Dalam pondasi keimanan dibangun kebahagiaan serta kehidupan umat manusia di dunia. Jadi iman bukan sekedar amalan akhirat, namun merupakan modal dasar yang akan memberikan rasa cinta, persaudaraan, kesetiaan , kesejahteraan , cahaya , kelapangan dan kemenangan. Dari terminologi bahasa kata iman merupakan Musytaq (pecahan) kata dari kalimat Al-Aman (tenteram, aman) yg merupakan lawan dari Al-Khauf (ketakutan). Iman menjadikan pemiliknya merasakan keamanan dan ketenteraman. Diantara nama-nama Allah adalah Al-Mu'minu (Yang Maha Mengamankan),dimana Allah memberikan rasa keamanan kepada para hamba-Nya yang beriman dari hal-hal yg menzaliminya.Sebagaimana firman-Nya yang artinya," Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik) , mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunujuk," (Qs. Al-An'am : 82).
Sebagaimana firman-Nya , yang artinya," Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah-pun niscaya ia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiap yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya ia akan melihat (balasan)-Nya", (Qs. Az-Zalzalah : 7-8).
Sebagaimana Rasul bersabda dalam suatu hadits qudsi , bahwa Allah berfirman yang artinya," Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezqaliman atas diri-Ku, dan Aku jadikan kezaliman tersebut diantara kalian sebagai suatu yang haram. Maka janganlah kalian saling menzalimi," (Hr. Muslim).
Iman juga dapat diartikan sebagai At-Tashdiq (pembenaran).
Sebagaimana Allah telah berfiman dalam mengisahkan saudara-saudara Yusuf ketika mereka melakukan perbuatan terhadap saudara mereka, yang artinya," … wahai ayah kami sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan yusuf di dekat barang-baranag kami, lalu dia dimakan srigala ; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepda kami, sekalipunkami adalah orang-orang yang benar ", (Qs. Yusuf ; 17). Artinya , dan kamu sekali-kali tidak akan membenarkan kami.
Kemudian kita membahas tentang pemahaman keimanan dalam istilah syar'i. Keimanan yang hakiki akan menyelamatkan pemiliknya pada hari kiamat dari api nerka dimana bahan bakarnya adalah batu dan manusia. Keimanan yang hakiki juga akan menyelamatkannya dari Az-Zaqqum wa al-gislin (nanah dan darah), dari Al-Hamim (air yang sangat panas) serta As-Salasil (rantai-rantai yang membara).
Dalam Halawatul Iman, Abdul 'athi ali Salim, menyatakan bahwa iman adalah keyakinan dengan hati, ditegaskan dalam lisan serta dipraktekkan dengan anggota badan. Iman tidak cukup dengan sekedar At-Tashdiq (pembenaran) dengan hati. Keimanan harus mencakup tiga hal yang saling berkaitan, yakni
a. amalan dengan hati (Al-I'tiqad biljanan, At-Tassdiq al-Qalbi),
b. amalan dengan lisan, (Al Iqrar bil lisan) dan
c. amalan dengan anggota badan.
Allah juga telah menjelaskan tentang amalan-amalan anggota badan, sebagaimana dalam firman-Nya , yang artinya ," Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan ) yang tidak berguna, dan orang yang menunaikan zakat, dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi siapa yang mencari di balik itu (zina dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang yang melampui batas. Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, serta orang yang memelihara shalatnya." (Qs. Al-Mukminun : 1-9).
Sebahgaimana Allah berfirman, yang artinya," Alif laam miin. Kitab (Al-Qur'an) ini tidaka da keraguan padanya ; petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) mereka yangberiman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka beriman kepada kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat ", (Qs. Al-Baqarah : 1-4).
Selanjutnya kita melihat adanya makna Al-I'tiqad biljanan (keyakinan dalam hati) yang merupakan At Tasdiq (pembenaran hati). Yaitu apa yang diyakini oleh hati dan tidak tercemari unsur keraguan. Sehingga Allah disifati dengan seluruh kesempurnaan dan bebas dari segala kekurangan. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya. Dia Mahasuci lagi Mahatinggi, yang pantas ada, azali dan abadi.Tidakada sekutu bagi_Nya, baik dalam dzat maupun sifat-sifat-Nya.
Diriwayatkan Jibril pernah bertanya kepad aRasulullah, mengenai makna keimanan, maka Rasulullah bersabda, yang artinya," Yaitu kita beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya..dst". Barangsiapa yang beriman dengan itu , kemudian tidak ragu-ragu, tidak bimbang , maka ia telah meraih bagian pertama dari pengertian iman. Yaitu , keyakinan dengan hati.
Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya," Sesunggunya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepda Allah dan rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar," (Qs. Al-Hujurat : 15).
Selanjutnya kita teruskan dengan makna Al-Iqrar bil lisan (ditegaskan dengan lisan)., diman seorang hamba memproklamirkan aqidah yang akan memenuhi hatinya dengan kedamaian dan ketenangan). Yaitu dengan cara mengucapkan kalimat syahadat Laa Ilaaha Illallah wa anna Muhammadar Rasulullah . Siapa yang belum mengucapkan kalimah ini , maka ia belum termasuk sebagai orang mukmin.
Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya," Katakanlah (hai orang-orang mukmin) ;" kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Yaqub adan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabbnya. Kami tidak membda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya", (Qs. Al-Baqarah : 136)
Salanjutnya adalah amalan anggota badan yaitu mengerjakan ibadah-ibdah amaliah ; sepert shalat, puasa, sedekah, haji , jihad fi sabilillah.
Sebagaiman Allah berfirman, yang artinya"… Barangsiapa mengharap berjumpa dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabbnya," (Qs. Al-Kahfi : 110).
Dan amal shalih yang bagaimana yang harus dilakukan? Tentu saja yang sesuai dengan syariat Allah dan sunnah Rasul-Nya. Dan tidak ada tempat bagi perbuatan bid'ah. Dan barangsiapa yang menambah-namabah pada apa yang telah disyariatkan , lalu beribadah dengan sesuatu yang tidak disyariatkan , maka amalan tersebut telah bertentangan dengan kesempurnaan syariat dan nikmat.
Sebagaimana Allah berfirman , yang artinya,"… pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam menjadi agama bagimu.." (Qs. Al-Maidah : 3)
Saudaraku, bila ketiga unsur diatas harus merupakan satu kesatuan yang utuh, sehingga terwujud pula sebuah pemahaman yang benar tentang makna keimanan. Tidak boleh ada yang rusak diantara ketika pilar tersebut.
Saudaraku, bahwa keimanan itu mempunyai kelezatan. Dan barangsiapa yang telah merasakan, maka ia telah mengetahuinya, dan barangsiapa yang terhalang, maka ia akan mengingkarinya. Sesungguhnya orang yang hidungnya tersumbat , tidak dapat merasakan wangi dan harumnya bunga.
Hadits riwayat Al-Bukhari dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya," Ada tiga sifat yang apabila ketiga sifat tersebut ada pada diri seseorang, maka ia akan mendapatkan lezatnya keimanan. Hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selain keduanya, hendaknya ia tidak mencintai seseorang karena Allah dan hendaknya ia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci jika dilemparkan ke dalam api".
Semoga Allah memudahkan dan meringankan kita untuk memahami intisari dan esensi sebuah keimanan, agar kita dapat merasakan manis dan lezatnya keimanan.
Allau a'lam
Sumber : Halawatul Iman , Abdul 'athi' Ali Salim.
1 komentar:
mas izin tag ya, smoga manfaat
Posting Komentar