Ada pepatah Persia, yang menyatakan bahwa Bila anda bimbang untuk melakukan dua hal yang akan anda kerjakan dalam pandangan anda, dan anda ragu atau sulit menentukan mana yang paling benar? Maka sebaiknya anda perhatikan benar mana yang lebih sesuai dengan hawa nafsu anda, lalu tinggalkanlah itu.
Cara mengendalikan hawa nafsu adalah dengan bersabar untuk tidak melakukan maksiat dan atau dosa. Ibn Qoyyim, menyatakan bahwa Sabar adalah pertahanan akal yang paling kokoh dan agama adalah paling kuat dalam mengendalikan hawa nafsu dan keinginan syahwat.
Saudaraku, berusahalah untuk selalu instropeksi diri kita masing-masing sebelum bertindak dan berbuat. Kita perhatikan dan pertimbangkan keinginan dan niat. Karena bila seorang hamba yang mampu menghilangkan suatu keinginan sebelum mendapatkan tempat dalam hatinya, maka untuk menghilangkannya tentu akan lebih mudah. Karena tindakan dan perbuatan, bermula dari keinginan.
Al Hasan berkata, bila seorang hamba ingin bersedekah, maka hendaknya terlebih dahulu berpikir , jika sudah ikhlas karena Allah, maka dia akan melakukannya.
Dia juga mengatakan bahwa, Allah lebih menyukai hamba yang memikirkan cita-cita dan keinginannya terlebih dahulu, baru kemudian berpikir. Dan jika ia ikhlas karena Allah, maka ia akan melakukannya, jika tidak maka ia akan menahan diri. Berpikir ini dimaksudkan dalam arti untuk mencocokkan dengan al-Qur’an dan sunnah, sehingga kedua dasar itu selalu menjadi pedoman baginya.
Saudaraku, kalau seorang hamba tiada berpikir sebelum berbuat, maka hawa nafsu akan mengajaknya melakukan hal yang dia kira baik, kemudian setelah terjadi , baru tumbuh kesadaran apa yang sudah terjadi, dan ternyata merupakan dosa dan kejahatan.
Hajjaj dalam ‘uddatu ash-shabrin , menyatakan bahwa jagalah hawa nafsu, karena ia menyenangi semua hal yang buruk. Allah menyukai seorang hamba yang bisa membelenggu hawa nafsunya, dan mengarahkannya untuk melakukan ketaatan kepada Allah dan menjauhi maksiat. Saudaraku, sabar menahan diri dari yang haram tentu lebih ringan daripada sabar menahan murka-Nya.
Namun bagi kita yang sudah terlanjur memenuhi ajakan hawa nafsu dan berbuat keburukan, maka segeralah berinstropeksi , mencela diri dan bertobat kepada Allah.
Sungguh Allah Maha Pengampun, sebagaimana firman-Nya, yang artinya, “ Katakanlah, hai hamba-hamba-Ku yang melampui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang “ , (Qs. Az-Zumar : 53).
Semoga kita termasuk hamba yang ikhlas dalam mengerjakan kebaikan hanya karena Allah , dan bukan beribadah untuk selain Allah.
Allahu a’lam
Sumber : Al-Ikhlas , Dr Umar Sulaiman Abdullah al-Asygar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar