Firman-Nya ,“Perumpa-maan orang-2 yg
menafkahkan harta mereka di jalan Allah adalah sebutir benih yg menumbuhkan
tujuh butir dan setiap butir membuahkan lagi 100 biji. Allah melipat gandakan
(pahala) bagi siapa yg dikehendaki-Nya. Allah maha luas karunia-Nya dan lagi
maha mengetahui. (Al-Baqarah
: 261).
Dari Abdullah bin Umar ra , bhw Rasulullah Saw
ketika berada di mimbar, bersabda: Tangan yg di atas lebih baik dari tangan di
bawah. Tangan yg di atas adalah yg memberi dan yg di bawah adalah yg meminta
(menerima).
Menolong (berbagi) amat dianjurkan Allah dan
Rasul-Nya, mengingat pahalanya yg besar serta kecintaan Allah kpd orang yg
melakukannya. Sungguh beruntung hamba yg gemar menolong (berbagi), sebagaimana
firman-Nya,” Dan berbuatlah kebajikan, agar kamu mendapat kemenangan” (Qs.
Al-Haji : 77)
Berbagi adalah memperoleh, yg lebih
berbahagia memberi dari menerima . Berbagi yg disertai keikhlasan membantu demi
keridhaan Allah, sungguh mendapat keberuntungan (kemenangan) berlipat ganda.
Suatu ketika Abu Hurairah, sedang
i’tikaf di Masjid Nabawi. Ia melihat seseorang yg duduk tidak jauh darinya.
Tubuhnya pucat dan murung. Segera beliau menanyakan tentang perihal masalah yg
dihadapi. Ternyata pria tsb sedang mengalami kesulitan . Abu Hurairah pun
segera mengajaknya kerumah beliau sehingga i’tikafnya menjadi batal.
Lelaki itu , menanyakan, “Bukankah tuan sedang i’tikaf ?”
Beliau menjawab ,” Rasulullah saw pernah bersabda, yang artinya “ Berjalannya seseorang untuk memenuhi kebutuhan saudaranya , berhasil atau tidak, lebih baik daripada i’tikaf di masjidku selama satu tahun “.
Lelaki itu , menanyakan, “Bukankah tuan sedang i’tikaf ?”
Beliau menjawab ,” Rasulullah saw pernah bersabda, yang artinya “ Berjalannya seseorang untuk memenuhi kebutuhan saudaranya , berhasil atau tidak, lebih baik daripada i’tikaf di masjidku selama satu tahun “.
Hasil studi American
Psychological Association (APA) menyimpulkan bhw ternyata memberi lebih bahagia daripada menerima.
Kesimpulan para peneliti dalam pengantar
laporan itu: “Temuan kami menunjukkan bahwa persepsi adanya pahala yang
diperoleh setelah membantu orang lain mungkin telah tertanam di alam bawah
sadar manusia yang muncul dalam konteks budaya dan ekonomi yang beragam.”
Penelitian
bertajuk Prosocial Spending and
Well-Being: Cross-Cultural Evidence for a Psychological Universal diterbitkan
oleh APA dalam Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial. Melalui beberapa
percobaan, peneliti menemukan bahwa orang-orang lebih suka untuk memberi kepada
orang lain, dan itu membuat mereka bahagia. Peneliti menyebut perasaan yang
dihasilkan layaknya sebuah “cahaya hangat.”
Secara spesifik mereka memberi dalam bentuk uang, dan tidak ada perbedaan antara negara maju dan berkembang. Para peneliti mengamati data survei dari 136 negara yang berkumpul di Gallup World Poll sejak 2006-2008. Data dikumpulkan dari 234.917 orang, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan yang sama, dan berusia rata-rata 38 tahun.
Diyakini orang kaya banyak yang mengklaim bahwa mereka dapat lebih menemukan kebahagiaan ketika memberi. Warren Buffett, miliarder kondang asal Amerika, membuat janji pada 2010 lalu bahwa lebih dari 99 persen kekayaannya akan disumbangkan selama hidupnya.
Buffett mengatakan bahwa gaya hidupnya bersama keluarga tidak akan berubah sama sekali berdasarkan pada sumbangan yang diberikan, dan dengan menghabiskan semua uangnya hanya untuk keperluan dirinya sendiri, sama sekali tidak membawa kebahagiaan bagi dirinya.
Buffett menambahkan bahwa dia hanya ingin mengambil jatah sesuai dengan kebutuhannya dan keluarga, dan memberikan sisanya kepada masyarakat.Peneliti mengkaji perkataan Buffett dan bertanya-tanya, “Apakah dengan menghabiskan uang pada orang lain akan menghasilkan kebahagiaan bahkan di daerah yang relatif miskin di dunia?”
Dalam satu analisis, mereka membandingkan tanggapan dari 820 orang dari universitas di Kanada dan Uganda. Para peserta menuliskan tentang sebuah contoh ketika mereka menghabiskan uang untuk diri sendiri atau untuk orang lain.
Mereka kemudian ditanya bagaimana perasaan setelah melakukan hal tersebut.Laporan menyimpulkan, “Peserta di Kanada dan Uganda melaporkan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi ketika mereka berpikir tentang menghabiskan uang untuk orang lain daripada untuk diri mereka sendiri."
Jadi, kesimpulan penelitian tersebut ialah ketika kita melakukan sesuatu untuk orang lain dan bukan untuk diri sendiri, dapat meningkatkan emosi positif dalam diri kita.
Berbagai, menolong
orang lain adalah perbuatan mulia, Allah akan memberikan keuntungan dan
kebahagiaan dunia akhirat bagi yg melakukannya, Sebagaimana Allah berfirman yg artinya,
1.
“ Dan tolong menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa “, (Qs. Al-Maidah : 2),
2.
“Dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik,” (Qs. Al-Baqarah :
195),
3.
“Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan “, (Qs. Ali Imran : 134).
4.
“ Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebajikan”, (Qs. An-Nahl
: 128).
Rasulullah bersabda, yg artinya ,” Setiap
pagi, dua malaikat turun mendampingi seorang hamba. Yang satu berdoa , “ Wahai
Tuhan ! berikanlah ganti rugi bagi dermawan yang mensedekahkan hartanya” Dan
yang satu lagi berkata, “ Wahai Tuhan ! Musnahkanlah harta si bakhil “.
Perintah untuk berbagi atau membantu orang
lain juga banyak terdapat dalam Sunnah Nabawiyyah.
1.
Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra, bahwa apabila datang kepada
Rasulullah saw seseorang yg minta sesuatu atau mohon diperkenankan hajatnya,
maka beliau bersabda, yg artinya ,”Berilah pertolongan, niscaya kalian akan
diberi balasan (pahala), Allah menetapkan atas lisan Nabi-Nya Shallaallahu
alaihi wa sallam apa-apa yang dikehendaki-Ny) “, (Muttafaq alaih, M Fua’ad
Abdul Baqi dala Al-Lu’lu wa Al-Marjan , Ibnul Atsir dlm Jami’ Al-Ushul,
An-Nawawi dlm Riyadh as-Shalihin, Ali Muttaqi dlm Kanz Al-‘Ummal).
2.
Bukhari Muslim dlm Asy Syaikan , menyepakati apa yg
diriwayatkan Ibn Umar , bhw Rasulullah bersabda, yang artinya,” Seorang muslim
adalah saudara muslim yang lain, tidak boleh menzhaliminya, tidak boleh
menyakitinya. Barang siapa mengurusi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan
mengurusi kebutuhannya. Dan barangsiapa melepaskan suatu kesusahan seorang
muslim , maka Allah akan melepaskannya dari satu kesusahan diantarakesusahan-kesusahan
pada hari kiamat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim maka Allah akan
menutupi aibnya pada hari kiamat ,” (An
Nawawi dlm Riyadh ash Shalihin, Al-Mundziri dlm At Targhib a at Tarhib ).
3.
dst
Ali Ath-Thontowi - ulama Al Azhar berkata
bahwa, bila anda membahagiakan saudara anda dengan pemberian, maka Allah akan membahagia-kan
anda dengan pemberian-Nya yang tak terduga dan tak pernah anda pikirkan
(nantikan) .
Saudaraku,
sementara ahli hikmah dan ulama , menyatakan bahwa , letak kebagahagiaan hakiki
adalah membahagiakan orang lain. Karena itu , sebaiknya kita membiasakan untuk
selalu berupaya membahagiakan orang lain, misalnya membiasakan mendoakan orang
lain. Sebab doa ini akan dikabulkan Allah lantaran ikhlas dan tanpa pamrih. Bukankah
ini berkah kebahagiaan yang tiada terkira.
Ulama Ibn
al-Qayyim, menyatakan satu diantara kebaikan bersedekah (menolong orang lain),
“ Sesungguhnya sedekah itu dapat membebaskan kita dari azab-Nya. Seseorang yang
melakukan dosa dan kesalahan , ia patut celaka. Tetapi , jika ia segera
mengirinya dengan sedekah, niscaya ia akan terbebas dai azab “.
Memberi memang lebih baik daripada menerima. Kebiasaan menolong orang lain bisa memperpanjang umur. Sebuah penelitian selama 5 tahun oleh tim peneliti Universitas Buffalo di Amerika menunjukkan bahwa orang yang gemar membantu orang lain ternyata lebih sehat.
“Kami menemukan bahwa ketika seseorang berhadapan
dengan situasi stres, mereka yang sering membantu orang lain lebih rendah
mengalami gangguan kesehatan,” jelas peneliti Michael J. Poulin, PhD, asisten
profesor psikologi di Universitas Buffalo, yang dilansir di Dailymail.
Penelitian sebelumnya oleh Greater Good
Science Center di California menegaskan bahwa efek kebiasaan menolong itu
seperti drugs. Misalnya, bersedekah membuat bagian otak mengeluarkan
hormon dopamin, yang memberikan efek bahagia. Dimana pada akhirnya berpengaruh
kualitas kesehatan. .
Berbagi , menolong sesama adalah bagian dari implementasi rasa Syukur, ygmenjadikan kita sebagai hamba yang kaya dalam arti yang sebenarnya. Sebagai magnet, tentunya bersyukur akan menarik kebaikan-kebaikan untuk selalu datang menghampiri kita. Pribadi yang menyimpan magnet kebaikan akan bisa mempengaruhi orang lain untuk berbuat kebajikan pula.
Berbagi , menolong sesama adalah bagian dari implementasi rasa Syukur, ygmenjadikan kita sebagai hamba yang kaya dalam arti yang sebenarnya. Sebagai magnet, tentunya bersyukur akan menarik kebaikan-kebaikan untuk selalu datang menghampiri kita. Pribadi yang menyimpan magnet kebaikan akan bisa mempengaruhi orang lain untuk berbuat kebajikan pula.
Dalam penelitian yang juga melibatkan
University of North Carolina ini menemukan orang yang bahagia karena membantu
orang lain, memiliki gen antibodi yang kuat. Sedangkan orang yang bahagia
karena mengonsumsi atau memiliki barang gen antibodinya rendah.
Penelitian oleh Steven Cole, profesor kedokteran UCLA dan Barbara L. Fredrickson dari University of North Carolina yang membutuhkan waktu satu dekade. Mereka meneliti 21.000 gen. Gen itu terbagi dalam dua jenis gen kebahagiaan;
Penelitian oleh Steven Cole, profesor kedokteran UCLA dan Barbara L. Fredrickson dari University of North Carolina yang membutuhkan waktu satu dekade. Mereka meneliti 21.000 gen. Gen itu terbagi dalam dua jenis gen kebahagiaan;
1.
Gen eudaimonic adalah mereka yang bahagia karena membantu
orang lain.
2.
Sedang Gen hedonic adalah mereka yang bahagia karena memiliki
atau mengonsumsi barang untuk
keperluannya sendiri .
Penelitian sebelumnya menemukan, sel-sel
kekebalan tubuh bergeser selama masa ketidakpastian, stres dan ketakutan.
Pergeseran ini berpengaruh pada peradangan, fungsi antivirus dan antibodi.
Cole percaya respon manusia terhadap lingkungannya berevolusi. Respon ini berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh manusia. Cole menerangkan dalam masyarakat kontemporer ancaman sosial atau simbolik dapat mempromosikan radang dan gangguan kardiovaskular, neurodegenerative dan penyakit lainnya dan dapat mengganggu ketahanan terhadap infeksi virus. Respon dan ekspresi atas lingkungan sosial ini yang berpengaruh pada tubuh.
Studi ini menemukan orang dengan sifat kebahagiaan eudaimonic menunjukkan profil gen yang menguntungkan dalam sel kekebalan tubuh mereka. Sedang mereka yang hedonis kesejahteraan menunjukkan profil ekspresi gen yang merugikan.
Kedua jenis kebahagiaan ini, memiliki tingkat emosi positif yang sama. Hanya efeknya bagi tubuh yang berbeda. Penelitian ini, kata Cole Selasa 30 Juli 2013, memberitahu bahwa berbuat baik dan merasa baik memiliki efek yang sangat berbeda pada genom manusia dari pada membeli atau memiliki barang. "Meski menghasilkan tingkat emosi positif yang sama," ujarnya. Temuan ini dipublikasi dalam jurnal Proceeding of National Academy of Sciences.
Cole percaya respon manusia terhadap lingkungannya berevolusi. Respon ini berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh manusia. Cole menerangkan dalam masyarakat kontemporer ancaman sosial atau simbolik dapat mempromosikan radang dan gangguan kardiovaskular, neurodegenerative dan penyakit lainnya dan dapat mengganggu ketahanan terhadap infeksi virus. Respon dan ekspresi atas lingkungan sosial ini yang berpengaruh pada tubuh.
Studi ini menemukan orang dengan sifat kebahagiaan eudaimonic menunjukkan profil gen yang menguntungkan dalam sel kekebalan tubuh mereka. Sedang mereka yang hedonis kesejahteraan menunjukkan profil ekspresi gen yang merugikan.
Kedua jenis kebahagiaan ini, memiliki tingkat emosi positif yang sama. Hanya efeknya bagi tubuh yang berbeda. Penelitian ini, kata Cole Selasa 30 Juli 2013, memberitahu bahwa berbuat baik dan merasa baik memiliki efek yang sangat berbeda pada genom manusia dari pada membeli atau memiliki barang. "Meski menghasilkan tingkat emosi positif yang sama," ujarnya. Temuan ini dipublikasi dalam jurnal Proceeding of National Academy of Sciences.
Rasulullah mencontohkan untuk berempati kepada orang yang sedang
berduka dan berbagi ketika mendapatkan kebahagiaan. Berbagi yang tertinggi
derajatnya adalah itsar, yaitu memberikan sesuatu kepada orang yang lebih
memerlukan, sekalipun ia sendiri masih membutuhkannya.
Berbagi merupakan sedekah. Berbagi antar
sesama atas apa yang kita miliki merupakan sifat mulia.
Kita dianjurkan untuk berbuat baik kpd sesama
, sebagaimana firman Allah Ta’ala, yg
artinya ,” Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik padamu. (Qs.
Al-Qashas : 77)
Sebenarnya ada banyak terminilogi dalam Islam
yg menjelaskan makna berbagi. Misalnya, amal perbuatan baik disebut dengan
sedekah. Pemberian yang diwajibkan terhadap umat Islam untuk memuliakan dan
mensucikan seseorang disebut zakat atau sedekah.
Kedermawan harus selalu dijaga agar kita dekat
dengan Allah Azza Wa Jalla. Sehingga hamba tsb akan memperoleh keberkahan hidup, kepuasan
batin, dan ketenangan jiwa.
Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bertanya
kepada para Sahabatnya: Apakah engkau menginginkan kepuasan dan kesuksesan
batin serta terpenuhi kebutuhan hidup? Sayangilah anak yatim, usaplah
kepalanya, dan berikanlah makanan yang sama dengan makanan yang engkau makan.
Pasti engkau akan mendapatkan kesuksesan batin dan akan terpenuhi kebutuhan
hidup. (Riwayat Thabrani dari Abu Darda)
Saudaraku,
orang-orang yang menafkahkan hartanya
karena hanya mengharapkan ridha Allah dikiaskan seperti kebun indah yang subur,
terletak di tempat yang tinggi yang senantiasa disirami air hujan. Jikapun
hujan itu tidak lebat, gerimis atau titik embun selalu membasahi tanahnya,
sehingga kebun itu senantiasa menghasilkan panen.
Psikolog Leaf Van Boven dan Thomas Gilovich ,
penulis jurnal Perspective taking as egocentric anchoring and adjustment, menemukan bhw seseorang ternyata akan bisa
lebih bahagia tatkala dia menggunakan uangnya untuk membeli pengalaman (nraktir
makan-makan bersama teman, nonton bareng, berlibur bersama keluarga) daripada membeli
barang untuk kepentingan sendiri (sepatu
baru, smartphone tercanggih). Ini karena dalam pengalaman seringkali terdapat
aspek sosialisasi. Sementara untuk barang-barang yang dibeli, dengan segera itu
semua bisa menjadi terasa biasa tak lama setelah barang itu dibeli dan
dimiliki.
Wallahu a’lam bish-Shawab
Sumber : Al Hidayah Bainal Halal wal Haram,
Syaikh Ahmad bin Ahmad Muhammad Abdullah Ath Thawil, suara hiadayatullah 2010, Prosocial Spending
and Well-Being: Cross-Cultural Evidence for a Psychological Universal (APA) Inilah
Rahasia Bersyukur , Rusdin SR, Ummu alif , dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar