Ada rahasia indah dibalik sabda Rasulullah ?
Saudaraku, bahwa satu pohon bisa menghasilkan 1,2 kg oksigen/ hari, dimana seorang dewasa perlu 0,5 kg oksigen/hari. Itulah mengapa menaman pohon sangat bermanfaat dan mendapat nilai di sisi Allah. Kita dapat merasakan kemuliaan perbuatan menamam pohon, sebagaimana Rasulullah bersabda ,
إِنْ قَامَتْ السَّاعَةُ وَبِيَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنْ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا يَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَفْعَلْ
“Jika hari kiamat telah tegak, sedang di tangan seorang di antara kalian terdapat bibit pohon (korma); jika ia mampu untuk tidak berdiri sampai ia menanamnya, maka lakukanlah.” (HR. Ahmad ,Al-Musnad,3/183,184,191, Ath-Thoyalisiy,Al-Musnad,2068, Al-Bukhary ,Al-Adab Al-Mufrod,479. Dishahihkan Syaikh Al-Albaniy ,Ash-Shohihah,9)
Ulama hadits , Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy, menyatakan bahwa, “Tak ada sesuatu (yakni, dalil) yang paling kuat menunjukkan anjuran bercocok tanam sebagaimana dalam hadits-hadits yang mulia ini, terlebih lagi hadits yang terakhir di antaranya, karena di dalamnya terdapat targhib (dorongan) besar untuk menggunakan kesempatan terakhir dari kehidupan seseorang dalam rangka menanam sesuatu yang dimanfaatkan oleh manusia setelah ia (si penanam) meninggal dunia. Maka pahalanya terus mengalir, dan dituliskan sebagai pahala baginya sampai hari kiamat.” (Al-Ahadits Ash-Shohihah,1/1/38)
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah bersabda dalam sebuah yang shohih,
“Jika hari kiamat telah tegak, sedang di tangan seorang di antara kalian terdapat bibit pohon (korma); jika ia mampu untuk tidak berdiri sampai ia menanamnya, maka lakukanlah.” (HR. Ahmad ,Al-Musnad,3/183,184,191, Ath-Thoyalisiy,Al-Musnad,2068, Al-Bukhary ,Al-Adab Al-Mufrod,479. Dishahihkan Syaikh Al-Albaniy ,Ash-Shohihah,9)
Ulama hadits , Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy, menyatakan bahwa, “Tak ada sesuatu (yakni, dalil) yang paling kuat menunjukkan anjuran bercocok tanam sebagaimana dalam hadits-hadits yang mulia ini, terlebih lagi hadits yang terakhir di antaranya, karena di dalamnya terdapat targhib (dorongan) besar untuk menggunakan kesempatan terakhir dari kehidupan seseorang dalam rangka menanam sesuatu yang dimanfaatkan oleh manusia setelah ia (si penanam) meninggal dunia. Maka pahalanya terus mengalir, dan dituliskan sebagai pahala baginya sampai hari kiamat.” (Al-Ahadits Ash-Shohihah,1/1/38)
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah bersabda dalam sebuah yang shohih,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوجًا وَأَنْهَارًا
“Tak akan tegak hari kiamat sampai tanah Arab menjadi tanah subur dan sungai-sungai. ” [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/370 & 417), dan Muslim dalam Kitab Ash-Shodaqoh (2336)]
Ketika para sahabat mendengarkan hadits-hadits ini, maka mereka berlomba-lomba dan saling mendorong untuk melakukan penghijauan dilingkungannya ini, karena ingin mendapatkan keutamaan dari Allah -Azza wa Jalla. Rasulullah tidak mungkin meme-rintahkan suatu perkara kepada umatnya dalam kondisi yang genting dan sempit seperti itu, kecuali karena perkara itu amat penting dan besar manfaatnya bagi seorang manusia.
Tabi’in, Umarah bin Khuzaimah bin Tsabit Al-Anshoriy Al-Madaniy, bahwa “Aku pernah mendengarkan Umar bin Khaththab berkata kepada bapakku, “Apa yang menghalangi dirimu untuk menanami tanahmu?”
Bapakku berkata , “Aku orang yang sudah tua, ”
Umar berkata kepadanya, “Aku mengharuskan engkau (menanamnya). Engkau harus menanamnya!”
Sungguh aku melihat Umar bin Khaththab menanamnya dgn tangannya bersama bapakku. ” [HR. Ibnu Jarir Ath-Thobariy sebagaimana dalam Ash-Shohihah (1/1/39)]
Amer bin Dinar berkata, “Amer bin Al-Ash pernah masuk ke dalam suatu kebun miliknya di Tho’if yang dinamai dengan “Al-Wahthu”. Di dalamnya terdapat satu juta batang kayu. Beliau telah membeli setiap kayu dengan harga satu dirham. Maksudnya, beliau menegakkan dengannya (setiap) batang-batang anggur.” [HR. Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqo (46/182)]
Saudaraku , inilah kemuliaan perbuatan sahabat Amer bin Al-Ash yang berani berkorban demi memelihara tanaman-tanaman yang terdapat dalam kebunnya. Semua ini menunjukkan kepada kita tentang semangat para sahabat dalam melaksanakan perintah Rasulullah dalam merawat lingkungan.
Saudaraku menanam pohon bisa bernilai ibadah , dimana bila pohon tersebut berbuah dan buahnya dimakan burung dan manusia maka di hadapan Allah SWT itu bernilai sedekah. Dan perlu anda tahu bahwa oksigen yang dihasilkan pohon itu adalah juga makanan yang dihirup (dimakan) setiap tarikan nafas makhluk Allah.
Diriwayatkan, ada seorang laki-laki bertemu Abu Darda' yang sedang menanam pohon.
Kemudian, laki-laki itu bertanya kepada Abu Darda', ''Hai Abu Darda', mengapa engkau tanam pohon ini, padahal engkau sudah sangat tua, sedangkan pohon ini tidak akan berbuah kecuali sekian tahun lamanya.''
Abu Darda' menjawab, ''Bukankah aku akan memetik pahalanya di samping untuk makanan orang lain?''
Saudaraku, menanam pohon adalah perbuatan mulia, walaupun dilihat sebagai perbuatan yang tidak begitu penting.
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad menyebut cerita seorang sahabat Rasulullah SAW, ''Saya mendengar Rasulullah SAW membisikkan pada telingaku ini, 'Siapa menanam sebuah pohon kemudian dengan tekun memeliharanya dan mengurus-nya hingga berbuah, maka sesungguhnya baginya pada tiap-tiap sesuatu yang dimakan dari buahnya merupakan sedekah di sisi Allah SWT'.'' (HR Ahmad).
Dari Jabir bin Abdullah ra , bahwa Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةً وَ لاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً
“Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam Muslim Hadits no.1552)
Saudaraku, hamba yang beriman , menanam pohon tak akan pernah rugi di sisi Allah Azza wa Jalla, sebab tanaman tersebut akan dirasakan manfaatnya oleh manusia dan hewan, bahkan bumi yang kita tempati. Pohon yang pernah kita tanam lalu diambil oleh siapa saja, baik dengan jalan yang halal, maupun jalan haram, maka kita sebagai penanam tetap mendapatkan pahala, sebab tanaman yang diambil tersebut berubah menjadi sedekah bagi kita.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, yang artinya “Tak ada seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi sedekah baginya, dan yang dicuri akan menjadi sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yang mengurangi, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya .” [HR. Muslim dalam Al-Musaqoh,3945].
Manusia sebagai pengemban kekhilafahan di muka bumi harus mengerti eksistensi pohon. Sebagai penunjang kehidupan, pohon diamanahi Allah SWT mengatur siklus air, menyimpannya dalam pori-pori akar yang kokoh. Menghindarkan manusia dari bencana longsor dan banjir. Kehadiran pohon berguna memenuhi kebutuhan hidup manusia. Buahnya lezat dimakan dan batangnya dimanfaatkan untuk membangun rumah. Daunnya untuk makanan ternak.
Melalui mekanisme hujan, pohon yang ditanam manusia tumbuh. Dan dengan itu Allah menumbuhkan buah-buahan dari pohon yang kita tanam sebagai rezeki bagi manusia.
Sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya ''Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.'' (QS al-Baqarah : 22).
Bahkan tuntunan memelihara pohon juga berlaku saat terjadi peperangan . Nabi Muhammad SAW berkal-kali berpesan kepada para sahabat, bahwa dalam peperangan janganlah kalian membunuh wanita, anak-anak, dan jangan menebang/merusak tanaman (pohon).
Al-Imam Abu Zakariyya Yahya Ibn Syarof An-Nawawiy , berkata menjelaskan faedah-faedah dari hadits -hadit mulia itu,bahwa “Di dalam hadits-hadits ini terdapat keutamaan menanam pohon dan tanaman, bahwa pahala pelakunya akan terus berjalan (mengalir) selama pohon dan tanaman itu ada, serta sesuatu (bibit) yang lahir darinya sampai hari kiamat masih ada…., dan bahwa seorang manusia akan diberi pahala atas sesuatu yang dicuri dari hartanya, atau dirusak oleh hewan, atau burung atau sejenisnya. ” [Al-Minhaj (10/457) oleh An-Nawawiy, cet. Dar Al-Ma'rifah, 1420 H]
Pahala sedekah yang dijanjikan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits-hadits ini akan diraih oleh orang yang menanam, walapun ia tidak meniatkan tanaman-nya yang diambil atau dirusak orang dan hewan sebagai sedekah.
Al-Hafizh Abdur Rahman Ibnu Rajab Al-Baghdadiy berkata, “Lahiriah hadits-hadits ini seluruhnya menunjukkan bahwa perkara-perkara ini merupakan sedekah yang akan diberi ganjaran pahala bagi orang yang menanamnya, tanpa perlu maksud dan niat.” [ Iqozh Al-Himam Al-Muntaqo min Jami' Al-Ulum wa Al-Hikam (hal. 360) oleh Salim Al-Hilaliy, cet. Dar Ibn Al-Jauziy, 1419 H]
Menanam, memelihara pohon bahkan menghijaukan lingkungan merupakan amalan mulia yang mengandung banyak manfaat bagi manusia di dunia dan untuk membantu kemaslahatan akhirat manusia. Tanaman dan pohon yang ditanam oleh seorang muslim memiliki banyak manfaat, seperti pohon itu bisa menjadi naungan bagi manusia dan hewan yang lewat, buah dan daunnya terkadang bisa dimakan, batangnya bisa dibuat menjadi berbagai macam peralatan, akarnya bisa mencegah terjadinya erosi dan banjir, daunnya bisa menyejukkan pandangan bagi orang melihatnya, dan pohon juga bisa menjadi pelindung dari gangguan tiupan angin, membantu sanitasi lingkungan dalam mengurangi polusi udara, dan masih banyak lagi manfaat tanaman dan pohon yang tidak sempat kita sebutkan di lembaran sempit ini.
Menjadi petani adalah sebuah profesi yang mulia. Mulia karena petani memberi manfaat bagi orang lain dengan menyediakan bahan makanan untuk mereka. Bahkan makhluk Alloh azza wa jalla seperti hewan herbivora, karnivora dan pengurai pun mendapat manfaat dari aktivitas pertanian yang dilakukan petani.
Dan kemulian petani akan bertambah apabila dia adalah seorang muslim. Karena dia mendapatkan ganjaran dan pahala yang berlimpah dari aktivitas pertanianannya. Jadi kemulian yang dia dapat bukan hanya di dunia ini saja tetapi juga di akhirat.
Ketika para sahabat mendengarkan hadits-hadits ini, maka mereka berlomba-lomba dan saling mendorong untuk melakukan penghijauan dilingkungannya ini, karena ingin mendapatkan keutamaan dari Allah -Azza wa Jalla. Rasulullah tidak mungkin meme-rintahkan suatu perkara kepada umatnya dalam kondisi yang genting dan sempit seperti itu, kecuali karena perkara itu amat penting dan besar manfaatnya bagi seorang manusia.
Tabi’in, Umarah bin Khuzaimah bin Tsabit Al-Anshoriy Al-Madaniy, bahwa “Aku pernah mendengarkan Umar bin Khaththab berkata kepada bapakku, “Apa yang menghalangi dirimu untuk menanami tanahmu?”
Bapakku berkata , “Aku orang yang sudah tua, ”
Umar berkata kepadanya, “Aku mengharuskan engkau (menanamnya). Engkau harus menanamnya!”
Sungguh aku melihat Umar bin Khaththab menanamnya dgn tangannya bersama bapakku. ” [HR. Ibnu Jarir Ath-Thobariy sebagaimana dalam Ash-Shohihah (1/1/39)]
Amer bin Dinar berkata, “Amer bin Al-Ash pernah masuk ke dalam suatu kebun miliknya di Tho’if yang dinamai dengan “Al-Wahthu”. Di dalamnya terdapat satu juta batang kayu. Beliau telah membeli setiap kayu dengan harga satu dirham. Maksudnya, beliau menegakkan dengannya (setiap) batang-batang anggur.” [HR. Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqo (46/182)]
Saudaraku , inilah kemuliaan perbuatan sahabat Amer bin Al-Ash yang berani berkorban demi memelihara tanaman-tanaman yang terdapat dalam kebunnya. Semua ini menunjukkan kepada kita tentang semangat para sahabat dalam melaksanakan perintah Rasulullah dalam merawat lingkungan.
Saudaraku menanam pohon bisa bernilai ibadah , dimana bila pohon tersebut berbuah dan buahnya dimakan burung dan manusia maka di hadapan Allah SWT itu bernilai sedekah. Dan perlu anda tahu bahwa oksigen yang dihasilkan pohon itu adalah juga makanan yang dihirup (dimakan) setiap tarikan nafas makhluk Allah.
Diriwayatkan, ada seorang laki-laki bertemu Abu Darda' yang sedang menanam pohon.
Kemudian, laki-laki itu bertanya kepada Abu Darda', ''Hai Abu Darda', mengapa engkau tanam pohon ini, padahal engkau sudah sangat tua, sedangkan pohon ini tidak akan berbuah kecuali sekian tahun lamanya.''
Abu Darda' menjawab, ''Bukankah aku akan memetik pahalanya di samping untuk makanan orang lain?''
Saudaraku, menanam pohon adalah perbuatan mulia, walaupun dilihat sebagai perbuatan yang tidak begitu penting.
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad menyebut cerita seorang sahabat Rasulullah SAW, ''Saya mendengar Rasulullah SAW membisikkan pada telingaku ini, 'Siapa menanam sebuah pohon kemudian dengan tekun memeliharanya dan mengurus-nya hingga berbuah, maka sesungguhnya baginya pada tiap-tiap sesuatu yang dimakan dari buahnya merupakan sedekah di sisi Allah SWT'.'' (HR Ahmad).
Dari Jabir bin Abdullah ra , bahwa Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةً وَ لاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً
“Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam Muslim Hadits no.1552)
Saudaraku, hamba yang beriman , menanam pohon tak akan pernah rugi di sisi Allah Azza wa Jalla, sebab tanaman tersebut akan dirasakan manfaatnya oleh manusia dan hewan, bahkan bumi yang kita tempati. Pohon yang pernah kita tanam lalu diambil oleh siapa saja, baik dengan jalan yang halal, maupun jalan haram, maka kita sebagai penanam tetap mendapatkan pahala, sebab tanaman yang diambil tersebut berubah menjadi sedekah bagi kita.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, yang artinya “Tak ada seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi sedekah baginya, dan yang dicuri akan menjadi sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yang mengurangi, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya .” [HR. Muslim dalam Al-Musaqoh,3945].
Manusia sebagai pengemban kekhilafahan di muka bumi harus mengerti eksistensi pohon. Sebagai penunjang kehidupan, pohon diamanahi Allah SWT mengatur siklus air, menyimpannya dalam pori-pori akar yang kokoh. Menghindarkan manusia dari bencana longsor dan banjir. Kehadiran pohon berguna memenuhi kebutuhan hidup manusia. Buahnya lezat dimakan dan batangnya dimanfaatkan untuk membangun rumah. Daunnya untuk makanan ternak.
Melalui mekanisme hujan, pohon yang ditanam manusia tumbuh. Dan dengan itu Allah menumbuhkan buah-buahan dari pohon yang kita tanam sebagai rezeki bagi manusia.
Sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya ''Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.'' (QS al-Baqarah : 22).
Bahkan tuntunan memelihara pohon juga berlaku saat terjadi peperangan . Nabi Muhammad SAW berkal-kali berpesan kepada para sahabat, bahwa dalam peperangan janganlah kalian membunuh wanita, anak-anak, dan jangan menebang/merusak tanaman (pohon).
Al-Imam Abu Zakariyya Yahya Ibn Syarof An-Nawawiy , berkata menjelaskan faedah-faedah dari hadits -hadit mulia itu,bahwa “Di dalam hadits-hadits ini terdapat keutamaan menanam pohon dan tanaman, bahwa pahala pelakunya akan terus berjalan (mengalir) selama pohon dan tanaman itu ada, serta sesuatu (bibit) yang lahir darinya sampai hari kiamat masih ada…., dan bahwa seorang manusia akan diberi pahala atas sesuatu yang dicuri dari hartanya, atau dirusak oleh hewan, atau burung atau sejenisnya. ” [Al-Minhaj (10/457) oleh An-Nawawiy, cet. Dar Al-Ma'rifah, 1420 H]
Pahala sedekah yang dijanjikan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits-hadits ini akan diraih oleh orang yang menanam, walapun ia tidak meniatkan tanaman-nya yang diambil atau dirusak orang dan hewan sebagai sedekah.
Al-Hafizh Abdur Rahman Ibnu Rajab Al-Baghdadiy berkata, “Lahiriah hadits-hadits ini seluruhnya menunjukkan bahwa perkara-perkara ini merupakan sedekah yang akan diberi ganjaran pahala bagi orang yang menanamnya, tanpa perlu maksud dan niat.” [ Iqozh Al-Himam Al-Muntaqo min Jami' Al-Ulum wa Al-Hikam (hal. 360) oleh Salim Al-Hilaliy, cet. Dar Ibn Al-Jauziy, 1419 H]
Menanam, memelihara pohon bahkan menghijaukan lingkungan merupakan amalan mulia yang mengandung banyak manfaat bagi manusia di dunia dan untuk membantu kemaslahatan akhirat manusia. Tanaman dan pohon yang ditanam oleh seorang muslim memiliki banyak manfaat, seperti pohon itu bisa menjadi naungan bagi manusia dan hewan yang lewat, buah dan daunnya terkadang bisa dimakan, batangnya bisa dibuat menjadi berbagai macam peralatan, akarnya bisa mencegah terjadinya erosi dan banjir, daunnya bisa menyejukkan pandangan bagi orang melihatnya, dan pohon juga bisa menjadi pelindung dari gangguan tiupan angin, membantu sanitasi lingkungan dalam mengurangi polusi udara, dan masih banyak lagi manfaat tanaman dan pohon yang tidak sempat kita sebutkan di lembaran sempit ini.
Menjadi petani adalah sebuah profesi yang mulia. Mulia karena petani memberi manfaat bagi orang lain dengan menyediakan bahan makanan untuk mereka. Bahkan makhluk Alloh azza wa jalla seperti hewan herbivora, karnivora dan pengurai pun mendapat manfaat dari aktivitas pertanian yang dilakukan petani.
Dan kemulian petani akan bertambah apabila dia adalah seorang muslim. Karena dia mendapatkan ganjaran dan pahala yang berlimpah dari aktivitas pertanianannya. Jadi kemulian yang dia dapat bukan hanya di dunia ini saja tetapi juga di akhirat.
Dari Jabir bin Abdullah ra berkata, telah bersabda Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam:
فَلاَ يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْسًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَ لاَ دَابَّةٌ وَ لاَ طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
فَلاَ يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْسًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَ لاَ دَابَّةٌ وَ لاَ طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu tanaman itu dimakan manusia, binatang ataupun burung melainkan tanaman itu menjadi sedekah baginya sampai hari kiamat.” (HR. Imam Muslim hadits no.1552(10))
.
Syaikh Saliem bin ‘Ied Al-Hilali menyatakan bahwa hadits tersebut menunjukkan perintah menanam pepohonan dan tumbuhan lainnya, serta keutamaan mengolah (membuat produktif) bumi dan hal itu termasuk amalan yang pahalanya tidak berhenti. Hadits-hadits juga menunjukkan agar berusaha untuk memberi manfa’at kepada makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala serta mempermudah urusan dan memenuhi seluruh kebutuhan mereka.
Saudaraku, bahwasanya perbuatan yang mempunyai manfaat dan maslahat kemudian manusia atau hewan mengambil manfaat darinya maka kebaikan bagi pelakunya jika dia tidak meniatkan, dan jika diniatkan maka bertambahlah kebaikan itu dengan kebaikan lagi, dan Allah memberinya keutamaan yaitu berupa pahala yang banyak.
Mengapakah hasil tanaman yang ditanam itu merupakan sedekah?
Ini sesuai dengan kaidah agama yaitu kaidah bahwa seseorang tidak akan memperoleh kebaikan (pahala) kecuali atas hasil usahanya sendiri, demikian juga sebaliknya seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain. Maka kalau kita perhatikan tanaman kita merupakan hasil usaha yang baik yang akan menjadi sedekah walaupun dimakan atau diambil tanpa seizin kita.
Seperti seseorang menanam sebuah pohon atau tanaman, maka apa saja yang dimakan dari buah pohon tersebut atau tanaman tersebut yang ditanam, baik dengan seizin pemiliknya atau dicuri, baik (dimakan) oleh manusia atau hewan niscaya pemiliknya atau yang menanamnya tetap akan memperoleh pahala .
Sesungguhnya tanaman yang dicuri atau dirusak ataupun juga dimakan hewan merupakan hasil usaha dari petani maka pantas lah kalau dia mendapat pahala dari tanaman yang luput dari tangannya (tidak bisa dia panen).
Al-Imam Abu Zakariyya Yahya Ibn Syarof An-Nawawiy - berkata bahwa faedah-faedah dari hadits yang mulia ini, "Di dalam hadits-hadits ini terdapat keutamaan menanam pohon (tanaman) , bahwa pahala pelakunya akan terus berjalan (mengalir) selama pohon (tanaman) itu ada, serta sesuatu (bibit) yang lahir darinya sampai hari kiamat masih ada.. [ Al-Minhaj (10/457) oleh An-Nawawiy, Dar Al-Ma'rifah, 1420 H]
Saudaraku, semoga kita mendapat keberkahan dan kemudahan dari Allah , sehingga bisa melaksanakan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat bagi kebaikan. Amin
.
Syaikh Saliem bin ‘Ied Al-Hilali menyatakan bahwa hadits tersebut menunjukkan perintah menanam pepohonan dan tumbuhan lainnya, serta keutamaan mengolah (membuat produktif) bumi dan hal itu termasuk amalan yang pahalanya tidak berhenti. Hadits-hadits juga menunjukkan agar berusaha untuk memberi manfa’at kepada makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala serta mempermudah urusan dan memenuhi seluruh kebutuhan mereka.
Saudaraku, bahwasanya perbuatan yang mempunyai manfaat dan maslahat kemudian manusia atau hewan mengambil manfaat darinya maka kebaikan bagi pelakunya jika dia tidak meniatkan, dan jika diniatkan maka bertambahlah kebaikan itu dengan kebaikan lagi, dan Allah memberinya keutamaan yaitu berupa pahala yang banyak.
Mengapakah hasil tanaman yang ditanam itu merupakan sedekah?
Ini sesuai dengan kaidah agama yaitu kaidah bahwa seseorang tidak akan memperoleh kebaikan (pahala) kecuali atas hasil usahanya sendiri, demikian juga sebaliknya seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain. Maka kalau kita perhatikan tanaman kita merupakan hasil usaha yang baik yang akan menjadi sedekah walaupun dimakan atau diambil tanpa seizin kita.
Seperti seseorang menanam sebuah pohon atau tanaman, maka apa saja yang dimakan dari buah pohon tersebut atau tanaman tersebut yang ditanam, baik dengan seizin pemiliknya atau dicuri, baik (dimakan) oleh manusia atau hewan niscaya pemiliknya atau yang menanamnya tetap akan memperoleh pahala .
Sesungguhnya tanaman yang dicuri atau dirusak ataupun juga dimakan hewan merupakan hasil usaha dari petani maka pantas lah kalau dia mendapat pahala dari tanaman yang luput dari tangannya (tidak bisa dia panen).
Al-Imam Abu Zakariyya Yahya Ibn Syarof An-Nawawiy - berkata bahwa faedah-faedah dari hadits yang mulia ini, "Di dalam hadits-hadits ini terdapat keutamaan menanam pohon (tanaman) , bahwa pahala pelakunya akan terus berjalan (mengalir) selama pohon (tanaman) itu ada, serta sesuatu (bibit) yang lahir darinya sampai hari kiamat masih ada.. [ Al-Minhaj (10/457) oleh An-Nawawiy, Dar Al-Ma'rifah, 1420 H]
Saudaraku, semoga kita mendapat keberkahan dan kemudahan dari Allah , sehingga bisa melaksanakan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat bagi kebaikan. Amin
Allahu a'lam
Sumber kutipan :
1. Buletin Tauhid edisi 121 Tahun II.
2. Menanti Buah Hati dan Hadiah untuk yang Dinanti oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat.
3. Shahihul Bukhari , Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il Al Bukhari. Darul Fikr: Bairut, Libanon.
4. Riyadhush Shalihin. , Al-Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf An-Nawawi. Darul Fikr: Bairut, Libanon.
5. Bahjatun Nazhirin Syarhu Riyadhish Shalihin,Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Dar Ibnul Jauzi: Dammam, Saudi Arabia.
6. Syarhu Riyadhish Shalihin Libnil Utsaimin,Maktabah Ibnu Jarir.
Sumber kutipan :
1. Buletin Tauhid edisi 121 Tahun II.
2. Menanti Buah Hati dan Hadiah untuk yang Dinanti oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat.
3. Shahihul Bukhari , Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il Al Bukhari. Darul Fikr: Bairut, Libanon.
4. Riyadhush Shalihin. , Al-Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf An-Nawawi. Darul Fikr: Bairut, Libanon.
5. Bahjatun Nazhirin Syarhu Riyadhish Shalihin,Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Dar Ibnul Jauzi: Dammam, Saudi Arabia.
6. Syarhu Riyadhish Shalihin Libnil Utsaimin,Maktabah Ibnu Jarir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar