Bila Anda melihat gambar di samping tersebut gambar tikus maka cara pandang Anda melihat gambar tersebut menghasilkan gambar tikus. Tetapi bila Anda melihat gambar di samping tersebut gambar orang tua berkacamata maka cara pandang Anda melihat gambar tersebut menghasilkan gambar orang tua berkacamata. Sekarang pertanyaannya sama, gambar apa yang benar?
Inilah yang disebut cara pandang atau paradigma. Tidak ada salah ataupun benar dalam cara pandang seseorang karena setiap orang bergantung dari apa yang Anda lihat akan mempengaruhi apa yang Anda lakukan dan apa yang Anda lakukan akan mempengaruhi apa yang Anda hasilkan. Hasilnya akan menguatkan cara pandang Anda terhadap apa yang Anda lihat.
Contoh lainnya, dalam kamar Anda banyak terdapat kumpulan koran yang menumpuk. Bila cara pandang Anda melihatnya sebagai sampah, maka tindakan Anda biasanya akan mengambil dan memasukkannya ke tempat sampah. Hasilnya yang Anda dapat adalah ruangan yang bersih. Namun berbeda dengan para pemulung, karena cara pandang mereka melihat kumpulan koran tersebut sebagai potensi uang, maka tindakannya adalah mengumpulkan dan menjualnya. Hasilnya adalah uang. Siapa yang benar dalam kasus di atas? Apakah Anda atau para pemulung?
Karena cara pandang setiap orang tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar maka muncullah kata sepakat. Jadi bila sudah sepakat bahwa bila melihat gambar di atas maka lihatlah gambar tikus sehingga bila orang melihat gambar di atas tersebut gambar orang tua pakai kacamata di anggap salah menurut kesepakatan yang sudah disetujui oleh banyak orang.
Itulah sebabnya seorang pakar NLP (Neuro Lingustic Programming) dalam hal ini pernah mengemukakan satu peringatan keras : “Awasi pikiranmu !”
Bila kita telaah lebih dalam sesungguhnya hanya lewat cara pandang yang positif seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik atau tidak.Orang yang memiliki cara pandang positif pada umumnya sangat alergi dengan urusan pamrih atau imbalan. Baginya,menyelesaikan pekerjaan adalah the way of life bukan how to life.
Mereka yang memiliki cara pandang demikian,apapun tugas atau pekerjaan yang di berikan akan di yakini sebagai amanah yang harus di jalankan sungguh – sungguh.
Mereka memiliki cara pandang tersendiri terhadap dunia di sekelilingnya sehingga tidak berharap orang lain perlu dan harus memandangnya.Bagi mereka,menyelesaikan pekerjaan bukan untuk dilihat oleh pimpinan dan bukan pula untuk meraih bendera kemenangan atau meraih kedudukan tertentu.
Cara pandang yang positif ini akan sangat mempengaruhi efektivitas kerja kiita.Cara pandang yang positif akan memampukan kita untuk selalu optimis memandang situasi dan kondisi yang sedang terjadi di tengah lingkungan kita.Bahkan melalui cara pandang demikian,secara tidak langsung akan mempengaruhi bagaimana kualitas hidup dan nilai hidup yang dimilikinya.Itulah sebabnya mereka yang mempunyai cara pandang positif akan memiliki willingness to do more dan memiliki watak pekerja cerdas.Individu yang memiliki cara pandang demikian juga,secara pribadi akan mampu memetakan kompetensi dan minatnya sehingga dia akan tahu dimana dan bagaimana dia berkembang.Dengan niat yang tulus,seluruh pekerjaan dapat di selesaikan dengan baik,karena dia tahu itu merupakan bagian dari hidupnya.
Cara pandang yang positif akan mempengaruhi efektivitas kerja, dan mampu membuat kita optimis dalam memandang situasi dan kondisi yang tengah terjadi di sekitar kita. Seseorang yang mempunyai carapandang positif akan memiliki willingness to do more ( keinginan untuk melakukan yang lebih baik dari yang diminta). Dengan niat yang tulus, pekeraan dapat diselesaikan dengan baik, karena ia tahu itu merupakan bagian dari kehidupannya.
Contoh lain , apabila kita membantu orang lain hanya untuk mengharapkan ridha Allah, apapun kesulitan yang dihadapi , maka semangat tetap terjaga. Menghadapi kesulitan tidak akan membuatnya meninggalkan cita-cita mereka. Sebaliknya, karena tahu bahwa kesulitan-kesulitan menjadikan pekerjaan semacam itu menjadi lebih bernilai dimata Allah, akan membuat semangat menjadi semakin besar.
Seorang hamba beriman akan merasa nyaman dan aman karena mengetahui bahwa Allah tidak akan membebani mereka lebih dari yang dapat mereka tanggung. Dalam menghadapi kesusahan , mereka ingat bahwa kejadian akan dapat iatasi, sehingga mennjadikan mereka sabar menghadapinya. Mereka berusaha bersikap berserah diri kepada Allah.
Semakin kita meningkatkan keamanan kepada Allah, maka sama saja dengan meningkat-kan kekuatan pada diri sendiri. Salah satu tanda keimanan adalah tidak kecewa terhadap apapun yang terjadi dalam kehidupan ini. Orang yang beriman selalu berpikir positif. Bukti keimanan adalah menyerahkan urusan kepada Allah, bertawakal kepada-Nya, percaya akan janji-Nya, berbaik sangka kepada-Nya dan optimis akan datangnya kemenangan dari-Nya. Ketika anda merasa tenang dan mau berpegang tegug pada Allah disetiap keadaan, tentu anda akan mendapatkan perlindungan dan pertolongan dari-Nya.
Sering kali dalam hidup ini kita menghadapi hal yang sama. Kita sudah menetapkan cara pandang kita terhadap sesuatu tanpa menyimak, meneliti terlebih dahulu. Kita sudah terburu-buru mengambil kesimpulan tanpa meneliti seluruh fakta yang ada. Yang lebih repot lagi, kita sering kali menerapkan ini pada orang, pada manusia yang kita temui.
Stephen Covey menyatakan bahwa “Ketika kita memandang permasalahan dan beban itu berasal dari diri kita,justru pada saat itu sebenarnya kitalah yang sedang bermasalah” sedangkan pepatah cina mengatakan “Dari pada mengutuki kegelapan,lebih baik ambil sebatang lilin dan nyalakan”
Allahu a'lam
Sumber : Setengah isi setengah kosong, Parlindungan Marpaung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar