Pada awalnya untuk percaya (memberikan kepercayaan) kepada orang lain memang berat , kita perlu terus berlatih hingga menjadi perilaku kita. Manusia adalah mahluk yang penuh dengan keterbatasan. Oleh karena itu, keyakinan kita, kepercayaan kita dan ketulusan kita dalam memberikan kepercayaan kepada seseorang, akan menjadi penguatnya, yang akan menjaga setiap langkah kita. Seseorang memang tidak akan bisa memaksa orang lain untuk mempercayainya, akan tetapi dia sendirilah harus bisa membuat orang lain percaya kepadanya. Kepercayaan itu bukan untuk diminta, tapi diberikan.
Erbe Sentanu dalam the power of positive feeling, menyatakan bahwa ketika seorang hamba telah mencapai ikhlas , maka saat itulah doa atau niatnya berjabat tangan melakukan kolaborasi dengan energi vibrasi quanta. Dijelaskan bahwa melalui kuantum yang tiada terlihat, maka kekuatan Tuhan-lah yang sebenarnya sedang bekerja. Jika sudah demikian tiada satu kekuatanpun dia alam semesta ini yang bisa menghalangi-Nya.
Pendapat yang umum terjadi di sekitar kita, adalah bahwa dalam kehidupan ini seseorang harus berjuang meraih semua keinginannya dengan berusaha keras, mem-banting tulang dst.
Sebagaimana firman-Nya , yang artinya ,” Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya ,” (Qs. Ath-thalaq : 3).
Suatu hal yang pasti, Allah menjanjikan berbagai kemudahan atau kesuksesan akan datang menghampiri jika dalam ikhtiarnya itu seorang hamba sanggup bersyukur, menikmati proses , dan menyerahkan seluruh urusan dan kepentingannya hanya kepada-Nya.
Sebagaimana Firman Allah, yang artinya : ...Apabila engkau telah mempunyai ketetapan , maka berserah dirilah kepada Allah, “ (Qs. Ali-Imran : 159).
Saudaraku, dalam keseharian jika kita mempercayai seseorang, maka kita bisa berharap penuh padanya. Misalnya kita percaya masakan restoran x paling enak , maka kita berharap pesanan katering kita padanya tentu akan enak pula hasilnya. Jadi, lewat trust (percaya) kita menaruh harapan. Dan ternyata antara percaya (trust) dan takut (fear), kita akan menyerahkan segala sesuatunya (submission).
Begitu pula , jika kita meyakini serta takut dan berharap akan karunia Allah SWT , maka otomatis kita lebih mudah berserah diri kepada Allah.
Hadits riwayat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda yang artinya ,” Berdoalah kalian kepada Allah dengan meyakini bahwa Allah akan mengabulkan doa kalian “, (Hr At Timidzi, dihasankan oleh Al-Albani).
Hadits riwayat Ibn Abbas, bahwa Rasulullah bersabda yang artinya ,” Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah ,” (Hr At Timidzi dan Ahmad).
Ikhlas adalah suatu ketrampilan , yang lebih bercirikan silent operation dari pikiran dan perasaan yang tak nampak namun sangat powerfull. Ikhlas merupakan ketrampilan untuk menciptakan peristiwa keikhlasan dalam hati yang terdalam. Memang benar hati adalah laksana telaga, dan perasaan adalah air ditempat itu. Kalbu adalah saat kita menampung segalanya, dan mari kita jadikan hati ini sebagai telaga yang luas yang mampu meredam setiap kepahitan dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.
Dalam tingkat kuantum,kualitas keikhlasan akan benar-benar terasa didalam hati dan terukur secara objektif, sehingga menumbuhkan keyakinan. Nasib seseorang mencerminkan karakternya, sementara karakter berasal dari semua kebiasaan dant indakannya. Tindakan-tindakan ini berasal dari pikiran dan bermuara di perasaanya. Nasib , karakter dan tindakan adalah sesuatu yang tampak oleh indera.Sedangkan pikiran dan perasaan dalah energi kuantum yang tak tampak oleh indera.
Bila anda telah menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan, mengapa masih menyimpan kecemasan? Ini menandakan penyerahan diri kita belum sempurna, kita belum sepenuhnya meyakini kuasa Tuhan. Percayakan semua persoalan kita kepada-Nya , dan tunggulah keajaiban pasti akan datang.
Untuk meraih kesuksesan (kebahagiaan) sejati maka kita perlu berpindah dari permainan mengeluh dan menyalahkan pihak lain menuju permainan menerima dan dan bersyukur. Tuhan telah memberikan kebahagiaan dalam diri kita semenjak lahir. Dan kita tinggal menyetelnya untuk selalu masuk ke frekuensi itu. Frekuensi syukur , disitu terkandung rasa cinta terhadap apa yang telah kita punyai sebagai anugerah besar dari-Nya. Dengan begitu kita akan selalu menjadi manusia yang sukses.
Sebagaimana Firman Allah, yang artinya : ...Apabila engkau telah mempunyai ketetapan , maka berserah dirilah kepada Allah, “ (Qs. Ali-Imran : 159).
Saudaraku, dalam keseharian jika kita mempercayai seseorang, maka kita bisa berharap penuh padanya. Misalnya kita percaya masakan restoran x paling enak , maka kita berharap pesanan katering kita padanya tentu akan enak pula hasilnya. Jadi, lewat trust (percaya) kita menaruh harapan. Dan ternyata antara percaya (trust) dan takut (fear), kita akan menyerahkan segala sesuatunya (submission).
Begitu pula , jika kita meyakini serta takut dan berharap akan karunia Allah SWT , maka otomatis kita lebih mudah berserah diri kepada Allah.
Hadits riwayat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda yang artinya ,” Berdoalah kalian kepada Allah dengan meyakini bahwa Allah akan mengabulkan doa kalian “, (Hr At Timidzi, dihasankan oleh Al-Albani).
Hadits riwayat Ibn Abbas, bahwa Rasulullah bersabda yang artinya ,” Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah ,” (Hr At Timidzi dan Ahmad).
Ikhlas adalah suatu ketrampilan , yang lebih bercirikan silent operation dari pikiran dan perasaan yang tak nampak namun sangat powerfull. Ikhlas merupakan ketrampilan untuk menciptakan peristiwa keikhlasan dalam hati yang terdalam. Memang benar hati adalah laksana telaga, dan perasaan adalah air ditempat itu. Kalbu adalah saat kita menampung segalanya, dan mari kita jadikan hati ini sebagai telaga yang luas yang mampu meredam setiap kepahitan dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.
Dalam tingkat kuantum,kualitas keikhlasan akan benar-benar terasa didalam hati dan terukur secara objektif, sehingga menumbuhkan keyakinan. Nasib seseorang mencerminkan karakternya, sementara karakter berasal dari semua kebiasaan dant indakannya. Tindakan-tindakan ini berasal dari pikiran dan bermuara di perasaanya. Nasib , karakter dan tindakan adalah sesuatu yang tampak oleh indera.Sedangkan pikiran dan perasaan dalah energi kuantum yang tak tampak oleh indera.
Bila anda telah menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan, mengapa masih menyimpan kecemasan? Ini menandakan penyerahan diri kita belum sempurna, kita belum sepenuhnya meyakini kuasa Tuhan. Percayakan semua persoalan kita kepada-Nya , dan tunggulah keajaiban pasti akan datang.
Untuk meraih kesuksesan (kebahagiaan) sejati maka kita perlu berpindah dari permainan mengeluh dan menyalahkan pihak lain menuju permainan menerima dan dan bersyukur. Tuhan telah memberikan kebahagiaan dalam diri kita semenjak lahir. Dan kita tinggal menyetelnya untuk selalu masuk ke frekuensi itu. Frekuensi syukur , disitu terkandung rasa cinta terhadap apa yang telah kita punyai sebagai anugerah besar dari-Nya. Dengan begitu kita akan selalu menjadi manusia yang sukses.
Allahu a'lam
Sumber : Erbe Sentanu , the power of positive feeling
Sumber : Erbe Sentanu , the power of positive feeling
Tidak ada komentar:
Posting Komentar