Dari Suhail dari ‘Atha’ bin
Yazid dari Tamim bhw Nabi SAW. Bersabda
“ Agama itu nasehat.” Kami berkata bagi siapa ? Nabi menjawab : “Bagi Allah,
kitab-kitabNya, rasulNya dan pemimpin umat Islam serta umat Islam seluruhnya.
(Hr Muslim, Syekh Al-Islam Muhyi Ad-Dari, Riyadh As-Shalihin ).
Imam
Ghazali (Ihya Ulumuddin) bhw Ilmu adl cahaya. Namun, ilmu saja tidak cukup. Ilmu harus dimanfaatkan, dg
mengajarkan dan yg terpenting mengamalkannya. Memberi atau mendengar nasehat itu mudah, yg sulit
adl menjalankannya karena sering bertentangan dg ego kita . Psikolog
Lukna Harini H, menyatakan ada faktor ketidakamanan dan
ketidaknyaman yg menjadi alasan seseorang sulit menerima nasihat. Umumnya manusia
membutuhkan rasa aman dan rasa nyaman. Sementara, masukan dari orang lain dpt diartikan ancaman rasa aman itu. Hal ini
umumnya bermula dari suatu tindakan yg
sudah dianggap benar berdasar pengetahuan dan pengalamannya selama ini. Tapi
ternyata apa yg dilakukan itu sebenarnya adl kesalahan .
Abu Syahidah dalam Menjadi Remaja Paling
Mulia, menyatakan bahwa salah satu tujuan utama nasehat umumnya
adalah untuk mengingatkan seseorang mengintrospeksi dirinya, berupaya
semaksimal mungkin untuk tidak melakukan kesalahan yang pernah diperbuatnya dan
menjadikan dirinya sebagai hamba yang
lebih baik dari sebelumnya. Tidak ada seorang pun yang menginginkan saudaranya
condong berubah menjadi seseorang yang lebih buruk.
Namun akan sulit untuk melewati ego saat seseorang tidak
menyadari bahwa dirinya telah melakukan suatu kesalahan. Akan tetapi, saat
orang tersebut menyadari bahwa penilaian yg sejati tidak datang dari dirinya,
yakni orang lain yg berada di sekitarnya, maka orang tersebut akan lebih mudah
dalam menerima nasehat dari orang lain.
Sering kali didapati bahwa banyak
orang yang bereemangat mendengarkan ceramah namun bukan inti nasehat yang diperhatikan
, tetapi keindahan suara atau kepiawaian sang ustad dalam mengolah kata-kata.
Memberi nasehat itu mudah, menyuruh orang, tausiah juga mudah. Tujuan nasehat adalah mereka mau menerima dan melakukan, namun apa daya jika orang yang memberi nasehat itu pun tak jauh beda dengan mereka, alias pemberi nasehat pun tidak menjalankan apa yang dinasehatkan kepada orang lain. Maka mengguaplah nasehat itu tiada berbekas.
Contoh umum, seorang ayah menyuruh anaknya shalat, sementara ayahnya lagi menonton televisi. Anak yang baik dia akan melaksanakan dan bahkan akan mengingatkan ayahnya. Akan di lain kondisi sang anak akan memprotes , karena dalam ego sang anak berkata bahwa yang menyuruh aja tidak melakukan.
Ibnu
Manzur dalam Lisanul-Arab menyatakan bahwa secara etimologi nasehat diambil
dari kata “an-nashihah.”
Adapun
kata an-nashihah dikatakan berasal dari kata an-nushhu . Para alim menyatakan
bahwa kata an-nushhu juga memiliki
beberapa cabang pemahaman , seperti sbb :
1. Ibnu Manzur dalam Lisanul-Arab menyatakan sebagai Al-Khulush
berarti murni, seperti dalam kalimat : alkhaalisu minal ‘asali ‘Madu
yang murni’.
2. Ibnu Taimiyah, I‘lamu l-Hadits menyatakan sebagai Al-Khulush
yg berarti perkataan dan perbuatan yang murni (bersih) dari kotoran dusta dan
khianat adalah bagaikan madu yang murni (bersih) dari lilin.
3. Al Imam Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Bari menyatakan
sebagai ‘al-Khiyathah/al-Khaith’ yang berarti ‘menjahit/ menyulam dengan
jarum’.
4. Imam Nawawi, Syarah
Shahih Muslim menyatakan sebagai ‘al-Khiyathah/al-Khaith’ yaitu perbuatan
seseorang yg menyampaikan nasehat kepada saudaranya yg melakukan kesalahan demi
kebaikan saudaranya, dikiaskan bagaikan orang yg menjahit/menyulam baju yang robek/berlubang
sehingga baik kembali dan layak dipakai.
Dalam istilah syar’i, Ibnu Rusyd Al-Qurthubi dalam Bidayatul Mujtahid WA
Nihayatul Muqtashid menyatakan bahwa Ibnu Al-Atsir menyebutkan, sebagai “Nasehat adalah sebuah kata yang mengungkapkan
suatu kalimat yang sempurna, yaitu keinginan (memberikan) kebaikan kepada orang
yang dinasehati. Makna tersebut tidak bisa diungkapkan hanya dengan satu kata,
sehingga harus bergabung dengannya kata yang lain.”
Al Imam Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani
menyatakan bahwa definisi di atas, sefaham dengan defenisi yang disampaikan oleh Imam
Khaththabi. Beliau berkata, bahwa “Nasehat adalah sebuah kata yang jami‘
(luas maknanya) yang berarti mengerahkan segala yang dimiliki demi (kebaikan)
orang yang dinasehati.
Nasehat merupakan sebuah kata yg ringkas, namun luas maknanya. Tidak ada
satu kata pun dalam bahasa Arab yg bisa mengungkapkan makna dari kata nasehat
ini, kecuali bila digabung dengan kata lain.”
Adapun ulama Abu Bakar Abdul Qahir
ibnu Abdurrahman Al-Jurjan, berkata bahwa nasehat adalah mengajak orang lain
untuk melaksanakan sesuatu yang mengandung kemaslahatan dan melarang
mengerjakan sesuatu yang mengandung kerusakan.
Bisa jadi seseorang dinilai hebat dengan jam terbang ceramahnya, atau banyaknya buku yang dikarang, namun ceramah , nasehat atau karangan itu hanyalah menjadi ide cemerlang yang akan lengkap bila ada realisasi dalam kehidupan kesehariannya.
Sebagaimana Al Ghozali berkata
,walau qara'ta l ilma miata sanatin wa jama'ta alfa kitabin, la takuwna
mustaiddan lirohmatillah. Walaupun engkau belajar keilmuan 100 tahun dan engkau
menuliskan lebih seribu kitab, tidaklah
membuatmu siap atas rahmat Allah.
Bahkan Allah memperingatkan
kepada kita , sebagaimana firman-Nya , yang artinya , "Wahai orang-orang
yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?"
(Qs.As-Saff : 2)
sebagaimana firman-Nya, yang artinya “..dan bahwasanya manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya,” (QS.An-Najm:39).
Sebagaimana Rasulullah
bersabda, yang artinya ,”
Orang
yang berat menanggung siksa di hari kiamat ialah orang yg berilmu namun tidak
mendapat manfaat dari ilmunya itu.”
Bagi
hamba yang diberikan kelebihan keilmuan , akan lebih mudah dalam memberikan
nasihat. Namun juga harus disadari bahwa pemberi nasehat juga mempunyai
tanggung jawab berat untuk dapat melaksanakan isi nasehat itu terlebih dahulu,
sebelum dilaksanakan oleh si penerima nasehat.
Memberi nasehat itu lebih mudah, yang sulit adalah menjalankannya. Sesunggunya siapa yang mempunyai tetapi tidak
mengamalkannya, maka pertanggungjawabann ya akan lebih besar. Sebagaimana sabda
Rasulullah saw, “Orang yang paling berat azabnya pada hari kiamat kelak adalah
orang berilmu (‘alim; ulama) yang tidak memanfaatkan ilmunya.”
Nasehat
tanpa prkatek nyata sebagaimana ilmu tanpa amal maka sia-sialah hasilnya. Jika
disuatu medan pertempuran ada seorang prajurit perkasa dengan persenjataan
lengkap dihadapkan dengan seekor singa yang beringas, dapatkah senjatanya
melindungi dari bahaya, jika tidak diangkat, dipukulkan, digunakan dan ditikamkan? Tentu saja tidak akan
menolong, kecuali diangkat, dipukulkan dan ditikamkan. Demikian pula jika
seseorang membaca dan mempelajari seratus ribu masalah ilmiah, jika tidak
diamalkan maka tidaklah akan mendatangkan faedah.
Dilain pihak tentu, ada
banyak manfaat kebaikan tentang nasehat baik bagi si pemberi nasehat maupun
bagi orang yang diberi nasehat.
bagi Pemberi Nasehat
1. Mendapat Pahala berlipat ganda dari Allah ,seseorang
yg memberikan nasehat kepada orang lain akan mendapatkan pahala yang berlipat
ganda dari Allah swt. Hal ini dikarenakan: pertama, ia telah
menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya dengan jalan menegur atau menasehati
orang lain. Kedua, ia juga mendapatkan pahala dari orang yang
dinasehati apabila orang yang dinasehati melaksanakan nasehat yang disampaikan.
2. Melatih Diri untuk Bersabar
, seseorang memberikan nasehat tidak hanya memberi nasehatnya begitu saja, akan
tetapi juga harus mempersiapkan dirinya atas segala dampak yang ditimbulkan
dari pemberian nasehat tersebut. Seperti halnya apabila orang yang dinasehati
tidak melakukan apa yang dinasehatkan kepadanya, atau orang yang dinasehati
malah berbalik menghujat si penasehat karena orang dinasehati merasa benar dan
tidak mau melihat kesalahan dirinya.
3. Menyebarkan syi’ar
Islam , termasuk manfaat yang terdapat dalam pemberian nasehat yaitu
tersebarnya syi’ar Islam yang dilakukan oleh orang yang memberikan nasehat.
Dengan demikian, orang yang memberikan nasehat baik secara langsung maupun
tidak langsung telah menjalankan perintah Allah berupa penyebaran syi’ar-syi’ar
Islam.
4. Menumbuhkan
jiwa dan sikap saling Tolong, dalam pemberian nasehat, terkandung
sikap tolong-menolong diantara sesama muslim. Dalam hal ini, Allah SWT memang
menganjurkan umatNya untuk saling tolong-menolong dalam hal kebaikan. Hal ini
disampaikan dalam Al-Qur’an :
Sebagaimana Dia berfirman, yg
artinya “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)
5. Meningkatkan solidaritas
, saat seseorang memberikan nasehat kepada saudaranya, maka ia telah membangun
solidaritas diantara sesamanya. Dengan begitu satu sama lain diantara mereka
nantinya akan dapat saling menasehati apabila secara khilaf berbuat kesalahan.
Betapa indahnya Islam apabila setiap muslim dapat saling menasehati satu sama
lain, selain ukhuwah Islamiyah terjaga, mereka juga dapat menjaga kelestarian
ajaran-ajaran Islam.
Manfaat Nasehat bagi Orang yang diberi nasihat
1. Sebagai bahan Evaluasi dan Retrospeksi, nesehat bagi
seseorang sangatlah penting eksistensinya, yang mana nasehat tersebut bisa
dijadikan sebagai bahan evaluasi diri (introspeksi) dan juga sebagai bahan
retrospeksi, yakni memperbandingkan dirinya dengan orang lain dan mengubah atau
memperbaiki hal-hal yang kurang benar yang terdapat dalam dirinya.
2. Berupaya sabar menerima
Nasehat, seseorang yang sedang dinasehati oleh saudaranya mau tidak mau harus
berupaya untuk lapang dada dalam menerima segala bentuk nasehat yang berikan.
Seseorang yang memberikan nasehat tentunya bertujuan untuk menjadikan dirinya
sebagai orang yang lebih baik. Oleh karena itu, dengan sikap lapang dada
seseorang akan lebih mudah tergugah untuk berupaya mengikuti nasehat yang
diberikan.
Menasihati memang mudah, namun sulit untuk mengamalkannya sendiri ke dalam perbuatan, dan ini harus dimulai dari yang kecil untuk perubahan positif di masa yang akan datang.
Semoga Allah menggerakkan kita untuk selalu
istiqomah dalam memperbaiki diri, juga selalu berdoa sebagaimana pernah
diajarkan Rasulullah SAW dan disunnahkan untuk dipanjatkan kepada Allah Azza wa
Jalla sebelum seseorang hendak belajar dan berupaya memperbaiki diri .
Allaahummanfa’nii bimaa allamtanii
wa’allimnii maa yanfa’uni wa zidnii ilman maa yanfa’unii. (Ya Allah, berilah
manfaat atas (ilmu) yang Kau ajarkan, Ajarkan aku dengan ilmu yang bermanfaat
dan tambahkan ilmu yang bisa mendatangkan manfaat bagi diriku.)
Allahu a’lam
Sumber
: eramuslim, Syekh Al-Islam Muhyi
Ad-Dari, Riyadh As-Shalihin, Ibnu Manzhur, Lisanul-Arab, Jilid 2, Ibnu Taimiyah, I‘lamu
l-Hadits, Al Imam Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Bari, Imam
Nawawi, Syarah Shahih Muslim, Ibnu Rusyd
Al-Qurthubi, Bidayatul Mujtahid WA Nihayatul Muqtashid ,Ummi-Online.com. Mochammad Muallim, KH. Abdullah
Gymnastiar, Dra Lukna
Harini Husni, Psi,
konsultan pada Biro Psikologi Dwipayana, Jakarta ,dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar