Dlm Misykat al-Mashabih II, dari Bukhari,
Rasulullah bersabda , yg artinya ,” Menyesal lah hamba dinar, menyesal lah
hamba dirham, menyesal lah hamba pakaian sutera. Ia menyesal dan menjadi hina , padahal jk duri
masuk ke dalam tubuhnya, ia tidak mampu mengeluarkannya,”
Orang yg jatuh dlm kemelekatan kpd makhluk mk
sesungguhnya ia telah menipu dirinya sendiri, dan sesuatu itu (harta , pangkat
, pengakuan dst) telah menguasai dirinya.
Ibnul Qayyim dlm Ighasatu Al-Lahfan, berkata bhw
jk seseorang mencintai sesuatu dg cinta seutuhnya shg menjadi kekasihnya , mk ia harus
bosan dgnya dan meninggalkannya. Sebab bahaya akan menimpanya jika sesuatu itu
hilang. Jika telah hilang, ia akan tersiksa dg kehilangan dan musnahnya sesuatu
itu. Jika ditemukan sesuatu, ia akan mendapatkan bahaya dan sesuatu yg
menyakitkan lebih besar drpd rasa lezatnya. Saudaraku, setiap hamba yg
mencintai sesuatu selain Allah dan demi selain Allah , mk lebih banyak bahayanya
daripada manfaatnya.
Shg semua makhluk menjadi musibah bagi
dirinya, kecuali jika demi Allah dan untuk Allah, yg demikian itu adl
kesempurnaan dan keindahan yg tiada pernah terputus bagi seorang hamba.
Firman Allah,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ
الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (Qs. Ali-Imran : 14) .
Firman Allah,
قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُم بِشَرٍّ مِّن ذَٰلِكَ مَثُوبَةً عِندَ اللَّهِ
ۚ مَن لَّعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ
وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ ۚ أُولَٰئِكَ شَرٌّ مَّكَانًا وَأَضَلُّ عَن سَوَاءِ
السَّبِيلِ
Kemelekatan kepada benda, pujian , pengakuan orang lain,
pangkat, wanita cantik dst menjadikan seseorang menjadi hamba hawa
nafsunya sendiri , dan ia tidak akan pergi kecuali kepada nafsunya dan tidak
akan bekerja kecuali untuk mewujudkan apa yang didorong oleh hawa nafsunya. Atau
dengan kata lain ia telah menuhankan hawa nafsunya sendiri.
Sebagaimana firman-Nya
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ
عَلَيْهِ وَكِيلًا
Terangkanlah
kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka
apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,
Saudaraku, upaya melepaskan diri dari penghambaan atau
kemelekatan kepada materi telah
dicontohkan oleh Nabi Ibrahim di masa
lampau. Nabi Ibrahim telah berhasil membebaskan dirinya dari penghambaan terhadap
materi (kebendaan) (berupa mencintai anaknya) , untuk kembali menuju ketaatan kepada kepada Allah SWT.
Utusan
Allah itu telah menegakkan apa yang dinamakan sebagai The Law Of Detachment (Hukum Kemerdekaan/
melepaskan kemelekatan). Yaitu
membebaskan diri dari kemelekatan dari
urusan dunia, berhala-berhala duniawi
untuk mencapai kemerdekaan diri,
jiwa, pikiran untuk tauhid kepada
Allah.
Allah
mengisahkan didalam kitab-Nya dalam kisah Ibrahim , ketika Ibrahim berkata
قَالَ أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ
"Ibrahim
berkata: 'Apakah kamu menyembahberhala-berhala yang kamu pahat itu;" – (Qs.As-Shaffat
: 95).
Adapun
berhala-berhala ini bisa berupa harta, pangkat, jabatan dst. Dan
berhala-berhala itulah sumber utama penderitaan manusia.
Nabi
Musa pun mengadu kepada Tuhan bahwa harta dan kekuasaan justru menyebabkan
kesesatan bagi manusia, sebagaimana Allah kisahkan dalam kitab-Nya,
وَقَالَ مُوسَىٰ رَبَّنَآ إِنَّكَ ءَاتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُۥ
زِينَةًۭ وَأَمْوَٰلًۭا فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا۟ عَن
سَبِيلِكَ ۖ رَبَّنَا ٱطْمِسْ عَلَىٰٓ أَمْوَٰلِهِمْ وَٱشْدُدْ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ
فَلَا يُؤْمِنُوا۟ حَتَّىٰ يَرَوُا۟ ٱلْعَذَابَ ٱلْأَلِيمَ
Musa
berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir`aun
dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia,
ya Tuhan Kami , akibatnya mereka
menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta
benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga
mereka melihat siksaan yang pedih." (Qs. Yunus : 88)
Muhammad
Fu’ad ‘Abd al-Baqiy dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an ,
menjelaskan ayat diatas bahwa harta yang dimiliki oleh fir’aun telah membawanya
kepada kesombongan, keduharkaan dan kelalaian seingga tidak mau mengakui
keesaan Allah Swt.
Dalam ayat diatas Nabi Musa mengatakan kepada Allah swt.
tentang nikmat yang melimpah ruah yang diberikan Allah kepada Firaun dan
pembesar-pembesar kaumnya seperti barang perhiasan emas, permata, pakaian
kebesaran yang mewah, kendaraan yang megah-megah serta kekayaan lainnya, namun
segala nikmat yang diberikan Allah itu justru menjadikan mereka sesat dari
jalan Allah. Bahkan mereka bertambah durhaka dan berbuat aniaya di muka bumi .
Harta pangkat jabatan , seringkali justru menjadi sumber
penderitaan, atau bisa menjadi sumber yang menyebabkan makin buruk perilakunya.
Dalam
Al-Akhlaq wa as-Sair , Ibn Hazm
dikatakan bahwa dengan menyingkirkan segala penderitaan , maka akan
tercapai kebahagiaan. Atau kebahagiaan tidak
akan terwujud kecuali dengan menyingkirkan segala derita yang terhimpun
dalam jiwa.
Tiada
sesuatupun yang bisa menghentikan segala penderitaan selain menuju Allah
sebagai sesembahannya, hingga seorang hamba mengenal dan menuju kepada-Nya,
bukan yang lain. Ketika jiwa telah menemukan jalan lurus itu , maka terwujudlah
ketenangan , kedamaian, ketenteraman dan kebahagiaan.
Sebagaimana
firman-Nya,
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا
بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Qs.
Ar-Ra’ad : 28).
Saudaraku, tiada yang bisa menarik ketenangan selaian sampai kepada Allah tuhan yang disembah, baik dalam tataran makrifat, tujuan dan kecenderungan. Dalam posisi ini seorang hamba menjadi makhluk yang merdeka bebas dari thagut, jeratan hawa nafsu syahwat, bebas dari belenggu kemelekatan terhadap benda .
Seorang bijaksana mengatakan seseorang yang hidupnya hanya ditujukan pada hal-hal yang menyenangkan (syahwat), yang inderanya tidak terkendali, yang makannya tidak mengenal batas, malas serta tidak bersemangat, maka setan akan menguasai dirinya. Anak-anak ini milikku, kekayaan ini milikku, demikianlah pikiran orang bodoh.Apabila dirinya sendiri sebenarnya bukan merupakan miliknya, bagaimana mungkin anak dan kekayaan itu menjadi miliknya?
Allahu a’lam
Sumber : At-Tawakkal
Alallah Ta’ala – Dr. Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji, Ighasatu Al-Lahfan - Ibnul Qayyim, Al-Ikhlas
; fa’budullaha Mukhlishan lau ad-din – Prof Umar Sulaiman Abdullah al-Asyqar,
dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar