Salah satu dari bentuk
sabar adalah sabar atas cobaan dunia dan bencana zaman. Menyangkut hal ini, tak
seorangpun yg luput darinya. Baik hamba beriman maupun tidak beriman , yang miskin atau pun yang kaya, penguasa ataupn rakyat
biasa. Sebab hal ini merupakan sunatullah kehidupan dan manusia.Tidak ada
seorangpun yang terbebas dari keresahan bathin, penyakit pisik, kehilangan-kerugian harta benda, gangguan orang, kesengseraan kehidupan
dan peristiwa yg tiba-tiba terjadi yang tidak dapat diduga. Namun di lain pihak ada tuntutan kesabaran seorang hamba ketika ia mendapatkan kesenangan , kemudahan , waktu luang atau rizki yg melimpah. Lalu bagaimana kesabaran seorang hamba atas kesenangan dan rizki yg melimpah?
Sebagaimana, dalam firman-Nya , yang aartinya ,"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah kabar
gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah mereka mengucapkan “Inna Lillahi wa inna ilaihi raji’un”.
Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dn rahmat dari Rabbnya,
dan mereka itulah yang mendapatkan petunjuk”. (QS : Al-Baqarah : 155-157)
Sabar terhadap
Keinginan Nafsu
Ini merupakan salah
satu medan kesabaran, yaitu sabar dari keinginan nafsu dan kecenderungan
naluri, seperti kemewahan dunia, kesenangan dan pehiasannya yang selalu
dicenderungi oleh hawa nafsu dan di dorong serta dihiasi oleh setan.
Pertama, apabila
seseorang, sedang mendapatkan kemewahan dan kesenangan kehidupan dunia, maka
sangat diperlukan kesabaran dari memperturutkan kesenangan dan kemewahan
kehidupan dunia tersebut, sebab ini merupakan salah satu bentuk lain dari
ibtila( cobaan) , cobaan dengan kesenangan dan kemewahan, bukan dengan
kesedihan dan kemiskinan .
Firman Allah Ta’ala, yang artinya ," Kami akan menguji kamu dengna keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan”. (QS : Al-Ambiya : 35)
Firman Allah Ta’ala, yang artinya ," Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dimuliakan-Nya
dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata : Rabbku telah memuliakanku. Tetapi
bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rizki , maka dia berkata : “Rabbku
menghinakanku”. (QS : Al-Fajr : 15-16).
Sungguh , Allah menjadikan kesenangan dan kemewahan sebagai ibtila (cobaan)
seperti halnya kemiskinan dan kemewahan.
Setiap mukmin
memerlukan kesabaran dari kesenangan dunia, agar tidak terlepas nafsunya
mengikuti syahwat, syahwat kepada wanita, anak, kemewahan, kedudukan, dan seb
againya. Sebab jjika dia idak dapat mengendalikan nafsunya maka ;pasti akan
terseret kepada sikap sombong, menolak kebenaran dan melampui batas.
Oleh karena itu,
sebagian kaum bijak bestari mengatakan, bala (cobaan) itu masih bisa disabari
oleh setiap Mukmin, tetapi kesenangan itu jarang sekali dapat disabari kecuali
oleh orang yagn mempunyai tingkat shiddiq.
Bahkan dikatakan,
sabar terhadap kesenangan itu lebih berat daripada sabar terhadap bala
(kesengsaraan). Ketika pintu-pintu dunia dibubakan kepada para sahabat, sebagian
mereka berkata, “Kami sudah dicoba dengan kesengsaraan lalu kami-pun bersabar,
tetapi ketika kami dicoba dengna kesenangan dan kemewahan, maka kami tidak
dapat bersabar”.
Sabar dalam kesenangan
dalam banyak kondisi justru lebih berat daripada sabar dalam kesusahan, Orang yang susah, tidak
memiliki makanan di malam yang dingin tentu akan lebih bersabar dan mendekatkan
diri pada-Nya jika dibandingkan dengan orang yang lapar dan didepanya terhidang
berlimpah rejeki dan makanan mahal dst.
Imam al-Gazali
berkata, “Sabar terhadap kesenangan itu lebih berat , karena disertai adanya
kemampuan. Orang yang lapar ketika tidak ada makanan, lebih dapat bersabar
ketimbang ketika terhidang dihadapannya makanan-makanan lezat dan mampu
melakukannya. Oleh karena itu, cobaan kesenangan lebih berat”.
Allah memperingatkan hamba-Nya dari cobaan harta, anak, istri, dan semua kesenangan duna,
seperti dalam firman-Nya, yang artinya ," Sesungguhnya
harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)”. QS : At-Taghabun : 15).
Sabar seharusnya
diterapkan bukan hanya pada saat dilanda kesusahan (musibah) , namun kita seharusnya juga sabar ketika berada dalam kesenangan, ketika Allah melimpahkan nikmat-Nya kita rasakan itu
sebagai suatu kebaikan dari-Nya dan manakala Allah memberi kita cobaan seharusnyalah
kita mengambil hikmah dari cobaan yang telah Allah berikan.
Saudaraku , dalam hadist Nabi di tegaskan bahwa musibah
itu merupakan indikator kecintaan Allah kepada hambanya (“ Sesungguhnya apabila
Allah mencintai seseorang hamba maka Dia tenggelamkan hamba tersebut kedalam
cobaan, Barang siapa yang tidak pernah mengalami musibah, maka ia jauh dari
kasih sayang Allah”). Bukankah dengan musibah itu berarti Allah memberikan
peluang kepada kita untuk memperoleh ampunan-Nya.
Semoga kita mendapat keberkahan dan kekuatan dari Allah untuk dapat bersabar dari cobaan, baik itu berupa kesenangan maupun kesulitan
yang dihadapinya.
Wallahu’alam.
Sumber : Sheikh Yusuf al-Qardawi , Eramulsim.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar