pahal bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. Pikiran kita memang mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan tergenapi, baik positif maupun negatif. Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul dengan dia, maka akhirnya dia betul-betul menjadi judes. Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak jujur, akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur. Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.
Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, berprasangka dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau seseorang.Kita tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain. Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain. Musa ibn Rasyid al-Bahdal, menyatakan dalam bukunya bahwa berbagai prasangka (pikiran) sangat mempengaruhi perasaan dan perjalanan hidup anda. Pikiran bagaikan tumbuhan dan gagasan bagaikan benihnya. Kita menanamkan dan menyirami dengan pikiran-pikiran yang kita datangkan dan kita fokuskan. Kemudian pikiran itu akan tumbuh berkembang dan kita akan menuai buahnya. Sehingga waspadalah jangan sekali-kali anda berpikiran negatif (berprasangka negatif) karena anda sendiri yang akan menanggung akibatnya.
Dalam Islam , efek Pygmalion dikenal dengan sifat Husnuzon (berprasangka baik) dan Suudzon (berprasangka buruk). Dan ketahuilah bahwa seseungguhnya Allah sesuai dengan prasangkamu terhadap-Nya, jika engkau berprasangka baik terhdap-Nya, maka Dia akan mewujudkan hal itu untukmu. Namun jika engkau berprasangka buruk terhadap-Nya, maka Allah akan mewujudkannya sesuai dengan prasangkamu itu.
Dari Hayyan bin Abi Nadhar dari Watsilah bin Al Asqa' berkata , bahwa Rasulullah saw bersabda, baha Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya, " Aku (Allah) menurut prasangka hamba-Ku kepada-Ku, jika prasangka itu baik maka ia akan memperolehnya, jika itu prasangka burukpun ia akan mendapatinya juga". Dalam riwayat lain disebutkan," Aku (Allah) menurut prasangka hamba-Ku , sesuai dengan kehendaknya". (Hr Ahmad 3/491.4/106, Ath-Thabrani 12/87 no.209-211, Ibn Hibban dalam Mawarid no.716, 617 . Riwayat kedua menurut Ahmad, salah satu riwayat menurut yg lain, dishahihkan Al-Hakim 4/240 disetujui Az-Zahabi. Al Haitsami berkata bahwa para perawinya terpercaya, dalam Al Mujamma' 2/318. Al-albani berkata bahwa sanadnya shahih dalam Ash shahihah no.1663).
Saudaraku, berprasangka baik kepada Allah merupakan ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah. Sebagaimana dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ," Sesungguhnya prasangka baik itu sebagian dari kebaikan ibadah", (Hr Ahmad. Dikeluarkan oleh Ahmad, 2/297,304,407,491. Abu Dawud 5/266 no. 4993. At Tirmidzi 5/232 no. 3604, dishahihkan Ibn Hibban dalam Mawarid , hadits no 2395,2460, al-Hakim 4/241, ditetapkan oleh Az-Zahabi, Ahmad Syakir dalam komentarnya terhadap musnad mengatakan bhw sanadnya shahih, no. 7943)
Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada kita, jelas itu adalah perbuatan baik. Tetapi jika kita berpikir buruk,kita akan menjadi curiga, ““Ah, hadiahnya cuma barang murahan .” Yang rugi dari pola pikir seperti itu adalah diri kita sendiri.Kita menjadi mudah curiga dan menderita. Sebaliknya, kalau kita berpikir positif, kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, “Ia begitu murah hati. Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita.”
Dalam The Secret dinyatakan bahwa orang yang berprasangka (berpikir) positif akan menarik segala sesuatu yang positif dalam kehidupannya. Begitu pula sebaliknya , orang yang berprasangka negatif akan menarik segala sesuatu yang merugikan dalam kehidupan ini. Jadi bukan sesuatu yangmembuat diri kita terkejut, tetapi cara pandang kita terhadap sesuatu. Dan kita dapat mempengaruhi segala sesutau jika kita memandangnya secara positif.
Sungguh berpikir buruk (berprasangka buruk) justru akan membawa kehancuran bagi dirinya sendiri. Sebagaimana Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya, yang artinya ,"…, dan kamu telah berprasangka dengan prasangka yang buruk , karena itu kamu menjadi kaum yang binasa. (Qs. Al Fath : 12) .
Charles Brondie Patterson, menyatakan bahwa semua yang terjadi diluar adalah serupa yang terjadi di dalam diri manusia yaitu pikiran dan perasaanya. Jadilah manusia yang positif , mulailah dari sekarang dan seterusnya. Anda perlu waspada terhadap apa yang anda prasangkakan , karena pikiran dan perasaan anda adalah esensi dari doa. Jadikan segala sesuatu dalam diri kita sebagai suatu yang positif hingga kita merasakan kenikmatan wujud pikiran kreatif dalam diri kita , dengan izin Allah.
Di tahun 1960-an, Rosenthal dan Jacobson melakukan eksperimen di beberapa sekolah dasar di AS. Dalam salah satu eksperimen tersebut, para guru diberitahu bahwa sekelompok murid-murid (sekitar seperlima dari kelas) memiliki IQ yang lebih tinggi. Secara berkala selama eksperimen tersebut dilakukan, dilakukan tes IQ. Dan memang benar, IQ kelompok murid-murid yang diharapkan memiliki IQ yang lebih tinggi tersebut memang memiliki IQ yang secara signifikan lebih tinggi dibanding murid-murid lainnya. Namun itu saja tidak cukup membuat cerita tersebut menjadi istimewa.
Apa yang membuat cerita ini menjadi istimewa adalah fakta bahwa sebelum kelas tersebut dimulai, semua murid-murid telah menjalani tes IQ dan sebenarnya IQ semua murid-murid dalam kelas tersebut lebih kurang sama. Bagaimana sekolompok murid-murid yang diberitahu memiliki IQ tinggi akhirnya benar-benar menunjukkan IQ yang tinggi, menurut Rosenthal dan Jacobson, adalah hasil dari harapan guru-guru tersebut. Secara tidak sadar, harapan-harapan tersebut mempengaruhi citra diri murid-murid itu sendiri. Citra diri tersebut mungkin membuat mereka belajar lebih keras atau secara tidak sadar mengembangkan kemampuan bawah sadar mereka.
Eksperimen juga dilakukan untuk mahasiswa dengan hasil yang lebih kurang sama. Efek Pygmalion juga terjadi di dunia pekerjaan.
Penelitian bertajuk “Pygmalion in Management“ karya J. Sterling Livingstone yang dipublikasikan di . Harvard Business Review pada edisi Sep/Okt 1988 . Menyimpulkan bahwa bagaimana manajer memperlakukan anak buah dipengaruhi secara tidak sadar oleh harapan manajer tersebut. Manajer yang memiliki pengharapan positif terhadap anak buahnya akan cenderung mendapatkan hasil yang positif dan sebaliknya.
Harapan-harapan tersebut dikomunikasikan dengan halus, kadang tidak disadari. Misalnya saja manajer akan memberikan lebih banyak feedback konstruktif untuk anak buah yang diharapkan menunjukkan kinerja positif dan memberikan kritik bernada negatif terhadap anak buah yang diharapkan menunjukkan kinerja negatif. Atau manajer akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk berdiskusi dengan anak buah yang diharapkan menunjukkan kinerja positif. Akumulasi dari hal-hal kecil seperti itu akan mempengaruhi citra diri para anak buah tersebut yang akhirnya berbuah pada kenyataan sesuai harapan manajer tersebut dari awal. Kesesuaian antara harapan dan kenyataan tersebut semakin memperkukuh kepercayaan manajer bersangkutan bahwa pendapatnya memang benar dari awal.
Peneliti dari Insead, Jean-Francois Manzoni dan Jean-Louis Barsoux bertajuk “The Set-Up-to-Fail Syndrome“. Mereka berfokus pada bagaimana para boss secara tidak sadar menyusun perangkap untuk menggagalkan anak buahnya. Harapan negatif boss menimbulkan ketidakpercayaan diri anak buah, yang menurunkan kinerjanya, yang memperkuat kepercayaan awal sang boss, dan seterusnya. Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai. Kalau kita memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi kelabu dan suram.
Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang, segala sesuatu akan tampak cerah. Kaca mata yang berprasangka atau benci akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam. Tetapi kaca mata yang damai akan menjadikan hidup kita damai. Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik. Berpikir baik tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain. Berpikir baik tentang keadaan. Berpikir baik tentang Tuhan. Dampak berpikir baik seperti itu akan kita rasakan. Keluarga menjadi hangat. Kawan menjadi bisa dipercaya. Tetangga menjadi akrab. Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia menjadi ramah. Hidup menjadi indah.
Bila kita adalah orang tua, hindarilah harapan-harapan negatif yang kita miliki terhadap anak-anak kita. Berhati-hatilah terhadap harapan-harapan negatif itu . Berhati-hati terhadap pikiran-pikiran negatif terhadap pasangan kita. Simpanlah harapan positif, dan mereka akan memberikan sisi positif mereka. Ingin anak-anak Anda berprestasi? Harapkanlah demikian, dan motivasi mereka menjalani latihan dan pembelajaran yang benar. Lakukan hal yang sama untuk diri Anda juga.
Earl Natinghle berkata bahwa, kita alah yang kita pikirkan. Kita akan menjadi seperti apa yang kita pikirkan mengenai diri kita. Dan Allah pun sesuai dengan prasangkanya.
Sebagaimana Ibn Qayyim dalam Al-Jawab al-Kafi menyatakan bahwa Apa yang ada dalam prasangka manusia , maka Allah akan melakukan untuknya. Mengapa pikiran itu begitu dahsyat pengaruhnya. Ternyata pikiran-pikiran yang kita masukkan dalam diri kita akan mempengaruhi perilaku kita sehari-hari, prilaku akan membentuk watak, watak akan membentuk kebiasaan kita dan kebiasaanlah yang akan menentukan nasib kita.
Anda tentu sering membaca buku-buku tentang motivasi, inti dari semua buku-buku tersebut adalah pada bagaimana kita mengelola pemikiran kita. Sebagai manusia, kita memang sulit menghilangkan harapan-harapan tersebut, namun dengan menyadari bahwa harapan-harapan kita bisa menjadi kenyataan, kita bisa selalu bermawas diri. Walau saat ini kita masih jauh dari memahami bagaimana pikiran kita bisa menciptakan kenyataan, bukti-bukti secara empiris dan eksperimental telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bisa ditarik antara pikiran dan kenyataan.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibn Husain, bahwa Allah berfirman , yang artinya ,” Aku (Allah) berkata kepada penduduk langit dan bumi ,” Mintalah kepada-Ku” Aku pun lalu memberikan kepada masing-masing orang, pikiran apa yang terpikir pada semuanya”. Berprasangkalah yang baik, maka Allah akan mewujudkan prasangka baikmu.
Yakinlah dengan firman Allah yang artinya ," (itulah) janji Allah . Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Qs. Ar-Rum : 6).
Musa ibn Rashid Al Bahdal menyatakan bahwa jika anda menentapkan suatu kendali dalam imajinasi untuk menggambarkan sesuatu yang anda sukai dalam kehidupan , berarti anda telah menggunakan pikiran positif untuk mengubah kenyataan diri yang tidak anda sukai. Prasangka negatif dapat menyebabkan ilusi dan keputusasaan. Karena itu janganlah tunduk dan kalah sehingga kita terjebak pada area negatif dan tenggelam bersama pikiran itu ke suatu kondisi misterius yang menyakitkan. Untuk itu berdoalah sebagaimana Allah ajarkan dalam firman-Nya, yang artinya,” (aku berlindung) dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi ,” (Qs. An-Nas : 4).
Seorang yang berprsanka positif menyakini bahwa dengan memberi , ia akan menerima balasannya dengan berlipat ganda. Ia juga meyakini bahwa dunia penuh dengan kekayaan dan karunia rohani dan jasmani. Sebagaimana janji Allah, yang artinya ,” Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya, “ (Qs. Saba’ : 39).
Allahu a'lam
Sumber : http://www.emotivasi.com , http://www.itpin.com dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar