Suatu hari nan cerah menyelimuti Madinah. Di pintu gerbang kota tampaklah rombongan orang asing berurutan memasuki kota. Ternyata mereka adalah rombongan Hurmuzan, seorang panglima dan pangeran dari Persia. Rombongan ini ingin menemui amirul mu’minin Umar Bin Khattab.
Mereka telah melakukan perjalanan yang jauh dari Persia menuju Madinah.
Hurmuzan datang bersama rombongan yang besar, sebagai panglima dan pangeran kerajaan, tentunya mereka datang dengan segala kemewahan dan kebesaran layaknya seorang perwira sebuah negeri besar. Dikenakannya pakaian kebesaran , perhiasan yang gemerlap , baju – baju sutra Persia nan Indah.
Dalam perjalanan ini mereka didampingi dan diantar oleh sahabat Anas bin Malik. Dalam perjalanan ia bertanya dimana amirul mu’minin Umar bertempat tinggal. Ia sudah membayangkan, bahawa Umar bin Khattab yang terkenal kemasyurannya tersebar ke seluruh negeri -negeri pasti tinggal di sebuah istana yang megah , luas serta dikelilingi pengawal-pengawal .
Sesampainya di Madinah, rombongan langsung diantar menuju tempat kediaman Umar.
Hurmuzan tentunya sangat heran, kenapa rumah Umar tidak jauh beda dengan rumah penduduk yang lain. Tidak ada kemegahan sama sekali yang menunjukkan bahwa ini rumah seorang pemimpin besar dari sebuah negeri besar. Mereka tidak menemui Umar dirumahnya.
Diberitahukan bahwa Umar sudah berada di sebuah masjid, karena sedang menerima delegasi dari Kuffah. Rombongan pun segera bergegas ke masjid. Ternyata tidak juga menemui Umar. Ternyata acara delegasi dari Kuffah , sedah selesai beberapa waktu sebelumnya.
Akhirnya ditunjukkan oleh seseorang, bahwa Umar sedang istirahat tidur di beranda sisi kanan masjid.
Betapa terkejutnya rombongan itu, ketika ditunjukkan bahwa negarawan besar Umar adalah lelaki dengan pakaian sangat-sangat sederhana (seadanya), sedang istirahat tidur, hanya beralaskan mantel yang sangat usang. Tidak ada satupun pengawal yang berada didekatnya. Bagaimana mungkin seorang pemimpin jazirah Arab dan daerah-daerah sekitarnya , kondisinya semacam ini.
Bukankah emas, perak, serta harta negara yang sedemikian banyak ? tetapi memang begitulah adanya, seorang Umar.
‘Wahai Umar’ kata Hurmuzan, ‘Engkau , telah memerintah dengan adil, lalu engkau aman, dan engkau pasti tidur dengan nyaman’.
Itulah kekuatan kesederhanaan seorang Umar bin Khatab, sehingga bawahannya pun segan dan hormat serta tidak akan berani menjilat .
Kesederhanannya menjadi sumber kekuatan besar untuk mensyiarkan agama Allah.
sumber : L Tausiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar