Allah berfirman, yg artinya, “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka
rezki dari yg baik-baik dan Kami lebihkan mereka dgn kelebihan yg sempurna atas
kebanyakan makhluk yg telah Kami ciptakan”. (QS. Al Isra’ : 70).
Fathuddin Ja’far,MA (Empowernment Road to the Great Success), bahwa manusia
adl makhluk ciptaan Allah yg paling
mulia dibanding makhluk lain, selama mereka
memanfaatkan dg optimal tiga potensi mereka (Spiritual, Emotional, Intellectual)
dlm diri sesuai misi-visi penciptaan mereka.
Namun seringkali justru kita punya pemikiran yg
terbalik. Kita mudah terjebak dgn membandingkan prestasi orang lain. Kita
merasa inferior (menghakimi diri) sebagai pecundang. Bisa jadi kita merasa hanya
berprestasi minimalis saja , dan justru keterbatasan ini yg kita ekspos secara
berlebihan. Hal ini terjadi karena potensi yg kita punyai tidak dikerahkan
secara optimal. Dari waktu ke waktu hanya mengutak-atik keterbatasan (kelemahan kita). Selanjutnya terbenam dgn melakukan penilaian negatif terhadap
diri dan mulai memperbandingkan dgn prestasi orang lain.
Dean Swift berkata , manusia telah dituduh tak
mengetahui kelemahan mereka sendiri, namun barangkali juga hanya sedikit orang
yang mengetahui kekuatannya sendiri. Seperti halnya tanah, kadang-kadang
terdapat bijih emas yang sama sekali tak diketahui oleh pemiliknya.
Memang benar sekali,
setiap makhluk tidak ada yang sempurna . Dr. Ponijan Liaw. mengatakan
bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yg sanggup menguasai semua hal.
Alasannya jelas, bakat, waktu dan kesempatan setiap orang berbeda. Lalu, ketika
kita tidak menguasai sesuatu, mengapa hal itu menjadikan kita risau? Bukankah
yang terpenting adalah melakukan yang terbaik di bidang yang dikuasai buat
kesejahteraan orang lain?
Saudaraku, tidak ada
seorangpun di dunia ini yg memiliki kesamaan identik. Tidak ada derita yang
sama. Tidak ada pula bahagia serupa. Yang ada hanyalah derita dan bahagia
relatif yang tidak sama kadar konsentrasinya. Semuanya berlangsung secara
khusus individualistik dan personal. Edmund Spencer dalam Encomium Moriae menyatakan bahwa pikiran yang
membuat baik menjadi jelek , bahagia menjadi sengsara, kaya menjadi miskin.
Karena itu jika kita tidak memiliki apa yang dipunyai orang lain, jangan bersedih, karena yakinlah bisa jadi ia juga tidak memiliki apa yg kita miliki. Setiap orang adalah nomor satu di bidang yang diminati dan digelutinya. Tidak ada yang sama baiknya. Semua ada proporsinya. Bukankah karena itu hidup bisa menjadi ajang saling menyempurnakan?
Karena itu jika kita tidak memiliki apa yang dipunyai orang lain, jangan bersedih, karena yakinlah bisa jadi ia juga tidak memiliki apa yg kita miliki. Setiap orang adalah nomor satu di bidang yang diminati dan digelutinya. Tidak ada yang sama baiknya. Semua ada proporsinya. Bukankah karena itu hidup bisa menjadi ajang saling menyempurnakan?
Contoh lain ; Kita lihat bagaimana Kris Dayanti (KD) terkenal
dalam bidang lagu. Sementara Tukul
Arwana terkenal sebagai pelawak. Dapat dibayangkan bagaimana jadinya jika KD terjun
ke dunia melawak, Tukul didaulat untuk
menyanyi seperti KD ?
Contoh lagi ; tentang lukisan. Ada orang yg menganggap suatu lukisan tidak
bermakna, amburadul dan hanya coretan yg
tidak lucu. Namun bagi orang yg mempunyai sudut pandang lain, lukisan ini
adalah sangat indah dan mahal. Komposisi warnanya adalah citarasa seni yg
tinggi. Begitulah kita. Karenanya, jangan pernah bersedih, jika Anda tidak bisa
melakukan sesuatu yang dilakukan orang lain karena kita semua adalah unik
adanya. Kita adalah pakar di bidang yang kita sukai dan geluti.
Dan, biasanya orang yang telah menyadari (fokusk diri) pada potensinya itu akan sukses lebih cepat dan lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memilikinya. Inilah yang membedakan antara seseorang dengan yang lainnya. Karenanya, tidak perlu mengeluh jika tidak ingin kehabisan waktu untuk bertumbuh saat melihat apa yang mampu dikerjakan yang lain sementara kita tidak mampu. Karena sesungguhnya hidup ini adalah adil adanya. Setiap orang memiliki bakat dan kompetensi sendiri-sendiri. kita hanya perlu menggali, mengenali dan memotivasi diri untuk mengembangkannya.
Akhirnya, mari gunakan waktu untuk memanfaatkan potensi diri yang ada dengan berkarya secara khusus dan fokus padanya agar hidup bermanfaat buat orang lain. Dengan bermanfaatnya hidup untuk sesama, martabat hidup pun akan menjulang tinggi. Bukankah itu adalah tujuan hidup manusia di muka bumi ini?
Suadaraku , Kita tentu ingin mencapai yang terbaik dalam hidup. Namun seringkali kita lalu larut mengikuti standar-standar sosial tertentu yg menandakan keberhasilan bila kita berhasil mencapainya. Kita mengejar nilai yg tinggi ketika berada di sekolah , lingkungan kerja atau masyarakat. Kita berkompetisi dengan manusia lain dalam berbagai bidang kehidupan demi mencapai apa yang kita sebut sebagai kesuksesan.
Bisa jadi hal tersebut tidak sepenuhnya salah. Namun sesungguhnya, lebih tepat bila kita mengukur keberhasilan berdasarkan perkembangan diri kita sendiri. Bukan berdasarkan standar yg ditetapkan orang lain atau perbandingan dengan perkembangan orang-orang di sekitar kita. Sekali lagi, jangan habiskan waktu sia-sia membayangkan kesuksesan orang lain di bidangnya, apalagi dengan penuh keirian dan kedengkian yg semakin mengotori batin. Tetapi, mari mulai menyadari bahwa setiap orang memiliki keterbatasan. Tidak ada orang yg bisa mengerjakan semua hal pada waktu bersamaan dan sama baiknya karena adanya anugerah kehidupan yang memang berbeda diberikan kepada setiap insan. Mari renungkan dan jalankan potensi sendiri.
Dan, biasanya orang yang telah menyadari (fokusk diri) pada potensinya itu akan sukses lebih cepat dan lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memilikinya. Inilah yang membedakan antara seseorang dengan yang lainnya. Karenanya, tidak perlu mengeluh jika tidak ingin kehabisan waktu untuk bertumbuh saat melihat apa yang mampu dikerjakan yang lain sementara kita tidak mampu. Karena sesungguhnya hidup ini adalah adil adanya. Setiap orang memiliki bakat dan kompetensi sendiri-sendiri. kita hanya perlu menggali, mengenali dan memotivasi diri untuk mengembangkannya.
Akhirnya, mari gunakan waktu untuk memanfaatkan potensi diri yang ada dengan berkarya secara khusus dan fokus padanya agar hidup bermanfaat buat orang lain. Dengan bermanfaatnya hidup untuk sesama, martabat hidup pun akan menjulang tinggi. Bukankah itu adalah tujuan hidup manusia di muka bumi ini?
Suadaraku , Kita tentu ingin mencapai yang terbaik dalam hidup. Namun seringkali kita lalu larut mengikuti standar-standar sosial tertentu yg menandakan keberhasilan bila kita berhasil mencapainya. Kita mengejar nilai yg tinggi ketika berada di sekolah , lingkungan kerja atau masyarakat. Kita berkompetisi dengan manusia lain dalam berbagai bidang kehidupan demi mencapai apa yang kita sebut sebagai kesuksesan.
Bisa jadi hal tersebut tidak sepenuhnya salah. Namun sesungguhnya, lebih tepat bila kita mengukur keberhasilan berdasarkan perkembangan diri kita sendiri. Bukan berdasarkan standar yg ditetapkan orang lain atau perbandingan dengan perkembangan orang-orang di sekitar kita. Sekali lagi, jangan habiskan waktu sia-sia membayangkan kesuksesan orang lain di bidangnya, apalagi dengan penuh keirian dan kedengkian yg semakin mengotori batin. Tetapi, mari mulai menyadari bahwa setiap orang memiliki keterbatasan. Tidak ada orang yg bisa mengerjakan semua hal pada waktu bersamaan dan sama baiknya karena adanya anugerah kehidupan yang memang berbeda diberikan kepada setiap insan. Mari renungkan dan jalankan potensi sendiri.
Saudaraku mari kita ikuti kisah dibawah ini :
Di suatu hutan, hiduplah seekor belalang muda yg cerdik. Belalang memiliki lompatannya yg paling tinggi di komunitasnya. Hal ini adalah prestasi yg sangat membanggakan. Ia sanggup menggapai makanan-makakanan paling lezat berupa daun-daunan pohon yang tinggi. Dari atas suatu pohon belalalang ini dapat melihat satu desa di kejauhan kelihatannya sangat indah dan sejuk. Begitu takjubnya hingga ia berharap agar suatu ketika bisa pergi kesana.
Di suatu hutan, hiduplah seekor belalang muda yg cerdik. Belalang memiliki lompatannya yg paling tinggi di komunitasnya. Hal ini adalah prestasi yg sangat membanggakan. Ia sanggup menggapai makanan-makakanan paling lezat berupa daun-daunan pohon yang tinggi. Dari atas suatu pohon belalalang ini dapat melihat satu desa di kejauhan kelihatannya sangat indah dan sejuk. Begitu takjubnya hingga ia berharap agar suatu ketika bisa pergi kesana.
Suatu hari, saat yang dinantikan itu
tibalah. Teman setianya, seekor burung , mengajaknya untuk terbang dan pergi ke
desa tsb. Dengan semangat , keduanya pergi bersama ke desa tersebut. Setelah
mendarat mereka mulai berjalan-jalan melihat keindahan desa itu. Akhirnya
mereka sampai di suatu taman indah yg berpagar tinggi, yang dijaga oleh seekor
anjing besar.
Belalang bertanya , “Siapakah kamu, dan apa yang kamu
lakukan di sini?”
“Aku adalah anjing penjaga taman ini.
Aku dipilih oleh majikanku karena aku adalah anjing terbaik di desa ini,” jawab
anjing dengan serius.
Mendengar perkataan si anjing,
panaslah hati belalang muda. Dia lalu berkata lagi, “Hmm, tidak semua binatang
bisa kau kalahkan. Aku menantangmu untuk membuktikan bahwa aku bisa
mengalahkanmu. Aku menantangmu untuk bertanding melompat, siapakah yang paling
tinggi diantara kita.”
“Baik,” jawab si anjing. “Di depan
sana ada pagar yang tinggi. Mari kita bertanding, siapakah yang bisa melompatinya.”
Keduanya lalu segera menuju ke pagar itu.
Kesempatan pertama adalah si anjing. Setelah mengambil ancang-ancang, anjing
itu lalu berlari dengan kencang, melompat, dan berhasil melompati pagar yang
setinggi orang dewasa tersebut tersebut. Kesempatan berikutnya adalah si
belalang muda. Dengan sekuat tenaga belalang tersebut melompat. Namun, ternyata
kekuatan lompatannya hanya mencapai tiga perempat tinggi pagar tersebut, dan
kemudian belalang itu jatuh kembali ke tempatnya semula. Dia lalu mencoba
melompat lagi dan melompat lagi, namun ternyata gagal pula.
Si anjing lalu menghampiri belalang
dan sambil tertawa berkata, “Nah, belalang, apa lagi yang mau kamu katakan
sekarang? Kamu sudah kalah.”
“Belum,” jawab si belalang.
“Tantangan pertama tadi kamu yang
menentukan. Beranikah kamu sekarang jika saya yang menentukan tantangan kedua?”
“Apa pun tantangan itu, aku siap,”
tukas si anjing.
Belalang lalu berkata lagi,
“Tantangan kedua ini sederhana saja. Kita berlomba melompat di tempat.
Pemenangnya akan diukur bukan dari seberapa tinggi dia melompat, tapi diukur
dari lompatan yang dilakukan tersebut berapa kali tinggi tubuhnya.”
Anjing kembali yang mencoba pertama
kali. Dari hasil lompatannya, ternyata anjing berhasil melompat setinggi empat
kali tinggi tubuhnya. Berikutnya adalah giliran si belalang. Lompatan belalang
hanya setinggi setengah dari lompatan anjing, namun ketinggian lompatan
tersebut ternyata setara dengan seratus kali tinggi tubuhnya. Dan belalang pun
menjadi pemenang untuk lomba yang kedua ini. Kali ini anjing menghampiri
belalang dengan rasa kagum.
“Hebat. Kamu menjadi pemenang untuk
perlombaan kedua ini. Tapi pemenangnya belum ada. Kita masih harus mengadakan
lomba ketiga,” kata si anjing.
“Tidak perlu, sahabatku ” jawab si
belalang.
“Karena, pada dasarnya pemenang dari
setiap perlombaan yang kita adakan adalah mereka yang menentukan standar
perlombaannya.
Pada saat lomba pertama kamu yang menentukan
standar perlombaannya dan kamu yg menang. Demikian pula lomba kedua saya yg
menentukan, saya pula yang menang.” “Intinya adalah, kamu dan saya mempunyai
potensi dan standar yg berbeda tentang kemenangan. Adalah tidak adil membandingkan
potensi kita dengan yg lain. Kemenangan sejati adalah ketika dengan potensi
yang kamu miliki, kamu bisa melampaui standar dirimu sendiri.
Saudaraku,
setiap kita selalu ingin menjadi yang
terbaik. Dan tentu kita dapat menjadi terbaik dengan bidang kita masing-masing
dan tidak perlu membanding-bandingkan dengan orang lain. Betapa sering kita membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Membandingkan antara
profesi dengan profesi si Anu, dengan pendapatan si fulan, , antara kesuksesan kita
dengan kesuksesan si fulannah, dan seterusnya. Marilah kita meyeleksi
pikiran-pikiran yang masuk dan keluar. Banyak waktu kita terbuang percuma
karena memikirkan hal-hal yang membuat kita terjebak dalam penyesalan diri dan
perasaan kegagalan.
Setiap
manusia adalah unik dan tidak akan sama persis dengan manusia lain. Sungguh, Maha Besar Allah dalam mengatur semua agar tidak kacau balau. Diciptakan-Nya
segala sesuatu di bumi ini untuk manusia kelola lalu dengan begitu mereka
menemukan bakat mereka masing-masing lalu mengelolanya dengan baik. Setiap manusia dikaruniai Sang Pencipta kemampuan
untuk menghasilkan yg terbaik bagi dirinya dan lingkungan-nya sendiri. Dalam
setiap diri manusia telah dibekali benih-benih kemampuan untuk sukses. Dan
untuk mencapai tujuan-tujuan kehidupan, setiap individu seharusnya menetapkan
standar-standar yg disesuaikan dengan kondisi dan situasi dirinya sendiri.
Saudaraku, hindarilah menggunakan
standar-standar keberhasilan orang lain dan dipaksakan untuk dijadikan standar
penilaian diri kita sendiri. Hal ini disamping tidak cocok sesuai standar diri
kita , akhirnya akan mengakibatkan kita kehilangan jati diri dan tidakmampuan
membangun kepercayaan diri untuk maju. Setiap manusia mempunyai potensi dan kepribadian
unik yang tidak akan pernah sama dengan orang lain.
Dengan begitu kita akan menemukan cara berkompetisi yg lebih nyaman untuk diri sendiri. Kita bisa mengukur prestasi
dan potensi kita saat kemarin , sekarang dan yang kita harapkan esok, bagaimana
perkembangan prestasi ibadah kita dst. Dengan cara ini, kita akan lebih mudah mengatasi
penyakit-penyakit seperti iri hati, dengki, dan rasa kecewa pada diri.
Dari
Ali bin Abi Thalib ra , berkata bahwa , barang siapa yang harinya sama saja
maka dia telah lalai, barang siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin maka
dia terlaknat, barang siapa yang tidak mendapatkan tambahan maka dia dalam
kerugian, barangsiapa yang dalam kerugian maka kematian lebih baik baginya. (At
Tadzkirah fil Ahadits Musytahirah, Al
Firdaus bi Ma’tsur Al Khithab No. 5910)
Kemenangan sejati bukanlah kemenangan
atas orang lain, melainkan kemenangan atas hawa nafsu diri sendiri. Stuart B. Johnson berkata bahwa , urusan kita
dalam kehidupan ini bukanlah untuk mendahului orang lain, tetapi untuk
melampaui diri kita sendiri, untuk memecahkan rekor kita sendiri, dan untuk
melampaui (memperbaiki) hari kemarin dengan hari ini.
Allahu a’lam
Semoga bermanfaat
Sumber : PonijanLiaw, www.ponijanliaw.com,
Parlindungan Marpaung, dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar