Kita sering mendegar istilah Go Green , pekan
penghijauan dst. Wow ada, rahasia
kemuliaan dibalik tindakan ini. Menanam pohon adl amalan shalih yg luar biasa dibalik
manfaat yg telah kita ketahui , bhw pohon amat bermanfaat bagi manusia dan
hewan , buah - daunnya bisa dimakan, batangnya bisa dibikin jadi berbagai peralatan,
akarnya mencegah terjadinya erosi (banjir), daunnya bisa menyejukkan menyegarkan
, membantu sanitasi lingkungan , mengurangi polusi udara, dan masih banyak lainnya.
Satu manfaat sangat luar lagi, sebagaimana Rasulullah bersabda, yg artinya “Tak
ada seorang beriman yg menanam pohon,
kecuali sesuatu yg dimakan dari tanaman itu akan menjadi sedekah baginya, dan yg
dicuri akan menjadi sedekah. Apa saja yg dimakan oleh binatang buas darinya, mk
sesuatu (yg dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun yg dimakan oleh
burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yg
mengurangi, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya .” (Hr. Muslim dlm
Al-Musaqoh,3945).
Sebagaimana Rasulullah bersabda, yg artinya “Tak ada seorang muslim yg menanam pohon atau
menanam tanaman, lalu burung memakannya atau manusia atau hewan, kecuali ia
akan mendapatkan sedekah karenanya.” (HR. Al-Bukhary, AL-Muzaro'ah,2320 dan
Muslim ,Al-Musaqoh,3950).
Ada rahasia luar biasa dibalik sabda
Rasulullah, yang belum kta sadari , apa itu ?
Saudaraku, bahwa satu
pohon bisa menghasilkan 1,2 kg oksigen/ hari, dimana seorang dewasa perlu 0,5
kg oksigen/hari. Sedangkan oksigen dihirup
oleh manusia, hewan dst setiap hari
tanpa merka sadari. Lalu berapa pahala yang diterima orang yang menanam pohon
apabila setiap harinya setiap minggunya setiap tahunnya. Bukankah oksigen
adalah barang yang tak ternilai harganya. Itulah mengapa menaman pohon sangat bermanfaat
dan mendapat nilai di sisi Allah. Kita dapat merasakan kemuliaan perbuatan
menamam pohon, sebagaimana Rasulullah bersabda ,
إِنْ قَامَتْ
السَّاعَةُ وَبِيَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنْ
اسْتَطَاعَ أَنْ لَا يَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَفْعَلْ
“Jika hari kiamat telah tegak, sedang di tangan
seorang di antara kalian terdapat bibit pohon (korma); jika ia mampu untuk
tidak berdiri sampai ia menanamnya, maka lakukanlah.” (HR. Ahmad
,Al-Musnad,3/183,184,191, Ath-Thoyalisiy,Al-Musnad,2068, Al-Bukhary ,Al-Adab
Al-Mufrod,479. Dishahihkan Syaikh Al-Albaniy ,Ash-Shohihah,9)
Ulama hadits , Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy, menyatakan bahwa, “Tak ada sesuatu ( dalil) yang paling kuat menunjukkan anjuran bercocok tanam sebagaimana dalam hadits-hadits yg mulia ini, terlebih lagi hadits yang terakhir di antaranya, karena di dalamnya terdapat targhib (dorongan) besar untuk menggunakan kesempatan terakhir dari kehidupan seseorang dalam rangka menanam sesuatu yang dimanfaatkan oleh manusia setelah ia (si penanam) meninggal dunia. Maka pahalanya terus mengalir, dan dituliskan sebagai pahala baginya sampai hari kiamat.” (Al-Ahadits Ash-Shohihah ,1/1/38)
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah bersabda,
Ulama hadits , Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy, menyatakan bahwa, “Tak ada sesuatu ( dalil) yang paling kuat menunjukkan anjuran bercocok tanam sebagaimana dalam hadits-hadits yg mulia ini, terlebih lagi hadits yang terakhir di antaranya, karena di dalamnya terdapat targhib (dorongan) besar untuk menggunakan kesempatan terakhir dari kehidupan seseorang dalam rangka menanam sesuatu yang dimanfaatkan oleh manusia setelah ia (si penanam) meninggal dunia. Maka pahalanya terus mengalir, dan dituliskan sebagai pahala baginya sampai hari kiamat.” (Al-Ahadits Ash-Shohihah ,1/1/38)
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah bersabda,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوجًا وَأَنْهَارًا
“Tak akan tegak hari kiamat sampai tanah
Arab menjadi tanah subur dan sungai-sungai. ” [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/370
& 417), dan Muslim dalam Kitab Ash-Shodaqoh (2336)]
Ketika para sahabat mendengarkan hadits-hadits ini, maka mereka berlomba dan saling mendorong untuk melakukan penghijauan dilingkungannya ini, karena ingin mendapatkan keutamaan dari Allah -Azza wa Jalla. Rasulullah tidak mungkin meme-rintahkan suatu perkara kepada umatnya dalam kondisi yg genting dan sempit seperti itu, kecuali karena perkara itu amat penting dan besar manfaatnya bagi seorang manusia.
Tabi’in, Umarah bin Khuzaimah bin Tsabit Al-Anshoriy Al-Madaniy, bahwa “Aku pernah mendengarkan Umar bin Khaththab berkata kepada bapakku, “Apa yang menghalangi dirimu untuk menanami tanahmu?”
Bapakku berkata , “Aku orang yang sudah tua, ”
Umar berkata kepadanya, “Aku mengharuskan engkau (menanamnya). Engkau harus menanamnya!”
Sungguh aku melihat Umar bin Khaththab menanamnya dgn tangannya bersama bapakku. ” [HR. Ibnu Jarir Ath-Thobariy sebagaimana dalam Ash-Shohihah (1/1/39)]
Amer bin Dinar berkata, “Amer bin Al-Ash pernah masuk ke dalam suatu kebun miliknya di Tho’if yang dinamai dengan “Al-Wahthu”. Di dalamnya terdapat satu juta batang kayu. Beliau telah membeli setiap kayu dengan harga satu dirham. Maksudnya, beliau menegakkan dengannya (setiap) batang-batang anggur.” [HR. Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyqo (46/182)]
Ketika para sahabat mendengarkan hadits-hadits ini, maka mereka berlomba dan saling mendorong untuk melakukan penghijauan dilingkungannya ini, karena ingin mendapatkan keutamaan dari Allah -Azza wa Jalla. Rasulullah tidak mungkin meme-rintahkan suatu perkara kepada umatnya dalam kondisi yg genting dan sempit seperti itu, kecuali karena perkara itu amat penting dan besar manfaatnya bagi seorang manusia.
Tabi’in, Umarah bin Khuzaimah bin Tsabit Al-Anshoriy Al-Madaniy, bahwa “Aku pernah mendengarkan Umar bin Khaththab berkata kepada bapakku, “Apa yang menghalangi dirimu untuk menanami tanahmu?”
Bapakku berkata , “Aku orang yang sudah tua, ”
Umar berkata kepadanya, “Aku mengharuskan engkau (menanamnya). Engkau harus menanamnya!”
Sungguh aku melihat Umar bin Khaththab menanamnya dgn tangannya bersama bapakku. ” [HR. Ibnu Jarir Ath-Thobariy sebagaimana dalam Ash-Shohihah (1/1/39)]
Amer bin Dinar berkata, “Amer bin Al-Ash pernah masuk ke dalam suatu kebun miliknya di Tho’if yang dinamai dengan “Al-Wahthu”. Di dalamnya terdapat satu juta batang kayu. Beliau telah membeli setiap kayu dengan harga satu dirham. Maksudnya, beliau menegakkan dengannya (setiap) batang-batang anggur.” [HR. Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyqo (46/182)]
Saudaraku , inilah kemuliaan perbuatan sahabat Amer bin Al-Ash berani berkorban demi memelihara tanaman-tanaman yang terdapat dalam kebunnya. Semua ini menunjukkan kepada kita tentang semangat para sahabat dalam melaksanakan perintah Rasulullah dalam merawat lingkungan.
Diriwayatkan, ada seorang laki-laki bertemu Abu Darda' yg sedang menanam pohon.
Kemudian, laki-laki itu bertanya kepada Abu Darda', ''Hai Abu Darda', mengapa engkau tanam pohon ini, padahal engkau sudah sangat tua, sedangkan pohon ini tidak akan berbuah kecuali sekian tahun lamanya.''
Abu Darda' menjawab, ''Bukankah aku akan memetik
pahalanya di samping untuk makanan orang lain?''
Saudaraku, menanam pohon adalah perbuatan mulia, walaupun kadang dilihat sebagai perbuatan yang tidak begitu penting.
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad menyebut cerita seorang sahabat Rasulullah SAW, ''Saya mendengar Rasulullah SAW membisikkan pada telingaku ini, 'Siapa menanam sebuah pohon kemudian dengan tekun memeliharanya dan mengurus-nya hingga berbuah, maka sesungguhnya baginya pada tiap-tiap sesuatu yang dimakan dari buahnya merupakan sedekah di sisi Allah SWT'.'' (HR Ahmad).
Saudaraku, menanam pohon adalah perbuatan mulia, walaupun kadang dilihat sebagai perbuatan yang tidak begitu penting.
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad menyebut cerita seorang sahabat Rasulullah SAW, ''Saya mendengar Rasulullah SAW membisikkan pada telingaku ini, 'Siapa menanam sebuah pohon kemudian dengan tekun memeliharanya dan mengurus-nya hingga berbuah, maka sesungguhnya baginya pada tiap-tiap sesuatu yang dimakan dari buahnya merupakan sedekah di sisi Allah SWT'.'' (HR Ahmad).
Rasulullah
-Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,“Tak ada seorang muslim yang menanam
pohon atau menanam tanaman, lalu burung memakannya atau manusia atau hewan,
kecuali ia akan mendapatkan sedekah karenanya.” [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab
AL-Muzaro'ah (2320), dan Muslim dalam Kitab Al-Musaqoh (3950)]
Al-Imam Ibnu Baththal rahimahullah
berkata dalam Syarh Ibnu Baththol (11/473) , “Ini menunjukkan bahwa sedekah untuk semua
jenis hewan dan makhluk bernyawa di dalamnya terdapat pahala.”
Seorang muslim yang
menanam tanaman tak akan pernah rugi di sisi Allah -Azza wa Jalla-, sebab
tanaman tersebut akan dirasakan manfaatnya oleh manusia dan hewan, bahkan bumi
yang kita tempati. Tanaman yang pernah kita tanam lalu diambil oleh siapa saja,
baik dengan jalan yang halal, maupun jalan haram, maka kita sebagai penanam
tetap mendapatkan pahala, sebab tanaman yang diambil tersebut berubah menjadi
sedekah bagi kita.
Dari Jabir bin Abdullah ra , bahwa Rasulullah
Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةً وَ لاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةً وَ لاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً
“Tidaklah seorang muslim menanam suatu
tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya,
dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah
kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam
Muslim Hadits no.1552)
Saudaraku, , menanam pohon tak akan pernah rugi di sisi Allah Azza wa Jalla, sebab tanaman tersebut akan dirasakan manfaatnya oleh manusia dan hewan, bahkan bumi yang kita tempati. Pohon yang pernah kita tanam lalu diambil oleh siapa saja, baik dengan jalan yang halal, maupun jalan haram, maka kita sebagai penanam tetap mendapatkan pahala, sebab tanaman yang diambil tersebut berubah menjadi sedekah bagi kita.
Manusia sebagai pengemban kekhilafahan di muka bumi harus mengerti eksistensi pohon. Sebagai penunjang kehidupan, pohon diamanahi Allah SWT mengatur siklus air, menyimpannya dalam pori-pori akar yang kokoh. Menghindarkan manusia dari bencana longsor dan banjir. Kehadiran pohon berguna memenuhi kebutuhan hidup manusia. Buahnya lezat dimakan dan batangnya dimanfaatkan untuk membangun rumah. Daunnya untuk makanan ternak.
Saudaraku, , menanam pohon tak akan pernah rugi di sisi Allah Azza wa Jalla, sebab tanaman tersebut akan dirasakan manfaatnya oleh manusia dan hewan, bahkan bumi yang kita tempati. Pohon yang pernah kita tanam lalu diambil oleh siapa saja, baik dengan jalan yang halal, maupun jalan haram, maka kita sebagai penanam tetap mendapatkan pahala, sebab tanaman yang diambil tersebut berubah menjadi sedekah bagi kita.
Manusia sebagai pengemban kekhilafahan di muka bumi harus mengerti eksistensi pohon. Sebagai penunjang kehidupan, pohon diamanahi Allah SWT mengatur siklus air, menyimpannya dalam pori-pori akar yang kokoh. Menghindarkan manusia dari bencana longsor dan banjir. Kehadiran pohon berguna memenuhi kebutuhan hidup manusia. Buahnya lezat dimakan dan batangnya dimanfaatkan untuk membangun rumah. Daunnya untuk makanan ternak.
Al-Imam Abu Zakariyya
Yahya Ibn Syarof An-Nawawiy rahimahullah berkata menjelaskan faedah-faedah dari
hadits yang mulia ini, “Di dalam hadits-hadits ini terdapat keutamaan menanam
pohon dan tanaman, bahwa pahala pelakunya akan terus berjalan (mengalir) selama
pohon dan tanaman itu ada, serta sesuatu (bibit) yang lahir darinya sampai hari
kiamat masih ada.
Para ulama ada yang
berbeda pendapat tentang pekerjaan yang
paling baik dan paling afdhol. Ada yang berpendapat bahwa yang terbaik adalah
perniagaan. Ada yang menyatakan bahwa yang terbaik adalah kerajinan tangan. Ada
juga yang menyatakan bahwa yang terbaik adalah bercocok tanam. Inilah pendapat
yang benar. Dalam bab Al-Ath’imah dari
kitab Syarh Al-Muhadzdzab. Di dalam hadits-hadits ini terdapat keterangan bahwa
pahala dan ganjaran di akhirat hanyalah khusus bagi kaum muslimin, dan bahwa
seorang manusia akan diberi pahala atas sesuatu yang dicuri dari hartanya, atau
dirusak oleh hewan, atau burung atau sejenisnya.” [Lihat Al-Minhaj (10/457)
oleh An-Nawawiy, cet. Dar Al-Ma'rifah, 1420 H]
Pohon adalah salah satu faktor penting dalam siklus
lingkungan.
Sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya ''Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.'' (QS al-Baqarah : 22).
Bahkan tuntunan memelihara pohon juga berlaku saat terjadi peperangan . Nabi Muhammad SAW berkal-kali berpesan kepada para sahabat, bahwa dalam peperangan janganlah kalian membunuh wanita, anak-anak, dan jangan menebang/merusak tanaman (pohon).
Al-Imam Abu Zakariyya Yahya Ibn Syarof An-Nawawiy , juga menjelaskan ,bahwa “Di dalam hadits-hadits ini terdapat keutamaan menanam pohon dan tanaman, bahwa pahala pelakunya akan terus berjalan (mengalir) selama pohon dan tanaman itu ada, serta sesuatu (bibit) yang lahir darinya sampai hari kiamat masih ada…., dan bahwa seorang manusia akan diberi pahala atas sesuatu yang dicuri dari hartanya, atau dirusak oleh hewan, atau burung atau sejenisnya. ” [Al-Minhaj (10/457) oleh An-Nawawiy, Dar Al-Ma'rifah, 1420 H]
Dalam hadits tersebut mennegaskan bahwa sedekah yang dijanjikan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits-hadits ini akan diraih oleh orang yang menanam, walapun ia tidak meniatkan tanaman-nya yang diambil atau dirusak orang dan hewan sebagai sedekah.
Sebagaimana Al-Hafizh Abdur Rahman Ibnu Rajab Al-Baghdadiy berkata, “Lahiriah hadits-hadits ini seluruhnya menunjukkan bahwa perkara-perkara ini merupakan sedekah yang akan diberi ganjaran pahala bagi orang yang menanamnya, tanpa perlu maksud dan niat.” [ Iqozh Al-Himam Al-Muntaqo min Jami' Al-Ulum wa Al-Hikam (hal. 360) oleh Salim Al-Hilaliy, cet. Dar Ibn Al-Jauziy, 1419 H]
Dari Jabir bin Abdullah ra berkata,
telah bersabda Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam:
فَلاَ يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْسًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَ لاَ دَابَّةٌ وَ لاَ طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
فَلاَ يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْسًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَ لاَ دَابَّةٌ وَ لاَ طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman
lalu tanaman itu dimakan manusia, binatang ataupun burung melainkan tanaman itu
menjadi sedekah baginya sampai hari kiamat.” (HR. Imam Muslim hadits
no.1552(10))
Syaikh Saliem bin ‘Ied Al-Hilali menyatakan bahwa hadits tersebut menunjukkan perintah menanam pepohonan dan tumbuhan lainnya, serta keutamaan mengolah (membuat produktif) bumi dan hal itu termasuk amalan yang pahalanya tidak berhenti. Hadits-hadits juga menunjukkan agar berusaha untuk memberi manfa’at kepada makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala serta mempermudah urusan dan memenuhi seluruh kebutuhan mereka.
Syaikh Saliem bin ‘Ied Al-Hilali menyatakan bahwa hadits tersebut menunjukkan perintah menanam pepohonan dan tumbuhan lainnya, serta keutamaan mengolah (membuat produktif) bumi dan hal itu termasuk amalan yang pahalanya tidak berhenti. Hadits-hadits juga menunjukkan agar berusaha untuk memberi manfa’at kepada makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala serta mempermudah urusan dan memenuhi seluruh kebutuhan mereka.
Saudaraku, bahwa perbuatan yang mempunyai manfaat dan
maslahat kemudian manusia atau hewan mengambil manfaat darinya maka kebaikan
bagi pelakunya jika dia tidak meniatkan, dan jika diniatkan maka bertambahlah
kebaikan itu dengan kebaikan lagi, dan Allah memberinya keutamaan yaitu berupa
pahala yang banyak.
Mengapakah hasil tanaman yang ditanam itu merupakan sedekah?
Mengapakah hasil tanaman yang ditanam itu merupakan sedekah?
Ini sesuai dengan kaidah agama yaitu kaidah bahwa
seseorang tidak akan memperoleh kebaikan (pahala) kecuali atas hasil usahanya
sendiri, demikian juga sebaliknya seseorang tidak akan menanggung dosa orang
lain. Maka kalau kita perhatikan tanaman kita merupakan hasil usaha yang baik
yang akan menjadi sedekah walaupun dimakan atau diambil tanpa seizin kita.
Seperti seseorang menanam sebuah pohon atau tanaman, maka apa saja yang dimakan dari buah pohon tersebut atau tanaman tersebut yang ditanam, baik dengan seizin pemiliknya atau dicuri, baik (dimakan) oleh manusia atau hewan niscaya pemiliknya atau yang menanamnya tetap akan memperoleh pahala .
Seperti seseorang menanam sebuah pohon atau tanaman, maka apa saja yang dimakan dari buah pohon tersebut atau tanaman tersebut yang ditanam, baik dengan seizin pemiliknya atau dicuri, baik (dimakan) oleh manusia atau hewan niscaya pemiliknya atau yang menanamnya tetap akan memperoleh pahala .
Sesungguhnya tanaman yang dicuri atau dirusak ataupun juga
dimakan hewan merupakan hasil usaha dari petani maka pantas lah kalau dia
mendapat pahala dari tanaman yang luput dari tangannya (tidak bisa dia panen).
Al-Imam Abu Zakariyya Yahya Ibn Syarof An-Nawawiy - berkata bahwa faedah-faedah dari hadits yang mulia ini, "Di dalam hadits-hadits ini terdapat keutamaan menanam pohon (tanaman) , bahwa pahala pelakunya akan terus berjalan (mengalir) selama pohon (tanaman) itu ada, serta sesuatu (bibit) yang lahir darinya sampai hari kiamat masih ada.. [ Al-Minhaj (10/457) oleh An-Nawawiy, Dar Al-Ma'rifah, 1420 H]
Al-Imam Abu Zakariyya Yahya Ibn Syarof An-Nawawiy - berkata bahwa faedah-faedah dari hadits yang mulia ini, "Di dalam hadits-hadits ini terdapat keutamaan menanam pohon (tanaman) , bahwa pahala pelakunya akan terus berjalan (mengalir) selama pohon (tanaman) itu ada, serta sesuatu (bibit) yang lahir darinya sampai hari kiamat masih ada.. [ Al-Minhaj (10/457) oleh An-Nawawiy, Dar Al-Ma'rifah, 1420 H]
“Dia pernah mendengar Abdullah bin Amer ra
berkata kepada keponakannya yg baru keluar dari kebunnya, “Apakah para
pekerjamu sedang bekerja?”
Keponakannya berkata,
“Aku tak tahu.”
Beliau berkata,
“Ingatlah, andaikan engkau adalah orang Tsaqif, maka engkau akan tahu tentang
sesuatu yang dikerjakan oleh para pekerjamu.”
Kemudian beliau menoleh
kepada kami seraya beliau berkata, “Sesungguhnya seseorang bila bekerja bersama
para pekerjanya di kampungnya atau hartanya, maka ia adalah pekerja di antara
pekerja-pekerja Allah -Azza wa Jalla-.” [HR. Al-Bukhoriy dalam Al-Adab
Al-Mufrod,448. Syaikh Al-Albaniy men-shohih-kan hadits ini dalam Shohih Al-Adab]
Amer bin Dinar
-rahimahullah- berkata, “Amer bin Al-Ash
pernah masuk ke dalam suatu kebun miliknya di Tho’if yang dinamai dengan
“Al-Wahthu”. Di dalamnya terdapat satu juta batang kayu. Beliau telah membeli
setiap kayu dengan harga satu dirham. Maksudnya, beliau menegakkan dengannya
batang-batang anggur.” [HR. Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqo (46/182)]
Jangnalah
kita mennyia-nyiakan perkara sederhana namun mulia ini . Bahkan sosok sahabat seperti
Abu Darda’ pun tidak melewatkan kesempatan mengeruk pahala lewat menanam
tanaman.
Dalam
sebuah riwayat, diceritakan seorang laki-laki bertemu Abu Darda’ yang sedang
menanam pohon.
Kemudian,
laki-laki itu bertanya kepada Abu Darda’, “Wahai Abu Darda’, mengapa engkau
tanam pohon ini, padahal engkau sudah tua sedangkan pohon ini tidak akan
berbuah kecuali sekian tahun lamanya?”
Abu
Darda’ menjawab, “Bukankah aku yang akan memetik pahalanya di samping untuk
makanan orang lain ?”
Saudaraku, semoga kita mendapat keberkahan dan kemudahan dari Allah , sehingga bisa melaksanakan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat bagi kebaikan. Amin
Allahu a'lam
Sumber kutipan :
1. Buletin Tauhid edisi 121 Tahun II.
2. Menanti Buah Hati dan Hadiah untuk yang Dinanti oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat.
3. Shahihul Bukhari , Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il Al Bukhari. Darul Fikr: Bairut, Libanon.
4. Riyadhush Shalihin. , Al-Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf An-Nawawi. Darul Fikr: Bairut, Libanon.
5. Bahjatun Nazhirin Syarhu Riyadhish Shalihin,Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Dar Ibnul Jauzi: Dammam, Saudi Arabia.
6. Syarhu Riyadhish Shalihin Libnil Utsaimin,Maktabah Ibnu Jarir
Sumber kutipan :
1. Buletin Tauhid edisi 121 Tahun II.
2. Menanti Buah Hati dan Hadiah untuk yang Dinanti oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat.
3. Shahihul Bukhari , Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il Al Bukhari. Darul Fikr: Bairut, Libanon.
4. Riyadhush Shalihin. , Al-Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf An-Nawawi. Darul Fikr: Bairut, Libanon.
5. Bahjatun Nazhirin Syarhu Riyadhish Shalihin,Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Dar Ibnul Jauzi: Dammam, Saudi Arabia.
6. Syarhu Riyadhish Shalihin Libnil Utsaimin,Maktabah Ibnu Jarir
7. http://abuabdilbarr.wordpress.com,
8 Buletin
Jum’at At-Tauhid edisi 121 Tahun II,
9.Asto Hadiyoso,
Muhammadiyah Asahan dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar