Firman Allah yang artinya “ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan “. (Qs. Al-Insyirah ; 5-6).
Dari ayat ini banyak dari kita mengatakan bahwa setelah kesulitan ada kemudahan. Sebenarnya maksud ayat diatas adalah bahwa kemudahan datang bersama dengan kesulitan dan musibah selalu membawa kemudahan. Adil Fathi Abdullah, dalam Isyriin Nasiihah lit-takhlush min al-Qalaq). Oleh karena itu tidak ada musibah yang hanya berisi kesulitan. Sama halnya, tidak ada kondisi kritis tanpa ada kemudahan
Sungguh rahmat Allah SWT yang diberikan kepada kita sangatlah besar. Oleh karena itu , setiap kali allah menurunkan bencana, maka selalu disertai keleluasaan. Dari Hadits riwayat Hr At- Tirmidzi, bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Ibnu Abbas ra, “ Ketahuilah bahwa kemenangan itu bersama dengan kesabaran, keleluasaan itu bersama dengan adanya kegelisahan dan sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan”.
Sungguh dalam gelap gulitanya waktu malam, dekat sekali dengan terbitnya fajar. Musibah yang menimpa (seorang muslim), selalu membawa pada rahmat yang banyak. Rahmat ini terkadang tidak banyak diketahui (disadari orang), hanya orang-orang yang diberkahi saja yang mengetahuinya.
Jika saja balasan bagi orang yang mendapat musibah itu hanya berupa pahal di akhirat saja, niscaya itu sudah cukup baginya. Akan tetapi, setiap musibah terjadi, selalu disertai rahmat dari Allah SWT, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Maka kita usahakan untuk dapat mencapai tingkat sabar dan ridha.
Sabda Rasulullah SAW, “ Segala sesuatu yang menimpa seorang mukmin, hingga itu hanya berupa duri yang mengenainya, Allah akan menuliskan dengan musibah itu berupa satu kebaikan baginya atau Allah akan hapuskan dengan musibah itu satu kesalahannya”. (Muttafaq alaih).
Musibah adalah merupakan penyuci dosa dan kesalahan-kesalahan. Berawal dari itulah kita wajib bersyukur kepada Allah. Dengan optimis bahwa dengan izin Allah , maka akan baik-baik saja, tidak merasa kesal dan marah atas musibah itu.
Sebagai muslim , hendaknya kita tersenyum bila menghadapi musibah dan tidak marah serta bosan dengan musibah itu karena kita mengetahui bahwa bersamaan dengan kesulitan itu ada kemudahan. Keyakinan bahwa dalam musibah ada keleluasaan. Mari kita yakinidan melihat bahwa setiap musibah yang menimpa merupakan pintu kebaikan.
Janganlah kita menggantungkan nasib dengan apa saja karena menyamakan Allah dengan sesuatu termasuk syirik tersembunyi.
Firman Allah yang artinya ,” Apabila manusia ditimpa kesusahan, dia memohon pertolongan kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya ; kemudian apabila Tuhan memberi nikmat-Nya kepadanya , lupalah dia pada kesusahan yang pernah dia berdoa kepada allah untuk menghilangkannya dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan manusia dari jalan-Nya. Katakanlah ‘Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu untuk sementara waktu ; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka ,”. (Qs. Az-Zumar : 8).
Disaat Allah sedang menguji kita dengan permasalahan-permasalahan rumit. Maka ingatlah firman Allah yang artinya ,” Maka, bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar, dan sekali-sekali janganlah orang-orang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah ) itu menggelisahkanmu “. )Qs. Ar-Rum : 60).
Yakinlah kita, bahwa apa yang dijanjikan Allah adalah benar. Doa-doa kita selama ini pasti didengar Allah yang akan segera datang dengan pertolongan yang tak terduga. Kadangkala sering terjadi bahwa pertolongan dari Allah SWT terlihat abstrak. Kita sebagai manusia tidak bisa menggambarkan bagaimana kemungkinan pertolongan yang tiba-tiba itu. Bagaimana proses nya. Kesadaran dan keyakinan pertolongan Allah ini tidak semua orang bisa menyadarinya, bahkan oleh seorang muslim yang rajin beribadah.
Firman Allah yang artinya ,” .... Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat allah melainkan kaum yang kafir”. (Qs Yusuf : 87).
Firman Allah yang artinya, “ Ibrahim berkata, ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat”. (Qs. Al-Hijr : 56).
Sumber : Adil Fathi Abdullah , Isyriin Nasiihah lit – takhlush min al-Qalaq, terjemahan oleh Faishal H Halimy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar