Imam Bukhari dlm al-Adab al-Mufrad , bhw tiap manusia adl hammam (banyak keinginan dan kehendak thd sesuatu). Setiap orang
punya keinginan yg dituju dan berupaya mencapai sesuatu itu kearahnya.
Sesuatu itu , dimana manusia ingin
mencapainya, meminta pertolongan dan berpegangan kpdnya dlm mewujudkan keinginannya itu.
Sesuatu itu adalah Allah, atau bisa juga selain-Nya. Sesuatu yg selain-Nya,
bisa : harta, pangkat, keluarga , hoby, pujian, prestise dll. Sesuatu yg selain Allah, apabila orang itu
berhasil meraihnya , mk ia akan bosan dan mencari yg lain atau yg lebih banyak. Keinginan manusia yg selalu
mencari apa yg belum diraih, belum banyak , inilah yg menjadi sumber kemelekatan.
Kemelekatan mrp rasa kepemilikan thd sesuatu benda (materi) melebihi kewajaran shg merasuk ke hati dan pikiran.
Ibn Hazm dlm Al-Akhlaq wa as-Sair, berkata, saat
anda mengejar segala hal, mk ia pasti membinasakanmu.... karena segala hal yg
anda peroleh didunia berakhir dg kesedihan, ada kalanya ia meninggalkan anda
atau anda yg meninggalkannya.
Saudaraku,
bagaimana dg kita , apakah kita adalah orang yg sudah puas dg apa yg kita
miliki atau masih menginginkan sesyatu
yg sebenarnya diluar kebutuhan ?
Ada
yang merasa belum puas , masih
menginginkan lebih banyak uang, berlibur, membeli lebih banyak barang ,
tambah rumah dan memiliki lebih banyak
pakaian menarik. Beberapa orang merasa menderita karena tidak mampu membeli apa
yg diinginkan, atau bahkan jika mereka telah memilikinya, mereka akan merasa
khawatir untuk membayar tagihan pada akhir bulan. Mereka melekat pada harta
bendanya dan merasa sedih saat hadiah yang berharga hilang atau benda
kesayangannya rusak.
Saudaraku
kemelekatan menimbulkan tersiksanya diri . Penyiksaan ini berupa penyiksaan (batin) atas pengejar dunia ( dan
aseseorisnya) dan pencintanya itu selalu mengutamakannya daripada urusan
akhirat.
Kemelekatan
juga menimbulkan ketamakan untuk mendapatkannya
(dunia dansegala aseseorisnya) ,
dimana hanya mebutuhkan energi dan akhirnya berupa kelelahan yang luar biasa ketika
mengumpulkannya. Sehingga kita tidak mendapatkan seseorang yang paling lelah,
selain orang yang menjadikan dunia sebagai tujuannya. Ia sangat tamak dengan
mengurasa segala potensi yang ada dalam dirinya untuk mendapatkannya.
Dari kemelekatan itu
menimbulkan ketamakan , dan kesedihan
dan ketakutan, sedangkan seseorang yang terbebas dari kemelekatan
dunia , tidak akan mengalami kesedihan dan ketakutan.
Sebagaimana
firman-Nya,
فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ ۚ إِنَّمَا
يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ
أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ
“Maka
janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah
menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa
mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang
mereka dalam keadaan kafir.” (Qs. At-Taubah : 55)
Dalam
Misykat al-Mashabih II, dinyatakan memang manusia punya sifat terpendam yg
tamak dan serakah, Sebagaimana Rasulullah bersabda yang artinya, Seandainya
anak Adam memiliki dua lembah emas, pasti ia berharap yang ketiga,” (Muttafaq
‘alaih).
Selama
kita menginginkan lebih banyak, lebih baik, dan hal hal yang berbeda, kita
tidak akan pernah puas dengan apa pun yang kita miliki. Maka itulah awal dari perjalanan menuju
kebinasaan.
Dan
bencana yang melanda adalah karena mereka telah menjadi hamba taghut (harta,
tahta, wanita dst) walaupun kadangkala mereka juga masih mengaku sebagai hamba
Allah. Siapapun yang hati dan pikirannya
selalu terkait, (melekat) kepada selain Allah, maka bahaya siap menerkamnya,
baik ia berhasil mendapatkan apa-apa yang ia cari ataupun justru tidak pernah
bisa meraih wujudnya.
Menurut psikoterapis Anthony De Mellow, kemelekatan
terjadi pertama-tama karena hubungan dengan sesuatu yang menimbulkan
kenikmatan. Seperti; baru mempunyai mobil, mendapatkan promosi jabata, wanita
cantik dst atau bahkan hal lain seperti ungkapan pujian, teman dekat tempat curhat,
suami atau istri nan membahagiakan hidup dan hal lainnya.
Selanjutnya , muncul hasrat dalam diri kita untuk mempertahankannya. Kita
sangat menginginkan agar emosi itu senantiasa bersama diri kita selamanya.
Tidak hanya itu. Kita pun berusaha untuk mengulangi perasaan memuaskan
yang ditimbulkan oleh barang, hal atau orang tertentu. Dan akhirnya,
terbentuklah keyakinan dalam diri kita bahwa kita tidak akan bahagia tanpa
adanya sesuatu itu.
Menurut Anthony De Mellow, kemelekatan itu terjadi dengan 3 tahap.
Pertama, hubungan mengandung kenikmatan,
kedua usaha mempertahankan, dan
ketiga keyakinan.
Kemelekatan
adalah sikap memberikan penilaian yang berlebihan pada suatu objek dan akhirnya
hati kita menempel (terikat) padanya. Dengan kata lain kita membayangkan
kualitas yang sebenarnya (secara nyata) tidak dimiliki pada orang dan
benda-benda itu , atau kita justru melebih-lebihkan dari apa yang mereka miliki.
Kemelekatan adalah pandangan tidak realistis sehingga mengakibatkan kebingungan
(irasional). Kemelekatan memberikan dasar bagi ketidakpuasan, karena sebanyak
apapun yang kita miliki, kita akan selalu mencari lebih banyak dan lebih baik.
Kemelekatan
, memunculkan keserakahan. Dan ketamakan ini akan dimanfaatkan orang lain untuk
mengeksploitasi kita. Misalnya industri memanfaatkan kemelekatan, ketamakan dan
ketidakpuasan ini, dengan iklan-iklan pakaian
model baru, peralatan model baru, gadget baru, kendaraan model baru dst. Kita
akan terus terpacu untuk mendapatkannya, walaupun itu dibayar dengan
upaya-upaya yang melelahkan yang berkelanjutan.
Padahal walaupun kita dapat membeli banyak barang, maka
barang tersebut akan segera lapuk atau rusak, atau kita harus mendapatkan lebih
banyak dan lebih baik karena semua orang telah memilikinya. Hal ini dapat
membuat kita senantiasa merasa tidak aman.
Apabila
kita makin melekat barang-barang itu,
maka lambat laun buah yang kita dapati adalah menjadikan kita bergantung kepada selain
Allah. Ibnul Qayyim dalam
Ighasatu Al-Lahfan menyajikan suatu syair..
Tiada yg lebih sengsara di dunia ini daripada
seorang pecinta,
Sekalipun menemukan manisnya hawa-nafsu
Engkau melihatnya menangis di setiap keadaan
Karena takut perpisahan atau karena kerinduan
Maka ia mengis jika jauh karena beban rindu
kepadanya
Ia juga menangis jika dekat karena takut
perpisahan
Matanya panas karena perjumpaan
Dan matanya panas pula karena perpisahan.
Kemelekatan kepada benda, pujian , pengakuan orang lain,
pangkat, wanita cantik dst menjadikan seseorang menjadi hamba hawa
nafsunya sendiri , dan ia tidak akan pergi kecuali kepada nafsunya dan tidak
akan bekerja kecuali untuk mewujudkan apa yang didorong oleh hawa nafsunya.
Itulah penjara yang sebenarnya , penjara
yang paling mengerikan.
Allahu a’lam
Sumber : At-Tawakkal
Alallah Ta’ala – Dr. Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji, Ighasatu Al-Lahfan - Ibnul Qayyim, Al-Ikhlas ;
fa’budullaha Mukhlishan lau ad-din – Prof Umar Sulaiman Abdullah al-Asyqar,
dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar