Barangkali kita ini terlalu banyak berpikir. Kalau bisa mereduksi proses ini dan mulai
melaksanakannya , barangkali hidup akan mengalir jauh lebih lancar. Kita seringa mengeluh atau merasa diperlakukan tidak adil . Pekerjaan menumpuk, mana yg harus dikerjakan lebih dulu , ada target waktu ini itu , wah pusing. Dalam Opening the door of your heart (Ajahn
Brahm), diulas bhw setiap manusia juga
mengalami hal ini walaupun dlm bentuk/ dimensi yg berbeda. Ia berkata , “Memikirkannya, jauh lebih berat daripada
mengerjakannya,” Bagian terberat dari
segala sesuatu dalam hidup adalah… memikirkannya. Segala sesuatu berasal dari pikiran. Apa yg
ada saat ini adalah hasil dari yg kita pikirkan sebelumnya. Bila seseorang mengedepankan pemikiran positif (husnuzh zhann), maka tindakan positif
akan dilakukanya, sebaliknya bila ia menyikapi suatu peristiwa dgn pikiran
negatif, maka perilaku negatif pula akan dikerjakannya.
Manusia memang suka berprasangka negatif, sebagaimana Firman-Nya , yg artinya ,” ... dan kamu menyangka
terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka.. “, (Qs. Al-Ahzab : 10).
Ibrahim Elfiky dalam Quwwat el-Tafkir ,menyatakan bahwa
1. persepsi merupakan awal menuju perubahan dan perubahan adalah
awal kemajuan.
2.
menyatakan bahwa
kenyataan adalah persepsi anda. Jika anda ingin mengubah kenyataan hidup anda ,
maka mulailah dengan mengubah persepsi anda.
Ulama Imam Hasan Bashri,menyatakan bahwa manusia akan sama
saja ketika sama-sama dilimpahi nikmat, namun ketika ujian datang menimpa, saat
itulah akan terjadi perbedaan.
Apa yang anda pikirkan ,anda akan percaya
Apa yang anda percaya , anda akan bertindak
Apa yang anda lakukan, maka anda akan hidup dengannya.
Syaikh Muhammad Muttawalli Al Sya’rawi ( Allah wal al-Nafs
al-Basyariyyah ), menyatakan bahwa anda
tidak akan mampu menyelesaikan masalah dengan pikiran (prasangka) . Sebab sebenranya
pikiran itu sendiri penyebab masalah
itu. Untuk menyelesaikannya , anda harus mencoba mulai mengerjakannya.
Dr. Musa Rasyid El Bahdal dalam Su'ud Bila Hudud , jadi sumber masalah
ada dalam sikap, pikiran, jiwa dan cara pandang seseorang terhadap kehidupan
ini. Apakah kita memandang kegelapan atau matahari cerah yang Allah perintahkan
untuk menyinari kita. Dengan demikian kita akan keluar dari kegelapan menuju
cahaya, dari penderitaan menuju pencerahan dan rasa percaya diri dalam
mengahadi permasalahan.
Salah satu cara untuk mengubah pola pikiran adalah dengan
mengubah persepsi terhadap suatu hal yang terjadi. Dengan melatih diri untuk
mengedalikan persepsi, maka akan tumbuh pemikiran bahwa segala sesuatu yang
terjadi pasti ada sisi baiknya, dan menjadikan setiap kejadian yang menimpa
sebagai sarana untuk instropeksi diri.
Seorang pakar psikologi, William James, menyatakan bahwa
hidupmu adalah budak dari pemikiranmu, dimana keputusan seseorang untuk
mengambil suatu tindakan adalah hasil dari persepsinya tentang suatu peristiwa.
Kita cendrung memikirkan situasi yang sedang terjadi, dalam
realitas,serta apa yang menyebabkan terjadinya situasi itu. Apabila kita jujur
menghadapi fakta bahwa kita menciptakan keadaan kita, maka dengan mudah kita
bisa menciptakan keadaan yang kita inginkan.
Kita sering persepsikan bahwa dunia (lingkungan kita)
terkesan tidak adil dan kasar kepada kita, namun sebenarnya itu tidak perlu
berpengaruh . Kita bisa bebas, bisa tidur nyenyak. Tak perlu terusik oleh oleh
kejadian- kejadian sekitar. Anda tak perlu melakukan hal yang tidak ingin anda
lakukan, anda tak perlu hidup dalam rasa frustasi atau konflik.
Apakah ini bisa atau hanya teori belaka ?
Jika kita berpikir demikian,maka itulah kesalahan awal kita.
Apabila seorang hamba berpikir demikian, maka ia berpikir negatif dan akhirnya
dia pun hanya akan berpikir dengan cara seperti itu.
Firman-Nya “ Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna
untuk mencapai kebenaran ,” (Qs. Yunus : 36)
Firman Allah, yang artinya ,” barang siapa bertaqwa
kepada Allah niscaya Dia akan menyediakan jalan keluar untuknya . Dan
memberinya rizki dari jalan yang tiada terduga “, (Qs. Al-Tahalaq : 2-3).
Semua yang terjadi diluar (kita) adalah serupa dengan yang
terjadi di dalam diri kita yaitu pikiran dan perasaanya (Charles Brodie
Patterson).
Ibrahim Elfiky dalam Quwwat a-Tafkir, bmenceritakan tentang makna
persepsi dalam sudut pandang yang
berbeda.
Diceritakan bahwa seorang geolog berkebangsaan Jepang, Profesor Yuka, berangkat ke South African
bersama dengan beberapa ilmuwan lainnya. Mereka melakukan semacam eksplorasi
atau penelitian kandungan emas atau batuan mineralmulai lainnya. Mereka bekerja mulai pagi hari hingga malam. Selama sekian hari penelitian ,mereka belum menemukan
tanda-tanda keberhasilan,akhirnya mereaka merasa lelah dan frustasi.
Akhirnya ketika hari masih sore, mereka putuskan untuk
kembali ke camp. Dalam perjaslan pulang, Yuka bertemu dengan seorang bocah pribumi sekitar 10 tahun. Bocah itu sedang bermain dengan
sebongkah batu ditangannya, sebongkah batu yang berkilau kena sinar matahari.
Yuka mendekatinya, dan menanyakan apa yang dipegangnya. Sang
bocah menjawab, ‘ tidak tahu tuan, aku menemukan batu-batu ini di tepi pantai
sana,’.
Yuka mencoba untuk membeli batu itu, dan si bocah tidak
keberatan.
‘Berapa uang yang kau minta ? tanya yuka.
‘Entahlah, terserahlah tuan, emm apa tuan punya sesuatu yang
lain ?’ kata si bocah.
‘Ya, aku punya beberapa kue dan biskuit, apa engkau mau
menerimany sebagai tambahan imbalan ?’ kata Yuka
‘Okelah tuan’, kata si bocah.
Yuka segera kembali ke camp. Dikamarnya ia mencoba untuk
meneliti batu itu. Karena tidak yakin dengan pennelitiannya, ia menelitinya
hingga puluhan kali. Akhirnya ia berkesimpulan, bahwa batu itu adalah mineral
emas murni yang bernilai jutaan dollar.
Yuka berkata, dalam hati, ‘ andai saja bocah itu mengetahui
nilai batu ini, ia tentu tidak mau menukarnya dengan harga semurah itu’.
Kisah ini adalah salah satu contoh tentang persepsi . Kisah
ini bisa diibaratkan sebagai seorang hamba yang tidakmenyadari potensi yang ada
pada dirinya yang luar biasa sebagai augerah Allah. Selama ini kita seringkali
mengeluh, menyalahkan orang lain, membandingkan kesialan diri kita dengan
keberhasilan orang lain , ini sama artinya membiarkan diri kita tertipu oleh
sesuatu yang sangat murah,sebagaimana cerita bocah tadi.
Saudaraku, jika anda berpikir positif, maka hal-hal yang
positif akan mendatangi anda,dan kesulitan-kesulitan akan manjadi lebih ringan.
Begitu sebaliknya. Ini adalah sunnatullah, hukum alam, hukum universal .
seorang pakar psikologi, Anthony Robbins bahwa sebanrany,
bukan peristiwa-peristiwa kehidupan yang membentuk kepribadian anda, namun
keyakinan terhadap makna dari suatu peristiwa. Tidak mudah memang mengubah pola
pikira , namun usaha ini akan sebanding dengan hasil yang akan kita petik.
Ya begitulah, sebuah persepsi ataupun interpretasi umumnya berawal dari sebuah
keyakinan. Ada yang menyatakan cinta itu nikmat ,namun ada yang menyatakan
sebagai penderitaan. Untuk itu jagalah pikiran-pikiran dan keyakinan terhadap
suatu peristiwa, karena disitulah awal dari persepsi atau tindakan kita.
Tengoklah suatu ungkapan umum di masyarakat, bahwa ‘yang kaya
makin kaya, dan yang miskin semakin miskin’. Pepatah ini seolah sudah merasuk
didalam hati dan ikiran masyarakat kita. Dan ini menjelaskan kepada kita
mengapa hal ini sering benar-benar terjadi dalam kehidupan keseharian.
Orang kaya makin kaya, sebab pikiran mereka selalu dipenuhi
oleh kekayaan yang dimiliki. Terlebih jika orang itu sering bersyukur atas
nikmat itu, maka secara hukum daya tarik mmenarik ia akan semakin kaya. Sedangkan
orang miskin , diperparah dengan pikirannya yang dipenuhi dengan hal-hal yang
tidak dimilikinya, dengan kata lain perasaan miskin memenuhi pikirannya
(hatinya).
Saudaraku, mari kita telusuri apa yang membuat kita
berpikiran negatif, selanjutnya perbaiki diri dan kembali berusaha maju.
Berhentilah mengeluh dan menyesali,
karena ini akan menghabiskan waktu dan energi diri. Kita teriama apa
yang telah terjadi. Selanjutnya fokus pada apa yang dapat kit amulai kerjakan .
Catatlah hal-hal positif yang ada dalah keseharian kita. Dengan begitu kita
mulai belajar bersyukur dan melihat setiap kejadian sebagai anugerah yang wajib
kita syukuri.
Kata seorang bijaksana bahwa
: Pikiran adalah
pelopor dari segala sesuatu,
pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk.
Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran murni, maka kebahagiaan akan mengikutinya, bagaikan bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya.
pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk.
Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran murni, maka kebahagiaan akan mengikutinya, bagaikan bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya.
Sumber : Opening the
door of your heart (Ajahn Brahm), Dr.
Musa Rasyid El Bahdal ( Su'ud Bila Hudud) , Syaikh Muhammad Muttawalli Al Sya’rawi ( Allah wal al-Nafs
al-Basyariyyah ), Ibrahim Elfiky (Quwwat el-Tafkir ) , dll
1 komentar:
nice article gannn
Posting Komentar