Rendah hati (tawadhu’) diukur dari kedalaman jiwa yang memancarkan perilaku. Tingkah laku rendah hati , memang tidak mudah diraih , walaupun oleh ahli ibadah sekalipun. Seringkali sifat rendah hati justru dimiliki oleh orang-orang biasa menurut pandangan orang banyak.
Bahkan kita alami sendiri , disaat semangat ketaatan meningkat, godaan akan rasa bangga diri (kesombongan) mulai bermunculan. Ketaatan yang tidak diiringi dengan keterjagaan hati menjadikan kita mudah jatuh dlm kesombongan, karena merasa lebih hebat dengan ketaatan yang kita miliki. Merasa super taat (thughyan at-tha’ah) , lalu mudah meremehkan perbuatan baik orang lain yang menurutnya lebih rendah kualitas ibadahnya. Memandang rendah perbuatan orang lain dan merasa amaliyah diri sendiri lebih baik , adalah bencana yang mengerikan.
Sikap tinggi hati meskipun masih samar dan tersembunyi akan menjerumuskan pelaku-nya kedalam ujub (tindakan mengagumi diri), meremehkan orang lain serta menutup jiwa untuk mengetahui kekurangan diri sendiri dengan lebih teliti. Dan musibah yang menanti adalah orang ini menjadi tidak banyak bahkan lalai meminta ampunan kepada Allah dan memperbaiki kesalahan-kesalahannya.
Saudaraku, sikap rendah hati banyak dicontohkan Rasulullah, sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Wahai manusia bertaubatlah kepada Allah dan mintalah ampunan-Nya. Dan aku bertaubat kepada Allah sehari 100 kali “. (Hr Muslim).
Rasulullah sendiri yang setiap perbuatannya selalu dikoreksi Allah sehingga tidak satupun perbuatannya yang menzalimi orang lain , namun justru beliau paling banyak istighfar (memohon ampun) dan selalu bertaubat.
Rendah hati adalah alat utama untuk meneropong setiap kekurangan diri sendiri. Merasa jauh dari kesempurnaan akan mendorong jiwa untuk selalu mengkoreksi setiap perbua-tan dosa yang kita lakukan. Sehingga tumbuh sikap malu dihadapan Allah, bahwa selu-ruh amal kebaikan kita tidak ada artinya sama sekali dibandingkan dengan banyaknya nikmat yang diberikan Allah.
Ibnul Qayyim menyatakan, bahwa amaliyah tidak diukur dari tinggi rendahnya kualitas oleh bentuk dan jumlahnya, tetapi hanya diukur dengan apa yang ada didalam hati. Bisa jadi bentuk amalannya sama tetapi kulitas dihadapan Allah bagaikan jarak langit dan bumi. Kualitas batin suatu amaliyah sangat menentukan nilai amalan itu sendiri, walaupun ini bukan berarti tata cara (kaifiyah) beramal dan beribadah diabaikan.
Dan ibadah dan perbuatan baik , tidak hanya sebatas gerak fisik, namun substansinya terletak pada kualitas hati. Gerak hati yang abstrak dan samar perlu mendapatkan perhatian untuk menghindari perhatian hanya pada aspek fisik saja.
Saudaraku, sungguh sangat berat menjaga gerak-gerik hati. Sehingga siapapun manusia dialam semesta tidak akan ada yang berani meyakinkan dirinya sendiri bahwa hatinya bersih dari berbagai penyakit hati, kecuali orang yang sombong dan tertipu dirinya sendiri.
Alangkah indahnya menjaga hati kita masing-masing dengan kerendahan hati sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW melalui doanya, yang artinya ,” Ya Tuhan yang membolak-balikkan hati, teguhkan hatikudiatas agama-Mu”.
Rasulullah SAW, sebagai manusia yang dipilih Allah untukmenjadi rasul-Nya, adalah contoh terbaik dari sikap tawadhu’ . Beliau memperbaiki sendiri sandalnya, menambal bajunya yang robek, memerah susu kambing untuk keluarganya, makan bersama pembantu atau orang-orang miskin, memenuhi undangan meski dari budak sekalipun, selalu mengicapkan salam lebih dahulu sepada setiap orang yang dijumpainya, bahkan kepada anak-anak kecil.
Aisyah ra pernah berkata, ‘ sungguh kalian melupakan ibadah yang paling utama, yaitu rendah hati’.Sedangkan pengertian tawadhu menurut Hamdun Al-Qashar adalah merasa bahwa tidak ada seorang pun yang membutuhkan kita, baik dalam urusan agama maupun urusan dunia.Ada yang menyatakan bahwa tawadhu’ adalah bahwa kita tidak melihat diri kita berharga. Barang siapa melihat dirinya berharga, maka ia tidak dianggap memiliki tawadhu ‘ sedikitpun.
Saudaraku, jangan pernah kita meremehkan siapapun, karena diantara orang-orang yang lemah dan miskin, ada tersembunyi orang-orang yang memiliki posisi tinggi dihadapan Allah. Sebagaiman Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Banyak orang yang berpenampilan dekil (kusam), yang ditolak bila mengetuk pintu, namun jika ia bersumpah kepada Allah niscaya akan dikabulkan ,” (Hr Muslim).
Ziyad an-Namiri berkata, bahwa orang zuhud namun tidak tawadhu’ ibarat pohon yang tidak berbuah.
Aisyah ra pernah berkata, ‘ sungguh kalian melupakan ibadah yang paling utama, yaitu rendah hati’.Sedangkan pengertian tawadhu menurut Hamdun Al-Qashar adalah merasa bahwa tidak ada seorang pun yang membutuhkan kita, baik dalam urusan agama maupun urusan dunia.Ada yang menyatakan bahwa tawadhu’ adalah bahwa kita tidak melihat diri kita berharga. Barang siapa melihat dirinya berharga, maka ia tidak dianggap memiliki tawadhu ‘ sedikitpun.
Saudaraku, jangan pernah kita meremehkan siapapun, karena diantara orang-orang yang lemah dan miskin, ada tersembunyi orang-orang yang memiliki posisi tinggi dihadapan Allah. Sebagaiman Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Banyak orang yang berpenampilan dekil (kusam), yang ditolak bila mengetuk pintu, namun jika ia bersumpah kepada Allah niscaya akan dikabulkan ,” (Hr Muslim).
Ziyad an-Namiri berkata, bahwa orang zuhud namun tidak tawadhu’ ibarat pohon yang tidak berbuah.
Allahu a’lam
Sumber : Man tawadha’a lillahi rafa’ahu al-kibru , abdul Malik al Qasim bin Muhammad.
Sumber : Man tawadha’a lillahi rafa’ahu al-kibru , abdul Malik al Qasim bin Muhammad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar