Sesungguhnya ada perbedaan yg kuat antara percaya dan
mempercayakan. Seringkali kita merasa telah meyakini dalam tahapan percaya
kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, namun belum secara total memasrahkan
(mempercayakan total) hidup kita hanya kepada Allah semata. Seorang hamba yang hanya sekedar percaya maka ia tidak
mempunyai komitmen penuh atas yang ia percayai. Al-Qur'an mengajarkan pondasi paling kuat dlm menuju keyakinan hakiki kepada Allah, yaitu bhw "
Hanya kepada Engkaulah ( Allah) kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah
(Allah) kami meminta pertolongan (Qs. Al-Fatihah : 5).
Dalam kehidupan spiritual , inilah langkah dasar dalam mempercayakan diri kpd sang Pencipta berarti menyadari sepenuhnya bhw hanya Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu dan hanya kepada Dia-lah tempat meminta pertolongan. . Mempercayakan diri kepada Allah adalah jawaban dari pertanyaan ; Siapakah yang dapat menjadi sandaran manusia ketika sedang mengalami kesulitan? Kepada siapakah orang yeng mengalami kesulitan meminta pertolongan? Siapakah tempat bergantung dan tempat meminta bagi seluruh manusia?
Dalam kehidupan spiritual , inilah langkah dasar dalam mempercayakan diri kpd sang Pencipta berarti menyadari sepenuhnya bhw hanya Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu dan hanya kepada Dia-lah tempat meminta pertolongan. . Mempercayakan diri kepada Allah adalah jawaban dari pertanyaan ; Siapakah yang dapat menjadi sandaran manusia ketika sedang mengalami kesulitan? Kepada siapakah orang yeng mengalami kesulitan meminta pertolongan? Siapakah tempat bergantung dan tempat meminta bagi seluruh manusia?
Allah berfirman, yang artinya ,” Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit...(Qs. 20 ; 124).
Secara analogi bisa kita bayangkan ilustrasi sebagai berikut , bila kita sakit kemudian pergi ke dokter untuk berobat, bukankah kita meyakini bahwa si dokter, sesuai dengan kode etik profesinya, akan berlaku jujur, betul-betul memeriksa jenis penyakit kita dan menentukan solusinya berupa obat-obatan atau tindakan medis lainnya. Mengapa kita begitu percaya saja padahal kita sebelumnyapun belum mengenal si dokter tersebut.
Secara analogi bisa kita bayangkan ilustrasi sebagai berikut , bila kita sakit kemudian pergi ke dokter untuk berobat, bukankah kita meyakini bahwa si dokter, sesuai dengan kode etik profesinya, akan berlaku jujur, betul-betul memeriksa jenis penyakit kita dan menentukan solusinya berupa obat-obatan atau tindakan medis lainnya. Mengapa kita begitu percaya saja padahal kita sebelumnyapun belum mengenal si dokter tersebut.
Mengapa kita yakin bahwa si dokter tak akan menjerumuskan kita. Mengapa kita tidak curiga bahwa si dokter justru akan memberikan racun yang mematikan kita. Jawabannya karena kita percaya kepada kode etik profesi kedokteran. Kita percaya kepada dokter tersebut. Bahkan kita juga mempercayakan pemeriksaan dan pengobatan penyakit kita kepada dokter tersebut. Jawabannya hanya karena percaya. Percaya inilah yang dalam bahasa agama dan jika dihubungkan dengan Tuhan dengan segenap Firman dan atributNya disebut ‘iman’.
Di lain pihak yang sering terjadi dalam diri , bahwa dalam pengakuan kita percaya atau bahkan meyakini Kebesaran dan Kekuasaan Sang Pencipta, namun disisi lain kita belummelakukan penyerahan diri secara total sehingga masih merasa khawatir dan gentar apalagi saat menghadapi permasalahan-permasalahan kehidupan. Kita harus terus berupaya mengenal Allah sehingga kita makin mengetahui dan mengenal kepada siapa kita percaya.
Dalam Al- Qur’an, dikisahkan perbuatan Ibunda Nabi Musa AS yang menghanyutkan puteranya (Musa as) di sungai Nil sebagaimana yang diperintahkan Allah kepandanya merupakan salah satu bentuk keyakinan (mempercayakan diri) kepada Allah. Sebab bila tidak mempunyai keyakinan / mempercayakan penuh terhaap Allah, maka mana mungkin seorang ibu menghanyutkan putera terkasihnya diatas permukaan sungai yang besar , bergelombang dan berarus kuat, yang akan membawanya entah kemana ?
Saudaraku , orang yang mempercayakan hidupnya kepada Allah membuahkan pengharapan yang tiada terputus. Tidak diliputi kecemasan dan kegelisahan karena mempunyai keyakinan yang pasti , meski ditengah kehidupan yang tidak menentu. Jika kita menyadari terbatasnya uang yang kita miliki, kita dapat menghargai kuasa Allah yang tak terbatas. Uang dapat membeli tempat tidur tetapi bukan kenyamanan tidur. Uang dapat membeli makanan tetapi bukan selera makan. Uang dapat untuk membeli rumah tetapi bukan keharmonisan keluarga. Uang dapat membeli hiburan tetapi bukan kedamaian.
Mempercayakan kepada Tuhan , atau keyakinan kepada Tuhan merupakan inti dari tawakal.Jadi ibarat kepasrhan tersebut merupakan hati maka keyakinan (mempercayakan kepada Allah) adalah relungnya. Sekiranya kepasrahan merupakan lingkaran maka keyakinan merupakan titik tengahnya.
Dalam bahasa Inggris kita akan melihat perbedaan yang semakin jelas dari kata percaya dan mempercayakan . Kata to believe dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai percaya. Sedangkan to trust dalam bahasa Inggris diterjemahkan mempercayakan.
Sebagai contoh , Anda mungkin percaya kalau seorang kawan kita adalah orang yang baik, jujur, tidak curang, dan bisa dipercaya. Jika Anda sudah percaya bahwa dengan kawan yang punya karakter seperti itu, beranikah kita mempercayakan seluruh harta, kekayaan dan aset untuk ia kelola saya ? Jika kita percaya namun tak berani mempercayakan, itu indikasi bahwa tingkat percaya hanya to believe saja. Tetapi jika Anda percaya dan berani mempercayakan, maka tingkat kepercayaan itu adalah to trust.
Lalu, bagaimana tingkat percaya kita kepada Allah ? hanya Allah dan kita sendiri yang tahu. Seberapa besar kita memasrahkan diri kepada Allah.
Dalam Madarijus Salikin, Ibn Qayyim al-JauziyahPercaya berkata bahwa Keyakinan adalah warna hitam mata tawakal, tirik tengah lingkaran dan relung hati penyerahan diri.
Sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari , bahwa Ibn Abbas berkata “ Hasbunallah wa ni’mal wakil”, diucapkan nabi Ibrahim ketika beliau dilemparkan kedalam kobaran api yang besar. Dan juga dikatakan Rasulullah SAW, saat orang-orang berkata kepada beliau,’ Sesungguhnya manusia (orang quraisy) telah mengumpulkan pasukan untukmenyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”.
Dalam riwayat At-Tirmidzi disebutkan bahwa Umar bin Khaththab secara marfu’ berkata bahwa Seiranya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Dia akan melimpahkan rizki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung, yang pergi pada pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali pada sore hari dalam keadaan kenyang.
Allahu a’lam
Sumber : Parlindungan Marpaung -Setengah Isi Setengah Kosong, Ibn Qayyim al-Jauziyah dalam Madarijus Salikin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar