Saudaraku, bukankah para rasul adalah hamba yang paling mulia disisi Allah , namun justru Allah memberikan ujian yang sangat keras kepada hamba-hamba yang paling Dia kasihi itu. Tentu ada rahasia besar dibalik itu, sungguh Allah Maha Mengetahui , Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Saudaraku, yang sedang menderita suatu penyakit (musibah) , semoga Allah segera memberikan kesembuhan. Dan sesungguhnya penyakit dan segala sesuatu yang tidak disenangi , bahkan segala sesuatu yang disukai atau disenangi merupakan sunnah rabbani yang sarat dengan hikmah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai cobaan dan ujian bagi hamba-hamba-Nya.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam, pernah bersabda, yang artinya ," Sesungguhnya manusia yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang setingkat di bawah mereka , kemudian orang-orang yang setingkat di bawah mereka, kemudian orang-orang yang setingkat di bawah mereka ," (Hr Ahmad, An-Nasa'I dan Al Hakim).
Cobaan ini bisa berupa godaan nafsu (syahwat) , kemiskinan, penyakit , kecemasan, kekurangan harta, jiwa dst. Cobaan itu juga bisa jadi berupa kekayaan , keturunan, kesehatan, dst. Cobaan itu bisa berupa sesuatu yang dicintai maupun sesuatu yang dibenci. Namun kita seringkali tergoda untuk marah bahkan menyalahkan Allah bila mendapat cobaan atas hal-hal yang kita benci, dan menganggap hal-hal yang membuat kita nikmat bukan sebagi suatu ujian dari Allah. Seorang hamba selalu diuji dengan berbagai hal, baik berupa sesuatu yang mendatangkan kegembiraan dan sesuatu yang disukai, ataupun berupa sesuatu yang dibenci.
Dari penggalan riwayat Abi Sa'id Al Khudri ra ketika menjenguk Rasulullah yang sedang menderita sakit. Dia bertanya,' Ya Rasulullah , alangkah beratnya penyakit ini bagimu,' Rasulullah menjawab , yang artinya ," Demikianlah keadaan kami, allah melipatkgandakan cobaan-Nya kepada kami dan melipatgandakan pahalanya," Said bertanya lagi,' Wahai Rasulullah, siapa manusia yang paling berat cobaanya?'. Rasulullah menjawab, yang artinya ," Rara Nabi", Said bertanya lagi,'Kemudian siapa ya Rasulullah?' Rasulullah menjawab, yang artinya ," Kemudian orang-orang saleh, sampai-sampai jika salah seorang diantar mereka ditimpa kefakiran, maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali beban (penderitaan yang mengerumininya (Yuhawwiiha), sesungguhnya mereka gembira dengan cobaan sebagaimana mereka gembira ketika mereka mendapatkan kesenangan". (Hr Ibn Majah 2,1334 no.4042).
Ibn Abi ad Dunya dalam Al Farju Ba'da Asy Syiddah, menyatakan Sufyan bin Uyaninah , berkata, ' Apa yang dibenci seorang hamba itu lebih baik baginya daripada apa yang ia cintai, karena apa yang dibencinya dapat menggerakkannya untuk selalu berdoa dan apa yang dicintainya (justru) sering membuatnya terlena'. Bahkan Wahab bin Munabbih dalam Asy Syukru , berkata bahwa diturunkannya bala' (bencana, musibah) itu agar dengannya doa-doa dipanjatkan kepada Allah'.
Saudaraku diantara faedah dari sebuah bala' (penyakit) adalah sebagai pengingat, bahwa betapa telah banyak kenikmatan yang selalu dan masih tercurah kepada hamba-Nya. Betapa banyak kenikmatan yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Dan berapa sering Allah telah menjaga kita dari berbagai hal yang tidak disukai. Kenikmatan yang teramat banyak itu, seringkai membuat kita terlena, terlebih lagi di saat kita sehat bugar. Hal ini makin terlihat dengan sikap-sikap kita yang makin terlarut dalam kenikmatan-kenikmatan tsb.
Dan suatu ketika seorang hamba diuji dengan sebuah penyakit dan dibuat lemah tiada berdaya, maka ia akan ingat dengan sikap sombongnya terhadap nikmat yang telah diberikan Allah dikala sebelum tertimpa penyakit. Betapa banyak waktu dan masa yang panjang dimana ia bebas dan merasa sehat walafiat, kemudian ia menjadi ingat akan nikmat Allah sekarang ini yang dianugerahkan-Nya .
Kondisi yang sehat walafiat seringkali membuat seseorang bersikap berlebihan, kufur nikmat dan membangggakan diri. Karena umumnya ia menikmati kegagahan, kekuatan dan kondisi yang nyaman. Sehingga manakal hamba itu ditimpakan penyakit dan dikagetkan oleh kepedihan maka ia akan merasa dirinya (kegagahannya, kekuatannya, ) seolah telah hancur, perasaan hatinya menjadi lebih halus dan hatinya mulai bersih dari kotoran-kotoran berupa akhlak tercela, seperti sikap sombong, angkuh , ujub dst. Kemudian digantikan dengan sikap dan perasaan tunduk kepad aAllah dan tawadhu dalam menghambakan diri kepada-Nya.
Ibn Qayyyim dalam Syifa Al-alil, menyatakan bahwa mengambil faedah dari berbagai kepedihan dan penyakit tidak akan dapat dirasakan kecuali oleh orang yang hatinya jernih. Oleh karena itu sehatnya hati dan jiwa tergantung pada kepedihan dan kesulitan yang dirasakan oleh jasmani. Seandainya tidaka ada ujian dalam kehidupan ini, maka niscaya seorang hamba akam mudah terserang berbagai penyakit hati seperti sombong, ujub, angkauh dan kesat ahti, yang semuanya itu justru menjadi penyebab utama kehancuran dirinya.
Saudaraku, yakinlah Allah jika menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia akan memberikan cobaan dan ujian sesuai dengan kondisi sang hamba, yang mana dengan ujian dan cobaan itu , hamba tersebut dapat membebaskan dirinya dari berbagai hal yang menghancurkan dirinya. Sehingga jika Allah telah membuatnya bersih, jernih dan suci dari berbagai penyakit hati, maka Allah menempatkan hamba tersebut pada derajat yang mulia di sisi-Nya di dunia ini. Yaitu menghambakan diri kepada-Nya .
Dari Muhammad bin Khalid As-Sulami , dari ayahnya, dari kakeknya, ia adalah sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia berkata , aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, yang artinya ," Sesungguhnya seorang hamba itu jika telah ditetapkan oleh Allah suatu kedudukan baginya, ia tidak akan dapat mencapainya (kedudukan itu) dengan amal perbuatannya. Maka Allah akan memberikan ujian pada tubuh, harta atau pada anak keturunannya, kemudian ia bersabar terhdap ujian tersebut hingga ia mencapai kedudukan yang telah ditetapkan oleh Allah baginya itu ", (Hr Abu Dawud).
Dari Muadz bin Muhammad bin Muadz bin Ubay bi Ka'ab, dari ayahnya , dari kakeknya, dari Ubay bin Ka'ab , ia berkata,' Wahai Rasulullah, apakah ganjaran pada penyakit demam?'. Rasulullah menjawab, yang artinya ," Akan ada kebaikan-kebaikan pada penderitanya atas apa yang membuatnya terganggu (menderita) atau sesuatu yang menimpa uratnya ,"
Dari Hubaib al-Harrabi, ia berkata,'Hasan pernah mengunjungiku ketika aku sedang sakit , ia berkata kepadaku," Wahai Hubaib, sesungguhnya jika kita tidak diberikan pahala kecuali dari apa-apa yang kita cintai saja, maka niscaya akan sedikitlah pahala kita. Sesungguhnya Allah itu Maha Mulia dan akan menguji hamba-Nya dengan sesuatu yang dibencinya dan Allah akan memberikan kepadanya pahala yang sangat besar". (kitab Al Maradh wa Al-Kaffarat).
Suatu ketika Rasulullah menjenguk seorang yang sakit, kemudian bersabda kepada orang yang sedang sakit itu, yang artinya ," Beritakanlah kabar gembira, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla pernah berfirman , (yang artinya)," Penyakit itu adalah api-Ku yang Aku timpakan kepada hamba-Ku yang mukmin di dunia ini, agar ia dapat selamat dari api neraka pada akhir nanti, " (Hr Ahmad dan Hakim,)
Itulah baru sebagian kecil dari rahasia rahmat Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Allah memberikan kepada hamba-Nya cobaan berupa bala atau penyakit agar ia dapat merasakan manfaat dari penyakit yang dideritanya dan mendapatkan keuntungan-keuntungan yang tidak akan pernah dia dapatkan bila tidak menderita penyakit itu.
Saudaraku sesungguhnya Allah tidak butuh menyiksa hamba-Nya dan Dia tidak membutuhkan sesuatu apapun yang dapat menyebabkan hamba-Nya menderita, akan tetapi Kasih Sayang Allah dan Hikmah Allah dan Rahmat-Nya kepada hamba-Nya lah yang mengharuskan adanya bala' atau penyakit. Maka bagi-Nya segala pujian atas selutuh rahmat yang telah dia berikan.
Oleh karena penyakit dan bala' itu merupakan nikmat dari Allah, maka orang-orang shaleh terdahulu selalu menyambut gembira ketika mereka ditimpa suatu penyakit atau bala', seperti gembiranya salah seorang diantara kita ketika mendaptkan kemewahan (kelapangan)
Sebagaimana Rasulullah SAW telah menyebutkan bahwa cobaan para Rasul (Nabi) dan orang-orang shaleh adalah penyakit, kefakiran dll. Kemudian Rasulullah bersabda , yang artinya," Sehingga salah seorang diantara mereka , merasa sangat bergembira dengan bala yang menimpanya, seperti gembiranya salah seorang di antara kalian ketika mendaptakan kemewahan (kelapangan)," (Hr Ibn Majah 2/1334-1335)
Dalam Madarij as-Salikin, sebagian salaf berkata, bahwa wahai anak adam ,nikmat Allah yang tidak engkau sukai yang telah diberikan kepadamu lebih besar (manfaatnya) dari nikmat Allah yang engkau sukai.
Saudaraku, itulah kenapa jika para Nabi dan orang-orang shaleh adalah hamba-hamba yang paling dicintai Allah, maka cobaan terhadap mereka melebihi cobaan yang ditimpakan kepada orang-orang selain mereka.
Diriwayatkan Sa'id bin Abi Waqqash bahwa ia berkata ,' Wahai Rasulullah , siapa manusia yang paling berat cobaanya ?' Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallah , bersabda, yang artinya ," Para Nabi, kemudian orang-orang terbaik setelah mereka dan (kemudian) orang-orang terbaik setelah mereka . Seseorang itu diberi cobaan sesuai dengan (kadar) agamanya. Jika (kadar) agamanya kuta maka cobaannya pun berat, namun jika (kadar) agamanya lemah maka ia aakan diberi cobaan sesuai dengan (kadar) agamanya itu. Seseorang hamba tidak akan pernah lepas dari cobaan hingga cobaan itu menghapuskan seluruh dosa-dosanya dan dia dapat berjalan di muka bumi ini tanpa ada dosa sedikitpun," (Hr Turmudzi -Ibn Majah).
Karena itulah Rasulullah sebagai hamba-Nya yang terbaik , maka Rasulullah adalah orang yang mendapat ujian (cobaan) paling keras, derita akibat penyakit yang menimpa beliau melebihi hamba-Nya yang lain. Sebagaimana Aisyah ra, pernah berkata," Aku tidak pernah melihat orang yang menderita karena sakit , melebihi derita yang dialami Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam ," (Hr Bukhari Muslim).
Demikianlah , kita dapatkan Rasulullah mengalami penderitaan silih berganti. Seandainya hal itu bukanlah kebaikan dan nikmat , niscaya Rasulullah tidak akan mengalaminya melebihi manusia pada umumnya, karena beliau adalah kekasih Allah dan penutup para nabi. Demikian halnya dengan keadaan para nabi lainnya. Cobaan yang mereka alami sangat luar biasa. Allah mencoba mereka dengan berbagai macam musibah dan melimpahkan kepada mereka nikmat cobaan yang sangat banyak.
Allahu a'lam
Sumber : Abdullah bin ali Al-Juaitsin, hikmah orang sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar