Khalil Gibran berkata bhw hanya apabila
engkau berhenti berbicara ttg kebebasan , maka engkau saat itu benar-benar
bebas.
Sesungguhnya semua makhluk diciptakan untuk
memiliki kebebasannya sendiri. Umumnya manusia yg terobsesi oleh kebebasan,
akan selalu membayangkan bahwa orang bebas adalah orang yang “Bebas untuk
Berkeinginan” atau bebas melakukan apa yang dia inginkan. Padahal sebenarnya orang
yang bebas adalah orang yang “Bebas dari
Berkeinginan”.
Artinya, orang tersebut sudah dapat
membebaskan jiwa dan pikirannya dari
segala keinginan yang membelenggu . Demikianlah, kini kita dapat menyimak diri
kita masing-masing apakah kita mengharapkan menjadi orang yang Bebas untuk Berkeinginan
atau orang yang Bebas dari
Berkeinginan?
Para orang shalih dahulu mengajarkan kita bahwa apabila keinginan
tidak terpenuhi maka akan menjadi penyebab penderitaan. Nafsu
keinginan untuk memiliki atau ingin
memenuhi, dan kita akan semakin menderita
walaupun ketika keinginan itu dapat terpenuhi. Oleh
karena itu, kebebasan dari keinginan mengarah ke kebebasan dari penderitaan.
Orang bijak lain , membedakan keinginan manusia menjadi dua jenis,
dimana satu sama lain bisa jadi berkaitan , yaitu : keinginan mengikat dan keinginan
yg tidak mengikat.
a) Dikatakan Binding desires (keinginan yang
mengikat ) adalah suatu keinginan diri dimana apabila tidak terpenuhi maka
kita akan menderita. Misalnya ketika seorang anak yg menginginkan mainan
boneka barbie warna merah , dan apabila tidak terpenuhi maka ia akan
marah. Ia tidak peduli apakah di toko mainan tidak ada, pokonya ia
menginginkan model boneka seperti itu. Ibunya tidak bisa membujuknya untuk
bisa menerimaboneka jenis lain. Ia
akan terus menderita sebelum keinginannya terpenuhi.
b) non-binding desire
( keinginan yang tidak mengikat) adalah bahwa setiap kita pasti mempunyai
keinginan , hanya saja keinginan itu tidak mengikat harus dipenuhi. Apabila
tidak sanggup terpenuhi maka ia akan mencari alternatif yang lain, atau bahkan
ia tidak begitu memikirkannya. Jika keinginan tidak terpenuhi , maka anada akan memilih alternatif
lain untuk memenuhinya tanpa berpikir lebih jauh. Karena
keinginan Anda adalah tidak mengikat, Anda tidak akan menderita bila
keinginan Anda tak terpenuhi.
Jika anda memiliki ribuan keinginan yg tidak terpenuhi, dan semua dari
semua itu tidaklah mengikat seperti keinginan untuk makan minum
secukupnya. Maka Anda akan mendapatkan kedamaian. Tapi
apabila kita , walaupun hanya memiliki satu saja keinginan mengikat, yang harus dipenuhi, maka itu sudah akan cukup untuk merampok kebahagiaan Anda dan akan membuat penderitaan.
Tokoh lain berpendapat i, Freedom from desires adalah kebebasan dari penderitaan dicapai ketika kita bebas dari semua keinginan yang mengikat, bahkan ketika kita tidak mempunyai keinginan yang tetap. Jadi Rahasia mengatasi (membatasi) keinginan agar tidak terjatuh dalam penderitaan , adalah tidak berarti menghilangkan keinginan namun bagaimana kita mengubah semua keinginan yang mengikat menjadi keinginan yang tidak mengikat.. Mencapai tataran bebas dari belenggu (nafsu) keinginan penting bagi pertumbuhan rohani. Mengapa?
Karena , walaupun bisa jadi suatu keinginan akhirnya terpenuhi, namun seringkali hal itu bisa jadi juga membuat
kita menderita , dan ketika kita menderita , ini bisa membuat orang lain ikut
menderita juga.
Ketika masih menjadi bawahan , kita menginginkan karier cepat menanjak
agar bisa meraih jabatan tertentu. Karena mengira dengan jabatan tinggi itu ,
kehidupan kita dan keluarga menjadi lebih bahagia atau lebih harmonis. Namun
apakah kenyataan itu terbukti ketika kita benar-benar telah mencapai
kedudukan itu. Dalam kondisi itu ada tuntutan tanggung jawab yang lebih berat
dibanding dulu. Waktu bersama keluarga menjadi barang langka, waktu kita
makin terikat dengan jabatan itu, tidak bisa bersantai-santai lagi.
Lalu , "Bagaimana kita bisa menjadi bebas dari keinginan?"
Sesungguhnya setiap
manusia selalu mempunyai keinginan (hawa nafsu). Seperti air sungai yang
selalu mengalir sepanjang hari yang pada suatu musim dapat meluap menjadi
banjir. Bila penduduk suatu kampung , takut rumah-rumah mereka akan tenggelam
, perkebunan mereka akan tersapu banjir. Maka solusi yg tepat bukan
menghentikan aliran sungai atau menutup sumber mata airnya, karena mustahil
bisa dilakukan. Solusi terbaik , mengarahkan atau membuat sistem pengairan
yang baik.
Saudaraku, hawa nafsu kita tak mungkin dibendung atau dihilangkan. Nafsu selalu bergejolak mencari apa yang diinginkannya dan untuk menjaga kelestariannya. Manusia tidak pantas untuk membuangnya, namun hendaknya bisa mengarahkannya menuju jalan yang mendatangkan manfaat, menyelamatkannya dari jalan yang hina menuju jalan yang baik dan terpuji. We can never satisfy all our desires. When one desire is fulfilled, another arises. Desire is frequently compared to fire. A fire is always ready to consume more fuel; it is never satisfied.
(Nafsu) Keinginan diibaratkan dengan api , dimana api selalu siap dan
menginginkan untuk mengkonsumsi lebih
banyak bahan bakar, sebarapa besar bahan bakar (kayu bakar dst) disediakan, maka ia tak pernah puas dan akan menghabiskannya. Api
tak pernah merasa cukup sebelum menghabiskan semua cadangan bahan bakar
hingga hanya tersisa abu.
Ada
banyak kondisi , dimana seseorang seorang tidak mampu mengendalikan keinginan ( hawa nafsunya ) .
Sebagaimana firman Allah, yang artinya, “ Apakah kamu tidak melihat orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya “, (Qs. Al-Furqan : 43).
Allah
telah memperingatkan , jangan sampai
menjadi hamba yang diperbudak
oleh keinginan nafsunya, sesungguhnya dia telah menjadikann hawa nafsunya
sebagai tuhannya.
Adapun
seseorang yang bisa mengendalikan keinginan (nafsunya), maka jadilah ia raja yang paling berkuasa, kenikmatan yang
disegerakan, dan mendapatkan kebebasan yang sempurna jauh dari perbudakan nafsu
keinginannya
Sometimes, we are told that we must willfully give up our desires. Some spiritual teachers and authors tell us to renounce our desires, but they rarely tell us how to do so. Suppose a person with great fondness for drinking tea decides to give up tea as a spiritual practice. All day long, he can willfully choose not to drink tea. But what would he be thinking about throughout the day? Tea! With will power, you can give up objects of desire, but will power cannot remove the desire itself. Sudah sering kita berusaha untuk sengaja melepaskan keinginan. Contoh : suatu ketika kita berupaya melepas keinginan untuk merokok hari ini. Kita bisa tahan tidak merokok pada hari itu. Namun ternyata itu hanya dalam perbuatan, sedangkan dalam pikiran kita, kita masih memikirkan bagaimana bisa merokok dangan aman, atau merokok sedikit saja, atau.... dst. Ternyata dalam pikiran kita belum bisa melepas keinginan itu. Nah keinginan yang terpendam ini juga penyebab penderitaan.
Jika kita tidak sanggup memuaskan semua keinginan kita , maka salah
satau cara yang kita gunakan adalah sengaja meninggalkan keinginan itu, atau
menghindari keinginan itu. Namun keinginan itu sebenarnya masih tersimpan
dalam memori pikiran kita. Kita tidak menyingkirkan atau menghilangkan keinginan,
namun hanya mengatasi keinginan itu.
Kalau begini bagaimana kita bisa
menjadi bebas dari keinginan?
Saudaraku, membebaskan diri dari pengaruh keinginan (nafsu kita) ,
bukanlah pekerjaan kecil dan ringan. Ini adalah usaha yang memerlukan
perjuangan sepanjang hidup , pengorbanan yang panjang dan berliku, dan sangat
membutuhkan pertolongan dan karuniaa Allah.
Saudaraku, bila kita ingin menundukkan atau mengobati hawa nafsu, maka jalan satu-satunya adalah kembali di jalan Allah
Sebagaimana firman Allah, yang artinya ,” Dan
siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa
mendapat petunjuk dari allah sedikitpun “, (Qs. Al-Qashash : 50).
Orang
yang menjadikan Allah sebagai tujuan utama dan berserah diri sepenuhnya kepada-Nya,
hidupnya di dunia dan akhirat akan dipenuhi rahmat dan karunia, dan tidak ada
sesuatu pun yang dapat mencelakakan dirinya.
Tidak mengumbar
keinginan , bisa diartikan sebagai salah satu jalan menuju zuhud, sebagaimana
Ibnu Qoyyim Al Jauziyah dalam Al Fawaid bahwa Sufyan Ats-Tsauriy , berkata bahwa Zuhud terhadap adalah pendek angan-angan, tidak mengumbar
harapan . Ahmad mengartikan zuhud sebagai tidak mengumbar harapan di dunia,
tidak gembira jika mendapatkan keduniaan, dan tidak sedih jika kehilangan
keduniaan.
Ulama
dan sastrawan Hamka , dalam Tasawuf Modern, Tasawuf :
Perkembangannya dan Pemurniannya, menyatakan bahwa zuhud diartikan sebagai
tidak ingin atau tidak demam kepada dunia, kemegahan, harta benda dan
pangkat.
Secara terminilogis ,
beliau sependapat dengan Yazid al-Bustomi sebagai tidak mempunyai apa-apa dan
tidak dipunyai oleh apa-apa. Jadi seorang yang zahid adalah orang yang
hatinya tidak terikat materi. Ada atau tidak adanya meteri adalah sama saja,
stabil dalam kehidupannya.
Allahu a’lam
|
sumber : Al-Ikhlas , Dr Umar
Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Opening the door of your heart (Ajahn
Brahm), Harun
Yahya , SOME SECRETS OF THE QUR'AN, Ibn Qayyim al-Jauzi dalam Madarijus Salikin,
Hamka
, dalam Tasawuf Modern, Tasawuf : Perkembangannya dan Pemurniannya , dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar