Rasulullah pernah menyebutkan bahwa cobaan para Nabi dan orang-orang shalih adalah penyakit, kefakiran dan lain-lain. Sebagaimana Rasulullah bersabda :
وإن كا ن أحدهم ليفر ح بالبلا ء كما يفر ح أحدكم با لرخاء٫ ر واه ابن ما جه
“ Sehingga salah seorang dari mereka, merasa sangat bergembira dengan bala yang menimpanya, seperti gembiranya salah seorang diantara kalian ketika mendapatkan kemewahan (kelapangan),” (Hr Ibn Majah 2/1334-1335, Ahmad dengan lafazhnya sendiri 4042, Hakim dengan lafazh sama seperti Ahmad dari hadits Abi Sa’id.)
Dalam Madarij As-Salikin , disebutkan bahwa sebagian para Salaf berkata bahwa wahai anak Adam, nikmat Allah yang tidak engkau sukai yang telah diberikan kepadamu lebih besar (manfaatnya) dari nikmat Allah yang engkau sukai.
Sebagian ulama sebagaimana ditulis dalam Al A’du al-Fariidh, dikatakan bahwa betapa banyak orang yang menderita akibat rasa dengki terhadap orang lain yang diberi kemewahan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan betapa banyak hamba yang sembuh dari penyakitnya karena rasa sayangnya terhadap orang lain yang tertimpa penyakit dan betapa banyak hamba yang diberi nikmat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun justru nikmat itu menjadi malapetaka baginya.
Ibnu Qayyim dalam Syifaa’ul ‘Aliil dikatakan bahwa kepedihan , penyakit dan kesusahan adalah termasuk nikmat-nikmat Allah yang besar, sebab ia adalah sebab-sebab adanya kenikmatan. Maka nikmat yang paling utama adalah hikmah dan manfaat yang dirasakan dari kepedihan itu.
Saudaraku, dengan memahami hal itu bahwa cobaan atau ujian Allah adalah sunnah Rabbani yang sarat dengan rahmat Allah dan hikmah-Nya. Terdapat hikmah yang sangat banyak yang seringkali belum diketahui dengan akal kita.
Dalam Jannatu ar ridha, bahwa Abu Ash-shult berkata bahwa segala sesuatu terjadi karena ketentuan-Nya. Dan didalam berbagai peristiwa ada hal yag disukai dan dibenci. Barangkali akan membahagianku apa-apa yang aku hindari. Dan mungkin akan menyakitkanku apa-apa yang au harapkan.
Saudaraku, mari kita perhatikan kisah ini.
Karena bala’ adalah pemberian dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasulullah SAW mengutus wabah demam untuk menghampiri negeri quba’, sehingga seluruh penduduk quba’ terjangkit wabah ini.
Dari Jabir ra, berkata bahwa suatu ketika wabah demam meminta izin kepada Rasulullah SAW.
Sehingga Rasulullah bertanya, yang artinya ,” Siapa kau?”
Wabah demam menjawab ,’ saya adalah ummu mildam ( adalah sebutan untuk wabah demam, An-Nihayah 4,246).
Jabir berkata, bahwa Rasulullah SAW memerintakannya untuk menetap selama beberapa waktu di negeri Quba’, sehingga hampir seluruh penduduknya terjangkit wabah itu, hanya Allah yang mengetahui seberapa mereka menderita karena wabah itu.
Lalu penduduk datang menghadap Rasulullah SAW dan mengeluhkan keadaan mereka.
Rasulullah SAW bersabda, yang artinya ,” Terserah kalian, apa kalian ingin aku berdoa kepada Allah agar menghilangkan wabah itu dari kalian. Atau aku tidak berdoa dan wabah itu tetap bersama kalian sebagai pelebur dosa-dosa kalian hingga waktu yang ditentukan Allah “.
Mereka berkata, ‘ Ya Rasulullah , apakah anda akan melakukannya ?’
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab , yang artinya ,” Ya, aku akan melakukan-nya “.
Dan mereka berkata,’ kalau begitu biarkanlah wabah bersama kami’
(dikeluarkan oleh Ahmad 3,316. Abu Ya’la (3/408 hadits no.1892).Ibn Hibban dalam Al Mawarid 704. Hakim (1,346), beliau menngatakan bahwa hadits ini shahih atas syarat Muslim. Pernyataan ini dibenarkan oleh Adz-Dzahabi, dan Imam Al-Haitsami dalam Al-Majma’ (2.306) dan berkata bahwa Rijal hadits Ahmad adalah Rijal hadits yang tisqat. Ibn Hajar dalam Al-Fath (10.110) Sanad haits ini jayyid (bagus)).
Saudaraku sabar dan ridha adalah sangat luar biasa , dan apabila seorang hamba benar-benar beriman, maka seluruh keadaan yang dirasakannya akan diartikan sebagai sebuah kebaikan dan berdampak positif baginya. Semoga kita diberi ketabahan iman dan sabar dari Allah SWT.
Allahu a’lam
Sumber : Abdullah bin Ali al-Ju’aitsin , hikmah bagi orang sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar