Ayat ini menjelaskan adanya keterkaitan antara shalat dan perilaku yang ditunjukkan oleh seorang muslim. Allah menjelaskan sikap seorang manusia dari sudut pandang karakter dan tabiat yang dibawanya. Shalat itu membersihkan jiwa, menyucikannya, mengkondisikan seorang hamba untuk munajat kepada Allah Swt di dunia dan taqarrub dengan-Nya di akhirat. (Jabir Al-Jazairi, 2004: 298).
Shalat sebagai salah satu bagian penting ibadah yang memiliki banyak keistimewaan. Ia tidak hanya memiliki hikmah spesifik dalam setiap gerakan dan rukunnya, namun secara umum shalat juga memiliki pengaruh drastis terhadap perkembangan kepribadian seorang muslim. Tentu saja hal itu tidak serta merta dan langsung kita dapatkan dengan instan dalam pelaksanaan shalat. Manfaatnya akan terasa bila kita melaksanakan dengan hati ikhlash dan dipenuhi rasa syukur
Shalat merupakan media komunikasi antara sang Khlalik dan hamba-Nya. Media komunikasi ini sekaligus sebagai media untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur atas segala nikmat.
Firman Allah, yang artinya ,” hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami meminta pertolongan “, (Qs. Al-Fatihah : 5).
Saudaraku, jadikanlah shalat sebagai kebutuhan kita, kebutuhan paling utama kita dan kita jauhkan ppikiran bahwa shalat adalah kewajiban. Mengapa demikian ?
Dengan sha, kita bisa berdialog dengan Allah. Kita bisa meminta,mengeluh dan mengadukan seluruh persoalan kepada-Nya. Shalat adalah kesempatan trbaik kita untuk itu.Dengn shalat , kita bisa mengeluarkan semua beban permasalahan kita, dan yakinlah Allah pasti menunjukkan jalan keluar dengan cara-Nya
Firman Allah, yang artinya ,” (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah , hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram “. (Qs. Ar-Ra’d : 28).
Shalat sebagai tiang agama, penyangga bangunan. Ia sebagai cahaya terang keyakinan, obat pelipur ragam penyakit di dalam dada dan pengendali segala problem yang membelenggu langkah-langkah kehidupan manusia. Oleh karenanya, shalat dapat mencegah perilaku keji dan munkar, menjauhkan hawa nafsu yang condong pada kejelekan untuk mencampakkannya sejauh mungkin (Asykuri, tt:137)
Ibadah Shalat yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam adalah bangunan megah indah yang memiliki sejuta ruang yang menampung semua inspirasi dan aspirasi serta ekspresi positif seseorang untuk berperilaku baik, karena perbuatan dan perkataan yang terkandung dalam shalat banyak mengandung hikmah, yang diantaranya menuntut kepada mushalli untuk meninggalkan perbuatan keji dan mungkar.
Saudaraku, harus kita hindari bahwa shalat hanya menjadi bentuk formal ritual, mulai dari takbir, ruku’, sujud, dan salam. Sebuah kombinasi gerakan fisik yang terkait dengan tatanan fikih, tanpa ada kemuan yang mendalam atau keinginan untuk memahami hakikat yang terkandung di dalam simbol-simbol shalat. Berikut ini adalah nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam proses menjalankan ibadah shalat.
- latihan kedisiplinan. Waktu pelaksanaan shalat sudah ditentukan. Hal ini melatih kita untuk berdisiplin dan sekaligus menghargai waktu. Dengan senantiasa menjaga keteraturan ibadah dengan sunguh-sungguh, manusia akan terlatih untuk berdisiplin terhadap waktu (Toto Tasmara, 2001: 81). Dari segi banyaknya aturan dalam shalat seperti syarat sahnya, tata cara pelaksanaannya maupun hal-hal yang dilarang ketika shalat, batasan-batasan ini juga melatih kedisiplinan manusia untuk taat pada peraturan, tidak menuruti keinginan pribadi semata.
- latihan kebersihan, sebelum shalat, seseorang disyaratkan untuk mensucikan dirinya terlebih dahulu, yaitu dengan berwudlu atau bertayammum. Hal ini mengandung pengertian bahwa shalat hanya boleh dikerjakan oleh orang yang suci dari segala bentuk najis dan kotoran sehingga kita diharapkan selalu berlaku bersih dan suci. Di sini, kebersihan yang dituntut bukanlah secara fisik semata, akan tetapi meliputi aspek non-fisik sehingga diharapkan orang yang terbiasa melakukan shalat akan bersih secara lahir maupun batin.
- latihan konsentrasi. Shalat melibatkan aktivitas lisan, badan, dan pikiran secara bersamaan dalam rangka menghadap ilahi. Ketika lisan mengucapkan Allahu Akbar, secara serentak tangan diangkat ke atas sebagai lambang memuliakan dan membesarkan, dan bersamaan dengan itu pula di dalam pikiran diniatkan akan shalat. Pada saat itu,. Hanya Allah Yang Maha Besar , selain Allah adalah kecil tiada berarti dan dibuang dari pikiran dan konsentrasi kita. Semua hal dipandang tidak ada kecuali hanya Allah, yang sedang disembah. Pemusatan seperti ini, yang dikerjakan secara rutin sehari lima sekali, melatih kemampuan konsentrasi pada manusia. Konsentrasi, dalam bahasa Arab disebut dengan khusyu’, dituntut untuk dapat dilakukan oleh pelaku shalat. Kekhusyukan ini sering disamakan dengan proses meditasi. Dan meditasi yang paling sempurna adalah shalat. Meditasi yang sering dilakukan oleh manusia dipercaya dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi dan mengurangi kecemasan.
- latihan sugesti kebaikan. Bacaan-bacaan di dalam shalat adalah kata-kata afirmasi yang baik yang mengandung pujian sekaligus doa kepada Allah. Memuji Allah artinya mengakui kelemahan kita sebagai manusia, sehingga melatih kita untuk senantiasa rendah hati, dan tidak sombong. Berdoa, selain bermakna nilai kerendahan hati, sekaligus juga dapat menumbuhkan sikap optimis dalam kehidupan. Ditinjau dari teori hypnosis yang menjadi landasan dari salah satu teknik terapi kejiwaan, pengucapan kata-kata (bacaan shalat) merupakan suatu proses auto sugesti, yang membuat si pelaku selalu berusaha mewujudkan apa yang telah diucapkannya tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
- latihan kebersamaan. Dalam mengerjakan shalat sangat diharapkan berjamaah (di masjid). Bila kita tinjau dari salah satu sisi, misalnya sisi psikologis, shalat berjamaah bisa memberikan aspek terapi yang sangat hebat manfaatnya, baik bersifat preventif maupun kuratif. Dengan berjamaah, seseorang dapat menghindarkan diri dari gangguan kejiwaan seperti gejala keterasingan diri. Dengan shalat berjamaah, seseorang merasa adanya kebersamaan dalam hal nasib, kedudukan, rasa derita dan senang. Tidak ada lagi perbedaan antar individu berdasarkan pangkat, kedudukan, jabatan, dan lain-lain .
Sesungguhnya, shalat yang kita dirikan itu pada hakikatnya merupakan samudera hikmah yang mencerdaskan ruhani. Shalat menunjukkan sikap batiniyah untuk mendapatkan kekuatan, kepercayaan diri, serta keberanian untuk tegak berdiri menapaki kehidupan dunia nyata melalui perilaku yang jelas, terarah, dan memberikan pengaruh pada lingkungan. Shalat bukan hanya sekedar ritual formal, namun suatu ritual yang paling tinggi dalam kehidupan kita.
Saudaraku, Allah akan senang kalau kita sebagai hamba selalu ingat kepada-Nya dalam semua kondisi baik dikala senang maupun susah. Dengan shalat , kita akan semakin yakin bahwa hanya Allah satu-satunya penolong. Siapakah yang menjadi sandaran orang yang sedang mengalami kesedihan ? Kepada siapakah seseorang yang sedang mengalami kesulitan meminta pertolongan ? siapakah tempat bergantung dan tempat meminta bagi seluruh manusia ? Jawabannya hanya satu , Dia-lah Allah, tiada tuhan melainkan Dia.
Allahu’alam
Sumber : alrasikh pada Maret 1st, 2007 , Fathurrahman Al Katitanji Mahasiswa FIAI, dan Mahasantri PPUII
Tidak ada komentar:
Posting Komentar