Sering kita mendengar kata-kata ,” sudah habis kesabaranku” , “Kesabaranku sudah sampai batas terakhir”. Ini adalah pemahaman yg keliru. Pemahaman seperti ini akan menyebabkan hati menjadi rapuh dalam menerima ujian (musibah) dari Allah. Sehingga akhirnya mengakibatkan batin merana , lepas kontrol dgn dalih sabar ada batasnya.
Firman Allah, yang artinya ,” Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yg benar (imannya) , dan mereka itulah orang-orang yg bertaqwa,” (Qs. Al-Baqarah : 177).
Sabar adalah perintah Allah yg wajib , mk tidak ada batasnya. Seperti shalat, maka sabar harus dilakukan selama kehidupan manusia. Sebagaimana ujian untuk hamba beriman tak akan pernah berhenti. Imam Ahmad, berkata bahwa kata sabar disebutkan dalam tujuh puluh tempat di dalam Al-Qur’an. Ibn Qayyim dalam Madarijus Salikin menyebutkan bahwa sabar disebutkan al-Qur’an dalam enam belas versi. Menurut ijma’ ulama, sabar itu wajib, dan merupakan setengah dari iman.
Karena merupakan kewajiban yang dibebankan kepada manusia. Maka Allah memberikan perhatian khusus kepada orang-orang yang sabar. Allah selalu bersama orang-orang yang sabar, dan ini merupakan kebersamaan yang khusus , yang berarti menjaga , melindungi, dan menolong mereka bukan kebersamaan dalam arti umum.
Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya ,” Dan bersabarlah kalian,karena Allah berserta orang-orang yang benar, “ (Qs. Al-Anfal : 46).
Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi , pernah menyatakan bahwa sabar adalah puncak Islam dan iman, sekaligus hakikat agama yang semestinya. Sabar berarti menahan dan menabahkan diri agar senantiasa berteguh pada tuntunan syariat. Dari satu sisi, sabar dan syukur masih satu makna. Akan tetapi, di sisi lain, sabar merupakan esensi syukur. Syukur tak akan sempurna tanpa disertai kesabaran. Seorang hamba yang bersabar, berarti ia telah mensyukuri nikmat yang dianugerah Allah kepadanya.
Sungguh bahwa orang-orang yang sabar adalah orang-orang pilihan dan mulia disisi Allah, sehingga Allah memberi karunia balasan (pahala) yang tiada terhitung (tanpa batas).
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ,” Tetapi orang yang sabar dan memaafkan , sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan ,” (Qs. Asy-Syura : 43).
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ,” Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas ,” (Qs. Az-Zumar : 10).
Saudaraku, pangkal dari rasa syukur adalah kesenangan, adapun pangkal dari kesabaran adalah kesedihan. Namun, terkadang, keduanya bermuara dari satu hal yang sama: musibah, salah satunya.
Kesabaran itu tidak hanya dilakukan pada waktu tertimpa kesusahan, kesulitan atau musibah. Namun harus dilakukan juga pada saat diberikan kesenangan . Karena sesunguhnya ujian Allah tidak hanya terdapat dalam kesusahan saja, namun justru banyak terdapat dalam kesenangan. Dan yang banyak terjadi kebanyakan manusia terperosok atau lalai dalam menjalankan kesabaran saat mendapat ujian berupa kesenangan. Seperti Qarun yang terperosok dalam kelalaian (kekungkaran) setelah ia mendapat ujian nikmat kekayaan dari Allah.
Sebagaimana Allah berfirman , yang artinya ,” ...Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan (kesenangan) sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami”, (Qs. Al-Anbiya’ : 35)
Sebagaimana Allah berfirman , yang artinya ,”Dan Kami pecahkan mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan ; diantaranya ada orang yang shaleh dan ada yang tidak demikian. Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk , agar mereka kembali (kepada kebenaran). “ (Qs. Al-a’raf : 168).
Untuk sebagian orang, musibah tak ubahnya suatu kenikmatan, dan karena itu, ia mensyukurinya. Orang kebanyakan menganggap kepercayaan bahwa ada hikmah kebaikan dibalik bencana hanyalah merupakan cara untuk menghibur diri disaat tertimpa kemalangan. Namun bagi hamba beriman yang memiliki pemahaman yang benar akan sebuah takdir (ketentuan Allah). Ia sepenuhnya menganggap baha ketentuan Allah tersebut adalah sebuah rencana Allah yang maha sempurna yang telah dirancang khusus untuk diri hamba tsb.
Betapa tidak. Musibah adalah azab yang ditimpakan lebih cepat di dunia. Dan itu berarti anugerah. Sebab kelak ia akan terbebas dari siksa akhirat yang sejatinya lebih pedih dan lebih abadi.
Musibah juga merupakan wujud tarbiyah Allah SWT kepada hamba-Nya yang beriman.
Sekali waktu mungkin terajadi dalam jejak kehidupan, seorang hamba beriman menjadi marah dan khawatir akan terjadi hal-hal buruk. Namun penyebab utama dari kemarahan yang dirasakan adalah karena ia lupa bahwa semua itu adalah kehendak rahasia Allah. Sampai akhirnya ia meyakini bahwa apapun yang ditetapkan Allah kepada dirinya itu adalah yang terbaik bagi diri hamba tersebut.
Bahkan dalam suatu hadits ditegaskan bahwa musibah itu adalah indikator kecintaan Allah pada hamba pilihan. Sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya,” Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba , maka Dia tenggelamkan hamba tersebut kedalam cobaan. Barangsiapa yang tidak pernah mengalami musibah, maka ia jauh dari kasih sayang Allah”.
Logikanya adalah, bukankah dengan musibah itu berarti Allah memberikan peluang kepada hamba yang dicintai-Nya untuk mendapatkan pahala yang tiada batas tiada terhitung jumlahnya (Qs. Az-Zumar 10).
Tiada bimbingan yang lebih indah dari bimbingan-Nya. Sehingga setiap hamba beriman patut mensyukuri. Di balik bencana yang tampak oleh mata, tersimpan serpihan-serpihan hikmah kecintaan dan kasih sayang dari-Nya.
Allahu a'lam
Sumber : Ibn Qayyim al Jauziyah – Madarijus Salikin, Ir Permadi Alibasyah – Bahan Renungan Kalbu, Hendra Setiawa – Cara Nabi Megtasi Kesulitan hidup,, http://www.forsansalaf.com dst.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar