Rasulullah saw. bersabda,yang artinya "Senyummu di muka saudaramu adalah sedekah," dan bukan "Senyummu untuk saudaramu." Dalam hadits di atas dipakai kata "muka", kerana pada wajah terdapat banyak indra, dan ia merupakan gambaran hakiki seorang manusia. Oleh kerananya, sebuah senyuman yang tidak terlihat oleh saudara kita, tidak akan mempunyai arti dan tidak akan berkesan.
Senyuman adalah gambaran isi hati yang menggerakkan perasaan dan memancar pada wajah seperti kilatan cahaya, seakan berbicara dan memanggil, sehingga hati yang mendengar akan terpikat. Senyuman yang dibuat-buat tidaklah sama dengan senyuman yang tulus ikhlas. Senyuman yang dibuat-buat adalah sebuah kreasi seni, tak lebih dan sebuah plastik. Sedangkan senyuman yang tulus ikhlas adalah fitrah; ia ibarat bunga yang mekar di tangkamya, indah dipandang mata, dan harum baunya, yang menjadikan jiwa terlena dan bersimpati.
Mengenai hal ini Rasulullah telah mengingatkan kepada kita dengan sabdanya, yang artinya "Kamu tidak akan dapat membahagiakan orang lain dengan hartamu, tetapi yang dapat membahagiakan mereka adalah wajah yang ceria dan akhlak yang mulia."
Suatu penemuan ilmiah menyebutkan bahwa tumbuh-tumbuhan akan semakin subur manakala berada di tempat yang di situ terdapat alunan suara berirama slow, dan tumbuh-tumbuhan itu akan merasa "gembira" tatkala pemihknya menyirami-nya dengan air yang sejuk. Namun sebaliknya, tumbuhtumbuhan itu akan "menangis" tatkala ada yang meme-tik tangkai dan bunganya.
Rasulullah saw. bersabda, "Uhud adalah gunung yang mencintai kita dan kita pun mencintainya."
Jika demikian keadaan tumbuh-tumbuhan dan benda-benda padat, maka keadaan manusia yang telah diberi oleh Allah swt. nikmat berupa indra dan akal tentu lebih dari itu. Itulah rahasia yang tersimpan dalam diri manusia. Manakala ia dapat menyibak rahasia itu, Allah akan membukakan baginya penglihatan dan mata hati mereka yang lalai dan terlena dalam kemaksiatan. Dengan iman, perasaan, dan kekuatan ruhiah, Islam mengubah banyak manusia dengan sebuah perubahan yang
tidak bisa dilakukan oleh kekuatan-kekuatan materi.
Seorang da'i ataupun kita semua hendaklah merasakan nikmat iman yang tulus ikhlas, sehingga ia dapat menembus batu sekeras apa pun dan dapat menumbuhkan pepohonan meski di tengah padang pasir yang gersang. Ia akan dapat mencetak khairu ummah (umat terbaik). Kalau kita teliti, maka akan kita ketahui bahwa yang menyebabkan generasi pertama umat ini masuk Islam adalah senyuman yang tulus, pandangan yang teduh, pergaulan yang sim-patik, dan ucapan yang berkesan.
Dakwah dimulai dari Cara bertutur kata dan penampilan seorang da'i akan menarik perhatian orang yang mendengar dan melihat-nya, karena pada dasarnya jiwa manusia cenderung dan tertarik dengan penampilan yang indah dan baik. Dari sini kita bisa melihat bahwa yang dipilih sebagai personil-personil pemasaran hasil produksi adalah orang-orang yang berpenampilan menarik, di sampmg kualitas produk yang terbaik.
Pada hakikatnya, dakwah adalah menawarkan sebuah risalah dan landasan pola berpikir yang tercermin dalam akhlak, kepribadian, dan penampilan. Imam Hasan Al-Banna pernah ditanya, "Kenapa Anda tidak menyusun buku?"
Beliau menjawab, "Tugas saya bukanlah untuk menyusun buku, karena buku biasa-nya akan diletakkan di perpustakaan dan sedikit sekali orang yang mau membacanya.
Lain halnya dengan seorang muslim, ia adalah 'buku yang senantiasa terbuka' ke mana pun ia berjalan, itu adalah dakwah." Betapa banyak da'i yang tidak pandai berbicara dan berkhutbah, tetapi dengan rahmat Allah banyak mad'u yang berdiri di sampingnya. Ini disebabkan oleh getaran jiwa, pantulan wajah, kelembutan perasaan, penampilan yang simpatik, ditambah lagi dengan keimanan yang mendalam (al-iman al-amiq), serta pemahaman yang rinci dan syamil (al-fahmu addaqiq) yang dimiliki oleh seorang da'i.
Allahu a'lam
Sumber : At-Thariq ilal Quluab, Abbas as Siisi ,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar