Sungguh mulia hamba-hamba Allah ini, mereka senantiasa bertahajud dan bersungguh-sungguh dalam melakukannya. Mereka terus berusaha dan mengikhlaskannya. Dan segera memohon ampun bila mereka disaat lemah semangatnya.
Saudaraku, mari kita bangun dalam keheningan malam dan memohon ampun kepada Allah atas kemalasan kita dan banyaknya tidur kita. Menyendirilah dalam khalwat diatas hamparan kehinaan dan penyesalan. Bangunlah dimalam hari , karena bangun malam menjadi syafaat. Sesungguhnya dalam kenikmatan tidur yang berlebihan , tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali mimpi.
Firman Allah, yang artinya ,” Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka ,” (Qs. Al-Furqaan : 64).
Inilah salah satu motivasi penggugah semangat untuk melakukan qiyamullail dan bermunajat kepada Allah. Sungguh untuk dapat memahami , maka seorang hamba harus menyelaminya, dan siapa yang merasakan maka dia akan memahami.
Mereka adalah hamba-hamba yang melalui malam harinya dengan bersujud dan berdiri menghadap tuhan-nya semata. Mereka adalah kaum yang meninggalkan tidur nyenyak untuk mendapatkan sesuatu yang lebih berharga dan lebih nikmat, yaitu sibuk menghadapkan dirinya kepada Tuhan-nya.
Ali bin Abi Tahlib dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah (Ibn Katsir) mengomentari dengan berkata tentang orang-orang yang bangun malam. ‘Ketahuilah , sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba seperti orang yang pernah melihat penghuni surga didalam surga dan melihat penghuni neraka dalam neraka dalam keadaan diazab. Mereka adalah orang-orang yang kejahatannya tertahan, hatinya terjaga, dirinya terkendali, ekinginannya ringan, bersabar. Dimalam hari mereka mengencangkan kaki , air matanya berlinang membasahi pipi, menghadap Allah dengan penuh ketundukan. Disiang hari mereka adalah ulama yang bijak dan bertaqwa.
Ahmad shalihin dalam Rahbanullail (Al ’Afani) berkata tentang orang-orang yang bertahajud pada waktu sahur, ‘Demi Allah , ada suatu kaum yang menganggap kegelapan bagaikan siang hari seperti penggembala yang mengharapkan siang untuk gembalanya. Mereka merindukan tenggelamnya matahari bagaikan burung merindukan sarangnya ketika matahari tenggelam. Jika malam tiba dan berbaur dengan malam, orang-orang itdur, keluarga berkumpul dan setiap kekasih bercengkerama dengan kekasihnya. Mereka bangun menghadap Allah , bermunajat dengan alam kalam-Nya , mengharapkan nikmat-Nya, menangis dan mengadu, antara bangun dan duduk , antara rukuk dan sujud. Demi kecintaan mereka kepada-Nya, mereka tabah menerima cobaan dan tidak mengeluh’.
Al Qusyairi dalam Lathaif Al-Isyarat, bercerita tentang orang-orang yang bangun malam, ‘Qiyamullail biasanya dilakukan oleh bermacam-macam orang,
- Orang yang menginginkan selamat, yaitu mereka orang-orang yang bermaksiat lalu ingin bertaubat.
- Orang yang berderajat tinggi, yaitu mereka orang-orang yang taat dan bergegas melakukan kebaikan,
- Orang yang ingin bermunajat dengan kekasihnya ketika orang lain dalam keadaan lalai.
Ada yang mengatakan bahwa shalat malam dilakukan oleh dua kelompok manusia,
1. Orang yang taat, dimana shalat malam adalah sarana untuk menambah kualitas amalannya
2. Orang yang bermaksiat, dimana shalat malam sebagai sarana untuk meminta ampunan dari dosa-dosanya yang lalu.
Saudaraku, shalat malam adalah anugerah Allah yang tiada terhingga, dimana saat itu adalah saat berkhalwat dengan Tuhan, taman yang hening nan indah membahagiakan jiwa, menyemangatkan raga, menyejukkan hati dan menghilangkan kesedihan. Sungguh sayang bila kita meremehkannya, mengabaikannya .
Allahu ’alam
Sumber : Kaifa tatahammasu liqiyan al-lail, Muhammad bin Shalih ash-Shai’ari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar