Saudaraku, tentu saja kita tidak mau melakukan kegiatan ibadah sehari-hari dikatakan sebagai terpaksa karena menjalankan kewajiban dst. Namun kita bisa merasakan sendiri apakah diri kita ini beragama karena terpaksa atau karena itu memang kebutuhan hidup kita. Keterpaksaan ini umumnya disebabkan oleh ketidak-mengertian kita atau belum mengerti kita, tentang makna dan manfaat kita beribadah, seperti halnya shalat, dan bentuk peribadatan yang lain. Dan yang sering terjadi didalam diri kita, keterpaksaan dalam menjalankan ibadah sehari-hari karena kita merasa diancam dengan dosa. Kalau kita tidak menjalankan perintah-Nya, kita takut divonis masuk neraka. Nah apakah ketakutan semcam inilah yang menyebabkan kita menjadi terpkasan menjalankan Islam.
Apakah kita mau berkata jujur kepada diri sendiri, pernahkah kita justru merasa terbelenggu oleh aturan Islam dalam kehidupan kita? Kapan kita merasa terbelenggu? Mungkin kita sedang sibuk bekerja, rapat atau kegiatan lainnya, lantas saat itu berkumandang Adzan. Bagaimana reaksi kita?
Segera menyongsong adzan dengan menuju masjid, mushala , untuk sujud menghadap-Nya. Atau ah nanti saja..? atau justru merasa shalat adalah beban karena memotong kegiatan kita yang mengasyikkan itu.Contoh keterpaksaan ini banyak terjadi dalam keseharian, mulai dari menjalankan ibadah shalat, puasa, zakat, haji, dan amar makruf nahyi munkar yang lainnya.
Apakah perintah agama ini memang dibikin untuk membelenggu kita ?
Seharusnya logika yang kita tanamkan kedalam diri kita, bahwa beragama (ber-Islam) ini dimaksudkan semata-mata justru untuk kebahagiaan kehidupan kita sendiri. Bukan untuk membelenggu kita, apalagi justru memmbuat kita sempit.
Kalau kita merasa agama (islam) ini sebagai belenggu, maka kita menyadari bahwa ada yang salah dalam diri kita ini.
Bila kita renungkan, bahwa Allah mengajarkan kepada kita suatu doa kepada hamba-Nya, sebagaimana tercantum didalam Al-Qur'an Qs. Al-Fatihah : 6-7 , yang artinya ," Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang Engkau beri kenikmatan, bukannya jalan orang-orang yang engkau murkai, dan bukan jalannya orang-orang yang tersesat".
Jadi kita simpulkan bahwa agama Islam ini justrua adalah jalan untuk memberikan pembebasan kepada kita para hamba-Nya dari berbagai belenggu dalam kehidupan kita. Sehingga kenikmatan dan bebas dari belenggu akan kita raih .
Bagaimana caranya?
Yaitu menjalani agama ini dengan ke-ikhlasan, bukan dengan keterpaksaan. Apabila kita menjalaninya dengan keterpaksaan akibatnya kesia-siaan yang kita dapati. JAdi kita harus memahami secara benar tujuan kita melaksanakan perintah-Nya.
Sebagaimana Rasulullah pernah bersabda, yang artinya ," Betapa banyaknya orang yang men-jalankan puasa, tidak memperoleh makna puasa , kecuali hanya mendapat lapar dan dahaga ",
Dikiranya puasa itu hanya sekadar kewajiban untuk tidak makan, minum, tidak beraktivitas seksual. Bila kita hanya memahami itu, maka tentu benar apa yang disabdakan Rasulullah tentang tidak bernmanfaatnya puasa bagi kita.
Bila kita memahami puasa adalah sebuah proses untuk mencapai jiwa yang terkendali, alias taqwa. Maka puasa kita hayati sebagai suatu proses latihan (perang) yang sungguh-sungguh dengan target yang jelas.
Atau kita masih berpendapat bahwa shalat kita hanya untuk memenuhi kewajiban dari Allah saja. Seakan-akan Allah butuh kita sembah, sama sekali tidak.!
Bila kita tidak shalat, zakat atau tidak memenuhi perintah-Nya. Allah sama sekali tidak terganggu Kemuliaan-Nya dan Kebesaran-Nya. Seabgaimana firman-Nya, yang artinya ," Dan Musa berkata ," jika kamu dan orang-orang dibumi semuanya mengingkari (Allah), maka sesungguhnya Allah Maha KAya lagi Maha Terpuji".
Allah tidak punya kepentingan terhadap ibadah kita. Yang berkepentingan dengan ibadah justru kita sendiri. Karena taat kepada Allah dan menjauhi larangan-Nya hanya berguna dan justru membawa manfaat bagi diri kita sendiri. Dengan kata lain jika ingin selamat dan bahagia di dunia dan akhirat maka ikutilah petunjuk Allah yang diajarkan lewat Rasul-Nya . Kenapa? KArena Allah-lah pencipta kita , maka hanya Dia-lah yang mengetahui apa yang seharusnya dibutuhkan dan bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya
Allahu a'lam
Sumber Pusaran energi Ka'bah, Agus Mustofa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar