Setiap kebaikan adalah merupakan sedekah. Bahkan Rasulullah bersabda ,” Barang siapa menunaikan hajat (keperluan) saudaranya yang muslim, maka Allah SWT akan menyempurnakan tujuh puluh dua hajatnya, yang paling ringan adalah diampuni segala dosanya “ . (Kanzul ‘Ummal).
Abu Hurairah ra bertanya ,” Ya Rasulullah , sedekah manakah yang paling baik?” Rasulullah SAW menjawab ,” Sedekah yang dikeluarkan oleh seorang yang tidak mampu. Dan mulailah dari orang-orang yang menjadi tanggunganmu.” (Abu Dawud, misykat).
Seandainya ada orang yang miskin, sangat memerlukan bantuan dan tidak mempunyai apa-apa akan tetapi ia berusaha mencari nafkahnya sendiri, serta berusaha bersedekah maka sedekah itu lebih utama.
Menurut Basyar ra, ada tiga amalan yang sulit dilakukan :
1.Dermawan ketika miskin
2.taqwa dan takut kepada allah SWT ketika sendiri,
3.berkata benar dihadapan orang yang ditakuti atau diharapkan.
Firman Allah SWT, yang artinya,” ... Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka , dan mereka lebih mengutamakan (kaum muhajirin) daripada diri sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran darinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung .” (Qs al-Hasyr : 9).
Dengan sedikit saja kita ambil dari rezeki itu untuk kebaikan, dan dengan keikhlasan hati maka Allah SWT akan memberikan derajat pahala yang besar. Mengenai firman Allah ini , Rasulullah bersabda , “ Bersedekah satu dirham dapat menjadi seratus dirham dari segi pahalanya “. Jelaslah bahwa , sedekah tidak diukur hanya dari banyaknya saja , tetapi dari kesungguhan dalam bersedekah.
Ada hadits yang menyatakan bahwa ,” Sebagian orang ada yang menyedekahkan seluruh hartanya, lalu ia duduk meminta-minta kepada manusia. Sebaik-baik sedekah adalah sedekah dengan perasaan cukup “. Bersedekah tanpa perasaan cukup akan menjadi sia-sia karena tidak dapat dikatakan telah bersedekah. Perlu menjadikan perhatian kita agar apa yang kita lakukan ini menjadi kerugian.
Firman Allah SWT, yang artinya ,” Hendaklah orang yang mampu memberikan nafkah menurut kemampuannya. Dan barang siapa yang disempitkan rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari apa yang diberikan Allah SWT, kepadanya. Allah tidak membebani seseorang melainkan (sekedar kemampuan) yang diberikan Allah SWT kepadanya. Kelak, Allah SWT akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan ,”. (Qs. Ath-Thalaq : 7).
Namun , bagi kita yang lebih meyakini apa yang ada dalam genggaman Allah SWT daripada apa yang ada didalam genggamannya sendiri, maka menyedekahkan seluruh hartanya tidak menjadi masalah (diperbolehkan). Menurut ‘allamah Thabari ra, berkata ,”Inilah pendapat jumhur ulama bahwa seseorang dapat menyedekahkan seluruh hartanya dengan syarat ia tidak berutang, sanggup menahan kesusahan, dan tidak ada keluarga yang menjadi tanggungannya.Namun seandainya ada keluarga yang ditanggungnya, tetapi mereka juga memiliki kesabaran yang sama, maka men-sedekah-kan hartanya tidak menjadi masalah. Apabila salah satu dari syariat itu tidak terpenuhi, maka menyedekahkan seluruh hartanya makhruh hukumnya”. (Fathul Basri).
Hal ini dapat disimpulkan bahwa syarat mutlak dari sedekah adalah niat ikhlash dengan perasaan cukup kaya. yaitu kaya hati.
Tawakal kepada Allah SWT merupakan syarat mutlak untuk men-sedekah-kan seluruh harta. Sifat tawakah ini pernah dilakukan oleh sahabat Abu Bakar ra ketika hendak menyedekahkan seluruh hartanya di jalan Allah SWT. Sehingga Rasulullah SAW bertanya ,” Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu .”
Ia menjawab ,” Allah SWT dan Rasul-Nya”.
Sumber kutipan : Sugeng D Triswanto, Keajaiban shodaqoh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar