Setiap kita pasti pernah mengalami kesedihan atau perasaan sedih. Sedih yang dimaksudkan disini adalah, karena peristiwa masa lalu dan adanya perasaan menderita karena terganngu atau teringat kejadian-kejadian yang dialami pada masa lalu.
Sebaliknya, perasaan cemas karena masa depan adalah tindakan negatif yang membahayakan. Sungguh disayangkan bila seseorang sampai mencampur adukkan antara berencana untuk masa depan dan merasa cemas karena masa depan.
Saudaraku, lihatlah bagaimana Rasulullah saw berlindung kepada Allah dari perasaan sedih. Hadits riwayat Anas ra, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya , ” Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kesusahan dan kesedihan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari perasaan lemah dan malas, dari rasa takut dan bakhil, dari terjepit oleh hutang dan penguasaan orang-orang “, (Hr Bukhari-Muslim).
Dr Wayne W , menyatakan bahwa “ cemas adalah penyakit yang telah mewabah dalam budaya manusia. Diperkirakan setiap orang menghabiskan waktunya lebih dari yang diperlukan saat ini hanya untuk mencemaskan masa depan. Semua itu tidak ada gunanya karena setiap kali kita cemas, hal ini tidak menyebabkan urusan menjadi lebih baik. Kenyataanya , rasa cemas ini menjadikan seseorang kurang dapat beradaptasi dengan masa kini ”.
Seorang hamba memang tidak bisa terlepas dari masa lalu, ada perasaan sedih karena masa lalu. Bisa juga karena alasan mengingat masa lalu yang tidak mungkin kembali lagi, dan merupakan suatu kelemahan yang menjadikan seorang hamba merasa terus terbelenggu dan hanya akan menjadikan lemah dan tiada berdaya.
Rasulullah saw melarang kita untuk menyesali hal-hal keduniaan yang terjadi dimasa lalu. Rasulullah saw melarang seseorang untuk mengatakan “ Seandainya (tempo hari) aku melakukan ini , niscaya... “
Rasulullah bersabda, “ Bersungguh-sunggulah pada hal yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Allah serta jangan merasa lemah. Bila kamu ditimpa sesuatu, janganlah kamu mengatakan ,’ Seandainya (tempo hari) aku melakukan ini, niscaya begini-begini’,. Katakanlah,’Allah telah mentakdirkan dan apa yang Allah kehendaki maka itu terjadi’. Sesungguhnya kata seandainya akan membuka pintu perbuatan setan”. (Hr Muslim).
Hadits tersebut membimbing seorang hamba agar bersungguh-sungguh mengerjakan sesuatu yang bermanfaat baginya dan meminta pertolongan Allah dari hal ini.
Hadits ini kenjelaskan pula bahwa barang siapa meminta pertolongan Allah, maka hamba tersebut tidak akan menjadi lemah, Jadi ada motivasi seorang hamba agar lebih percaya diri atas kesuksesan dan tidak berputus asa.
Seorang hamba yang benar adalah sosok yang ridha dengan ketentuan takdir Allah SWT. Jika terjadi sesuatu yang tidak disukai, maka ia mengatakan ,” Semuanya telah menjadi takdir Allah, apa yang Allah kehendaki pasti terjadi”.
Hamba ini telah mengatakan dengan jiwa yang ridha dan tenang.
Saudaraku , janganlah menyesali peristiwa masa lalu pada saat sekarang, karena ini sama saja dengan membuang-buang waktu.
Kita hidup pada hari ini, dan berusahalah agar hari ini lebih baik dari kemarin.
Selain daripada itu. Banyak juga diantara kita yang membuang-buang waktunya dari menit hingga tahunan, hanya karena merasa menderita dan takut akan masa depan ia sendiri. Dimana ia sendiri tidak mengetahui apakah akan terjadi atau tidak.
Sebenarnya inilah yang dimaksud kecemasan pada diri sendiri dan ini adalah merupakan penyakit yang berbahaya.
Umumnya sebagian besar kecemasan itu berkaitan dengan hal-hal yang tidak dapat kita kuasai, sehingga kita terjangkiti perasaan cemas seperti yang kita kehendaki sendiri, misal sakit, kesulitan ekonomi dst. Rasa kecemasan ini tidak akan membawa kedamaian , kesenangan , perbaikan ekonomi keluarga, dan bahkan membaiknya keseshatan. Kita sebagai seorang manusia tidak mempunyai kekuasaan untuk mengatasi hal-hal itu. Yakinlah saudaraku, sebenarnya musibah yang menjadikan kita merasa cemas, biasanya tidak separah apa yang terbayang oleh kita ( Dr Wayne, dalam 10 secrets for succes and inner peace).
Menyusun rencana masa depan harus kita bedakan dengan perasaan cemas karena masa depan.
Rasulullah saw, bersabda yang artinya ,” Bersungguh-sungguhlah dengan hal yang bermanfaat bagimu “.
Menyusun rencana masa depan adalah hal penting dan perlu karena ini merupakan bagian dari bersungguh-sungguh untuk hal yang bermanfaat sebagaimana hadits diatas.
Saudaraku , bayangkanlah. Saat ini anda makan buah apel nan nikmat dan manis. Anda duduk di beranda rumah dipinggir kebun yang luas dengan angin sepoi-sepoi.
Apakah saat seperti ini berpengaruh pada kebahagiaan anda ?
Apakah rasa buah segar itu ikut berpengaruh pada kenyamanan anda ?
Apakah rasa lelah tahun lalu mempengaruhi anda saat ini ?
Apakah kerugian besar yang anda alami beberapa waktu lalu mengganggu kenyamanan anda saat ini ?
Tentu tidak, saat ini anda benar-benar menikmati hari-hari anda.
Nikmatilah hari ini dan jangan mengganggunya. Jangan mencemaskan masa depan yang belum jelas terlihat oleh anda. Biarkan masa depan ada ditangan Allah dan biarkan anda sendiri tidak mengetahuinya, Percayalah pada Allah.
Kerjakan yang bermanfaaat bagi anda, jangan terlalu memikirkan masa lalu.
Curahkan semua usaha anda dan kerjakan sesuatu yang mengandung nilai kebaikan yang bermanfaat bagi anda dan orang lain.
Firman Allah, “ Da, barang siapa yang bersyukur (kepada Allah) , maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri “, (Qs. Luqman : 12).
Saudaraku, bila seoranghamba ridha, maka ridhanya bisa menjadi nikmat dan karunia, beban yang diembannya juga semakin ringan dan ada kegembiraan yang dirasakannya.Namun apabila dia marah, maka beban yang dirasakannya akan semakin berat dan tidak menambah kecuali kesulitan.
Allahu a’lam
Sumber : Adil Fathi Abdullah, membangun positive thingking secara Islam
Sebaliknya, perasaan cemas karena masa depan adalah tindakan negatif yang membahayakan. Sungguh disayangkan bila seseorang sampai mencampur adukkan antara berencana untuk masa depan dan merasa cemas karena masa depan.
Saudaraku, lihatlah bagaimana Rasulullah saw berlindung kepada Allah dari perasaan sedih. Hadits riwayat Anas ra, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya , ” Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kesusahan dan kesedihan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari perasaan lemah dan malas, dari rasa takut dan bakhil, dari terjepit oleh hutang dan penguasaan orang-orang “, (Hr Bukhari-Muslim).
Dr Wayne W , menyatakan bahwa “ cemas adalah penyakit yang telah mewabah dalam budaya manusia. Diperkirakan setiap orang menghabiskan waktunya lebih dari yang diperlukan saat ini hanya untuk mencemaskan masa depan. Semua itu tidak ada gunanya karena setiap kali kita cemas, hal ini tidak menyebabkan urusan menjadi lebih baik. Kenyataanya , rasa cemas ini menjadikan seseorang kurang dapat beradaptasi dengan masa kini ”.
Seorang hamba memang tidak bisa terlepas dari masa lalu, ada perasaan sedih karena masa lalu. Bisa juga karena alasan mengingat masa lalu yang tidak mungkin kembali lagi, dan merupakan suatu kelemahan yang menjadikan seorang hamba merasa terus terbelenggu dan hanya akan menjadikan lemah dan tiada berdaya.
Rasulullah saw melarang kita untuk menyesali hal-hal keduniaan yang terjadi dimasa lalu. Rasulullah saw melarang seseorang untuk mengatakan “ Seandainya (tempo hari) aku melakukan ini , niscaya... “
Rasulullah bersabda, “ Bersungguh-sunggulah pada hal yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Allah serta jangan merasa lemah. Bila kamu ditimpa sesuatu, janganlah kamu mengatakan ,’ Seandainya (tempo hari) aku melakukan ini, niscaya begini-begini’,. Katakanlah,’Allah telah mentakdirkan dan apa yang Allah kehendaki maka itu terjadi’. Sesungguhnya kata seandainya akan membuka pintu perbuatan setan”. (Hr Muslim).
Hadits tersebut membimbing seorang hamba agar bersungguh-sungguh mengerjakan sesuatu yang bermanfaat baginya dan meminta pertolongan Allah dari hal ini.
Hadits ini kenjelaskan pula bahwa barang siapa meminta pertolongan Allah, maka hamba tersebut tidak akan menjadi lemah, Jadi ada motivasi seorang hamba agar lebih percaya diri atas kesuksesan dan tidak berputus asa.
Seorang hamba yang benar adalah sosok yang ridha dengan ketentuan takdir Allah SWT. Jika terjadi sesuatu yang tidak disukai, maka ia mengatakan ,” Semuanya telah menjadi takdir Allah, apa yang Allah kehendaki pasti terjadi”.
Hamba ini telah mengatakan dengan jiwa yang ridha dan tenang.
Saudaraku , janganlah menyesali peristiwa masa lalu pada saat sekarang, karena ini sama saja dengan membuang-buang waktu.
Kita hidup pada hari ini, dan berusahalah agar hari ini lebih baik dari kemarin.
Selain daripada itu. Banyak juga diantara kita yang membuang-buang waktunya dari menit hingga tahunan, hanya karena merasa menderita dan takut akan masa depan ia sendiri. Dimana ia sendiri tidak mengetahui apakah akan terjadi atau tidak.
Sebenarnya inilah yang dimaksud kecemasan pada diri sendiri dan ini adalah merupakan penyakit yang berbahaya.
Umumnya sebagian besar kecemasan itu berkaitan dengan hal-hal yang tidak dapat kita kuasai, sehingga kita terjangkiti perasaan cemas seperti yang kita kehendaki sendiri, misal sakit, kesulitan ekonomi dst. Rasa kecemasan ini tidak akan membawa kedamaian , kesenangan , perbaikan ekonomi keluarga, dan bahkan membaiknya keseshatan. Kita sebagai seorang manusia tidak mempunyai kekuasaan untuk mengatasi hal-hal itu. Yakinlah saudaraku, sebenarnya musibah yang menjadikan kita merasa cemas, biasanya tidak separah apa yang terbayang oleh kita ( Dr Wayne, dalam 10 secrets for succes and inner peace).
Menyusun rencana masa depan harus kita bedakan dengan perasaan cemas karena masa depan.
Rasulullah saw, bersabda yang artinya ,” Bersungguh-sungguhlah dengan hal yang bermanfaat bagimu “.
Menyusun rencana masa depan adalah hal penting dan perlu karena ini merupakan bagian dari bersungguh-sungguh untuk hal yang bermanfaat sebagaimana hadits diatas.
Saudaraku , bayangkanlah. Saat ini anda makan buah apel nan nikmat dan manis. Anda duduk di beranda rumah dipinggir kebun yang luas dengan angin sepoi-sepoi.
Apakah saat seperti ini berpengaruh pada kebahagiaan anda ?
Apakah rasa buah segar itu ikut berpengaruh pada kenyamanan anda ?
Apakah rasa lelah tahun lalu mempengaruhi anda saat ini ?
Apakah kerugian besar yang anda alami beberapa waktu lalu mengganggu kenyamanan anda saat ini ?
Tentu tidak, saat ini anda benar-benar menikmati hari-hari anda.
Nikmatilah hari ini dan jangan mengganggunya. Jangan mencemaskan masa depan yang belum jelas terlihat oleh anda. Biarkan masa depan ada ditangan Allah dan biarkan anda sendiri tidak mengetahuinya, Percayalah pada Allah.
Kerjakan yang bermanfaaat bagi anda, jangan terlalu memikirkan masa lalu.
Curahkan semua usaha anda dan kerjakan sesuatu yang mengandung nilai kebaikan yang bermanfaat bagi anda dan orang lain.
Firman Allah, “ Da, barang siapa yang bersyukur (kepada Allah) , maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri “, (Qs. Luqman : 12).
Saudaraku, bila seoranghamba ridha, maka ridhanya bisa menjadi nikmat dan karunia, beban yang diembannya juga semakin ringan dan ada kegembiraan yang dirasakannya.Namun apabila dia marah, maka beban yang dirasakannya akan semakin berat dan tidak menambah kecuali kesulitan.
Allahu a’lam
Sumber : Adil Fathi Abdullah, membangun positive thingking secara Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar