Rasulullah bersabda, yg
artinya,” Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf, menyukai sifat pemaaf,” (Shahih
al-Jami’ al Shagir, 1.779). Rasulullah bersabda, yg artinya ,” Barangsiapa
memaafkan kesalahan orang lain mk Allah akan memaafkan kesalahannya pd hari
kiamat” (Hr. Ahmad no. 7122).
Forgiveness is a very
powerful healing tool. When we forgive we are choosing to release the wounds
which are continuing to hold power over us. When we hold onto old hurts,
traumatic experiences or disappointments we continue to allow our unhealthy
thought patterns or energy to control the way we live our lives and perceive
people, places and occurrences. Caroline Myss dalam Anatomy of the Spirit, berkata bhw 'the
consequence of a genuine act of forgiveness borders on the miraculous. It may
in my view, contain the energy that generates miracles themselves.'
Kita tidak pernah luput dari kesalahan. Begitu juga dengan
orang lain. Menerima kesalahan dan atau memaafkan mereka yang bersalah adalah
suatu perbuatan yang mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi. Apalagi bila
kesalahan yang dilakukannya sangat menyakitkan. Memaafkan memang bukan hal
mudah atau hal yg bisa dipaksakan. Namun kita akan lebih mudah memaafkan jika
kita menyadari bhw memaafkan jauh memberikan manfaat dari pada dendam.
Ketenangan yg diraih bukan dgn membalas , tetapi dgn memaafkan.
Forgiveness is the gift
that sets us free. It’s not about condoning or approving what has been done,
it’s about releasing yourself from the pain and the hurt of the past, and
allowing yourself to move from stuckness back into flow.
Kita mungkin berpikir
bahwa kita hanya dapat belajar dari mereka yg baik kepada kita. Padahal
sebenarnya kita dapat belajar hal yg lebih berharga dari mereka yg telah
berbuat zalim atau melukai hati kita. Dengan kejernihan hati kita bisa membaca
hikmah di balik kejadian yang menimpa kita. Karena tidak ada satu peristiwa pun
yang menimpa kecuali telah dikehendaki Allah Ta’ala.
Kita jangan hanya
terjebak menyesali dan sakit hati dengan kesalahan orang lain. Tetapi lihatlah
hikmah di balik kejadian semua itu. Memaafkan akan melapangkan jiwa dan
melunakkan hati.
Secara psikologis, memaafkan
merupakan proses menurunnya motivasi membalas dendam dan menghindari interaksi
dengan orang yang telah menyakiti sehingga cenderung mencegah seseorang
berespons destruktif dan mendorongnya bertingkah laku konstruktif dalam
hubungan sosialnya (Cullough, Worthington, Rachal, 1997).
Saudaraku, siapa
sebenarnya pihak yang akan tertimpa sakit bila tidak melakukan tindakan
memaafkan itu. Apakah orang lain juga merasakan perasaan kita yang sakit?
Jawabannya , tentu saja tidak. Semua rasa sakit itu hanya kita yang
merasakannya. Jadi buat apa menyiksa diri bila kita bisa melepaskan semua itu
dengan memaafkannya.
Sebagaimana riwayat Bukhari
dan Muslim, suatu ketika Rasulullah SAW mendapat hadiah masakan daging kambing.
Maka beliau memakannya, begitu pula para Sahabat.
Namun, beberapa saat
kemudian, beliau bersabda, “Berhentilah kalian makan, karena sungguh daging ini
beracun.“
Kemudian didatangkanlah
perempuan pengirim makanan tsb kpd Rasulullah SAW. Beliau bertanya, “Apa yang
mendorong kamu berbuat seperti ini?”
Perempuan itu menjawab,
“Saya hanya ingin mengetahui, kalau engkau benar-benar Nabi. (Jika engkau Nabi)
maka Allah akan memberitahu apa yang ada di dalam daging itu dan sekali-kali
tidak akan mencelakakanmu.”
Para Sahabat berkata, “Apakah kita akan membunuhnya?”
Para Sahabat berkata, “Apakah kita akan membunuhnya?”
Rasulullah SAW menjawab,
“Tidak.” Beliau bahkan memaafkan perempuan itu.
Memaafkan termasuk
ciri hamba Allah Azza wa Jalla yang bertakwa kepada-Nya, sebagaimana
firman-Nya.
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(Orang-orang yang bertakwa adalah)
mereka yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit dan
orang-orang yang menahan amarahnya serta (mudah) memaafkan (kesalahan) orang
lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali-Imran : 134)
Allah SWT mencintai orang yang pemaaf, dan sifat pemaaf adalah salah satu sifat yang bisa mendekatkan diri di sisi Allah dan meraih pahal adan kebaikan dari-Nya yang melimpah.
Allah SWT mencintai orang yang pemaaf, dan sifat pemaaf adalah salah satu sifat yang bisa mendekatkan diri di sisi Allah dan meraih pahal adan kebaikan dari-Nya yang melimpah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
secara khsusus menggambarkan besarnya keutamaan dan pahala sifat mudah memaafkan
di sisi Allah Azza wa Jalla dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada
saudaranya) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat)” [(R. Muslim no. 2588 dan
imam-imam lainnya)
Rasulullah bersabda, yang artinya ,”
Keutamaan yang paling utama adalah kamu menyambung orang yang telah memutusmu,
kamu memberi orang yang tidak pernah memberimu dan memaafkan orang yang
mencelamu”, (Hr. Ahmad , no. 15065)
Arti bertambahnya kemuliaan orang yang pemaaf di dunia adalah dengan dia dimuliakan dan diagungkan di hati manusian karena sifatnya yang mudah memaafkan orang lain, sedangkan di akhirat dengan besarnya ganjaran pahala dan keutamaan di sisi Allah Azza wa Jalla. (syarh Shahih Muslim 16/14 dan Tuhfatul Ahwadzi 6/1502)
Spring ( psikolog klinis dari Yale
University ), sebenarnnya memaafkan bukanlah tindakan yang bersih murni untuk
orang lain dan mengabaikan kepentingan diri sendiri. Memaafkan adalah
bagian dari proses yang dimulai ketika kita berbagi rasa sakit hati setelah
peristiwa menyakitkan berakhir dan akan berkembang begitu kita punya pengalaman
mengoreksi diri, yang membangun kembali rasa percaya dan keakraban terhadap
orang lain.
Dr Akilah El (The Natural Health and Holistic World According) , berkata
bahwa When you are learning how to forgive someone or how to
forgive yourself, it is helpful to have a road map to follow. There are many
paths that lead to forgiveness. These Steps to Forgiveness is one path that you
can use to reach your forgiveness goals.
While we may think that forgiving others
is something we do for “them” (i.e. the people that we are forgiving), we are
actually the ones who receive the greatest benefit. How? Forgiveness sets us
free as it allows us to release harbored energy, emotions and thoughts that do
not serve us.
Understanding the importance of
forgiveness and the benefits of forgiveness can help us to better comprehend
why practicing forgiveness is well worth our time. This knowledge can also
provide us the motivation that we may need in order to give ourselves the gift
of forgiveness.
Ketika
seseorang memaafkan orang yg dibenci, maka beban emosinya berkurang.
Berat-ringannya memaafkan orang itu berkaitan dengan besar-kecilnya rasa kesal
atau dendam kita kepada seseorang. Semakin dalam rasa kekesalan,kebencian, dan
permusuhan kita kepada seseorang, semakin berat kita untuk memaafkannya. Namun,
kalau kita bisa memaafkan, muncul rasa lega dan dada terasa lapang.
Allah
berfirman ,
وَلْيَعْفُوا۟ وَلْيَصْفَحُوٓا۟ ۗ
أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌۭ رَّحِيمٌ
“...dan hendaklah mereka
memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ,” (Qs. An-Nur : 22).
Sungguh balasan dari Allah sesuai
dengan jenis perbuatan hamba itu, jika ia memaafkan kesalahan orang lain, maka
Allah akan mengampuni dosa-dosanya, dan jika ia berlapang dada atas kesalahan
orang lain ,maka Allah akan menghapus dosa-dosanya.
Dalam jurnal ilmiah
“New Forgiveness Research Looks at its Effect on Others”, dinyatakan
bahwa berlimpah bukti telah menunjukkan perilaku memaafkan mendatangkan manfaat
kesehatan bagi orang yang memaafkan. Lebih jauh dari itu, penelitian terbaru
mengisyaratkan pula bahwa pengaruh memaafkan ternyata juga berimbas baik pada
kehidupan orang yang dimaafkan.
Saudaraku, kita harus
meyakini bahwa perbuatan memaafkan tersebut terutama ditujukan untuk ketenangan
jiwa kita sendiri. Worthington Jr (psikolog Virginia Commonwealth
University) dalam karya ilmiahnya, “Forgiveness in Health Research and
Medical Practice” , memaparkan dampak sikap memaafkan terhadap kesehatan
jiwa raga, dan penggunaan “obat memaafkan” dalam penanganan pasien.
Allah berfirman, yang
artinya ” Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf,
serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (Qs. Al-A’raf : 199)
Diriwayatkan
Ath-Thabari, ketika ayat ini diturunkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam (SAW) meminta penjelasan kepada Jibril tentang maksud dan
kandungannya.
Jibril kemudian menjawab,
“Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan agar engkau memaafkan, sekalipun
kepada orang yang menganiayamu (agar engkau) memberi kepada orang yang menahan
pemberiannya, dan (agar engkau) menyambung silaturrahim, meskipun kepada orang
yang sengaja memutuskannya.”
Diriwayatkan Anas bin Malik , bhw Rasulullah SAW pernah
memuji sahabat bernama Abu Dhamdham di depan para Sahabat.
“Apakah kalian mampu
berbuat seperti yang dilakukan Abu Dhamdham?” kata Rasulullah SAW.
Para Sahabat bertanya, “Apakah yg dilakukan Abu Dhamdham ya
Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Ia adalah orang yg ketika bangun pagi selalu mengucapkan doa, ‘Ya Allah, saya berikan jiwa dan nama baik saya. Jangan dicela orang yg mencela saya dan janganlah dizalimi orang yg menzalimi saya , serta jangan dipukul orang yg memukul saya,’.”
Beliau menjawab, “Ia adalah orang yg ketika bangun pagi selalu mengucapkan doa, ‘Ya Allah, saya berikan jiwa dan nama baik saya. Jangan dicela orang yg mencela saya dan janganlah dizalimi orang yg menzalimi saya , serta jangan dipukul orang yg memukul saya,’.”
Jadi, bukankah
sesungguhnya memaafkan itu suatu terapi terbaik untuk kesehatan kita sendiri?
Begitu kita memaafkan seseorang, beban berkurang, luka membaik. Bila
benci serta dendam telah hilang sama sekali dari hati kita, kehidupan menjadi
sehat dan ringan kita jalani. Orang yang memelihara kebencian dalam dirinya
seperti orang yang memelihara penyakit. Saat sedang emosi , kita
cenderung mudah melakukan tindakan-tindakan yang nantinya justru akan kita
sesali.
Imam Ibnu Qoyyim berkata: Wahai Anak Adam!. Sesungguhnya diantara Allah dan dirimu terdapat berbagai kesalahan dan dosa-dosa yang mana tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia, dan sesungguhnya engkau senang apabila Allah mengampuni (dosa-dosa tersebut) bagimu, bilamana engkau senang jika Allah mengampuni (dosa-dosa tsb) bagimu, maka maafkanlah kesalahan hamba-hamba-Nya.
Imam Ibnu Qoyyim berkata: Wahai Anak Adam!. Sesungguhnya diantara Allah dan dirimu terdapat berbagai kesalahan dan dosa-dosa yang mana tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia, dan sesungguhnya engkau senang apabila Allah mengampuni (dosa-dosa tersebut) bagimu, bilamana engkau senang jika Allah mengampuni (dosa-dosa tsb) bagimu, maka maafkanlah kesalahan hamba-hamba-Nya.
Bilamana engkau senang
jika Allah mengampuni dosa-dosamu, maka ampunilah kesalahan hamba-hambaNya,
sebab suatu balasan akan sesuai dengan jenis amal perbuatan….. jika engkau
memberikan ampunan disini maka engkau akan diampuni di sana… bila engkau dendam
di sini maka akan di balas di sana, bila engkau meminta hak disini maka dirimu
akan dituntut di sana.
Memaafkan merupakan bukti bagi kemuliaan jiwa. Dengan
membuka pintu maaf dengan ikhlas , kita akan dapat melihat hikmah dibalik
musibah. Muawiyah berkata: "Hendaklah kalian bersikap santun dan
bersabar sehingga kesempatan tersebut terbuka bagi kalian, bila aku memberikan
kekuasaan kepada kalian, maka hendaklah kalian membekali diri dengan suka
memberi maaf dan bersikap dermawan (dengan kebaikan).
Ada satu orang yang kita belum menyentuh pada
dalam proses ini dan itu adalah Anda dan praktek pengampunan diri. Jika kita
membawa sekitar dengan kita situasi atau banyak yang kita merasa kita telah
bertanggung jawab, kasar, atau marah tentang bagaimana kita berurusan dengan
situasi, kita bawa rasa bersalah. Anda kemudian dapat mulai emosional
menyalahkan diri atas situasi dan label diri dengan tag negatif seperti bodoh,
bodoh, bodoh, tidak berharga dll. Hal ini juga mungkin mulai membentuk ke lebih
serius penyalahgunaan diri seperti merugikan diri atau kecanduan. Oleh karena
itu ketika Anda memilih untuk memulai di jalan pengampunan Anda juga
benar-benar perlu mempertimbangkan bagaimana perasaan Anda tentang mengampuni
diri sendiri dan harus melepaskan blok ini untuk benar-benar pindah ke
kebahagiaan.
Kadangkala kita temui bahwa memaafkan diri sendiri itu ternyata
lebih sulit dari memaafkan orang lain. Dalam buku “Happiness Inside” , dikisahkan
bahwa ‘Meminta maaf lah dan jangan lupa
memaafkan juga orang lain.... Namun yang terpenting adalah memaafkan diri
sendiri, menyadari serta menerima bahwa semua yang terjadi adalah
sepengetahuan-Nya, dan itulah yang terbaik.
Lewis B.
Smedes berkata
bahwa To forgive is to set a
prisoner free and discover that the prisoner was you.
Laura
Silva Quesada dalam makalahnya forgiveness, Healing, and Wellness, berkata
bahwa penolakan untuk memberi pemaafan sesungguhnya sangat mahal, dan
menyakitkan. Inilah sumber energi negatif yang menyebabkan berkembanganya dendam, kebencian, dan
penyakit. Hal ini memungkinkan selalu terkait dengan mereka, dengan tindakan buruk masa lalu
untuk tetap bertahan di memori dalam
diri kita. Sebaliknya Anda tidak akan rugi sedikitpun bahkan andalah
yang pertama mendapatkan hasil dari tindakan memaafkan.
Mencoba
untuk mulai proses Memaafkan bukanlah
hal yang mudah untuk dilakukan, namun, kita
harus tetap berupaya demi kesejahteraan kita sendiri. Seluruh pengalaman
negatif, seluruh memori negatif yang
membekas dalam hati dan pikiran atau memiliki
melemahkan sistem kekebalan tubuh dalam banyak situasi seperti penyebab stres kronis, dst..
melemahkan sistem kekebalan tubuh dalam banyak situasi seperti penyebab stres kronis, dst..
Memaafkan diri sendiri bukan berarti melupakan
kejadian-kejadian maupun tindakan yang telah diperbuat di masa lalu. Memaafkan
diri sendiri tidak berarti juga menghukum dengan melampiaskan kemarahan atau
kebencian pada diri sendiri. Memaafkan diri sendiri adalah hal yang berlainan
dengan melepas tanggung jawab atas perbuatan dosa (kesalahan) yang telah kita
dilakukan.
Dalam arti yang benar adalah menyadari bahwa di masa lalu
pernah melakukan kesalahan, menerimanya sebagai sifat ketidaksempurnaan
manusia, dan menyadari sepenuhnya bahwa kita mendapatkan pelajaran atas
kesalahan tersebut, selanjutnya memohon ampun kepada Allah dan berdoa kepada
Allah untuk dihindarkan mengulai perbuatan buruk tadi dan berupaya untuk tidak
mengulanginya lagi atau bahkan menggantinya dengan perbuatan kebaikan.
Namun kadangkala kita sulit memaafkan diri kita, bukan karena
kita melakukan kesalahan atau perbuatan buruk lainnya. Dan itu sebenarnya hanya
masalah kecil atau bahkan tidak menjadi masalah, seperti kita sering mengeluh,
atau menyalahkan diri karena ada banyak kekurangan dalam diri kita, fisik kita,
kemampuan kita dst.
Saudaraku, sebenarnya kita akan selalu bisa menemukan apa
yang salah (kurang) dalam diri kita, wajah tidak seganteng/ secantik dia, hidung
pesek, gigi tidak rata, rambut jelek dst . Pasti ada saja sesuatu yang salah
dalam diri kita menurut pandangan kita. Jika memiliki hati atau pikiran yang
mencari-cari kiesalahan itu, maka kita akan menderita. Berhentilah mengeluh dan
menyakiti diri. Marilah kita memaafkan segala kekurangan diri, itulah jalan
yang paling mudah. Karena memang tiada orang yang sempurna.
Jika Anda ingin memulai proses pengampunan Anda mungkin dapat melakukan hal ini selama periode waktu ketika Anda mulai menangani masalah, kadang-kadang Anda akan mulai menyadari blok lebih dalam dan mendapatkan rasa isu-isu inti yang Anda juga mungkin ingin untuk mengatasi. Juga jika Anda merasa Anda mungkin perlu beberapa dukungan selama proses Anda silahkan mencari profesional untuk membantu Anda dengan ini seperti penyembuh energik berpengalaman dalam praktek ini atau konselor.
Seseorang dikatakan berhasil memaafkan diri sendiri jika masa
lalunya tidak lagi menimbulkan rasa sakit dan kemarahan. Ia telah berhasil
menyingkirkan beban yang selama ini selalu membuntuti hidupnya. Meskipun,
setiap kesalahan yang diperbuat akan menimbulkan bekas dan lubang, setidaknya
ia telah berhasil menambal lubang itu dengan perilaku positif. Perilaku inilah
yang akan memberi kesadaran agar tidak melakukan hal yang sama dan membebaskan
diri dari ingatan masa lalu.
Saudaraku , sungguh Allah mencintai orang-orang
yang bertaubat (tidak mengulangi perbuatan buruk) dan orang-orang yang
menyucikan diri (yang memperbaiki diri)
Sebagaimana firman-Nya ,
إِنَّ اللَّهَ
يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ....
“...Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri.” (Qs. Al-Baqarah : 222).
Adnan Tarsha dalam Maadzaa Yuhibbbullaahu ‘Azza wa Jalla wa Maadzaa , berkata bahwa Sungguh
Allah-lah yang memerintakan untuk bertobat , sebab Dia mencintai orang yang
bertobat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri. Mereka adalah
orang-orang yang kembali kepada-Nya dalam keadaan membersihkan diri dari noda
dan dosa .
Allahu a'lam
Sumber : Maadzaa Yuhibbullaahu ‘Azza
wa jalla wa Maadzaa Yubghidhu (Adnan Ath-Tharsyah, Riyadh Maktabah Obekan),
www.forgiving.org , Writing about the benefit of an
interpersonal transgression facilitates (McCullough ME, Root LM , Cohen AD) ,
Gender differences in the relationship between empathy and forgiveness
(Toussaint L, Webb Jr) , Hidayatullah.com, Luarbiasa (Andrie Wongso) ,
http://quran.insanislam.com, Caroline Myss :
Anatomy of the Spirit, Laura Silva Quesada : forgiveness,
Healing, and Wellness dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar