Ada kenikmatan dari suatu proses. Proses
lebih bernilai dibanding hasil. Hasil itu hanya Allah SWT yg berkuasa, kita hanya dpt memanage setiap niat dari hal yg kita
lakukan serta berusaha menyempurnakan ikhtiar (proses) yg dilakukan.Sebagaimana pejuang , bukan hasil kemenangan
yg terpenting , namun adl bagaimana
selama proses berjuang itu niatnya karena Allah SWT dan selama proses itu
akhlaknya juga tetap terjaga.
Ali bin abi Thalib berkata bhw kebahagiaan
ialah sesuatu (proses) yg dpt menghantarkan kpd kesuksesan (surga). Kebahagiaan
adl alat utk meraih kesuksesan. Bukan sebaliknya.
Kepuasan ada pada usaha, bukan pada hasil.
Berusaha dgn keras adl kemenangan yg hakiki, (Mahatma Ghandi). Dr. Rao, dlm Happiness
at Work and Are You Ready to Succeed? Unconventional Strategies to Achieving
Personal Mastery in Business and Life , bhw dgn segala usaha , bekerjalah
menuju tujuan, berhenti mencemaskan ttg hasil. Mereka tetap ada di luar kendali
Anda. Investasilah dlm proses, bukan pd hasil. Terima hasilnya, apa pun itu,
segembira yg anda bisa. Ini adl titik awal baru. Kehidupan adl proses yg patut dinikmati. Dinikmati dg
cara yg baik. Jika hidup diibaratkan gembok, mk kebahagiaan adl kuncinya.
Adalah sia-sia jika kita menempatkan bahagia
di ujung harapan, lalu berangan menggapainya. Kita beranggapan , bila sudah
mendapatkan ini itu, mk saya akan meraih kebahagiaan. Saat target kebahagiaan
itu hampir tercapai , disaat itulah kita memunculkan atau menambahkan target
baru yang lebih menantang . Akhirnya justru tidak akan pernah dapat kita raih. Kebahagiaan
dirasa selalu hanya menjadi impian dimasa depan. Seperti pelangi yang indah
yang selalu terlihat jauh didepan kita, namun selamanya kita tidak pernah bisa
menyentuh, menggapai pelangi itu.
Akankah kita seperti itu, selalu memandang
bahagia sebagai suatu hal yang dapat dicapai dengan syarat-syarat yang kita tambahi sendiri dan yang tidak
pernah kita penuhi. Upaya seperti ini justru mendatangnkan depresi yang tiada
berujung.
Ajahn Bram
, dalam Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya , menulis bahwa bukan
tujuannya yang penting, melainkan proses perjalanan mencapai tujuan, itulah
yang penting. Saya tak tahu berapa banyak orang dalam hidup kita yang
mengorbankan perjalanan yang disebut hidup demi mencapai tujuan-tujuan ini. Dan
saya tidak tahu berapa banyak lagi yang ketika mencapai puncak tujuan itu (saat
anda mendapatkan target pacar dst) atau Anda akhirnya berhasil sampai ke tempat
liburan yang sangat indah itu, atau mencapai apa pun yang ingin Anda capai ,
Anda merasakan sendiri betapa mengecewakannya tujuan itu! ‘Cuma begini?!’ .
Saya tidak bisa menghitung
lagi berapa banyak perempuan yang sejujurnya mengatakan ini ketika mereka
menikah, pada hari pernikahan mereka, pada hari yang seharusnya menjadi hari
paling bahagia dalam hidup mereka, namun mereka malah mengatakan, ‘Cuma
begini?!’
Lain lagi menurut Arvan Pradiansyah, dalam bukunya The 7 laws of
happiness, bahwa kebahagiaan itu berbeda dengan kesuksesan . Kesuksesan adalah
mendapatkan yang diinginkan (getting what you want). Sedangkankan kebahagian.bahagia
adalah rasa menikmati proses dalam meraih kesuksessan yang ingin di
capai.Bahagia itu (wanting what you get). Bahagia itu condong pada proses-nya,bukan kepada pencapaian atau
targetnya.
Karena kebahagiaan adalah pada proses,maka kebahagiaan ada pada pikiran, maka,orang yang bisa mengelola pikiranya,maka perasaanya pun akan menjadi akan lebih baik.
Karena kebahagiaan adalah pada proses,maka kebahagiaan ada pada pikiran, maka,orang yang bisa mengelola pikiranya,maka perasaanya pun akan menjadi akan lebih baik.
Inilah faktor yang sangat berpengaruh pada
pencapaian hasil , yaitu bagaimana kita bisa menikmati proses (tahapan-tahapan)
pencapaian proses menuju hasil . anda
yang selalu diliputi kebahagiaan, menurut Imam Ali, hasilnya adalah kepastian
kesuksesan.
Ali bin abi Thalib juga berkata bhw
kebahagiaan ialah sesuatu yg dapat menghantarkan kpd kesuksesan (surga).
Kebahagiaan adalah alat untuk meraih kesuksesan. Bukan sebaliknya .
Menurut Hamka, Islam mengajarkan pada manusia
empat jalan untuk menuju kebahagiaan.
·
Pertama, harus ada i’tiqad, yaitu motivasi yang
benar-benar berasal dari dirinya sendiri.
·
Kedua, yaqin, yaitu keyakinan yang kuat akan sesuatu yang
sedang dikerjakannya.
·
Ketiga, iman, yaitu yang lebih tinggi dari sekedar
keyakinan, sehingga dibuktikan oleh lisan dan perbuatan.
·
keempat adalah ad-diin, yaitu penyerahan diri secara
total kepada Allah, penghambaan diri yang sempurna. Mereka yang
menjalankan ad-diin secara sempurna tidaklah merasa sedih berkepanjangan,
lantaran mereka benar-benar yakin akan jalan yang telah Allah pilihkan
untuknya.
William Butler Yeats, satrawan peraih Nobel 1923 , menulis bahwa Kebahagiaan bukanlah kebajikan atau
kesenangan, bukan pula hal ini atau hal itu, melainkan hanya pertumbuhan
semata. Kita bahagia ketika kita sedang tumbuh. Bahwa bukan pencapaian
tujuanlah, melainkan proses perjuangan setelah tujuan dicapailah (yaitu
pertumbuhan) yang mendatangkan kebahagiaan.
Jim Rohn , seorang motivator terkemuka USA ,
berkata bahwa kebahagiaan bukanlah sesuatu yang Anda tunda untuk masa depan,
itu adalah sesuatu yang Anda desain untuk saat ini.
Kebahagiaan tidak terjadi begitu saja. Itu
muncul dari hasil perbuatan kita. (Dalai Lama)
Dengan menggunakan
sudut pandang demikian, mk kita akan lebih mudah menikmati dalam setiap
tindakan usaha kita dan akan selalu bersyukur dengan apa yang telah kita
dapatkan. Dengan begitu, kita akan bahagia setiap saat, lantaran kita memahami apa
yang kita inginkan. Yang penting kita lakukan adalah menyadari apakah kita
sedang berjalan diatas proses yang benar dan baik .
“We all want to be happy
but the problem has always been that you can’t measure happiness.” (Amasufi, 2009)
Ketika mencari penghidupan mencari nafkah
untuk keluarga, maka masalah yang utama bukanlah uang dari hasil kerja itu,
karena uang itu ada jalurnya, ada rizkinya dari Allah SWT dan semua pasti
mendapatkannya. Dan yang lebih penting dari bisnis dan ikhtiar adalah prosesnya.
Misal, bagaimana selama berjualan itu kita selalu menjaga niat agar tidak
pernah ada satu bagianpun hak orang lain yang terambil oleh kita, bagaimana
ketika berjualan itu benar-benar dijaga kejujuran kita, dst.
Seperti saat ibu membuat kue lebaran, ternyata kue lebaran
yang hasilnya begitu enak itu telah melewati proses yang begitu panjang dan
lama. Mulai dari mencari bahan-bahannya, memilah-milahnya, menyediakan
peralatan yang pas, hingga memadukannya dengan takaran yang tepat, dan sampai
menungguinya di open. Dan lihatlah ketika sudah jadi kue, baru dihidangkan
beberapa menit saja, sudah habis. Apalagi biasanya tidak dimakan sendirian oleh
yang membuatnya. Bila ibu tsb tidak menikmati saat proses pembuatannya, mk ia akan rugi karena dapat capeknya saja, karena
hasil proses membuat kuenya pun habis dengan seketika oleh orang lain. Artinya,
ternyata yang kita nikmati itu bukan sekedar hasil, tapi proses.
Hikmah besar adalah menikmati setiap tahapan dalam kehidupan kita masing-masing. Tidak perlu menunggu harus menjadi direktur untuk merasakan bahagia. Tidak pernah menunggu punya rumah besar atau mobil mewah untuk hidup dalam kebahagiaan. Raih kebahagiaan mulai sekarang. Tidak perlu menunggu.
Contoh besar yang lain adalah bahwa nikmat terbesar yang selalu kita lalui
setiap hari , yaitu nikmatnya proses shalat. Karena disitulah kita dapat menggapai kebahagiaan tertinggi.
Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Mu’minun
, yang artinya “Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, Dan
orang-orang yang memelihara shalatnya.”
Al Hasan
al-Bashri mengatakan, “Carilah kenikmatan dan kebahagiaan dalam tiga hal, ketika
dalam (proses) sholat, berzikir dan membaca Al Quran, jika kalian dapatkan maka
itulah yang diinginkan, jika tidak kalian dapatkan dalam tiga hal itu maka
sadarilah bahwa pintu kebahagiaan sudah tertutup bagimu.”
Imam Ibnul
Qoyyim bercerita bahwa, “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: ‘Sesungguhnya
dalam dunia ini ada surga. Barang siapa belum pernah memasukinya maka dia tidak
akan memasuki surga diakhirat kelak.’”
Itulah
proses atau tahapan dalam shalat. Anda tidak memerlukan banyak biaya usaha agar
mendapat kebahagiaan. Tidak perlu banyak hal untuk bisa menikmati kehidupan
ketika kita telah mengendalikan hawa nafsu. Ketika kita tidak banyak menuntut,
maka saat itulah kita mendapatkan kebebasan, kebahagiaan.
Wallahu a’lam bish-shawab
Sumber : Eramuslim , dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar