Selasa, 27 Januari 2009
Mangelola rasa marah
Sebab-sebab datangnya perasaan ini pun bisa bermacam-macam. Dari masalah yang mungkin dianggap orang lain sepele hingga masalah besar, dapat menjadi pemicunya. Bisa berawal dari perbedaan pendapat, perbedaan sudut pandang , adanya potensi konflik kepentingan ,atau ketidakcocokan, hingga sampai pada iri dan dengki. Bila ini dibiarkan lama bercokol dalam hati, maka akan menjadikan hati menjadi tidak sehat. Pemiliknya pun akan stress dan jauh dari ketentraman. Lebih jauh lagi, hal itu bisa menjauhkan manusia dari Rabb-Nya.
Bagaimana mengelola rasa sakit hati, agar tidak membuahkan dosa dan azab-Nya bagi kita sendiri?
Allah dan Rasul-Nya telah mengajarkan penawarnya, antara lain
Muhasabah (Koreksi Diri)
Sebelum kita menyalahkan orang lain, seharusnyalah kita melihat diri kita sendiri. Bisa jadi kita merasa tersakiti oleh saudara kita, padahal ia tak bermaksud menyakiti. Cobalah bertanya pada diri sendiri, mengapa saudara kita sampai bersikap demikian. Jangan-jangan kita sendiri yang telah membuat kesalahan.
Menjauhkan diri dari sifat iri, dengki dan ambisi
Iri, dengki dan ambisi adalah beberapa celah yang menjadi pintu bagi syetan untuk memasuki hati manusia. Ambisi yang berlebihan, dapat membutakan seseorang hambai. Bila tidak dikendalikan dengan iman, sifat yang ambisius cenderung akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan ambisinya.
Demikian sifat iri dan dengki. Sifat ini berasal dari kecintaan terhadap hal-hal yang bersifat materi, kehormatan dan pujian. Kita tidak akan tenang bila dalam hati ada sifat ini. Seorang hamba akan sulit dan dijauhkan dari rasa bersyukur, karena selalu merasa kurang. Ia selalu memandang ke atas, dan seolah tidak rela melihat orang lain memiliki kelebihan atas dirinya. Maka hapuslah terlebih dahulu sikap cinta dunia, sehingga dengki pun sirna.
Rasulullah bersabda, “Tidak boleh dengki kecuali kepada dua orang. Yaitu orang yang diberi harta oleh Allah, kemudian memenangkannya atas kerakusannya di jalan yang benar. Dan orang yang diberi hikmah oleh Allah, kemudian memutuskan persoalan dengannya dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Menjauhkan diri dari sifat amarah dan keras hati
Bila marah telah menguasai hati manusia, maka seorang hamba bisa bertindak tanpa pertimbangan akal. Jika akal sudah melemah, tinggallah hawa nafsu. Dan syetan pun semakin mudah melancarkan serangannya, lalu mempermainkan diri manusia.
Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin menyebutkan bahwa Iblis pernah berkata, “Jika manusia keras hati, maka kami bisa membaliknya sebagai anak kecil yang membalik bola.”
Menumbuhkan sifat pemaaf
Firman Allah, yang artinya “Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (Qs. Al-A’raf: 199).
Allah sang Khaliq adalah Maha Pemaaf terhadap hamban-Nya. Tak peduli sebesar gunung atau sedalam lautan kesalahan seorang hamba, jika ia bertaubat dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan membukakan pintu maaf selebar-lebarnya.
Kita sebagai manusia yang lemah, sungguh tidak sepantasnya berlaku sombong. Dengan berusaha untuk bisa memaafkan kesalahan orang lain, sebelum ia meminta maaf. Insya Allah, yakinlah , hati akan lebih terasa lapang.
Rasulullah bersabda,yang artinya “Bertakwalah kepada Allah dimana engkau berada, tindaklanjutilah kesalahan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut menghapus kesalahan tersebut, dan pergaulilah manusia dengan ahlak yang baik.” (HR. Hakim dan At-Tirmidzi)
Husnudhdhan (berprasangka baik)
Allah berfirman, yang artinya “Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan jangalah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (QS. Al-Hujurat : 12)
Adakalanya diantara kita kadang berburuk sangka terhadap seorang lainnya sehingga ia melecehkan saudaranya. Ia mengatakan yang macam-macam tentang saudaranya, dan menilai dirinya lebih baik. Tentu, itu adalah hal yang tidak dibenarkan. Akan tetapi, hendaknya setiap muslim harus mawas diri terhadap titik-titik rawan yang sering memancing tuduhan, agar orang lain tidak berburuk sangka kepadanya.
Menumbuhkan Sikap Ikhlas
Ikhlas adalah kata yang ringan untuk diucapkan, tetapi sungguh berat untuk dilakukan. Seorang hamba yang ikhlas dapatmenjaga hatinya dan meniatkan segala tindakannya kepada Allah. Apabila Allah mengujinya dengan kenikmatan, maka ia bersyukur. Bila Allah mengujinya dengan kesusahannya pun ia bersabar. Ia selalu percaya bahwa Allah akan senantiasa memberikan yang terbaik bagi hambanya.
Orang yang ikhlas akan lebih mudah menentramkan kalbunya untuk menyerahkan segalanya hanya kepada Allah. Hanya kepada-Nyalah ia mengantungkan harapan.
Dada pun terasa lapang.
Insya Allah.
Sumber : http://safuan.wordpress.com ,Minhajul Qashidin. Ibnu Qudamah
Minhajul Muslim. Abu Bakr Jabir Al-Jazairi Majalah Nikah edisi 6/I/2002. hal. 32-33
Doa bisa mengubah takdir ?
Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Tidak ada yang dapat menolak taqdir (ketentuan) Allah ta’aala selain do’a. Dan Tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.” (HR Tirmidzi 2065)
Sungguh , istimewa kedudukan do’a dalam ajaran Islam. Dengan do'a seseorang bisa berharap bahwa taqdir yang Allah ta’aala tentukan atas dirinya berubah. Hal ini merupakan sebuah berita gembira bagi yang selama ini merasa hidupnya diwarnai penderitaan dan kesedihan . Ia akan menjadi orang yang optimis. Sebab keadaan hidupnya yang selama ini dirasakan hanya berisi kesengsaraan dapat berakhir dan berubah. Asal ia tidak berputus asa dari rahmat Allah ta’aala dan ia mau bersungguh-sungguh meminta dengan do’a yang tulus kepada Allah ta’aala Yang Maha Berkuasa.
Doa, menurut ilmu bahasa adalah kata benda. Ditinjau dari pendekatan kuantum, doa adalah gelombang energi kuanta yang disebut pikiran dan perasaan (dimana keduanya juga merupakan kata benda).
Memang saudaraku, seringkali kita setelah berdoa namun masih merasa cemas, takut dan gundah, itu bisa diartikan keyakinan kita akan doa itu sendiri masih perlu dipertebal. Kita sering menyangsikan sendiri, kita sulit untuk yakin terhadap efektivitas doa kita. Justru kondisi inilah yang mengakibatkan berkurangnya kepercayaan kita terhadap Allah.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ
“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah ta’aala mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS Az-Zumar 53-54)
Demikianlah, hanya orang yang tetap berharap kepada Allah ta’aala saja yang dapat bertahan menjalani kehidupan di dunia betapapun pahitnya taqdir yang ia jalani. Ia akan senantiasa menanamkan dalam dirinya bahwa jika ia memohon kepada Allah ta’aala dalam keadaan apapun, yakinlah maka derita dan kesulitan yang dihadapi akan berubah.
Jangan berikan peluang kata-kata “mengapa” alam sebuah keyakinan . Kata-kata “mengapa” ini akan mengganggu kita, menunjukkan kepada kita bahawa kita belum yakin terhadap doa yang kita panjatkan.
Dengan berlatih terus , kita akan bisa mencapai apa yang dikatakan orang sebagai mencapai kepasrahan total. Yakinlah , percayakan semua persoalan kita kepada Allah.
Sebagaimana hadits riwayat Muslim as-Shalah IV/200, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Janganlah seorang dari kalian mengatakan, Ya Allah ampunilah aku jika Engkau menghendaki . Ya Allah kasihanilah aku jika Engkau Menghendaki. Tetapi hendaklah bersungguh-sungguh dalam meminta, sebab tidak ada yang bisa memaksa-Nya”.
Seorang hamba yang jauh dari Allah ta’aala dengan sendirinya akan meninggalkan kebiasaan berdo’a dan memohon kepada Allah ta’aala. Ia akan terjatuh pada salah satu dari dua bentuk ekstrimitas. Pertama, ia akan mudah berputus asa. Atau kedua, ia akan lari kepada fihak lain untuk menjadi sandarannya demi merubah keadaan.
Begitu ia bersandar kepadaselain Allah. Maka pada saat itu pulalah Allah ta’aala akan mengabaikan orang itu dan membiarkannya berjalan mengikuti situasi dan kondisi yang tersedia. Sedangkan orang tersebut dinilai sebagai seorang yang mempersekutukan Allah ta’aala dengan yang lain, sehingga orang tersebut telah jatuh ke dalam kemusyrik-kan
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu berfirman, "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS Al-Mu’min 60)
Dan yang tidak kalah pentingnya bahwa seorang muslim tidak boleh pernah berhenti meminta kepadaNya, karena sikap demikian merupakan suatu kesombongan yang akan menjebloskannya ke dalam siksa Allah ta’aala yang pedih. Maka Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدْعُ اللَّهَ غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ
“Barangsiapa tidak berdo’a kepada Allah ta’aala, maka Allah ta’aala murka kepadaNya.” (HR Ahmad 9342)
Saudaraku, janganlah berputus asa dari rahmat Allah ta’aala. Bila Anda merasa taqdir yang Allah ta’aala tentukan bagi hidup Anda tidak memuaskan, maka tengadahkanlah kedua tangan dan berdo’alah kepada Allah ta’aala. Allah ta’aala Maha Mendengar dan Maha Berkuasa untuk mengubah taqdir Anda. Barangkali di antara do’a yang baik untuk diajukan sebagai bentuk harapan agar Allah ta’aala mengubah taqdir ialah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ
“Ya Allah, perbaikilah agamaku untukku yang mana ia merupakan penjaga perkaraku. Perbaikilah duniaku yang di dalamnya terdapat kehidupanku. Perbaikilah akhiratku untukku yang di dalamnya terdapat tempat kembaliku. Jadikanlah hidupku sebagai tambahan untukku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah matiku sebagai istirahat untukku dari segala keburukan.” (HR Muslim 4897)
Saudaraku , seringkali kita sudah merasa banyak berdoa dan meminta segala keinginan namun pada saat yang sama, kita masih merasa kuatir dan kecemasan dalam pikiran kita. Justru rasa inilah yg akan merusak doa kita. Bila seorang hamba telah menyerahkan segala persoalannya kepada Allah, mengapa mesti cemas ?
Janganlah kita menuntut segera dikabulkan. Janganlah mengatakan ,’aku sudah berdoa , tetapi mengapa belum dikabulkan? ‘
Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Doa salah seorang dari kalian akan dikabulkan, selagi tidak mengucapkan,’aku telah berdoa, tetapi mengapa belum dikabulkan? “ (hadits riwayat Muslim, at Jihad XII/152 dari Ibn Mas’ud).
Allahu a’lam
Sumber : eramuslim
Senin, 26 Januari 2009
Rahasia SHALAT
Saudaraku, ayat ini menjelaskan adanya keterkaitan antara shalat dan perilaku yang ditunjukkan oleh seorang hamba. Pengaruh shalat seharusnya memang dapat dijadikan tolak ukur untuk memperbaiki tingkah laku seorang hamba. Shalat itu membersihkan jiwa, menyucikannya, mengkondisikan seorang hamba untuk munajat kepada Allah Swt di dunia dan taqarrub dengan-Nya di akhirat. (Jabir Al-Jazairi, 2004: 298).
Shalat merupakan media komunikasi langsung antara sang Khlalik dan seorang hamba. Media komunikasi ini sekaligus sebagai media untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur atas segala nikmat. Selain itu, shalat bisa menjadi media untuk mengungkapkan apapun yang dirasakan seorang hamba. Dalam psikologi dikenal istilah katarsis, secara sederhana berarti mencurahkan segala apa yang terpendam dalam diri, positif maupun negatif. Maka, shalat bisa menjadi media katarsis yang akan membuat seseorang menjadi tentram hatinya.
Shalat sebagai salah satu bagian penting ibadah tidakak hanya memiliki hikmah spesifik dalam setiap gerakan dan rukunnya, namun secara umum shalat juga memiliki pengaruh drastis terhadap perkembangan kepribadian seorang muslim. Manfaatnya tanpa terasa dan secara gradual akan masuk dalam diri muslim yang taat melaksanakannya.
Keterkaitan Shalat dan Akhlak
Shalat sebagai tiang agama, juga sebagai cahaya terang keyakinan, obat pelipur ragam penyakit di dalam dada dan pengendali segala problem yang kehidupan hamba . Oleh karenanya, shalat seharusnya dapat mencegah perilaku keji dan munkar, menjauhkan hawa nafsu yang condong pada kejelekan untuk mencampakkannya sejauh mungkin (Asykuri, tt:137)
Sayangnya sekali , apabila shalat dipandang hanya dalam bentuk formal ritual, mulai dari takbir, ruku’, sujud, dan salam. Sebuah kombinasi gerakan fisik yang terkait dengan tatanan fikih, tanpa ada kemuan yang mendalam atau keinginan untuk memahami hakikat yang terkandung di dalam simbol-simbol shalat. Berikut ini adalah nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam proses menjalankan ibadah shalat.
Pertama, latihan kedisiplinan. Waktu pelaksanaan shalat sudah ditentukan sehingga dengan senantiasa menjaga keteraturan ibadah dengan sunguh-sungguh, manusia akan terlatih untuk berdisiplin terhadap waktu (Toto Tasmara, 2001: 81).
Kedua, latihan kebersihan, sebelum shalat, seseorang disyaratkan untuk mensycikan dirinya terlebih dahulu, yaitu dengan berwudlu atau bertayammum. Hal ini mengandung pengertian bahwa shalat hanya boleh dikerjakan oleh orang yang suci dari segala bentuk najis dan kotoran sehingga kita diharapkan selalu berlaku bersih dan suci. Di sini, kebersihan yang dituntut bukanlah secara fisik semata, akan tetapi meliputi aspek non-fisik sehingga diharapkan orang yang terbiasa melakukan shalat akan bersih secara lahir maupun batin.
ketiga, latihan konsentrasi. Shalat melibatkan aktivitas lisan, badan, dan pikiran secara bersamaan dalam rangka menghadap ilahi. Ketika lisan mengucapkan Allahu Akbar, secara serentak tangan diangkat ke atas sebagai lambang memuliakan dan membesarkan, dan bersamaan dengan itu pula di dalam pikiran diniatkan akan shalat. Pada saat itu, semua hubungan diputuskan dengan dunia luar sendiri. Semua hal dipandang tidak ada kecuali hanya dirinya dan Allah, yang sedang disembah. Pemusatan seperti ini, yang dikerjakan secara rutin sehari lima sekali, melatih kemampuan konsentrasi pada manusia. Konsentrasi, dalam bahasa Arab disebut dengan khusyu’, dituntut untuk dapat dilakukan oleh pelaku shalat. Kekhusyukan ini sering disamakan dengan proses meditasi. Meditasi yang sering dilakukan oleh manusia dipercaya dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi dan mengurangi kecemasan.
Keempat, latihan sugesti kebaikan. Bacaan-bacaan di dalam shalat adalah kata-kata baik yang banyak mengandung pujian sekaligus doa kepada Allah. Memuji Allah artinya mengakui kelemahan kita sebagai manusia, sehingga melatih kita untuk senantiasa menjadi orang yang rendah hati, dan tidak sombong. Berdoa, selain bermakna nilai kerendahan hati, sekaligus juga dapat menumbuhkan sikap optimis dalam kehidupan. Ditinjau dari teori hypnosis yang menjadi landasan dari salah satu teknik terapi kejiwaan, pengucapan kata-kata (bacaan shalat) merupakan suatu proses auto sugesti, yang membuat si pelaku selalu berusaha mewujudkan apa yang telah diucapkannya tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Kelima, latihan kebersamaan. Dalam mengerjakan shalat sangat disarankan untuk melakukannya secara berjamaah (bersama orang lain). Dari sisi pahala, berdasarkan hadits nabi SAW jauh lebih besar bila dibandingkan dengan shalat sendiri-sendiri. Dari sisi psikologis, shalat berjamaah bisa memberikan aspek terapi yang sangat hebat manfaatnya, baik bersifat preventif maupun kuratif. Dengan shalat berjamaah, seseorang dapat menghindarkan diri dari gangguan kejiwaan seperti gejala keterasingan diri. Dengan shalat berjamaah, seseorang merasa adanya kebersamaan dalam hal nasib, kedudukan, rasa derita dan senang. Tidak ada lagi perbedaan antar individu berdasarkan pangkat, kedudukan, jabatan, dan lain-lain di dalam pelaksanaan shalat berjamaah.
Membudayakan Shalat AktualSesungguhnya, shalat yang kita dirikan itu pada hakikatnya merupakan samudera mutiara yang mencerdaskan ruhani. Shalat menunjukkan sikap batiniyah untuk mendapatkan kekuatan, kepercayaan diri, serta keberanian untuk tegak berdiri menapaki kehidupan dunia nyata melalui perilaku yang jelas, terarah, dan memberikan pengaruh pada lingkungan. Bagi orang yang memahami makna sholat, sesungguhnya dia akan mengejar waktu amanat tersebut, karena dengan shalat, dia mempunyai kekuatan untuk hidup melaksanakan amanat Allah.
Sholat bukan hanya sekedar ritual formal, melainkan ada muatan aktual, yaitu bukti nyata yang dirasakan. Alangkah tak berharganya makna shalat apabila tidak memberikan imbas untuk menjadi manusia yang bermanfaat dan menjauhi yang mungkar. Bila kita memberikan santunan kepada orang miskin, memperhatikan masa depan anak yatim dan derajat kaum lemah, sesungguhnya kita telah melengkapi sholat kita dari bentuk yang formal menjadi aktual, dari sikap perihatin menjadi perilaku. Inilah yang dimaksudkan dengan sholat kaffah, . Muatan moral yang dipresentasikan oleh shalat membekas di kalbu dan membentuk kecerdasan rohani yang sangat tajam yang kemudian melahirkan amal saleh, mencegah dirinya dari perbuatan keji dan mungkar.
Allahu’alam
Sumber : Tazkiyatun Nafs http://alrasikh.wordpress.com, by alrasikh
Kamis, 22 Januari 2009
sombong menuju kehinaan
Luqman berkata kepada anaknya:
وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اْلأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتاَلٍ فَخُوْرٍ
“Dan janganlah engkau memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong), dan janganlah berjalan dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang angkuh dan menyombongkan diri.” (Qs .Luqman: 18)
وَلاَ تَمْشِ فِي اْلأَرْضِ مَرَحاً إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ اْلأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِباَلَ طُوْلاً
Kepada puteranya , Luqman melarang untuk memalingkan wajah dan bermuka masam kepada orang lain karena sombong dan merasa dirinya besar, melarang dari berjalan dengan angkuh, sombong terhadap nikmat yang ada pada dirinya dan melupakan Dzat yang memberikan nikmat, serta kagum terhadap diri sendiri.
Karena Allah tidak menyukai setiap orang yang menyombongkan diri dengan keadaannya dan bersikap angkuh dengan ucapannya. (Taisirul Karimir Rahman hal. 649)
Pada ayat yang lain Allah melarang pula:
وَلاَ تَمْشِ فِي اْلأَرْضِ مَرَحاً إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ اْلأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِباَلَ طُوْلاً
“Dan janganlah berjalan di muka bumi dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mencapai setinggi gunung.” (Qs. Al-Isra`: 37)
Demikianlah, sifat takabur dapat mencapai semua itu. Bahkan ia akan menjadi seorang yang terhina di hadapan Allah k dan direndahkan di hadapan manusia, dibenci, dan dimurkai. Dia telah menjalani akhlak yang paling buruk dan paling rendah tanpa menggapai apa yang diinginkannya. (Taisirul Karimir Rahman, hal. 458)
Kehinaan.
‘Amr bin Syu’aib meriwayatkan dari ayahnya dari kakeknya dari Rasulullah , bahwa :
يُحْشَرُ الْمُتَكَبِّرُوْنَ يَوْمَ الْقِياَمَةِ أَمْثاَلَ الذَّرِّ فِيْ صُوْرَةِ الرِّجاَلِ، يَغْشاَهُمُ الذُّلُّ مِنْ كُلِّ مَكاَنٍ، يُسَاقُوْنَ إِلَى سِجْنٍ مِنْ جَهَنَّمَ يُسَمَّى بُوْلَسَ، تَغْلُوْهُمْ ناَرٌ مِنَ اْلأَنْياَرِ، وَيُسْقَوْنَ مِنْ عُصَارَةِ أَهْلِ النَّارِ طِيْنَةِ الْخَباَلِ
“Orang-orang yang sombong dikumpulkan pada hari kiamat seperti semut-semut kecil dalam bentuk manusia, diliputi oleh kehinaan dari segala arah, digiring ke penjara di Jahannam yang disebut Bulas, dilalap oleh api dan diberi minuman dari perasan penduduk neraka, thinatul khabal.1” (HR. At-Tirmidzi, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 434)
Seorang hamba yang sombong terancam dengan kemurkaan Allah . Demikian yang disabdakan Rasulullah saw, sebagaimana yang disampaikan oleh seorang shahabat mulia, ‘Abdullah bin ‘Umar :
مَنْ تَعَظَّمَ فِي نَفْسِهِ أَوِ اخْتَالَ فِي مِشْيَتِهِ لَقِيَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ
“Barangsiapa yang merasa sombong akan dirinya atau angkuh dalam berjalan, dia akan bertemu dengan Allah k dalam keadaan Allah murka terhadapnya.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Asy- Syaikh Al-Albani t dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 427)
Kesombongan (kibr) bukanlah pada orang yang senang dengan keindahan. Akan tetapi, kesombongan adalah menentang agama Allah k dan merendahkan hamba-hamba Allah SWT.
Demikian yang dijelaskan oleh Rasulullah tatkala beliau ditanya oleh ‘Abdullah bin ‘Umar , “Apakah sombong itu bila seseorang memiliki hullah2 yang dikenakannya?” Beliau menjawab, “Tidak.”
“Apakah bila seseorang memiliki dua sandal yang bagus dengan tali sandalnya yang bagus?”
“Tidak.”
“Apakah bila seseorang memiliki binatang tunggangan yang dikendarainya?”
“Tidak.”
“Apakah bila seseorang memiliki teman-teman yang biasa duduk bersamanya?” “Tidak.”
“Wahai Rasulullah, lalu apakah kesombongan itu?”
Kemudian beliau menjawab:
سَفَهُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Meremehkan kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 426)
Tak sedikit pun Rasulullah saw membuka peluang bagi seseorang untuk bersikap sombong. Bahkan beliau senantiasa memerintahkan untuk tawadhu’. ‘Iyadh bin Himar menyampaikan bahwa Rasulullah bersabda:
إِنَّ اللهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
“Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap tawadhu’ hingga tidak seorang pun menyombongkan diri atas yang lain dan tak seorang pun berbuat melampaui batas terhadap yang lainnya.” (HR. Muslim no. 2865)
Kebalikan denga hamba yang sombong, adalah orang yang berhias dengan tawadhu’ akan menggapai kemuliaan dari sisi Allah k, sebagaimana yang disampaikan oleh shahabat yang mulia, Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ للهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ
“Dan tidaklah seseorang bersikap tawadhu’ karena Allah, kecuali Allah akan mengangkatnya.” (HR. Muslim no. 2588)
Tawadhu’ karena Allah SWT ada dua makna.
Pertama,
merendahkan diri terhadap agama Allah, sehingga tidak tinggi hati dan sombong terhadap agama ini maupun untuk menunaikan hukum- hukumnya.
Kedua,
merendahkan diri terhadap hamba-hamba Allah karena Allah , bukan karena takut terhadap mereka, ataupun mengharap sesuatu yang ada pada mereka, namun semata-mata hanya karena Allah .
Kedua makna ini benar.
Apabila seseorang merendahkan diri karena Allah , maka Allah akan mengangkatnya di dunia dan di akhirat. Hal ini merupakan sesuatu yang dapat disaksikan dalam kehidupan ini. Seseorang yang merendahkan diri akan menempati kedudukan yang tinggi di hadapan manusia, akan disebut-sebut kebaikannya, dan akan dicintai oleh manusia. (Syarh Riyadhish Shalihin, 1/365)
Tak hanya sebatas perintah semata, kisah-kisah dalam kehidupan Rasulullah banyak melukiskan ketawadhu’an beliau. Beliau n adalah seorang manusia yang paling mulia di hadapan Allah SWT. Meski demikian, beliau menolak panggilan yang berlebihan bagi beliau.
Begitulah yang dikisahkan oleh Anas bin Malik tatkala orang-orang berkata kepada Rasulullah saw, “Wahai orang yang terbaik di antara kami, anak orang yang terbaik di antara kami! Wahai junjungan kami, anak junjungan kami!”
Beliau pun berkata: “Wahai manusia, hati-hatilah dengan ucapan kalian, jangan sampai kalian dijerumuskan oleh syaitan. Sesungguhnya aku tidak ingin kalian mengangkatku di atas kedudukan yang diberikan oleh Allah ta’ala bagiku. Aku ini Muhammad bin ‘Abdillah, hamba-Nya dan utusan-Nya.” (HR. An- Nasa`i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah, dikatakan dalam Ash-Shahihul Musnad fi Asy-Syamail Muhammadiyah no. 786: hadits shahih menurut syarat Muslim)
Anas bin Malik mengisahkan:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزُوْرُ اْلأَنْصَارَ فَيُسَلِّمُ عَلَى صِبْيَانِهِمْ وَيَمْسَحُ بِرُؤُوْسِهِمْ وَيَدْعُو لَهُمْ
“Rasulullah n biasa mengunjungi orang-orang Anshar, lalu mengucapkan salam pada anak-anak mereka, mengusap kepala mereka dan mendoakannya.” (HR An. Nasa`i, dikatakan dalam Ash- Shahihul Musnad fi Asy-Syamail Muhammadiyah no. 796: hadits hasan)
Ketawadhu’an Rasulullah saw ini menjadi gambaran nyata yang diteladani oleh para shahabat. Anas bin Malik pernah melewati anak-anak, lalu beliau mengucapkan salam pada mereka. Beliau n mengatakan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُهُ
“Nabi saw biasa melakukan hal itu.” (HR. Al-Bukhari no. 6247 dan Muslim no. 2168)
Memberikan salam kepada anak-anak ini dilakukan oleh Nabi dan diikuti pula oleh para shahabat beliau . Hal ini merupakan sikap tawadhu’ dan akhlak yang baik, serta termasuk pendidikan dan pengajaran yang baik, serta bimbingan dan pengarahan kepada anak-anak, karena anak-anak apabila diberi salam, mereka akan terbiasa dengan hal ini dan menjadi sesuatu yang tertanam dalam jiwa mereka.(Syarh Riyadhish Shalihin, 1/366-367)
Pernah Abu Rifa’ah Tamim bin Usaid zmenuturkan sebuah peristiwa yang memberikan gambaran ketawadhu’an Nabi serta kasih sayang dan kecintaan beliau terhadap kaum muslimin:
اِنْتَهَيْتُ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَخْطُبُ، فَقُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ، رَجُلٌ غَرِيْبٌ جَاءَ يَسْأَلُ عَنْ دِيْنِهِ لاَ يَدْرِي مَا دِيْنُهُ؟ فَأَقْبَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَرَكَ خُطْبَتَهُ حَتَّى انْتَهَى إِلَيَّ فَأُتِيَ بِكُرْسِيٍّ، فَقَعَدَ عَلَيْهِ، وَجَعَلَ يُعَلِّمُنِي مِمَّا عَلَّمَهُ اللهُ، ثُمَّ أَتَى خُطْبَتَهُ فَأَتَمَّ آخِرَهَا
“Aku pernah datang kepada Rasulullah ketika beliau berkhutbah. Lalu aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, seorang yang asing datang padamu untuk bertanya tentang agamanya, dia tidak mengetahui tentang agamanya.’
Maka Rasulullah pun mendatangiku, kemudian diambilkan sebuah kursi lalu beliau duduk di atasnya. Mulailah beliau mengajarkan padaku apa yang diajarkan oleh Allah. Kemudian beliau kembali melanjutkan khutbahnya hingga selesai.” (HR. Muslim no. 876)
Begitu banyak anjuran maupun kisah kehidupan Rasulullah n yang melukiskan ketawadhu’an beliau. Demikian pula dari para shahabat g. Tinggallah kembali pada diri ayah dan ibu. Jalan manakah kiranya yang hendak mereka pilihkan bagi buah hatinya? Mengajarkan kerendahan hati hingga mendapati kebahagiaan di dua negeri, ataukah menanamkan benih kesombongan hingga menuai kehinaan di dunia dan akhirat?
Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.
Sumber : Al-Ilmu, Darus Salaf, DarusSalaf, Islam, Muslimah, Muslimah Salaf, Muslimah Salafi, Muslimah Salafy, Salaf, Salafi, Salafy, Syariah, asysyariah, thullabul-ilmiy, http://artikelislam.wordpress.com
1 Thinatul khabal adalah keringat atau perasan dari penduduk neraka.
2 Hullah adalah pakaian yang terdiri dari dua potong baju.
Selasa, 20 Januari 2009
tips Cuci mobil, mesin gak ngadat.
Sobat, ada beberapa komponen yang membutuhkan perlakukan khusus ketika dapur pacu akan disemprot air. Bukannya nggak boleh kena air, namun asal kondisi mesin tidak sedang hidup. Misalnya peranti kelistrikan.
Soket-soket kable contohnyaa, ada baiknya setelah terkena air segera dikeringkan. Terutama untuk mobil keluaran 90 an . Bisa jadi kondisi soketnya sudah gak seperti baru lagi. Bila kena air bertekanan tinggi , soket dikawatirkan bisa lepas. Untuk mobil-mobil anda yang keluaran baru, umumnya soketnya sudah dilengkapi sealer.
Untuk pengeringan sebaiknya ditiup menggunakan angin kompresor. Dimaksudkan agar air yang terselip di sela-sela kabel segera hilang menguap. Begitu pula untuk distributor, alternator ataupun lubang dudukan busi di mesin. Untuk amannya deh, tutup distributor harus dibuka dan semprotkan angin ke dalamnya.
Untuk lubang dudukan besi, hindarkan bagian ini tergenang air cucian. Memang she, kemungkinan masuk kedalam mesin sangat kecil, tetapi ada baiknya tetap disemprot angin.
Bagian lain yang perlu, moncong saringan udara. Terutama buat rumah filter yang masih menempel diatas karburator. Pada umumnya ujung corong menghadap kedepan. Perlu hati-hati menyemprot , air bisa masuk. Akibatnya gejala water hammer bisa saja terjadi. Resiko harus turun mesin.
Untuk mengatasi ini, tutup moncong pakai kantong plastik. Hal ini bisa juga dilakukan pada tutup distributor, alternator, kepala aki, dan atau komponen-komponen listrik lainnya.
Juga , perlu anda perhatikan, jangan langsung menyemprot secara langsung kebagian tersebut diatas. Anda sebaiknya, membersihkan bagian bawah mesin dahulu. Sebelum disiram, sikat bagian yang kotor dengan campuran minyak tanah dan sabun cuci.
Baru diguyur air. Untuk lebih aman lagi. Yaa, bagian diatas cukup dilap dengan kain basah. Atau menggunakan produk-produk pembersih yang banyak ditemui dipasaran.
Dan, akhirnya pastikan kondisi mesin dalam keadaan dingin. Jangan menyiram saat mesin masih panas. Pendinginan yang mendadak ini, bisa mengakibatkan penyusutan peralatan metal atau lainnya dengan cepat, dengan resiko mudah retak atau cepat membuat bagian karet-karet menjadi rusak.
Selamat menikmati acara mencuci mobil kesayangan anda.
Allahu a’lam
Sumber : Aneka tips merawat mobil, Otomotif
menjauhi Riya'
Riya’ dan semua derivatnya itu merupakan akhlaq yang tercela dan merupakan sifat orang-orang munafiq.
Allah berfirman: “Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (An-Nisaa’: 142)
Riya’ ini termasuk syirik ashgar namun terkadang bisa juga sampai pada derajat syirik akbar. Al-Imam Ibnul Qayyim berkata ketika memberikan perumpamaan untuk syirik ashgar: “Syirik ashgar itu seumpama riya’ yang ringan.”
Perkataan beliau ini mengindikasikan bahwa ada riya’ yang berat yang bisa sampai pada derajat syirik besar, wallahu a’lam.
Suatu ibadah yang tercampuri oleh riya’, maka tidak lepas dari tiga (3) keadaan:
1.Yang menjadi motivator dilakukannya ibadah tersebut sejak awal adalah memang riya’ seperti misalnya seorang yang melakukan sholat agar manusia melihatnya sehingga disebut sebagai orang yang shalih dan rajin beribadah. Dia sama sekali tidak mengharapkan pahala dari Allah. Yang seperti ini jelas merupakan syirik dan ibadahnya batal.
2. Riya tersebut muncul di tengah pelaksanaan ibadah. Yakni yang menjadi motivator awal sebenarnya mengharapkan pahala dari Allah namun kemudian di tengah jalan terbersit lah riya’. Yang seperti ini maka terbagi dalam dua kondisi:
- a. Jika bagian akhir ibadah tersebut tidak terikat atau tidak ada hubungannya dengan bagian awal ibadah, maka ibadah yang bagian awal sah sedangkan yang bagian akhir batal. Contohnya seperti yang disampaikan yaitu seseorang bershadaqah dengan ikhlash sebesar 100 ribu, kemudian dia melihat di dompet masih ada sisa, lalu dia tambah shodaqahnya 100 ribu kedua namun dicampuri riya. Nah dalam kondisi ini, 100 ribu pertama sah dan berpahala sedangkan 100 ribu yang kedua gugur.
- b. Jika bagian akhir ibadah tersebut terikat atau berhubungan dengan bagian awalnya maka hal ini juga terbagi dalam dua keadaan:
• - Kalau pelakunya melawan riya’ tersebut dan sama sekali tidak ingin terbuai serta berusaha bersungguh-sungguh untuk tetap ikhlash sampai ibadahnya selesai, maka bisikan riya’ ini tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap nilai pahala ibadah tersebut. Dalilnya adalah sabda Nabi: “Sesungguhnya Allah memaafkan umatku akan apa yang terbersit di benaknya selama hal itu belum dilakukan atau diucapkan.” (HR Al-Bukhari dari Abu Hurairah) Contohnya adalah seseorang yang sholat dua rakaat dan sejak awal ia ikhlas karena Allah semata. Pada rakaat kedua terbersitlah riya di hatinya lataran dia sadar ada orang yang sedang memperhatikannya. Namun ia melawannya dan terus berusaha agar tetap ikhlash karena Allah semata. Nah yang demikian ini maka shalatnya tidak rusak insya Allah dan dia tetap akan mendapatkan pahala sholatnya.
• - Pelakunya tidak berusaha melawan riya’ yang muncul bahkan larut dan terbuai di dalamnya. Yang demikian ini maka rusak dan gugur pahala ibadahnya. Contohnya adalah seperti yang disebutkan yaitu seseorang shalat maghrib ikhlash karena Allah semata. Di rakaat kedua muncul lah riya’ di hatinya. Nah kalau dia ini hanyut dalam riya’nya dan tidak berusaha melawan maka gugurlah sholatnya.
3. Riya tersebut muncul setelah ibadah itu selesai dilaksanakan. Yang demikian ini maka tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap ibadahnya tadi.
Namun perlu dicatat, jika apa yang dilakukan adalah sesuatu yang mengandung benih permusuhan seperti misalnya al-mannu wal adzaa dalam bershadaqah, maka yang demikian ini akan menghapus pahalanya.
Allah berfirman: “Janganlah kalian menghilangkan pahala shadaqah kalian dengan menyebut-nyebutnya atau menyakiti (perasaan si penerima) seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak berimana kepada Allah dan hari kemudian.” (Al-Baqarah: 264)
Nabi bersabda: “Barangsiapa yang kebaikannya membuat dia senang serta kejelekannya membuat dia sedih, maka dia adalah seorang mu’min (sejati).” (HR. At-Tirmidzi dari Umar bin Khaththab)
Dan Nabi pernah ditanya yang semisal ini kemudin bersabda: “Yang demikian itu merupakan kabar gembira yang disegerakan bagi seorang mu’min.” (HR. Muslim dari Abu Dzar)
Bahaya Riya'
Dalam sebuah hadis, Rasulullah bercerita, ''Di hari kiamat nanti ada orang yang mati syahid diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke neraka. Lalu orang itu melakukan protes, 'Wahai Tuhanku, aku ini telah mati syahid dalam perjuangan membela agama-Mu, mengapa aku dimasukkan ke neraka?' Allah menjawab, 'Kamu berdusta dalam berjuang. Kamu hanya ingin mendapatkan pujian dari orang lain, agar dirimu dikatakan sebagai pemberani.Dan, apabila pujian itu telah dikatakan oleh mereka, maka itulah sebagai balasan dari perjuanganmu'.'' Orang yang berjuang atau beribadah demi sesuatu yang bukan ikhlas karena Allah SWT, dalam agama disebut riya.
Sepintas, sifat riya merupakan perkara yang ringan, namun akibatnya bisa berat. Sifat riya dapat menghancurkan amal kebaikan, bagaikan air hujan yang menimpa debu di atas bebatuan.
Allah SWT berfirman, ''Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.'' (Al-Furqan: 23).
Abu Hurairah RA juga pernah mendengar Rasulullah bersabda, ''Banyak orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan shalat malam yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur semalaman.''
Begitu dahsyatnya penyakit riya ini, hingga ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah, ''Apakah keselamatan itu?''
Jawab Rasulullah, ''Apabila kamu tidak menipu Allah.''
Orang tersebut bertanya lagi, ''Bagaimana menipu Allah itu?''
Rasulullah menjawab, ''Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepadamu, maka kamu menghendaki amal itu untuk selain Allah.''
Saudaraku , sungguh berat untuk dapat menjadi hamba yang yang benar-benar ikhlas beribadah kepada Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau tujuan lainnya, baik dalam masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun kadarnya berbeda-beda antara satu dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan amaliyahnya, ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan manusia.
Tanda-tanda penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib. Kata beliau, ''Orang yang riya itu memiliki tiga ciri,
• malas beramal ketika sendiri , giat beramal ketika berada di tengah orang ramai,
• menambah amaliyahnya ketika dirinya dipuji, dan
• mengurangi amaliyahnya ketika dirinya dicela.''
Rasulullah bersabda, ''Takutlah kamu kepada syirik kecil.''
Para shahabat bertanya, ''Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik kecil?'' Rasulullah berkata, ''Yaitu sifat riya. Kelak di hari pembalasan, Allah mengatakan kepada mereka yang memiliki sifat riya, 'pergilah kalian kepada mereka, di mana kalian pernah memperlihatkan amal kalian kepada mereka semasa di dunia. Lihatlah apakah kalian memperoleh imbalan pahala dari mereka'?''
Sumber : http://mediabilhikmah.multiply.com
Pustaka: Al-Qaulul Mufid Syarhu Kitab At-Tauhid nya Al-Imam Ibnu Utsaimin, Bab Maa Jaa-a fir Riyaa’.
Rabu, 14 Januari 2009
Orang beriman banyak musibah
Rasulullah saw bersabda , yang artinya "Sesunguhnya seorang mukmin tercipta dalam keadaan Mufattan (penuh cobaan), Tawwab (senang bertaubat), dan Nassaa' (suka lupa), (tetapi) apabila diingatkan ia segera ingat". [Silsilah Hadits Shahih No. 2276].
Hadits ini merupakan hadits yang menjelaskan sifat-sifat mukmin, yang senantiasa menyatu dengan diri mereka, seolah-olah pakaian yang menempel pada tubuh dan tidak pernah terjauhkan dari mereka. Seorang ulama mengatakan ,bahwa orang yang ditakdirkan untuk masuk surga, pasti akan merasakan banyak kesulitan.
Saudaraku , setiap hamba pasti mengalami kesalahan, kealpaan, ketidaktahuan, dimana semuanya itu mengarahkan apa yang kita sebut sebagai suatu kegagalan. Musibah yang sesungguhnya adalah yang menimpa agama seseorang. Sementara musibah-musibah selain itu merupakan jalan keselamatan baginya, ada yang berfungsi sebagai pengampun dosa atau meningkatkan pahala.
Saudaraku, janganlah berputus asa, masih sangat banyak nikmat Allah. Gantilah kesedihan menjadi ridha terhadap takdir dan dengan shalat malam yang panjang. Akhir dari kesedihan adalah awal kebahagiaan.Satu kesulitan akan dikalahkan dengan dua kemudahan.
Allah tidak akan mengambil apapapun dari manusia kecuali Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik. Dan ini pasti akan terjadi bila kita bersabar dan ridha dengan keputuan-Nya, karena setiap musibah , setiap kesulitan yang ditakdirkan Allah merupakan ujian yang telah disiapkan imbalan berupa pahala yang sanagt mulia yaitu surga.
Mufattan ,
artinya : "Orang yang diuji (diberi cobaan) dan banyak ditimpa fitnah. Maksudnya : (orang mukmin) adalah orang yang waktu demi waktu selalu diuji oleh Allah dengan balaa' (bencana) dan dosa-dosa". [Faid-Qadir 5/491].
Dalam hal ini fitnah (cobaan) itu akan meningkatkan keimanannya, memperkuat keyakinannya dan akan mendorong semangatnya untuk terus menerus berhubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebab dengan kelemahan dirinya, ia menjadi tahu betapa Maha Kuat dan Maha Perkasanya Allah, Rabb-nya.
Dari riwayat shahih Bukhari-Muslim, Rasulullah bersabda, yang artinya , “ Per-umpamaan orang mukmin ibarat sebatang pokok yang lentur diombang-ambing angin, kadang hembusan angin merobohkannya, dan kadang-kadang meluruskannya kembali. Demikianlah keadaannya sampai ajalnya datang. Sedangkan perumpamaan seorang munafik, ibarat sebatang pokok yang kaku, tidak bergeming oleh terpaan apapun hingga (ketika) tumbang, (tumbangnya) sekaligus". [Bukhari : Kitab Al-Mardha, Bab I, Hadist No. 5643, Muslim No. 7023, 7024, 7025, 7026, 7027].
Saudaraku, demikianlah sifat seorang mukmin dengan keimanannya yang benar, dengan tauhidnya yang bersih dan dengan sikap iltizam (komitment)nya yang sungguh-sungguh.
Tawaab Nasiyy
artinya : "Orang yang bertaubat kemudian lupa, kemudian ingat, kemudian bertaubat". [Faid-Al Qadir 5/491].
Seorang mukmin dengan taubatnya, berarti telah mewujudkan makna salah satu sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala, yaitu sifat yang terkandung dalam nama-Nya : Al-Ghaffar (Dzat yang Maha Pengampun).
Allah berfirman, yang artinya : “ Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal shalih, kemudian tetap di jalan yang benar". (Qs.Thaha : 82).
Apabila diingatkan, Segera ingat.
Artinya : "Bila diingatkan tentang ketaatan, ia segera bergegas melompat kepadanya, bila diingatkan tentang kemaksiatan, ia segera bertaubat daripadanya, bila diingatkan tentang kebenaran, ia segera melaksanakannya, dan bila diingatkan tentang kesalahan ia segera menjauhi dan meninggalkannya".
Ia tidak sombong, dan tidak tinggi hati, tetapi tetap rendah hati kepada saudara-saudaranya, lemah lembut kepada sahabat-sahabatnya dan ramah tamah kepada teman-temannya, sebab ia tahu inilah jalan Ahlul Haq (pengikut kebenaran) dan jalannya orang shalihin.
Rasulullah saw, yang telah diberi wasiat oleh Rabb-nya dengan firman-Nya, yang artinya : “ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka .....". [Ali Imran : 159]
Saudaraku, bersabarlah, karena memang pasti banyak hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Janganlah kesedihan memadamkan semangat.
Allahu a’lam
sumber : Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halaby, Majalah Al-Ashalah edisi 15, Th III 15 Dzul Qa'dah 1415H, disalin dari Majalah As-Sunnah edisi 07/th III/1419-1998, Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah, Jl Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183
Senin, 12 Januari 2009
Kebahagiaan tertinggi
Beragam cara dilakukan untuk menggapainya. Misalnya dengan menggapai kekuasaan seseorang dapat berbuat banyak. Orang sakit menyangka, bahagia terletak pada kesehatan. Orang miskin menyangka, bahagia terletak pada harta kekayaan. Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada kekuasaan. dst
Islam menyatakan bahwa "Kesejahteraan' dan "kebahagiaan" itu bukan merujuk kepada sifat badani dan jasmani insan, bukan kepada diri hayawani sifat basyari; dan bukan pula dia suatu keadaan hayali insan yang hanya dapat dinikmati dalam alam fikiran belaka.
Dalam kondisi apa pun. maka "senangkanlah hatimu!" Jangan pernah bersedih.
"Kalau engkau kaya. senangkanlah hatimu! Karena di hadapanmu terbentang kesempatan untuk mengerjakan yang sulit-sulit melalui hartamu.
"Dan jika engkau fakir miskin, senangkan pulalah hatimu! Karena engkau telah terlepas dari suatu penyakit jiwa, penyakit kesombongan yang sering menimpa orang-orang kaya. Senangkanlah hatimu karena tak ada orang yang akan hasad dan dengki kepadamu lagi, lantaran kemiskinanmu..."
"Kalau engkau dilupakan orang, kurang masyhur, senangkan pulalah hatimu! Karena lidah tidak banyak yang mencelamu, mulut tak banyak mencacimu..."
Mudah-mudahan. Allah mengaruniai kita ilmu yang mengantarkan kita pada sebuah keyakinan dan kebahagiaan abadi, dunia dan akhirat.
Dalam Madarijus Salikin, Ibn Qayyim al-Jauziyah. Kegembiraan adalah kelezatan yang ada didalam hati karena mengetahui yang dicintai dan mendapatkan apa yang diinginkan. Kegembiraan (kebahagiaan) merupakan jenis kenikmatan yang paling tinggi. Kegembiraan karena sesuatu diatas keridhaan terhadap sesuatu. Sebab ridha merupakan thuma’ninah, ketenangan dan kelapanganhati. Sedangkan kegembiraan merupakan kelezatan dan kenikmatannya. Benarlah bila setiap orang yang gembira adalah orang yang ridha, namun tidak setiap orang yang ridha adalah gembira.
Kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu.
• Bilal bin Rabah bahagia dapat mempertahankan keimanannya meskipun dalam kondisi disiksa. • Imam Abu Hanifah bahagia meskipun harus dipenjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi hakim negara.
• Para sahabat nabi, rela meninggalkan kampung halamannya demi mempertahankan iman. Mereka bahagia. Hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinan.
Menurut al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia berhasil mencapai ma'rifatullah, telah mengenal Allah SWT. Selanjutnya, al-Ghazali menyatakan:
"Ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu bila kita rasakan nikmat, kesenangan dan kelezatannya mara rasa itu ialah menurut perasaan masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah melihat rupa yang indah, kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala anggota yang lain dan tubuh manusia."
Ada pun kelezatan hati ialah ma'rifat kepada Allah, karena hati dijadikan tidak lain untuk mengingat Tuhan. Seorang rakyat jelata akan sangat gembira kalau dia dapat herkenalan dengan seorang pajabat tinggi; kegembiraan itu naik berlipat-ganda kalau dia dapat berkenalan yang lebih tinggi lagi misalnya raja.
Maka tentu saja berkenalan dengan Allah, adalah puncak dari segala macam kegembiraan. Lebih dari apa yang dapat dibayangkan oleh manusia, sebab tidak ada yang lebih tinggi dari kemuliaan Allah. Dan oleh sebab itu tidak ada ma'rifat yang lebih lezat daripada ma'rifatullah.
Maka mengingat karunia dan rahmat allah akan mendatangkan kegembiraan. Sebagaimana firman Allah, yang artinya ,” Hai manusia telah datang kepadamu perjalanan dari Rabb-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman “, (Qs. Yunus ;57).
Ma'rifalullah adalah buah dari ilmu. Ilmu yang mampu mengantarkan manusia kepada keyakinan. bahwa tiada Tuhan selain Allah" (Laa ilaaha illallah). Untuk itulah, untuk dapat meraih kebahagiaan yang abadi, manusia wajib mengenal Allah.
Firman Allah, yang artinya ,” Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang mereka yang belum menyusul mereka “, (Qs. Ali Imran : 170).
Inilah yang disebut ilmu yang mengantarkan kepada peradaban dan kebahagiaan. Setiap lembaga pendidikan. khususnya lembaga pendidikan Islam. harus mampu mengantarkan menuju kepada tangga kebahagiaan yang hakiki dan abadi.
Sebagai seorang hamba, kita tentu mendambakan hidup bahagia ; hidup dalam keyakinan: mulai dengan mengenal Allah dan ridha, menerima keputusan-keputusan-Nva, serta ikhlas menjalankan aturan-aturan-Nya. Kita mendambakan diri kita merasa bahagia dalam menjalankan shalat, kita bahagia menunaikan zakat, kita bahagia bersedekah, kita bahagia menolong orang lain, dan kita pun bahagia menjalankan tugas amar ma'ruf nahi munkar.
Puncak dari dari kebahagiaan adalah bersyukur, yang merupakan tempat persinggahan paling tinggi dalam pendakian menuju Allah, dan lebih tinggi daripada ridha.
Maha Benar firman Allah, yang artinya ,” Dan, barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri ,” (Qs. Luqman : 12).
Al Hasan al-Bashri mengatakan, “Carilah kenikmatan dan kebahagiaan dalam tiga hal, dalam sholat, berzikir dan membaca Al Quran, jika kalian dapatkan maka itulah yang diinginkan, jika tidak kalian dapatkan dalam tiga hal itu maka sadarilah bahwa pintu kebahagiaan sudah tertutup bagimu.”
Malik bin Dinar mengatakan, “Tidak ada kelezatan selezat mengingat Allah.”
Ada ulama salaf yang mengatakan, “Pada malam hari orang-orang gemar sholat malam itu merasakan kelezatan yang lebih daripada kelezatan yang dirasakan oleh orang yang bergelimang dalam hal yang sia-sia. Seandainya bukan karena adanya waktu malam tentu aku tidak ingin hidup lebih lama di dunia ini.”
Ulama’ salaf yang lain mengatakan, “Aku berusaha memaksa diriku untuk bisa sholat malam selama setahun lamanya dan aku bisa melihat usahaku ini yaitu mudah bangun malam selama 20 tahun lamanya.”
Ulama salaf yang lain mengatakan, “Sejak 40 tahun lamanya aku merasakan tidak ada yang mengganggu perasaanku melainkan berakhirnya waktu malam dengan terbitnya fajar.”
Ibrahim bin Adham mengatakan, “Seandainya para raja dan para pangeran mengetahui bagaimana kebahagiaan dan kenikmatan tentu mereka akan berusaha merebutnya dari kami dengan memukuli kami dengan pedang.” Ada ulama salaf yang lain mengatakan, “Pada suatu waktu pernah terlintas dalam hatiku, sesungguhnya jika penghuni surga semisal yang kurasakan saat ini tentu mereka dalam kehidupan yang menyenangkan.”
Imam Ibnul Qoyyim bercerita bahwa, “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: ‘Sesungguhnya dalam dunia ini ada surga. Barang siapa belum pernah memasukinya maka dia tidak akan memasuki surga diakhirat kelak.’” Wallahu a’laam.
Allahu a’lam
sumber : www.pesantrenvirtul.com, Madarijus Salikin,Ibn Qayyim Al-Jauziyah, As Sa’adah, Haqiqatuha shuwaruha wa asbabu tah-shiliha, cet. Dar. Al Wathan
Minggu, 11 Januari 2009
Stress Management
Pada skala sedang, stress dapat membawa dampak pada anggota badan (psikosomatis). Misalnya seorang pejabat daerah yang baru dimutasi ke kantor pusat, pada awalnya merasa gejala-gejala seperti diare, sakit kepala , gangguan lambung, tekanan darah tinggi dst.
Dalam stress berat , sudah menunjukkan inkonsistensi dalam tingkah laku dan cenderung abnormalitas. Ternyata stress berkatgori berat ini banyak juga ditemui di diantara kita.
Seseorang yang mengalami stress bertubi-tubi akan melemahkan daya tahan mental , bahkan dalam kondisi tertentu akan bermuara pada beberapa gangguan perilaku, misalnya ;
- menjadi agresif atau menarik diri
- gangguan psikis (depresi), atau
- gangguan pisiologis (gangguan pencernaan, libido turun , susah tidur ) dst.
Saudaraku, banyak sekali orang terkena stress atau gangguan kejiwaan berupa rasa cema atau gangguan-gangguan lainnya. Kebanyakan mereka adalah orang-orang yang bersifat perfeksionis, yaitu type seseorang yang menginginkan segala sesuatu berjalan sesuai dengan kehendaknya atau berjalan sesuai dengan semestinya. Mereka tidak mau menerima kekurangan, misanlnya menginginkan teman-teman atau anak buah yang tanpa cacat, istri-istri yang sempurna, perkawinan yang tanpa masalah, anak-anak yang selalu taat dan tidak bertengkar, pemimpin yang tidak sewenang-wenang.
Seseorang ini , sering mengeluh mengapa hidup selalu ada gangguan ?
Kenapa tidak dibasmi saja gangguan-gangguan itu ?
Sehingga kegelisahan dan bersedih hati atas segala kejadian yang ada.
Namun fakta yang harus kta terima adalah bahwa salah satu ciri kehidupan dunia adalah adanya perasaan kurang. Kesempurnaan didunia hanya ada pada khayalan-khayalan yang tidak pernah terjadi.
Namun perlu juga diketahui , bahwa tidak semua stress mempunyai sifat yang merusak. Ada stress yang dimanfaatkan untuk membangun dan meningkatkan kinerja sseseorang (eustress), misalnya seorang atlet berlatih lebih keras untuk menghadapi kejuaraan tertentu.
Atau sress yang bisa merusak , yang dikenal dengan distress, misalnya karena dimutasi seorang karyawan menunjukkan penurunan kinerja.
rentan stress
Suatu penelitian dari universitas Ohio , menunjukkan bahwa mereka yang memiliki kepribadian type A, akan sangat rentan terkena stress bahkan distress. Type A ini adalah mereka yang punya ambisi besar terhadap sesuatu, sangat kompetitif, workaholik, serba ingin cepat dan tergesa-gesa. Data yang dimiliki suatu RSJ di Bandung menunjukkan bahwa sebagian besar pasien adalah laki-laki usia produktif.
Saudaraku , stress bukan sesuatu yang harus dihindari, melainkan bagaimana kita hidup berdampingan atau bersamanya dan bahkan menikmatinya. Banyak upaya kita untuk meningkatkan kemampuan menghadapi stress yaitu dengan menambah terus vitamin jiwa setiap hari. , misalnya
- senantiasa bersyukur , meningkatkan ketaqwaan
- berbagi kepada orang lain
- rekreasi bersama keluarga
- atau olahraga secara teratur,
- mengkonsumsi makanan yang halal dan baik, serta tidak berlebihan.
Saudaraku , mengapa anda menyiksa diri sendiri dan mengapa anda biarkan kesusahan dan kesedihan menguasai hanya karena kita ingin perfect, segala sesuatunya sesuai dengan kemauan kita. Mari kita mohon ampunan kepada Allah , dengan begitu , perasaan dan jiwa akan menjadi tenang dan tentram. Anda akan terjauhkan dari rasa cemas, kesusahan dan kesedihan.
Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari sifat iri, dan marah karena perfect
Allahu a’lam
Sumber : Setengah isi setengah kosong, Parlindungan Marpaung
Jumat, 09 Januari 2009
Jangan cemas masa lalu & masa depan
Sebaliknya, perasaan cemas karena masa depan adalah tindakan negatif yang membahayakan. Sungguh disayangkan bila seseorang sampai mencampur adukkan antara berencana untuk masa depan dan merasa cemas karena masa depan.
Saudaraku, lihatlah bagaimana Rasulullah saw berlindung kepada Allah dari perasaan sedih. Hadits riwayat Anas ra, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya , ” Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kesusahan dan kesedihan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari perasaan lemah dan malas, dari rasa takut dan bakhil, dari terjepit oleh hutang dan penguasaan orang-orang “, (Hr Bukhari-Muslim).
Dr Wayne W , menyatakan bahwa “ cemas adalah penyakit yang telah mewabah dalam budaya manusia. Diperkirakan setiap orang menghabiskan waktunya lebih dari yang diperlukan saat ini hanya untuk mencemaskan masa depan. Semua itu tidak ada gunanya karena setiap kali kita cemas, hal ini tidak menyebabkan urusan menjadi lebih baik. Kenyataanya , rasa cemas ini menjadikan seseorang kurang dapat beradaptasi dengan masa kini ”.
Seorang hamba memang tidak bisa terlepas dari masa lalu, ada perasaan sedih karena masa lalu. Bisa juga karena alasan mengingat masa lalu yang tidak mungkin kembali lagi, dan merupakan suatu kelemahan yang menjadikan seorang hamba merasa terus terbelenggu dan hanya akan menjadikan lemah dan tiada berdaya.
Rasulullah saw melarang kita untuk menyesali hal-hal keduniaan yang terjadi dimasa lalu. Rasulullah saw melarang seseorang untuk mengatakan “ Seandainya (tempo hari) aku melakukan ini , niscaya... “
Rasulullah bersabda, “ Bersungguh-sunggulah pada hal yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Allah serta jangan merasa lemah. Bila kamu ditimpa sesuatu, janganlah kamu mengatakan ,’ Seandainya (tempo hari) aku melakukan ini, niscaya begini-begini’,. Katakanlah,’Allah telah mentakdirkan dan apa yang Allah kehendaki maka itu terjadi’. Sesungguhnya kata seandainya akan membuka pintu perbuatan setan”. (Hr Muslim).
Hadits tersebut membimbing seorang hamba agar bersungguh-sungguh mengerjakan sesuatu yang bermanfaat baginya dan meminta pertolongan Allah dari hal ini.
Hadits ini kenjelaskan pula bahwa barang siapa meminta pertolongan Allah, maka hamba tersebut tidak akan menjadi lemah, Jadi ada motivasi seorang hamba agar lebih percaya diri atas kesuksesan dan tidak berputus asa.
Seorang hamba yang benar adalah sosok yang ridha dengan ketentuan takdir Allah SWT. Jika terjadi sesuatu yang tidak disukai, maka ia mengatakan ,” Semuanya telah menjadi takdir Allah, apa yang Allah kehendaki pasti terjadi”.
Hamba ini telah mengatakan dengan jiwa yang ridha dan tenang.
Saudaraku , janganlah menyesali peristiwa masa lalu pada saat sekarang, karena ini sama saja dengan membuang-buang waktu.
Kita hidup pada hari ini, dan berusahalah agar hari ini lebih baik dari kemarin.
Selain daripada itu. Banyak juga diantara kita yang membuang-buang waktunya dari menit hingga tahunan, hanya karena merasa menderita dan takut akan masa depan ia sendiri. Dimana ia sendiri tidak mengetahui apakah akan terjadi atau tidak.
Sebenarnya inilah yang dimaksud kecemasan pada diri sendiri dan ini adalah merupakan penyakit yang berbahaya.
Umumnya sebagian besar kecemasan itu berkaitan dengan hal-hal yang tidak dapat kita kuasai, sehingga kita terjangkiti perasaan cemas seperti yang kita kehendaki sendiri, misal sakit, kesulitan ekonomi dst. Rasa kecemasan ini tidak akan membawa kedamaian , kesenangan , perbaikan ekonomi keluarga, dan bahkan membaiknya keseshatan. Kita sebagai seorang manusia tidak mempunyai kekuasaan untuk mengatasi hal-hal itu. Yakinlah saudaraku, sebenarnya musibah yang menjadikan kita merasa cemas, biasanya tidak separah apa yang terbayang oleh kita ( Dr Wayne, dalam 10 secrets for succes and inner peace).
Menyusun rencana masa depan harus kita bedakan dengan perasaan cemas karena masa depan.
Rasulullah saw, bersabda yang artinya ,” Bersungguh-sungguhlah dengan hal yang bermanfaat bagimu “.
Menyusun rencana masa depan adalah hal penting dan perlu karena ini merupakan bagian dari bersungguh-sungguh untuk hal yang bermanfaat sebagaimana hadits diatas.
Saudaraku , bayangkanlah. Saat ini anda makan buah apel nan nikmat dan manis. Anda duduk di beranda rumah dipinggir kebun yang luas dengan angin sepoi-sepoi.
Apakah saat seperti ini berpengaruh pada kebahagiaan anda ?
Apakah rasa buah segar itu ikut berpengaruh pada kenyamanan anda ?
Apakah rasa lelah tahun lalu mempengaruhi anda saat ini ?
Apakah kerugian besar yang anda alami beberapa waktu lalu mengganggu kenyamanan anda saat ini ?
Tentu tidak, saat ini anda benar-benar menikmati hari-hari anda.
Nikmatilah hari ini dan jangan mengganggunya. Jangan mencemaskan masa depan yang belum jelas terlihat oleh anda. Biarkan masa depan ada ditangan Allah dan biarkan anda sendiri tidak mengetahuinya, Percayalah pada Allah.
Kerjakan yang bermanfaaat bagi anda, jangan terlalu memikirkan masa lalu.
Curahkan semua usaha anda dan kerjakan sesuatu yang mengandung nilai kebaikan yang bermanfaat bagi anda dan orang lain.
Firman Allah, “ Da, barang siapa yang bersyukur (kepada Allah) , maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri “, (Qs. Luqman : 12).
Saudaraku, bila seoranghamba ridha, maka ridhanya bisa menjadi nikmat dan karunia, beban yang diembannya juga semakin ringan dan ada kegembiraan yang dirasakannya.Namun apabila dia marah, maka beban yang dirasakannya akan semakin berat dan tidak menambah kecuali kesulitan.
Allahu a’lam
Sumber : Adil Fathi Abdullah, membangun positive thingking secara Islam
Kamis, 08 Januari 2009
Syukur menghadapi KESULITAN
Liku-liku kehidupan ini memang tidak bisa dikalkulasi dengan hitungan matematis. Musibah datang silih berganti. Kegelisahan menjadi selimut kehidupan yang tidak bisa ditanggalkan. Mengapa kesulitan itu datang silih berganti?
Kesulitan, seringkali hadir di hadapan manusia yang tentu tidak pernah menginginkannya, atau bahkan benci dengannya. Kesulitan bak tembok raksasa yang hadir menghimpit dan membatasi ruangnya untuk berkembang dan bergerak menuju sesuatu yang sedang diperjuangkan.
Saudaraku, janganlah merasa sudah takut mendengar sesuatu yang berbau kesulitan .Ketakutan yang tidak proporsional bisa menghalangi orang untuk memperoleh kebaikan, juga kerap menjadi biang keladi munculnya keburukan-keburukan baru yang muncul.
Manusia adalah hamba Allah yang didesign untuk mampu berjuang menghadapi kesulitan. Banyak hal yang sebenarnya harus kita pahami dari kesulitan, memahami posisi kesulitan dalam kacamata yang benar, insya Allah akan meringankan kita dalam menyikapi kesulitan itu.
Bagaimana menyikapi kesulitan itu?
“Barangsiapa yang menyerahkan urusannya kepada Allah niscaya Dia akan mencukupi apa yang dia inginkan.” demikian kata Imam Al-Qurthubi dalam Al-Jami’ Ahkamul Qur’an, 8/106.
Ada empat sikap yang harus kita bangun dalam menyikapi pergulatan hidup yang penuh dengan kesulitan.
- Pertama, kita harus menyadari bahwa realita hidup yang kita jalani adalah pergulatan menghadapi kesulitan. Siapapun orangnya, di manapun dan dalam keadaan bagaimanapun, selama kita hidup pasti akan bertemu dengan berbagai macam kesulitan. Sebagian ada yang berhasil dan ada yang gagal melewatinya. Proses perjuangan untuk menaklukkkan kesulitan-kesulitan inilah yang kemudian disebut dengan hidup. Membenci kesulitan sama saja dengan membenci kehidupan itu sendiri.
- Kedua, kita harus menyadari bahwa kesulitan adalah milik semua orang, semua orang pasti akan menemui kesulitan dalam kehidupannya, semua orang akan mendapatkan jatah/ agenda kesulitannya sendiri-sendiri. Hanya bentuk dan kadarnya saja yang berbeda-beda. Masing-masing kita mempunyai kelebihan dan kekurangan yang menjadi bukti bahwa hidup yang kita jalani berada di atas prinsip yang adil. Kesulitan adalah sunnatullah, hukum yang telah Allah tetapkan. Manusia pasti akan berhadapan dengan kesulitan, sebab ini semua telah Allah tetapkan sebagai bagian dari lika-liku kehidupan manusia. Allah berfirman : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. al-Baqarah [2]: 155).
- Ketiga, saudarkukadar kesulitan yang menimpa setiap orang setara dengan kesanggupan untuk memikul kesulitan itu. Allah tidak berbuat dzalim dengan memberi kesulitan di luar batas kemapuan seorang hamba untuk memikulnya. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah [20] ayat 286: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya “. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada manusia. Allah telah berkenan memberi kesulitan yang banyak mengandung hikmah dan kebaikan, selain bahwa semua kesulitan iitu tidak pernah melampaui batas kekuatan manusia.
- Keempat, yakinlah bahwa dalam setiap kesulitan tentu ada karunia kemudahan. Letak kemudahan iada di balik kesulitan, karena sesunggunya bersama kesulitan ada kemdahan. Allah berfirman dalam surat al-Insyirah [94] ayat 5 - 6: Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Dengan kesulitan kita akan mampu mengenal siapa diri kita. Ia akan memberikan gambaran yang jelas tentang siapa diri kita sebenarnya. Karena ia adalah cermin yang mampu memberikan gambaran utuh tentang kepribadian dan karakter kita. Kesulitan tidak akan dapat disingkirkan dalam perjalanan manusia.
Saudaraku, Allah mengabarkan bahwa orang-orang yang bersyukur adalah mereka yang dapat mengambil manfaat dan pelajaran dari ayat-ayat-Nya. Syukur dalam kesulitan akan menghantarkan orang-orang kepada Dzat yang disyukurinya.
Firman Allah, yang artinya ,” Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur, “ (Qs. Luqman : 31).
Kesulitan menjadi sarana seorng hamba untuk dekat kepada Tuhannya.
Allah menamakan Diri-Nya dengan Asy-Syakir dan Asy-Syakur , dan juga menamakan orang-orang yang bersyukur dengan dua nama itu. Dengan begitu Allah mensifati mereka dengan sifat-Nya dan memberikan nama kepada mereka dengan nama-Nya dan karunia Allah yang diberikan kepada orang-orang yang besyukur.
Ini adalah bukti penggambaran kecintaan Allah dan karunia Allah yang diberikan kepada orang-orang yang bersyukur.
Saudaraku, janganlah membenci kesulitan, karena melalui kehadirannya kita menjadi dekat kepada Pencipta kita, melaluinya kita menjadi manusia yang bersyukur.
Wallahu a’lam bish-Shawwab..
Sumber : Putut Sutarwan Mahasiswa MSI UII, http://alrasikh.wordpress.com
Rabu, 07 Januari 2009
Keyakinan diri dan bersyukur
Kita masih diliputi kekhawatiran, marah , kecemasan, masih berkeluh kesah, menggerutu dan sebagainya.
Rasulullah bersabda, “ Siapa yang banyak memohon ampun kepada Allah, niscaya Allah akan membebaskan diri dari kedukaan, melapangkan diri dari berbagai kesempitan, dan memberikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangka “ (Hr. Ahmad).
Tidak memikirkan kegagalan adalah dasar utama dalam meraih kesuksesan diri. Pupuklah keyakinan diri yang kuat, jangan sampai terguncang dengan gelombang keraguan. Keraguan yang berasa di dalam pikiran atau bawah sadar kita akan menghancurkan keuksesan.
Keyakinan diri untuk berhasil mencapai tujuan menjadi kunci yang penting.
Firman Allah, yang artinya ,” Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) –Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. “, (Qs. Al-Talaq :3).
Ganjalan lainnya yang sering terjadi adalah hati dan lisan yang tidak seiring sejalan. Dalam berdoa , lisan kita selalu meminta A, tetapi hati kita condong pada B. Maka Allah akan lebih melihat apa yang ada dalam hatikita. Kita berdoa meminta keberlimpahan, ketika lisan berbicara, hati kita meragukan itu. Maka keraguan inilah yang didengar Allah. Allah lebih memperhatikan suara yang ada dalam lubuk hati kita. Salah satu adab berdoa adalah meyakini bahwa Allah pasti mengabulkan.
Nasihat sebagian ulama, untuk lebih memperkuat keyakinan dalam hati , maka kita harus bersih dari dosa dan maksiat. Hati yang bersih menjadi energi pendoronga bagi setiap doa yang terucap.
Sering kita mengalami, bahwa setelah berdoa , kita masih diliputi rasa cemas, takut dan gundah. Kekhawatiran doa tidak terkabul dsb. Kekhawatiran dan kecemasan inilah yang justru akan menetralisir doa-doa kita.
Bila kita telah menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah, mengapa mesti harus cemas?
Mengapa masih ada kecemasan , kegundahan ?
Bila masih ada, berarti kepasrahan kita belum sempurna. Kita masih belum yakin akan kekuasaan dan kebesaran Allah. Keyakinan yang kurang sempurna inailah yang menghambat aliran keberlimpahan mengalir bebas pada diri kita.
Saudaraku , percayakan semua persoalan kita kepada Allah dan lihatlah keajaiban akan segera terjadi dalam hidup kita. Jangan percayakan persoalan anda kepada apapun dan siapapun , karena mereka hanyalah makhluk yang tidak memiliki daya upaya untuk menyelesaikan persoalan yang anda hadapi. Hanya kepada Allah-lah tempat kita bergantung.
Allah berfirman, yang artinya , “ Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu ; Jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu ? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang bertawakal. “, (Qs. Ali-‘Imran : 160).
Yakinlah, permasalahan apapun yang adan hadapi , akan beres dengan sendirinya dengan cara mendekat kepada-Nya. Berdoalah dan yakinlah , keajaiban akan terjadi pada diri kita.
Allahu a’lam.
Sumber : Inilah rahasia bersyukur , Rusdin SR dan Ummu Alif.,
Membuka pintu kemudahan
Walaupun lingkungan sekitar bisa saja mempengaruhi atau bisa membuat perasaan anda positif atau negatif, namun sesungguhnya anda sendirilah yang memutuskan apakah keran aliran berkah itu anda tutup melalui negative feeling atau anda buka lebar-lebar dengan positive feeling.
Namun yang pasti , meskipun kita , anda membuka atau menutup pintu aliran berkah ini beribu-ribu kali, berkah dan rizki dari Allah , tiada tuhan selain Dia, tidak aakan pernah sekejappun berhenti dialirkan kedalam kehidupan anda kedalam kehidupan kita. Seperti air yang selalu mengalir dari sumber yang tiada pernah kering dan siaga 24 jam diujung bibir pintu keran kehidupan kita.
Begitu kita buka , air langsung mengalir. Baru bila anda tutup , maka aliran akan berhenti. Bisa juga dianalogikan sebagai siaran radio 99.9FM yang tidak pernah berhenti memancarkan gelombangh siarannya ke rumah kita, ke radio kita, meskipun kita tidak sedang menyetel atau mendengarkan radio di 99.9 FM.
Saudaraku, Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tidak akan pernah menzalimi hamban-Nya dengan menghentikan aliran berkah dan kasih sayang-Nya pada anda, pada kita. Justru yang sering terjadi adalah kita sendiri yang sengaja ataupun tidak sengaja memilih untuk menghentikan aliran berkah ini.
Saudaraku, marilah kita buka lagi dan izinkanlah hidup anda kembali dibanjiri berkah dan kasih sayang-Nya yang senantiasa melimpah tiada berhenti.
Saudaraku, positive feeling ataupun negative feeling kembali kepada pilihan kita sendiri. Pikiran dan perasaan kita esensinya adalah doa. Dalam hukum Daya Tarik Menarik , dinyatakan bahwa kita menarik segala sesuatu yang kita pikir kita rasakan tanpa mempedulikan apakah kita sebenarnya menginginkan atau justru kepikiran karena takut suatu hal tertentu.
Kita akan mendapatkan apa yang paling sering kita rasakan , ketika kita memikirkannya. Apapun yang kita pikirkan atau kita fokuskan, maka kita mulai menarik hal tersebut untuk hadir dalam kehidupan kita. Tanpa peduli pakah itu merupakan hal positif (menyenangkan) atau negatif (hal yang justru kita takutkan).
Alam semesta tidak pernah bertanya, apakah kita suka atau tidak suka dengan apa yang sedang kita pikirkan. Alam semesta melalui hukum daya tariknya selalu mengirimkan atau memberikan apapun yang menjadi perhatian kita dalam bentuk pikiran dan perasaaan kita.
Saudaraku, sekali lagi esensi saat kita berpikir setiap saat, sesungguhnya kitapun berdoa hal itu setiap saat juga. Para ilmuwan kini telah menemukan pusat spiri-tualitas di bagian lobe otak manusia yang diebut sebagai God’s spot.
Sirkuit syaraf ini , bila diaktifkan , maka akan berfungsi sebagi antena yang membuat kita langsung tersambung dengan kekuatan Illahi.
Maka terjwablah sudah kebenaran , firman Allah yang artinya ,” Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.. “ , (Qs. Al-Mukmin ; 60).
Hasil dari pikiran kita selama ini , terwujudlah dalam kehidupan kita, baik yang berasal dari pikiran negatif atau positif.
Hadits riwayat Ibn Husain , yang artinya ,” Aku berkata kepada semua penduduk langit dan bumi : “Mintalah kepada-Ku !” Aku pun lalu memberikan kepada masing-masing orang, pikiran apa yang terpikir pada semuanya “.
Sumber : Erbe Sentanu, Quantum Ikhlash.
Selasa, 06 Januari 2009
Anda meraih semua yg diimpikan
Kita merasa damai ketika berpikir jernih, selalu ada manfaat bagi setiap keinginan positif (kebaikan). Dan rintangan adalah sarana memperkuat mentalitas guna meraih kebahagian dan sukses.Kebahagiaan muncul pertama-tama dalam pikiran. Kesuksesan ditentukan oleh pikiran. Ketika mental kita jernih, kita akan bahagia dan bergairah mewujudkan keinginan kita.
Saudaraku, anda memiliki seluruh kekuatan yang diperlukan untuk meraih apa saja yang anda sebenarnya butuhkan.
Orison swett dalam Every man a king , menyatakan bahwa semua yang anda impikan , a yang anda dambakan, akan dapat diraih jika ada kekuatan yang mencukupi, jika anda sanggup memanfaatkannya secara sungguh-sungguh demi tercapainya satu tujuan. Inilah konsentrasi yang mendatangkan harapan anda. Teruslah berusaha , tanam dalam pikiran, konsentrasikan kekuatan dalam pikiran, dan anda berpikir positif dan kreatif maka segenap impian akan mendatangi anda, segenap harapan akan segera terwujud, sebagaimana batu datang ke bumi, ketika jatuh dari udara dan tertarik oleh daya gravitasi. Anda telah menjadikan diri anda sebagai magnet untuk menarik segala sesuatu yang anda inginkan.
Dan yang justru lebih penting dari kita adalah , kita harus menyalurkannya secara konstruktif, ke arah yang bermanfaat. Kita menyadari bahwa setiap orang mempunyai seluruh kekuatan yang diperlukan , namun tidak sepenuhnya menyadari seberapa banyak energi yang dihabiskan. Walaupun sebenarnya kita tidak memelukan banyak energi. Dan untuk itu kita mesti mengakui bahwa kita banyak membuang waktu yang berharga. Inilah yang menyebabkan kita berhenti, karena sesungguhnya tidak ada orang yang mengetahui bahwa energi itu mulai terbuang percuma.
Bertarung melawan ketakutan-ketakutan yang tidak realistis merupakan tindakan membuang energi dan sia-sia. Lebih baik kita gunakan untuk mengejar harapan .
Seorang yang tidak bahagia selalu melawan keadaan yang yang tidak dia inginkan. Dia ingin mencampakkan segala sesuatu yang membuatnya tidak bahagia, seperti kegagalan, kekhawatiran dan keletihan.
Kini kita harus mengubah haluan, mengubah perjuangan , yaitu melakukan secara alami dan sehat. Bisa diumpamakan sebagai seseorang yang tersesat di padang pasir, yang beranggapan bahwa dia harus tetap berada disana. Namun sebenarnya ia keliru, sebab akhirnya dia sendiri akan kelelahan. Dia harus melawan keyakinannya bahwa dia harsu berada disana.
Sekali disadari bawa sebebarnya dia tak perlu bertahan ditempat yang sama, maka jalan keluar sederhana adalah berjalan menjauhi tempat itu.
Vernon Howard, dalam Action power ; the miracle way to a successful new life, menyatakan ketika anda marah (jengkel) pada kehidupan, anda sedang mengarahkan energi ke arah yang salah. Apa yang mesti dilawan adalah cara pandang yang tidak benar dan tak berarti yang ditanamkan seseorang dan anda belum menyadarinya.
Padahal ada dunia kebahagiaan yang bisa jadi anda belum menyadarinya. Namun anda dapat menemukannya, caranya ?
Dengan membuang gagasan yang salah tentang kehidupan yang ditanamkan ke pikiran anda oleh orang-orang yang tidak berpikiran jelas.
Suatu cerita. Ketika keinginan seseorang tidak terpenuhi, maka benalu dalam pikirannya akan menghambat pertumbuhannya.
Dan dia berkata ,” Saya ingin orang lain menyukai dan menghormati saya,”
Vernon Howarddalam secret of mental magic, menyatakan bahwa sebenarnya orang ini menyimpang dari inti masalah .
Kenapa bisa ? kan setiap orang punya keinginan untuk diterima dan disukai orang lain ?
Benar, namun dia melihat dari sudut yang salah.
Kalau anda berpikir bahwa orang lain tidak menyukai anda, tentu ada alasan mengapa anda berpikir seperti itu ?
Dan alasan itu adalah, sebenarnya anda tidak menyukai diri anda sendiri dengan baik.
Jadi ketika bersama orang lain, anda bereaksi dan berpikir bahwa ,’Tentu saja mereka tidak terlalu menyukai saya. Bagaimana bisa mereka menyukai orang seperti saya ? Saya tidak bisa menyalahkan mereka ‘.
Allahu a’lam
Sumber : Vernon Howard, the secret of mental magic.
Adab bercanda
Rasullullah bersabda, “Aku menjamin dengan sebuah istana di bagian tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seseorang yang memperbaiki akhlaknya. ” (HR. Abu Dawud).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mengajak istri dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau untuk mengambil hati dan membuat mereka gembira. Namun canda beliau tidak berlebihan. Bila tertawa, beliau tidak melampaui batas tetapi hanya tersenyum
Abu Hurairah ra menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Wahai, Rasullullah! Apakah engkau juga bersendau gurau bersama kami?”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Betul, hanya saja aku selalu berkata benar.” (HR. Imam Ahmad. Sanadnya Shahih)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau bercanda dengan salah satu dari kedua cucunya yaitu Al-Hasan bin Ali ra. Abu Hurairah ra meriwayatkan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu. Ia pun melihat merah lidah beliau, lalu ia segera menghambur menuju beliau dengan riang gembira.” (Lihat Silsilah Ahadits Shahihah, no hadits 70)
Oleh karena itu , bebarap adab bercanda yang seharusnyalah kita perhatikan , antara lain :
- Meluruskan tujuan yaitu bercanda untuk menghilangkan kepenatan, rasa bosan dan lesu, serta menyegarkan suasana dengan canda yang dibolehkan. Sehingga kita bisa memperoleh semangat baru dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat.
- Jangan melewati batas. Sebagian orang sering berlebihan dalam bercanda hingga bisa menjatuhkan wibawa seseorang.
- Jangan bercanda dengan orang yang tidak suka bercanda, atau tidak suka dengan bahan canda tersebut. Hal itu akan menimbulkan akibat buruk.
- Jangan bercanda dalam perkara-perkara yang serius. Seperti dalam majelis penguasa, majelis ilmu, majelis hakim (pengadilan-ed), ketika memberikan persaksian dst.
- Hindari perkara yang dilarang Allah Azza Wa Jalla saat bercanda.
- jangan menakut-nakuti seorang dalam bercanda. Rasullullah bersabda, “Janganlah salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya, baik bercanda maupun bersungguh-sungguh.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi) Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR. Abu Dawud)
- jangan Berdusta saat bercanda. Rasullullah bersabda, “Aku menjamin dengan sebuah istana di bagian tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seseorang yang memperbaiki akhlaknya.” (HR. Abu Dawud). Rasullullah pun telah memberi ancaman terhadap orang yang berdusta untuk membuat orang lain tertawa dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)
- jangan merendahkan. Misalnya bercanda dengan melecehkan penduduk daerah tertentu, atau profesi tertentu, bahasa tertentu dan lain sebagainya,
- jangan bercanda dengan tuduhan atau fitnah terhadap orang lain. Sebagian orang bercanda dengan temannya lalu mencela, memfitnahnya, atau dengan perbuatan yang keji untuk memancing orang lain tertawa.
- Hindari bercanda dengan aksi kata yang buruk. Allah telah berfirman, yang artinya, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian.” (QS. Al-Isra’: 53)
- Tidak banyak tertawa. Rasulullah telah bersabda, yang artinya “Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah)
- Jangan melecehkan syiar agama dalam canda. Umpamanya celotehan dan guyonan para pelawak yang mempermainkan simbol-simbol agama, ayat-ayat Al-Qur’an dan syair-syiarnya, wal iyadzubillah!
Semoga setiap kata, perbuatan, tingkah laku dan akhlak kita mendapatkan ridlo dari Allah, termasuk dalam masalah bercanda.
Wallahul musta’an.
Sumber : : Ummu ‘Aisyah, Courtesy of muslimah or.id
Senin, 05 Januari 2009
Bagaimana cara untuk ikhlas ?
Firman Allah, yang artinya ,” Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya karena Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan ?” (Qs. An-Nisa’ : 125).
Saudaraku , banyak definisi tentang ikhlas , namun tujuannya sama. Yaitu me-nyerahkan diri kepada Allah dalam arti memurnikan tujuan amal karena Allah. Sedangkan mengerjakan kebaikan ialah mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Ibnu Rajab dalam Jami’ul Ulum Wal Hikam menyatakan, “Amalan riya yang murni jarang timbul pada amal-amal wajib seorang mukmin seperti shalat dan puasa, namun terkadang riya muncul pada zakat, haji dan lainnya yang tampak di mata manusia atau amalan yang memberikan manfaat bagi orang lain (membantu orang lain dan lain sebagainya). Keikhlasan dalam amalan semacam ini sangat berat, amal yang tidak ikhlas akan sia-sia, dan pelakunya berhak untuk mendapatkan kemurkaan dan hukuman dari Allah.”
Setan akan senantiasa menggoda dan merusak amal-amal kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui hal-hal apa sajakah yang dapat membantu kita agar dapat mengikhlaskan seluruh amal perbuatan kita kepada Allah semata, dan di antara hal-hal tersebut adalah
1. Banyak berdoa
2. Menyembunyikan Amal Kebaikan
3. Memandang Rendah Amal Kebaikan
4. Takut Akan Tidak Diterimanya Amal
5. Tidak Terpengaruh Perkataan orang lain
6. Menyadari Bahwa Manusia Bukanlah Pemilik Surga dan Neraka
7. Ingin Dicintai, Namun Dibenci
Banyak Berdoa
Di antara yang dapat menolong hamba untuk ikhlas adalah banyak berdoa kepada Allah. Rasulullah saw , bahwa di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah doa:
“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” (Hadits Shahih riwayat Ahmad)
Rasulullah sering memanjatkan doa agar terhindar dari kesyirikan padahal beliau adalah orang yang paling jauh dari kesyirikan.
Umar bin Khattab ra, di antara doa yang sering beliau panjatkan , yang artinya , “Ya Allah, jadikanlah seluruh amalanku amal yang saleh, jadikanlah seluruh amalanku hanya karena ikhlas mengharap wajahmu, dan jangan jadikan sedikitpun dari amalanku tersebut karena orang lain.”
Menyembunyikan Amal Kebaikan
Hal lain yang dapat mendorong seseorang agar lebih ikhlas adalah dengan menyembunyikan amal kebaikannya. Yakni dia menyembunyikan amal-amal kebaikan yang disyariatkan dan lebih utama untuk disembunyikan (seperti shalat sunnah, puasa sunnah, dan lain-lain).
Amal kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang lain lebih diharapkan amal tersebut ikhlas, karena tidak ada yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut kecuali hanya karena Allah semata.
Rasulullah saw bersabda,yang artinya “Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada naungan selain dari naungan-Nya yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah, laki-laki yang hatinya senantiasa terikat dengan mesjid, dua orang yang mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena-Nya, seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang cantik dan memiliki kedudukan, namun ia berkata: sesungguhnya aku takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sendiri hingga meneteslah air matanya.” (HR Bukhari Muslim).
Dalam hadits ini, kita dapatkan bahwa di antara sifat orang-orang yang akan Allah naungi kelak di hari kiamat adalah orang-orang yang melakukan kebaikan tanpa diketahui oleh orang lain.
Rasulullah bersabda “Sesungguhnya sebaik-baik shalat yang dilakukan oleh seseorang adalah shalat yang dilakukan di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Bukhari Muslim)
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin ra dalam Syarah Riyadush Sholihin menyatakan, “di antara sebabnya adalah karena shalat (sunnah) yang dilakukan di rumah lebih jauh dari riya, karena sesungguhnya seseorang yang shalat (sunnah) di mesjid dilihat oleh manusia, dan terkadang di hatinya pun timbul riya, sedangkan orang yang shalat (sunnah) di rumahnya maka hal ini lebih dekat dengan keikhlasan.”
Basyr bin Al Harits berkata, “Janganlah engkau beramal agar engkau disebut-sebut, sembunyikanlah kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan keburukanmu.”
Seseorang yang dia betul-betul jujur dalam keikhlasannya, ia mencintai untuk menyembunyikan kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan kejelekannya.
Saudaraku, marilah kita berlatih untuk berusaha untuk membiasakan diri menyembunyikan kebaikan-kebaikan kita, karena hal tersebut lebih dekat dengan keikhlasan.
Memandang Rendah Amal Kebaikan
Memandang rendah amal kebaikan yang kita lakukan dapat mendorong kita lebih ikhlas. Di antara bencana yang dialami seorang hamba adalah ketika ia merasa ridha dengan amal kebaikan yang dilakukan, ini dapat menyeretnya ke dalam perbuatan ujub (berbangga diri) yang menyebabkan rusaknya keikhlasan.
Sa’id bin Jubair berkata, “Ada orang yang masuk surga karena perbuatan maksiat dan ada orang yang masuk neraka karena amal kebaikannya”.
Ditanyakan kepadanya “Bagaimana hal itu bisa terjadi?”.
Beliau menjawab, “seseorang melakukan perbuatan maksiat, ia pun senantiasa takut terhadap adzab Allah akibat perbuatan maksiat tersebut, maka ia pun bertemu Allah dan Allah pun mengampuni dosanya karena rasa takutnya itu, sedangkan ada seseorang yang dia beramal kebaikan, ia pun senantiasa bangga terhadap amalnya tersebut, maka ia pun bertemu Allah dalam keadaan demikian, maka Allah pun memasukkannya ke dalam neraka.”
Takut Akan Tidak Diterimanya Amal
Allah berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al Mu’minun: 60)
Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa di antara sifat-sifat orang mukmin adalah mereka yang memberikan suatu pemberian, namun mereka takut akan tidak diterimanya amal perbuatan mereka tersebut ( Tafsir Ibnu Katsir ).
Hadits riwayat Aisyah ketika beliau bertanya kepada Rasulullah tentang makna ayat di atas.
Ummul Mukminin Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah apakah yang dimaksud dengan ayat, “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka” adalah orang yang mencuri, berzina dan meminum khamr kemudian ia takut terhadap Allah?.
Maka Rasulullah pun menjawab: Tidak wahai putri Abu Bakar Ash Shiddiq, yang dimaksud dengan ayat itu adalah mereka yang shalat, puasa, bersedekah namun mereka takut tidak diterima oleh Allah.” (HR. Tirmidzi dengan sanad shahih )
Saudaraku, di antara hal yang dapat membantu kita untuk lebih ikhlas adalah ketika kita takut akan tidak diterimanya amal kebaikan kita oleh Allah. Karena keikhlasan itu tidak hanya ada ketika kita sedang mengerjakan amal kebaikan, namun keikhlasan harus ada baik sebelum maupun sesudah kita melakukan amal kebaikan.
Apalah artinya apabila kita merasa sudah ikhlas ketika beramal, namun setelah itu kita merasa hebat dan bangga karena kita telah melakukan amal tersebut. Bukankah pahala dari amal kebaikan kita tersebut akan hilang dan sia-sia? Bukankah dengan demikian amal kebaikan kita malah tidak akan diterima oleh Allah? Tidakkah kita takut akan munculnya perasaan bangga setelah kita beramal sholeh yang menyebabkan tidak diterimanya amal kita tersebut? Dan pada kenyataannya hal ini sering terjadi dalam diri kita. Sungguh amat sangat merugikan hal yang demikian itu.
Tidak Terpengaruh perkataan orang lain
Pujian dan perkataan orang lain terhadap seseorang merupakan suatu hal yang pada umumnya disenangi oleh manusia. Bahkan Rasulullah pernah menyatakan ketika ditanya tentang seseorang yang beramal kebaikan kemudian ia dipuji oleh manusia karenanya, beliau menjawab, “Itu adalah kabar gembira yang disegerakan bagi seorang mukmin.” (HR. Muslim)
Begitu pula sebaliknya, celaan dari orang lain merupakan suatu hal yang pada umumnya tidak disukai manusia.
Namun saudaraku, janganlah jadikan pujian atau celaan orang lain sebagai sebab untuk beramal saleh, karena hal tersebut bukanlah termasuk perbuatan ikhlas.
Seorang hamba yang ikhlas adalah seorang yang tidak terpengaruh oleh pujian maupun celaan manusia ketika ia beramal saleh. Ketika ia mengetahui bahwa dirinya dipuji karena beramal sholeh, maka tidaklah pujian tersebut kecuali hanya akan membuat ia semakin tawadhu (rendah diri) kepada Allah.
Ia pun menyadari bahwa pujian tersebut merupakan fitnah (ujian) baginya, sehingga ia pun berdoa kepada Allah untuk menyelamatkannya dari fitnah tersebut.
Saudaraku , yakinlah tidak ada pujian yang dapat bermanfaat maupun celaan yang dapat membahayaka kecuali apabila kesemuanya itu berasal dari Allah. Manakah yang akan kita pilih, dipuji manusia namun Allah mencela kita ataukah dicela manusia namun Allah memuji kita ?
Menyadari Bahwa Manusia Bukanlah Pemilik Surga dan Neraka
Sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari bahwa orang-orang yang dia jadikan sebagai tujuan amalnya itu (baik karena ingin pujian maupun kedudukan yang tinggi di antara mereka), akan sama-sama dihisab oleh Allah. Saudaraku, mengapa kita bersusah-payah melakukan amalan hanya untuk manusia?
Ibnu Rajab dalam kitabnya Jamiul Ulum wal Hikam berkata: “Barang siapa yang berpuasa, shalat, berzikir kepada Allah, dan dia maksudkan dengan amalan-amalan tersebut untuk mendapatkan dunia, maka tidak ada kebaikan dalam amalan-amalan tersebut sama sekali, amalan-amalan tersebut tidak bermanfaat baginya, bahkan hanya akan menyebabkan ia berdosa”. Yaitu amalan-amalannya tersebut tidak bermanfaat baginya, lebih-lebih bagi orang lain.
Ingin Dicintai, Namun Dibenci
Saudaraku, sesungguhnya seseorang yang melakukan amalan karena ingin dipuji oleh manusia , sesungguhnya tidak akan mendapatkan pujian tersebut dari mereka. Bahkan sebaliknya, manusia akan mencelanya, mereka akan membencinya,
Rasulullah bersabda, yang artinya “Barang siapa yang memperlihat-lihatkan amalannya maka Allah akan menampakkan amalan-amalannya “ (HR. Muslim)
Apabila seseorang melakukan amalan ikhlas karena Allah, maka Allah dan para makhluk-Nya akan mencintainya sebagaimana firman Allah ta’ala:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam: 96)
Allah menjelaskan bahwa Dia akan menanamkan dalam hati-hati hamba-hamba-Nya yang saleh kecintaan terhadap orang-orang yang melakukan amal-amal saleh (yaitu amalan-amalan yang dilakukan ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan Nabi-Nya ). (Tafsir Ibnu Katsir).
Dalam sebuah hadits dinyatakan “Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia menyeru Jibril dan berkata: wahai Jibril, sesungguhnya Aku mencintai fulan, maka cintailah ia. Maka Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril menyeru kepada penduduk langit: sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah ia. Maka penduduk langit pun mencintainya. Kemudian ditanamkanlah kecintaan padanya di bumi. Dan sesungguhnya apabila Allah membenci seorang hamba, maka Dia menyeru Jibril dan berkata : wahai Jibril, sesungguhnya Aku membenci fulan, maka bencilah ia. Maka Jibril pun membencinya. Kemudian Jibril menyeru kepada penduduk langit: sesungguhnya Allah membenci fulan, maka benciilah ia. Maka penduduk langit pun membencnya. Kemudian ditanamkanlah kebencian padanya di bumi.” (HR. Bukhari Muslim)
Hasan Al Bashri berkata: “Ada seorang laki-laki yang berkata : ‘Demi Allah aku akan beribadah agar aku disebut-sebut karenanya’. Maka tidaklah ia dilihat kecuali ia sedang shalat, dia adalah orang yang paling pertama masuk mesjid dan yang paling terakhir keluar darinya. Ia pun melakukan hal tersebut sampai tujuh bulan lamanya. Namun, tidaklah ia melewati sekelompok orang kecuali mereka berkata: ‘lihatlah orang yang riya ini’.
Dia pun menyadari hal ini dan berkata: tidaklah aku disebut-sebut kecuali hanya dengan kejelekan, ’sungguh aku akan melakukan amalan hanya karena Allah’.
Dia pun tidak menambah amalan kecuali amalan yang dulu ia kerjakan. Setelah itu, apabila ia melewati sekelompok orang mereka berkata: ’semoga Allah merahmatinya sekarang’.
Kemudian Hasan al bashri pun membaca ayat: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (Tafsir Ibnu Katsir)
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang ikhlas.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ
(Segala puji bagi Allah yang dengan nikmatnya sehingga sempurnalah segala amal kebaikan)
Allahu a’lam
Sumber : Courtesy of muslim.or.id, Penulis: Abu ‘Uzair Boris Tanesia