Cinta yang paling bermanfat, yang paling tinggi, dan yang paling mulia adalah cinta kepada Dzat yang telah menjadikan hati cinta kepada-Nya dan yang menjadikan seluruh makhluk memiliki fitrah untuk meng-esakan-Nya. Illah adalah Dzat yang dicenderungi oleh hati dengan klecintaan, pengagungan, pemuliaan , penghinaan diri sendiri dihadapan-Nya, ketundukan dan peribadatan. Ibadah tidak benar kecuali hanya kepada-Nya saja. Ibadah adalah kesempurnaan cinta, ketundukan dan penghinaan diri.
Allah SWT dicintai bukan karena sesuatu yang lain. Allah SWT dicintai dari berbagai sisi. Segala sesuatu selain-Nya dicintai dalam rangka cinta kepada-Nya. Keharusan mencintai-Nya telah ditunjukkan oleh seluruh kitab yang diturunkan dan rasul yang diutus. Juga oleh fitrah, akal manusia dan nikmat yang Dia anugerahkan.
Seluruh hati diciptakan dengan tabiat cinta kepada siapa saja yang memberinya nikmat dan bersikap baik kepadanya. Maka bagaimana dengan Dzat , yang seluruh kebaikan berasal dari-Nya ? tidak ada satu nikmat pun yang dirasakan oleh makhluk kecuali berasal dari-Nya. Dia Yang Maha Tunggal. Tiada sekutu bagi-Nya.
Firman Allah SWT, yang artinya , “ Segala nikmat yang ada pada kalian berasal dari Allah. Kemudian jika kalian ditimpa kemudharatan kepada-Nya-lah kalian memohon pertolongan ,” (Qs. An-Nahl : 53).
Nama-nama-Nya yang indah, sifat-sifat-Nya yang tinggi mulia dan segala ciptaan-Nya. Semuanya menunjukkan kesempurnaan, kemuliaan dan keagungan.
Firman Allah SWT, yang artinya ,” Dan diantara manusia ada yang menjadikan makhluk sebagai saingan disamping Allah, yang mereka cintai seperti cinta mereka kepada Allah. Sedangkan orang-orang yang beriman lebih cinta kepada Allah ,” (Qs. Al-Baqarah : 165)
Firman Allah SWT yang artinya, “ Hai orang-orang yang beriman, barang siapa diantara kalian murtad dari agamanya, niscaya Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia cintai dan merekapun mencintai-Nya. Mereka lemah lembut kepada orang-orang yang beriman, keras tegas kepada orang-orang kafir, berjihad dijalan Allah dan tidak takut pada celaan orang yang mencela “. (Qs. Al-Ma’idah : 54).
Rasulullah SAW telah bersumpah bahwa seorang hamba tidak akan sempurna (dalam kesempurnaan yang wajib) keimanannya sampai mencintai beliau melebihi cintanya kepada anak, orangtua dan manusia seutuhnya. (Hr Bukhary , dalam Al-Iman I/58 dan Muslim II/15). Apabila Rasululllah SAW lebih utama kita cintai dan kita penuhi konsekuensi cinta itu daripada diri kita sendiri, tentunya Allah lebih utama lagi untuk kita cintai dan kita ibadahi.
Semua yang Allah SWT berikan kepada hamba-Nya menyeru sang hamba kepada kecintaan kepada-Nya. Anugerah, pencegahan, kesejahteraan, cobaan, keadilan, keutamaan, kebaikan, kasih sayang, maaf , kesabaran, pengabulan doa, penyingkapan kesulitan, pertolongan serta jalan keluar dari berbagai kesulitan yang Allah SWT berikan, semuanya menyeru hati untuk hanya mencintai dan beribadah kepada-Nya. Lalu bagaimana seorang hamba tidak mencintai Allah SWT, yang senantiasa berbuat baik kepadanya, meski hamba bermaksiat kepada-Nya?
Kebaikan Allah terus-menerus turun kepada hamba-Nya. Sementara hamba terus menerus melakukan kemaksiatan. Allah SWT senantiasa mengusahakan kecintaan hamba kepada-Nya, padahal Dia tidak membutuhkannya sedikitpun.
Sementara sang hamba terus-menerus mengusahakan kemurkaan Allah SWT , padahal ia sangat membutuhkan-Nya. Kebaikan Allah SWT dan limpahan rahmat-Nya tidak menghentikannya dari permbuatan maksiat. Walaupun demikian , allah SWT tidak menghentikan kebaikan-Nya kepada hamba yang bermaksiat.
Tidak ada satu makhlukpun yang saling mencintai kecuali karena salah satunya membutuhkan yang lain, atau kedua-duanya salingmembutuhkan. Sedangkan Allah SWT, Dia menuntut kecintaanmu kepada-Nya semata-mata untuk kebaikan hamba itu sendiri . Allah SWT mengajak hamba untuk bergaul dengan-Nya agar hamba itu selalu beruntung, bahkan untung yang tiada terhingga. Satu dirham dibals dengan sepuluh hingga tujuh ratus dirham atau bahkan lebih. Satu keburukan dibalas dengan satu keburukan juga, itupun merupakan sesuatu yang paling gampang untuk dihapus.
Seluruh kebutuhan hamba, bahkan seluruh kebutuhan makhluk dibumi dan di langit , ada pada-Nya.
- Dan Dialah yang paling derma, yang paling pemurah
- Dia memberi sebelum diminta, melebihi apa yang terbayangkan
- Dia mensyukuri amal yang sedikit dan menumbuhkannya
- Dia mengampuni dan menghapuskan banyak dosa,
- Semua yang ada dilangit dan dibumi memohon kepada-Nya.
- Setiap hari Dia dalam urusan. Meski begitu , mendengarkan jutaan tak terhingga permohonan tidaklah menyibukkan-Nya, juga tidak membuat-Nya keliru.
- Dia tidak risih dengan rintihan, bahkan Dia mencintai orang yang merintih dalam berdoa.
- Dia cinta jika diminta, dan murka jika tidak.
- Dia malu kepada hamba-Nya yang tidak malu kepada-Nya
- Dia menutupi dosa hamba-Nya ketika sang hamba tidak menutupinya dihadapan-Nya.
- Dia mengasihi hamba-Nya yang tidak mengasihani dirinya sendiri.
- Dia menyeru hamba-Nya dengan nikmat, kebaikan, da dukungan-Nya,kepada kemuliaan dan keridhaan-Nya.
- Ketika mereka enggan, Dia utus para rasul untukmengingatkan mereka
Dari hadits Abu Hurairah riwayat Muslim , dalam Al-Musafirin wa Qasrhruha VI/36 , Rasulullah bersabda yang artinya ,” Rab kita (Tabaraka wa Ta’ala) pada akhir setiap malam turun ke langit dunia yaitu di pertiga malam terakhir. Dia berfirman ,” Siapa yang berdoa kepada-Ku maka Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku maka Aku beri. Siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku ampuni”.
Lalu , siapa lagi yang lebih pantas dari-Nya untuk diusahakan kecintaan kepada-Nya dengan segala upaya, untuk digapai keridhaan-Nya dengan segala upaya. Bagaimana mungkin hati tidak cinta kepada yang hanya Dia yang membawa kebaikan, mengabulkan doa, memudahkan kesulitan, mengampuni kesalahan, menutupi aib, menghapuskan kesedihan, menyelamatkan yang teraniaya, dan menerima segala permintaan.
Mencintai Allah SWT adalah kehidupan bagi hati dan nutrisi bagi ruh. Tanpanya, hati tidak akan merasakan kelezatan, kenikmatan, kemenangan dan bahkan kehidupan. Bila hati kehilangan cinta ini, deritanya melebihi derita mata dikala kehilangan daya penglihatan.
Dialah yang paling berhak untuk diingat, disyukuri, diibadahi dan dipuji. Kasih sayang-Nya , melebihi kasih sayang ibu kepada anaknya. Ia lebih gembira dengan taubat seorang hamba, daripada kegembiraan seorang musafir di pada yang tandus yang kehilangan unta tunggangannya, padahal seluruh perbekalannya ada pada unta itu, sehingga ia merasakan segera binasa, namun tiba-tiba unta itu ia temukan kembali.
Dialah Raja tanpa sekutu dan Yang Esa tanpa saingan.
Sumber kutipan: Ibn Rajab Al-Hambali, Ibn Qayyim Al-Jauziyyah, Imam Al-Ghazali dalam Taskiyatun Nafs, alih bahasa Imtihan As-Syafi’i
Tidak ada komentar:
Posting Komentar