Saudaraku, perhatikanlah sekitar kita , tidakkah Anda menyaksikan betapa banyaknya orang yang sedang mendapat cobaan, dan betapa banyaknya orang yang sedang tertimpa bencana? Telusurilah, di setiap rumah pasti ada yang merintih, dan setiap pipi pasti pernah basah oleh air mata. Sesungguhnya deraan ujian adalah sesuatu yang mesti dihadapi oleh semua insan yang beriman. Karena dengan ujian itulah akan menjadi jelas; siapa yang jujur dan siapa yang dusta. Dengan ujian tersebut akan terlihat kualitas keimanan seorang hamba.
Sungguh, betapa banyaknya penderitaan yang terjadi, dan betapa banyak pula orang-orang yang sabar menghadapinya. Maka Anda bukan hanya satu-satunya orang yang mendapat cobaan. Bahkan, mungkin saja penderitaan atau cobaan kita tidak seberapa bila dibandingkan dengan cobaan orang lain. Berapa banyak di dunia ini orang yang terbaring sakit di atas ranjang selama bertahun-tahun dan hanya mampu membolak-balikkan badannya, lalu merintih kesakitan dan menjerit menahan nyeri.
Saudaraku, hidup adalah ujian. Kita harus menyadari bahwa kehidupanini adalah sekumpulan masalah.
Siapapun orangnya , setinggi apapun jabatannya, sekaya apapun hartany, dimana pun dan kapanpun akan menemui masalah. Ada karakter yang khas dari masalah yaitu semakin tinggi kedudukan semakin tinggi pula masalah yang akan dihadapi. Seperti halny asuatu sekolah makin tinggi tingkatannya maka makin sulit ujiannya. Janganlah membenci masalah karana masalaha akan selalu menghadang. Setiap orang pasti pernah mengalami masa-masa sulit. Setiap orang pasti akan merasakan susah. Muslim atau bukan. Jadi janganlah berkhayal bahwa kita akan bisa terbebas dari kesusahan dan cobaan. Memang cobaan bertentangan dengan angan-angan dan kesenangan.
Kini, sudah tiba waktu Anda untuk memandang diri Anda mulia bersama mereka yang terkena musibah dan mendapat cobaan. Sudah tiba pula waktu Anda untuk menyadari bahwasanya kehidupan di dunia ini merupakan penjara bagi orang-orang mukmin dan tempat kesusahan dan cobaan.
Ujian justru akan mengangkat derajad orang-orang shalih . Said bin Abi Waqqash berkata ," aku pernah bertanya ," Wahai Rasulullah , siapakah orang yang paling berat cobaannya?". Rasulullah menjawab , yang artinya ," Para Nabi , kemudian orang-orang shalih, kemudian yang sedudah mereka secara berturut turut menurut tingkat keshalihannya. Seseorang akan diberi ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat , akan ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya , akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikitpun," (Hr Bukhari)
Saudaraku, sebaiknya Anda mempersiapkan diri sebagaimana kesiapan seekor unta berpengalaman yang akan mengiringi Anda menyeberangi padang sahara. Bandingkan penderitaan Anda dengan penderitaan orang-orang di sekitar Anda dan orang-orang sebelum Anda, niscaya Anda akan sadar bahwa Anda sebenarnya lebih beruntung dibanding mereka. Bahkan, Anda akan merasakan bahwa penderitaan Anda itu hanyalah duri-duri kecil yang tak ada artinya.
Maka, panjatkan segala pujian kepada Allah atas semua kebaikan-Nya itu, bersyukurlah kepada-Nya atas semua yang diberikan kepada Anda, bersabarlah atas semua yang diambil-Nya, dan yakinilah kemuliaan Anda bersama orang-orang menderita di sekitar Anda.
Banyak suri tauladan Rasulullah s.a.w. yang perlu Anda contob. Syahdan, beliau pernah dilempar kotoran unta oleh orang-orang kafir Makkah, kedua kakinya dicederai dan wajahnya mereka lukai. Dikepung dalam suatu kaum beberapa lama hingga beliau hanya dapat makan dedaunan apa adanya saja, diusir dari Makkah, dipukul gerahamnya hingga retak, dicemarkan kehormatan isterinya, tujuh puluh sahabatnya terbunuh, dan seorang putera serta sebagian besar puterinya meninggal dunia pada saat beliau sedang senang-senangnya membelai mereka. Bahkan, karena berlalu laparnya, beliau pernah mengikatkan batu di perutnya untuk menahan lapar.
Beliau pernah dituduh sebagai seorang penyair (bukan penyampai wahyu Allah), dukun, orang gila dan pembohong. Namun, Allah melindunginya dari semua itu. Dan semua hal tadi merupakan cobaan yang harus beliau hadapi dan penyucian jiwa yang tiada tara dan tandingannya. Sebelum itu, Nabi Zakariya dibunuh kaumnya, Nabi Yahya digergaji kepalanyal, Nabi Musa diusir dan dikejar-kejar, dan Ibrahim dibakar. Cobaan-cobaan itu juga menimpa para khalifah dan pemimpin kita; Umar r.a. dilumuri dengan darahnya sendiri, Utsman dibunuh diam-diam, dan Ali ditikam dari belakang. Dan masih banyak lagi para pemimpin kita yang juga harus menerima punggungnya penuh bekas cambukan, dijebloskan ke dalam penjara, dan juga dibuang ke negari lain.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang'orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)." (QS. Al-Baqarah: 214)
Seringkali ujian juga datang dari lingkungan sekitar kita. Kita tidak kuasa untuk memilih lingkungan yang selalu beriringan dengan keinginan kita. Bahkan lingkungan sekitar sangat berpengaruh pada keteguhan seseorang dalam menjalankan ajaran agamanya. Seorang yang tinggal di lingkungan yang baik biasanya lebih mudah untuk beramal Shalih dibanding orang yang tinggal di lingkungan yang rusak.
Namun, bagi anda yang terpaksa harus tinggal pada lingkungan yang buruk, selagi anda masih bisa beramal shalih, apalagi menjadi pintu kebaikan bagi orang lain, maka tetap bersabar dan terus berda’wah adalah yang jalan yang terbaik bagi anda. Karena sesungguhnya seorang mukmin yang berbaur dengan masyarakat dan bersabar terhadap gangguan mereka lebih baik daripada seorang mu’min yang tidak berbaur dengan masya-rakat dan tidak sabar terhadap gangguan mereka .
Bila memang demikian keadaannya, maka sering-seringlah engkau hadirkan dalam hatimu bahwa pahala yang besar disisi Allah subhanahu wata’ala telah menanti. Sesungguhnya besarnya pahala yang akan diperoleh sesuai dengan jerih-payah yang didapatkan dalam mengamalkan kebaikan!
Abu Umayyah asy Sya’baaniy bercerita: “Aku pernah bertanya kepada Abu Tsa’labah al Khusyaniy. Aku berkata: “Wahai Abu Tsa’labah, bagaimana pendapatmu mengenai ayat ini:
عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ
“…jagalah dirimu…”
Abu Tsa’labah ra menjawab: “Ketahuilah sesungguhnya aku telah bertanya mengenai ayat ini kepada seorang yang benar-benar memahaminya; aku telah bertanya kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam,
lantas beliau bersabda, yang artinya , “Justru sebaliknya! Hendaklah kalian saling meme-rintahkan kepada kebaikan dan saling melarang dari kemungkaran! Sampai bilamana kalian telah melihat sifat kikir yang diikuti, nafsu durjana yang diperturutkan, gelamor dunia yang diutamakan serta masing-masing orang merasa bangga dengan pendapatnya, maka jagalah dirimu sendiri dan tinggalkanlah mayoritas orang yang ada, karena sesungguhnya dibelakang kalian nanti akan datang hari-hari kesabaran; pada saat itu (orang yang komitmen diatas Sunnah) bagaikan (orang yang) menggenggam bara api. Orang yang mengamalkan (kebaikan) pada mereka (akan diberi ganjaran pahala) sebagaimana ganjaran pahala lima puluh orang yang mengamalkan (kebaikan) seperti amalannya”.
Dalam riwayat yang lain terdapat tambahan:
“Seorang sahabat bertanya: “Ya Rasulullah! pahala lima puluh orang dari mereka?”.
Rasulullah SAW menjawab: “Sebasar pahala lima puluh orang dari kalian”.
Saudaraku teruslah maju, sabarlah dang bersyukurlah . Yakinlah Allah tidak akan memberikan masalah yang tidak sanggup dipikul oleh hambanya. Besarnya masalah yang menimpa seorang hamba setara dengan kemampuannya.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya " Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala yang diusahakannya dan mendapat siksa yang dikerjakannya," (Qs. Al-Baqarah : 286).
Allahu a'lam
Sumber : La Tahzan. .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar