Rasa takutlah yang terkadang membuat kondisi atau tempat yang aman menjadi tidak aman. Rasa takutlah yang membuat kita sulit untuk melangkah, bahkan cederung untuk menghindari atau lari dari masalah yang ada dihadapan kita.
sudut pandang akupuntur,
Rasa takut berpengaruh terhadap Energi Qi organ Ginjal .Akibat ter”tekan”nya Energi Qi Api (Ming Men) organ Ginjal.. memunculkan efek rasa dingin . Dimulai dari bagian bawah jari Kelingking Kaki ke area Tulang Kuboid, keluar di tengah telapak Kaki,
Internus, naik melalui Medio-Porterior Tungkai Bawah ke bagian Medial Fosa Peplitea, terus melalui permukaan Posterio-Medial Paha ke Tuberkulum, bertemu dengan Meridian Du, kemudian masuk ke raga pada area pinggang, berhubungan dengan Ginjal, ber-Luo dengan Kandung Kemih, melewati Hati, menembus Diafragma sampai ke Paru-paru, menyusuri Trakea, hingga ke akar Lidah. Dari Paru-paru ada pula cabang yang berhubungan ke Jantung
Rasa takut yang berlarut di dalam diri dapat mengendap ke Alam Bawah Sadar kita. Mengarah ke Fobia. Pada kondisi berat, perlu dukungan pendampingan intensif beberapa elemen di luar diri.
Di batas ini rasa takut umumnya juga disertai rasa berdenging di Telinga. Yang juga dapat memunculkan rasa seolah akan jatuh/limbung, termasuk keluhan Vertigo. Telah terganggunya Daya Imbang sang raga. Ini terkait eratnya kondisi organ Telinga dengan Energi Qi organ Ginjal.
Teori lain
Rasa takut yang dialami dikendalikan oleh salah satu gen dalam tubuh . Hal ini menjelaskan mengapa manusia memiliki reaksi yang berbeda-beda dalam menikmati suatu film horor misalnya.Hasil dari penelitian Ahli psikologi Christian Montag , menyatkan bahawa Gen ini akan memengaruhi keseimbangan zat kimia yang ada dalam otak yang dikaitkan dengan kegelisahan.
Gen yang dikenal dengan nama COMT, terbagi dalam dua versi: Val158 dan Met158.- Kedua gen ini memperlemah efek sinyal kimiawi pada otak yang berkaitan dengan emosi.
Para peneliti mengukur 'respon kejut' dari 96 responden dengan perbedaan variasi gen, cara pengukuran adalah dengan meletakkan elektroda di otot mata mereka.
Hasilnya adalah, ditemukan bahwa mereka yang terlahir dengan gen ganda Met158 lebih mudah terkejut ketika melihat gambar yang 'tidak menyenangkan' jika dibandingkan dengan mereka yang memiliki gen ganda Val158.
Christian Montag, peneliti University of Bonn, Jerman, mengatakan bahwa gen Met156 hanya ditemukan dalam manusia,
Versi 'gelisah' dari gen yang ada, ternyata membantu untuk meningkatkan kemampuan bertahan manusia, karena pada saat gelisah, kewaspadaan kita meningkat.
"Hal ini merupakan keuntungan, karena lebih baik kita gelisah, dan menjadi waspada dalam lingkungan yang berbahaya, kata dr Montag.
Pikiran
Dijelaskan sebenarnya akar dari ketakutan adalah keterpisahan. Semakin kita terpisah dari hal yang kita takutkan, maka semakin takutlah kita.
Misalnya , Seseorang yang takut memaparkan presentasi di depan kelas atau pidato di depan kelas. Ia merasa khawatir bahwa pidatonya sangat buruk atau bahkan khawatir tidak bisa ngomong. Namun ketika suatu saat dia memberanikan diri untuk maju, justru dia menikmatinya.
Jalan satu-satunya untuk bisa berenang adalah kita harus terjun ke air. Bila anda takut akan suatu hal maka dekatilah ia. Berusahalan agar ia menyatu dalam diri anda, maka ketakutan itu akan sirna dan akan timbul keberanian dan cinta.
Marie Currie menyatakan bahwa,’ Dalam kehidupan ini tak ada yang perlu ditakuti, hanya perlu untuk dipahami’.
Ada yang mengatakan bahwa ketakutan adalah sahabat paling tua dalam sejarah manusia. Michael Jordan menyatakan bahawa ketakutan aalah ilusi, nemun menurut Chin Ning Chu, mantan presdir Asian Marketing Co, ketakutan adalah riil, nyata. Keduanya benar.
Apa yang membuat keduanya benar ?
Jawabnya adalah pikiran. Pikiran kitalah yang dapat membuat sesuatu itu menjadi ilusi atau nyata. Namun apapun jenis ketakutan yang anda miliki ilusi atau riil, yang perlu dilakukan adalah mengambil jarak terhadap kedua jenis ketakutan itu.
Mengambil jarak , berarti untuk menjadi seorang pengamat. Ya, menjadi pengamat menjadikan anda keleluasaan menatp langsung mata ketakutan itu dengan tanpa merasa takut.
Karena ketakutan bersumber dari pikiran, maka tugas kita adalah hanyalah mengamati pikiran kita sendiri. Kita amati ketakutan yang ada dalam pikiran kita. Dengan terus mengamatinya, maka ketakutan itu berangsur-ansur segera hilang. Dengan menjadi pengamat, bahwa ia tidak melibatkan dirinya secara fisik , mental maupun emosi dari suatu yang dia amati. Seorang pengamat hanya bermain dibelakang layar, ia tidak terjun langsung di lapangan.
Begitulah seharusnya yang kita lakukan dengan ketakutan kita. Anda hanya mengamati munculnya ketakutan itu. Amati pekerjaanya, amati sifat-sifatnya, amati pergerakannya, amati sepak terjangnya. Anda tidak perlu menilai, anda tidak perlu menghukum ataupun mengkait-kaitkan. Bila perlu kita tidak perlu memberikan pemahaman-pemahaman yang muncul dari ketakutan itu. Anda tidak perlu melibatkan apapun termasuk emosi anda dalam pengamatan itu. Tetaplah kita menjadi pengamat.Anda akan takjub melihat hasilnya, dengan benar-benar menjadi pengamat ketakutan, maka anda tidak menjadi takut lagi.
Pengelolaan ketakutan merupakan hal penting yang perlu kita perhatikan. Karena ketakutan itu berasal dari bentukan pikiran kita, maka hal yang mula-mula perlu dilakukan adalah memberesi pikiran. Dan untuk itu perlu sebuah kebiasaan. Kebiasaan kita akan membentuk pikiran kita dan dari pikiran itulah kita bertindak. Kebiasaan yang membentuk karakter kita. Sebagaimana dikatakan John Dryden, bahwa ,’pertama kita menciptakan kebiasaan, kemudian kebiasaan menciptakan kita’.
Allahu a’lam
Sumber : R.Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati, KapanLagi.com , sky.com/ari, Yusran Pora.
Rasa takut berpengaruh terhadap Energi Qi organ Ginjal .Akibat ter”tekan”nya Energi Qi Api (Ming Men) organ Ginjal.. memunculkan efek rasa dingin . Dimulai dari bagian bawah jari Kelingking Kaki ke area Tulang Kuboid, keluar di tengah telapak Kaki,
Internus, naik melalui Medio-Porterior Tungkai Bawah ke bagian Medial Fosa Peplitea, terus melalui permukaan Posterio-Medial Paha ke Tuberkulum, bertemu dengan Meridian Du, kemudian masuk ke raga pada area pinggang, berhubungan dengan Ginjal, ber-Luo dengan Kandung Kemih, melewati Hati, menembus Diafragma sampai ke Paru-paru, menyusuri Trakea, hingga ke akar Lidah. Dari Paru-paru ada pula cabang yang berhubungan ke Jantung
Rasa takut yang berlarut di dalam diri dapat mengendap ke Alam Bawah Sadar kita. Mengarah ke Fobia. Pada kondisi berat, perlu dukungan pendampingan intensif beberapa elemen di luar diri.
Di batas ini rasa takut umumnya juga disertai rasa berdenging di Telinga. Yang juga dapat memunculkan rasa seolah akan jatuh/limbung, termasuk keluhan Vertigo. Telah terganggunya Daya Imbang sang raga. Ini terkait eratnya kondisi organ Telinga dengan Energi Qi organ Ginjal.
Teori lain
Rasa takut yang dialami dikendalikan oleh salah satu gen dalam tubuh . Hal ini menjelaskan mengapa manusia memiliki reaksi yang berbeda-beda dalam menikmati suatu film horor misalnya.Hasil dari penelitian Ahli psikologi Christian Montag , menyatkan bahawa Gen ini akan memengaruhi keseimbangan zat kimia yang ada dalam otak yang dikaitkan dengan kegelisahan.
Gen yang dikenal dengan nama COMT, terbagi dalam dua versi: Val158 dan Met158.- Kedua gen ini memperlemah efek sinyal kimiawi pada otak yang berkaitan dengan emosi.
Para peneliti mengukur 'respon kejut' dari 96 responden dengan perbedaan variasi gen, cara pengukuran adalah dengan meletakkan elektroda di otot mata mereka.
Hasilnya adalah, ditemukan bahwa mereka yang terlahir dengan gen ganda Met158 lebih mudah terkejut ketika melihat gambar yang 'tidak menyenangkan' jika dibandingkan dengan mereka yang memiliki gen ganda Val158.
Christian Montag, peneliti University of Bonn, Jerman, mengatakan bahwa gen Met156 hanya ditemukan dalam manusia,
Versi 'gelisah' dari gen yang ada, ternyata membantu untuk meningkatkan kemampuan bertahan manusia, karena pada saat gelisah, kewaspadaan kita meningkat.
"Hal ini merupakan keuntungan, karena lebih baik kita gelisah, dan menjadi waspada dalam lingkungan yang berbahaya, kata dr Montag.
Pikiran
Dijelaskan sebenarnya akar dari ketakutan adalah keterpisahan. Semakin kita terpisah dari hal yang kita takutkan, maka semakin takutlah kita.
Misalnya , Seseorang yang takut memaparkan presentasi di depan kelas atau pidato di depan kelas. Ia merasa khawatir bahwa pidatonya sangat buruk atau bahkan khawatir tidak bisa ngomong. Namun ketika suatu saat dia memberanikan diri untuk maju, justru dia menikmatinya.
Jalan satu-satunya untuk bisa berenang adalah kita harus terjun ke air. Bila anda takut akan suatu hal maka dekatilah ia. Berusahalan agar ia menyatu dalam diri anda, maka ketakutan itu akan sirna dan akan timbul keberanian dan cinta.
Marie Currie menyatakan bahwa,’ Dalam kehidupan ini tak ada yang perlu ditakuti, hanya perlu untuk dipahami’.
Ada yang mengatakan bahwa ketakutan adalah sahabat paling tua dalam sejarah manusia. Michael Jordan menyatakan bahawa ketakutan aalah ilusi, nemun menurut Chin Ning Chu, mantan presdir Asian Marketing Co, ketakutan adalah riil, nyata. Keduanya benar.
Apa yang membuat keduanya benar ?
Jawabnya adalah pikiran. Pikiran kitalah yang dapat membuat sesuatu itu menjadi ilusi atau nyata. Namun apapun jenis ketakutan yang anda miliki ilusi atau riil, yang perlu dilakukan adalah mengambil jarak terhadap kedua jenis ketakutan itu.
Mengambil jarak , berarti untuk menjadi seorang pengamat. Ya, menjadi pengamat menjadikan anda keleluasaan menatp langsung mata ketakutan itu dengan tanpa merasa takut.
Karena ketakutan bersumber dari pikiran, maka tugas kita adalah hanyalah mengamati pikiran kita sendiri. Kita amati ketakutan yang ada dalam pikiran kita. Dengan terus mengamatinya, maka ketakutan itu berangsur-ansur segera hilang. Dengan menjadi pengamat, bahwa ia tidak melibatkan dirinya secara fisik , mental maupun emosi dari suatu yang dia amati. Seorang pengamat hanya bermain dibelakang layar, ia tidak terjun langsung di lapangan.
Begitulah seharusnya yang kita lakukan dengan ketakutan kita. Anda hanya mengamati munculnya ketakutan itu. Amati pekerjaanya, amati sifat-sifatnya, amati pergerakannya, amati sepak terjangnya. Anda tidak perlu menilai, anda tidak perlu menghukum ataupun mengkait-kaitkan. Bila perlu kita tidak perlu memberikan pemahaman-pemahaman yang muncul dari ketakutan itu. Anda tidak perlu melibatkan apapun termasuk emosi anda dalam pengamatan itu. Tetaplah kita menjadi pengamat.Anda akan takjub melihat hasilnya, dengan benar-benar menjadi pengamat ketakutan, maka anda tidak menjadi takut lagi.
Pengelolaan ketakutan merupakan hal penting yang perlu kita perhatikan. Karena ketakutan itu berasal dari bentukan pikiran kita, maka hal yang mula-mula perlu dilakukan adalah memberesi pikiran. Dan untuk itu perlu sebuah kebiasaan. Kebiasaan kita akan membentuk pikiran kita dan dari pikiran itulah kita bertindak. Kebiasaan yang membentuk karakter kita. Sebagaimana dikatakan John Dryden, bahwa ,’pertama kita menciptakan kebiasaan, kemudian kebiasaan menciptakan kita’.
Allahu a’lam
Sumber : R.Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati, KapanLagi.com , sky.com/ari, Yusran Pora.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar