Firman Allah SWT , yang artinya “Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu-bapakku dan untuk mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai , dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu kedalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih, (Qs An-Naml : 19).
Bersyukur memang mensyaratkan sebuah kesadaran tentang betapa luas rahmat Allah SWT. Kita harus berusaha membiasakan diri untuk memiliki kesadaran tersebut, untuk menhindari dari kekeliruan atau kekurang tepatan penerapan kalimat sykur.
Kita sudah dan sering mengucapkan alhamdulillah , namun kadang perbuatan kita masih diliputi dengan ketamakan, egoisme, menganiaya orang lain, atau bisa juga perbuatan kita sudah mendekati baik, namun masih saja berkeluh kesah, marah atau sebagainya. Kita harus selalu berupaya mendekatkan diri kepada Allah SWT dan berdoa meminta bimbingan –Nya agar menjadi hamba-hamba yang pandai bersyukur. Kita pupuk terus rasa syukur kita dalam jiwa. Hal ini dikatakan sebagai jalan terbaik untuk menghindarakn diri dari kejahatan diri.
Pesan Allah dalam firman-Nya, yang artinya ,” ..... Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mesyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu-bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridhai ; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak-cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri “, (Qs. Al-Ahqaaf : 15).
Dengan berdoa syukur diatas , bersyukur , sebenarnya kita sedang meng-internaslisasi-kan rasa syukur kita kebawah sadar.
Inilah yang dikatakan sebagai afrimasi sebagaimana dikembangkan dalam pelatihan-pelatihan motivasi , pengembangan diri kemudian menyuntikkan ungkapan-ungkapan positif ke dalam diri.
Doa adalah salah satu bentuk afirmasi yang terbaik. Rasulullah selalu menganjurkan untuk mengulang-ulang doa maupun tilawah Al-Qur’an. Didalam doa kita didalam shalat kita . Dengan doa dan bacaan Al-Qur’an sebagaimana yang diajarkan Rasulullah , anda akan membuktikan kekuatannya pada diri anda.
Dari riwayat hadits Bukhari, Rasulullah bersabda, yang artinya, “Lihatlah orang yang dibawah kalian dan janganlah kalian melihat orang yang diatas kalian. Karena sesungguhnya itu lebih pantas, agar kalian tidak memandang rendah atas nikmat Allah yang diberikan kepada kalian”.
Dengan semakin sering kita mengulang doa syukur, maka makin kuatlah tertanam di alam bawah sadar kita. Syukur akan senantiasa berpijar menerangi kalbu dan tindakan kita. Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang pandai dan selalu bersyukur atas nikmat-Nya.
Allahu a'lam
Sumber : Rusdin SR, Ummu alifm , Inilah Rahasia Bersukur.
Jumat, 20 Mei 2011
Sabarlah, karena ujian akan terus ada
Saudaraku, perhatikanlah sekitar kita , tidakkah Anda menyaksikan betapa banyaknya orang yang sedang mendapat cobaan, dan betapa banyaknya orang yang sedang tertimpa bencana? Telusurilah, di setiap rumah pasti ada yang merintih, dan setiap pipi pasti pernah basah oleh air mata. Sesungguhnya deraan ujian adalah sesuatu yang mesti dihadapi oleh semua insan yang beriman. Karena dengan ujian itulah akan menjadi jelas; siapa yang jujur dan siapa yang dusta. Dengan ujian tersebut akan terlihat kualitas keimanan seorang hamba.
Sungguh, betapa banyaknya penderitaan yang terjadi, dan betapa banyak pula orang-orang yang sabar menghadapinya. Maka Anda bukan hanya satu-satunya orang yang mendapat cobaan. Bahkan, mungkin saja penderitaan atau cobaan kita tidak seberapa bila dibandingkan dengan cobaan orang lain. Berapa banyak di dunia ini orang yang terbaring sakit di atas ranjang selama bertahun-tahun dan hanya mampu membolak-balikkan badannya, lalu merintih kesakitan dan menjerit menahan nyeri.
Saudaraku, hidup adalah ujian. Kita harus menyadari bahwa kehidupanini adalah sekumpulan masalah.
Siapapun orangnya , setinggi apapun jabatannya, sekaya apapun hartany, dimana pun dan kapanpun akan menemui masalah. Ada karakter yang khas dari masalah yaitu semakin tinggi kedudukan semakin tinggi pula masalah yang akan dihadapi. Seperti halny asuatu sekolah makin tinggi tingkatannya maka makin sulit ujiannya. Janganlah membenci masalah karana masalaha akan selalu menghadang. Setiap orang pasti pernah mengalami masa-masa sulit. Setiap orang pasti akan merasakan susah. Muslim atau bukan. Jadi janganlah berkhayal bahwa kita akan bisa terbebas dari kesusahan dan cobaan. Memang cobaan bertentangan dengan angan-angan dan kesenangan.
Kini, sudah tiba waktu Anda untuk memandang diri Anda mulia bersama mereka yang terkena musibah dan mendapat cobaan. Sudah tiba pula waktu Anda untuk menyadari bahwasanya kehidupan di dunia ini merupakan penjara bagi orang-orang mukmin dan tempat kesusahan dan cobaan.
Ujian justru akan mengangkat derajad orang-orang shalih . Said bin Abi Waqqash berkata ," aku pernah bertanya ," Wahai Rasulullah , siapakah orang yang paling berat cobaannya?". Rasulullah menjawab , yang artinya ," Para Nabi , kemudian orang-orang shalih, kemudian yang sedudah mereka secara berturut turut menurut tingkat keshalihannya. Seseorang akan diberi ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat , akan ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya , akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikitpun," (Hr Bukhari)
Saudaraku, sebaiknya Anda mempersiapkan diri sebagaimana kesiapan seekor unta berpengalaman yang akan mengiringi Anda menyeberangi padang sahara. Bandingkan penderitaan Anda dengan penderitaan orang-orang di sekitar Anda dan orang-orang sebelum Anda, niscaya Anda akan sadar bahwa Anda sebenarnya lebih beruntung dibanding mereka. Bahkan, Anda akan merasakan bahwa penderitaan Anda itu hanyalah duri-duri kecil yang tak ada artinya.
Maka, panjatkan segala pujian kepada Allah atas semua kebaikan-Nya itu, bersyukurlah kepada-Nya atas semua yang diberikan kepada Anda, bersabarlah atas semua yang diambil-Nya, dan yakinilah kemuliaan Anda bersama orang-orang menderita di sekitar Anda.
Banyak suri tauladan Rasulullah s.a.w. yang perlu Anda contob. Syahdan, beliau pernah dilempar kotoran unta oleh orang-orang kafir Makkah, kedua kakinya dicederai dan wajahnya mereka lukai. Dikepung dalam suatu kaum beberapa lama hingga beliau hanya dapat makan dedaunan apa adanya saja, diusir dari Makkah, dipukul gerahamnya hingga retak, dicemarkan kehormatan isterinya, tujuh puluh sahabatnya terbunuh, dan seorang putera serta sebagian besar puterinya meninggal dunia pada saat beliau sedang senang-senangnya membelai mereka. Bahkan, karena berlalu laparnya, beliau pernah mengikatkan batu di perutnya untuk menahan lapar.
Beliau pernah dituduh sebagai seorang penyair (bukan penyampai wahyu Allah), dukun, orang gila dan pembohong. Namun, Allah melindunginya dari semua itu. Dan semua hal tadi merupakan cobaan yang harus beliau hadapi dan penyucian jiwa yang tiada tara dan tandingannya. Sebelum itu, Nabi Zakariya dibunuh kaumnya, Nabi Yahya digergaji kepalanyal, Nabi Musa diusir dan dikejar-kejar, dan Ibrahim dibakar. Cobaan-cobaan itu juga menimpa para khalifah dan pemimpin kita; Umar r.a. dilumuri dengan darahnya sendiri, Utsman dibunuh diam-diam, dan Ali ditikam dari belakang. Dan masih banyak lagi para pemimpin kita yang juga harus menerima punggungnya penuh bekas cambukan, dijebloskan ke dalam penjara, dan juga dibuang ke negari lain.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang'orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)." (QS. Al-Baqarah: 214)
Seringkali ujian juga datang dari lingkungan sekitar kita. Kita tidak kuasa untuk memilih lingkungan yang selalu beriringan dengan keinginan kita. Bahkan lingkungan sekitar sangat berpengaruh pada keteguhan seseorang dalam menjalankan ajaran agamanya. Seorang yang tinggal di lingkungan yang baik biasanya lebih mudah untuk beramal Shalih dibanding orang yang tinggal di lingkungan yang rusak.
Namun, bagi anda yang terpaksa harus tinggal pada lingkungan yang buruk, selagi anda masih bisa beramal shalih, apalagi menjadi pintu kebaikan bagi orang lain, maka tetap bersabar dan terus berda’wah adalah yang jalan yang terbaik bagi anda. Karena sesungguhnya seorang mukmin yang berbaur dengan masyarakat dan bersabar terhadap gangguan mereka lebih baik daripada seorang mu’min yang tidak berbaur dengan masya-rakat dan tidak sabar terhadap gangguan mereka .
Bila memang demikian keadaannya, maka sering-seringlah engkau hadirkan dalam hatimu bahwa pahala yang besar disisi Allah subhanahu wata’ala telah menanti. Sesungguhnya besarnya pahala yang akan diperoleh sesuai dengan jerih-payah yang didapatkan dalam mengamalkan kebaikan!
Abu Umayyah asy Sya’baaniy bercerita: “Aku pernah bertanya kepada Abu Tsa’labah al Khusyaniy. Aku berkata: “Wahai Abu Tsa’labah, bagaimana pendapatmu mengenai ayat ini:
عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ
“…jagalah dirimu…”
Abu Tsa’labah ra menjawab: “Ketahuilah sesungguhnya aku telah bertanya mengenai ayat ini kepada seorang yang benar-benar memahaminya; aku telah bertanya kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam,
lantas beliau bersabda, yang artinya , “Justru sebaliknya! Hendaklah kalian saling meme-rintahkan kepada kebaikan dan saling melarang dari kemungkaran! Sampai bilamana kalian telah melihat sifat kikir yang diikuti, nafsu durjana yang diperturutkan, gelamor dunia yang diutamakan serta masing-masing orang merasa bangga dengan pendapatnya, maka jagalah dirimu sendiri dan tinggalkanlah mayoritas orang yang ada, karena sesungguhnya dibelakang kalian nanti akan datang hari-hari kesabaran; pada saat itu (orang yang komitmen diatas Sunnah) bagaikan (orang yang) menggenggam bara api. Orang yang mengamalkan (kebaikan) pada mereka (akan diberi ganjaran pahala) sebagaimana ganjaran pahala lima puluh orang yang mengamalkan (kebaikan) seperti amalannya”.
Dalam riwayat yang lain terdapat tambahan:
“Seorang sahabat bertanya: “Ya Rasulullah! pahala lima puluh orang dari mereka?”.
Rasulullah SAW menjawab: “Sebasar pahala lima puluh orang dari kalian”.
Saudaraku teruslah maju, sabarlah dang bersyukurlah . Yakinlah Allah tidak akan memberikan masalah yang tidak sanggup dipikul oleh hambanya. Besarnya masalah yang menimpa seorang hamba setara dengan kemampuannya.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya " Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala yang diusahakannya dan mendapat siksa yang dikerjakannya," (Qs. Al-Baqarah : 286).
Allahu a'lam
Sumber : La Tahzan. .
Sungguh, betapa banyaknya penderitaan yang terjadi, dan betapa banyak pula orang-orang yang sabar menghadapinya. Maka Anda bukan hanya satu-satunya orang yang mendapat cobaan. Bahkan, mungkin saja penderitaan atau cobaan kita tidak seberapa bila dibandingkan dengan cobaan orang lain. Berapa banyak di dunia ini orang yang terbaring sakit di atas ranjang selama bertahun-tahun dan hanya mampu membolak-balikkan badannya, lalu merintih kesakitan dan menjerit menahan nyeri.
Saudaraku, hidup adalah ujian. Kita harus menyadari bahwa kehidupanini adalah sekumpulan masalah.
Siapapun orangnya , setinggi apapun jabatannya, sekaya apapun hartany, dimana pun dan kapanpun akan menemui masalah. Ada karakter yang khas dari masalah yaitu semakin tinggi kedudukan semakin tinggi pula masalah yang akan dihadapi. Seperti halny asuatu sekolah makin tinggi tingkatannya maka makin sulit ujiannya. Janganlah membenci masalah karana masalaha akan selalu menghadang. Setiap orang pasti pernah mengalami masa-masa sulit. Setiap orang pasti akan merasakan susah. Muslim atau bukan. Jadi janganlah berkhayal bahwa kita akan bisa terbebas dari kesusahan dan cobaan. Memang cobaan bertentangan dengan angan-angan dan kesenangan.
Kini, sudah tiba waktu Anda untuk memandang diri Anda mulia bersama mereka yang terkena musibah dan mendapat cobaan. Sudah tiba pula waktu Anda untuk menyadari bahwasanya kehidupan di dunia ini merupakan penjara bagi orang-orang mukmin dan tempat kesusahan dan cobaan.
Ujian justru akan mengangkat derajad orang-orang shalih . Said bin Abi Waqqash berkata ," aku pernah bertanya ," Wahai Rasulullah , siapakah orang yang paling berat cobaannya?". Rasulullah menjawab , yang artinya ," Para Nabi , kemudian orang-orang shalih, kemudian yang sedudah mereka secara berturut turut menurut tingkat keshalihannya. Seseorang akan diberi ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat , akan ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya , akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikitpun," (Hr Bukhari)
Saudaraku, sebaiknya Anda mempersiapkan diri sebagaimana kesiapan seekor unta berpengalaman yang akan mengiringi Anda menyeberangi padang sahara. Bandingkan penderitaan Anda dengan penderitaan orang-orang di sekitar Anda dan orang-orang sebelum Anda, niscaya Anda akan sadar bahwa Anda sebenarnya lebih beruntung dibanding mereka. Bahkan, Anda akan merasakan bahwa penderitaan Anda itu hanyalah duri-duri kecil yang tak ada artinya.
Maka, panjatkan segala pujian kepada Allah atas semua kebaikan-Nya itu, bersyukurlah kepada-Nya atas semua yang diberikan kepada Anda, bersabarlah atas semua yang diambil-Nya, dan yakinilah kemuliaan Anda bersama orang-orang menderita di sekitar Anda.
Banyak suri tauladan Rasulullah s.a.w. yang perlu Anda contob. Syahdan, beliau pernah dilempar kotoran unta oleh orang-orang kafir Makkah, kedua kakinya dicederai dan wajahnya mereka lukai. Dikepung dalam suatu kaum beberapa lama hingga beliau hanya dapat makan dedaunan apa adanya saja, diusir dari Makkah, dipukul gerahamnya hingga retak, dicemarkan kehormatan isterinya, tujuh puluh sahabatnya terbunuh, dan seorang putera serta sebagian besar puterinya meninggal dunia pada saat beliau sedang senang-senangnya membelai mereka. Bahkan, karena berlalu laparnya, beliau pernah mengikatkan batu di perutnya untuk menahan lapar.
Beliau pernah dituduh sebagai seorang penyair (bukan penyampai wahyu Allah), dukun, orang gila dan pembohong. Namun, Allah melindunginya dari semua itu. Dan semua hal tadi merupakan cobaan yang harus beliau hadapi dan penyucian jiwa yang tiada tara dan tandingannya. Sebelum itu, Nabi Zakariya dibunuh kaumnya, Nabi Yahya digergaji kepalanyal, Nabi Musa diusir dan dikejar-kejar, dan Ibrahim dibakar. Cobaan-cobaan itu juga menimpa para khalifah dan pemimpin kita; Umar r.a. dilumuri dengan darahnya sendiri, Utsman dibunuh diam-diam, dan Ali ditikam dari belakang. Dan masih banyak lagi para pemimpin kita yang juga harus menerima punggungnya penuh bekas cambukan, dijebloskan ke dalam penjara, dan juga dibuang ke negari lain.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang'orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)." (QS. Al-Baqarah: 214)
Seringkali ujian juga datang dari lingkungan sekitar kita. Kita tidak kuasa untuk memilih lingkungan yang selalu beriringan dengan keinginan kita. Bahkan lingkungan sekitar sangat berpengaruh pada keteguhan seseorang dalam menjalankan ajaran agamanya. Seorang yang tinggal di lingkungan yang baik biasanya lebih mudah untuk beramal Shalih dibanding orang yang tinggal di lingkungan yang rusak.
Namun, bagi anda yang terpaksa harus tinggal pada lingkungan yang buruk, selagi anda masih bisa beramal shalih, apalagi menjadi pintu kebaikan bagi orang lain, maka tetap bersabar dan terus berda’wah adalah yang jalan yang terbaik bagi anda. Karena sesungguhnya seorang mukmin yang berbaur dengan masyarakat dan bersabar terhadap gangguan mereka lebih baik daripada seorang mu’min yang tidak berbaur dengan masya-rakat dan tidak sabar terhadap gangguan mereka .
Bila memang demikian keadaannya, maka sering-seringlah engkau hadirkan dalam hatimu bahwa pahala yang besar disisi Allah subhanahu wata’ala telah menanti. Sesungguhnya besarnya pahala yang akan diperoleh sesuai dengan jerih-payah yang didapatkan dalam mengamalkan kebaikan!
Abu Umayyah asy Sya’baaniy bercerita: “Aku pernah bertanya kepada Abu Tsa’labah al Khusyaniy. Aku berkata: “Wahai Abu Tsa’labah, bagaimana pendapatmu mengenai ayat ini:
عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ
“…jagalah dirimu…”
Abu Tsa’labah ra menjawab: “Ketahuilah sesungguhnya aku telah bertanya mengenai ayat ini kepada seorang yang benar-benar memahaminya; aku telah bertanya kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam,
lantas beliau bersabda, yang artinya , “Justru sebaliknya! Hendaklah kalian saling meme-rintahkan kepada kebaikan dan saling melarang dari kemungkaran! Sampai bilamana kalian telah melihat sifat kikir yang diikuti, nafsu durjana yang diperturutkan, gelamor dunia yang diutamakan serta masing-masing orang merasa bangga dengan pendapatnya, maka jagalah dirimu sendiri dan tinggalkanlah mayoritas orang yang ada, karena sesungguhnya dibelakang kalian nanti akan datang hari-hari kesabaran; pada saat itu (orang yang komitmen diatas Sunnah) bagaikan (orang yang) menggenggam bara api. Orang yang mengamalkan (kebaikan) pada mereka (akan diberi ganjaran pahala) sebagaimana ganjaran pahala lima puluh orang yang mengamalkan (kebaikan) seperti amalannya”.
Dalam riwayat yang lain terdapat tambahan:
“Seorang sahabat bertanya: “Ya Rasulullah! pahala lima puluh orang dari mereka?”.
Rasulullah SAW menjawab: “Sebasar pahala lima puluh orang dari kalian”.
Saudaraku teruslah maju, sabarlah dang bersyukurlah . Yakinlah Allah tidak akan memberikan masalah yang tidak sanggup dipikul oleh hambanya. Besarnya masalah yang menimpa seorang hamba setara dengan kemampuannya.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya " Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala yang diusahakannya dan mendapat siksa yang dikerjakannya," (Qs. Al-Baqarah : 286).
Allahu a'lam
Sumber : La Tahzan. .
Rabu, 18 Mei 2011
What you want ,isn't always what you need
Allah Yang Mahakuasa, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang, telah berfirman dalam al-Qur'an bahwa Dia dekat dengan manusia dan akan mengabulkan permohonan orang¬orang yang berdoa kepada-Nya.
Adapun salah satu ayat yang membicarakan masalah ter¬sebut adalah sebagai berikut, yang artinya , "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Q.s. al-Baqarah: 186).
Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas, Allah itu dekat kepada setiap orang. Dia Maha Mengetahui keinginan, perasaan, pikiran, kata-kata yang diucapkan, bisikan, bahkan apa saja yang tersembunyi dalam hati setiap orang. Dengan demikian, Allah Mendengar dan Mengetahui setiap orang yang berpaling kepada-Nya dan berdoa kepadaNya. Inilah karunia Allah kepada manusia dan sebagai wujud dari kasih-sayang-Nya, rahmat-Nya, dan kekuasaan-Nya yang tiada batas.
Allah memiliki kekuasaan dan pengeta¬huan yang tiada batas. Dialah Pemilik segala sesuatu di seluruh alam semesta. Setiap makh¬luk, setiap benda, dan segala sesuatu mulai dari yang terbesar hingga paling kecilyangberada diseluruh bumi dan di langit. Semuanya milik Allah dan semuanya berada dalam kehendak-Nya dan pegaturan-Nya yang mutlak.
Seseorang hamba beriman terhadap kebenaran ini dapat berdoa kepada Allah mengenai apa saja dan dapat berharap bahwa Allah akan mengabulkan doa-doanya.
Misalnya, seseorang yang mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan tentu saja akan berusaha untuk melakukan berbagai macam pengobatan. Namun ketika mengetahui bahwa hanya Allah yang dapat memberikan kesehatan, lalu ia pun berdoa kepada-Nya memohon kesembuhan.
Demikian pula, orang yang mengalami ketakutan atau kecemasan dapat berdoa kepada Allah agar terbebas dari ketakutan dan kecemasan. Seseorang yang meng¬hadapi kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan dapat berpaling kepada Allah untuk menghilangkan kesulitannya. Seseorang dapat berdoa kepada Allah untuk memohon berbagai hal yang tidak terhitung banyaknya seperti untuk memohon bimbingan kepada jalan yang benar, untuk dimasukkan ke dalam surga bersama-sama orang-orang beriman lainnya, agar lebih meyakini surga, neraka, Kekuasaan Allah, untuk kesehatan, dan seba¬gainya.
Inilah yang telah ditekankan Rasulullah saw. dalam sabdanya, yang artinya "Maukah aku beritahukan kepadamu suatu senjata yang dapat melindungimu dari kejahatan musuh dan agar rezekimu bertambah?" Mereka berkata, "Tentu saja wahai Rasulullah." Beliau bersabda, yang artinya " Serulah Tuhanmu siang dan malam, karena 'doa' itu merupakan senjata bagi orang yang beriman." (Buyuk Hadis Kulliyati, kumpulan Hadis Besar, Gem¬ul-fevaid min Gami'il-usul dan Mecma'iz-zevaid, Imam Muhammad bin Muhammad bin Sulayman er-Rudani).
Namun demikian, terdapat rahasia lain di balik apa yang diungkapkan dalam Al-Qur'an yang perlu kita bicarakan dalam masalah ini.
Sebagaimana Allah telah menyatakan dalam ayat , yang artinya , " Dan manusia (seringkali) berdoa untuk kejahatan sebagaimana (biasanya) dia berdoa untuk kebaikan. Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa." (Q.s. al-Isra':11).
Tidak setiap doa yang dipanjatkan oleh manusia itu bermanfaat. What you want... is not always what you need !
Misalnya seseorang memohon kepada Allah agar diberi harta dan kekayaan yang banyak untuk anak-anaknya kelak. Akan tetapi Allah tidak melihat kebaikan di dalam doanya itu. Yakni, kekaya¬an yang banyak itu justru akan memalingkan anak-anak tersebut dari Allah. Dalam hal ini, Allah mendengar doa orang tersebut, meneri¬manya sebagai amal ibadah, dan mengabul¬kannya dengan cara yang sebaik-baiknya.
Contoh lainnya, seseorang berdoa agar tidak terlambat dalam memenuhi perjanjian. Namun tampaknya lebih baik baginya jika ia sampai di tujuan setelah waktu yang ditentukan, karena ia dapat bertemu dengan sese¬orang yang memberikan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk kehidupan yang abadi.
Allah mengetahui masalah ini, dan Dia mengabulkan doa bukan berdasarkan apa yang dipikirkan orang itu, tetapi dengan cara yang terbaik. Yakni, Allah mendengar doa orang itu, tetapi jika Dia melihat tidak ada kebaikan dalam doanya itu, Dia memberikan apa yang terbaik bagi orang itu. Tentu saja hal ini merupakan rahasia yang sangat penting. Allah never fails to grant our petitions, so keep on going for Him without doubting or murmuring.
ALLAH GIVES THE VERY BEST TO THOSE WHO LEAVE THE CHOICES UP TO HIM
Ketika doa tidak dikabulkan, orang-orang tidak menyadari tentang rahasia ini, mereka mengira bahwa Allah tidak mendengar doa mereka. Sesungguhnya hal ini merupakan keyakinan orang-orang yang sesat, karena Allah itu lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya sendiri.
Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya " Dan sungguh , Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepdanya daripada urat lehernya," (Qs. Qaf: 16).
Dia Maha Mengetahui perkataan apa saja yang diucapkan, apa saja yang dipikirkan, dan peristiwa apa saja yang dialami seseorang. Bahkan ketika seseorang tertidur, Allah mengetahui apa yang ia alami dalam mimpi¬nya. Allah adalah Yang menciptakan segala sesuatu. Oleh karena itu, kapan saja seseorang berdoa kepada Allah, ia harus menyadari bahwa Allah akan menerima doanya pada saat yang paling tepat dan akan memberikan apa yang terbaik baginya.
Doa, di samping sebagai bentuk amal ibadah, juga merupakan karunia Allah yang sangat berharga bagi manusia, karena melalui doa, Allah akan memberikan kepada manusia sesuatu yang Dia pandang baik dan berman¬faat bagi dirinya.
Allah menyatakan pentingnya doa dalam sebuah ayat, yang artinya ,"Katakanlah (Muhammad) : 'Tuhanku tidak akan mengindahkan kamu, andaikan tidak karena doamu (ibadahmu). Tetapi kamu sungguh telah mendustakanNya, karena itu kelak azab pasti akan menimpamu." (Q.s. al-Furqan: 77)
Allah Mengabulkan Doa Orang-orang yang Menderita dan Berada dalam Kesulitan
Doa adalah saat-saat ketika kedekatan seseorang dengan Allah dapat dirasakan. Sebagai hamba Allah, seseorang sangat memerlukan Dia. Hal ini karena ketika seseorang berdoa, ia akan menyadari betapa lemahnya dan betapa hinanya dirinya di hadapan Allah, dan ia menyadari bahwa tak seorang pun yang dapat menolongnya kecuali Allah.
Keikhlasan dan kesungguhan seseorang dalam berdoa tergantung pada sejauh mana ia merasa memerlukan.
Misalnya, setiap orang berdoa kepada Allah untuk memohon keselamatan di dunia. Namun, orang yang merasa putus asa di tengah-tengah medan perang akan berdoa lebih sungguh-sungguh dan dengan berendah diri di hadapan Allah. Demikian pula, ketika terjadi badai yang menerpa sebuah kapal atau pesawat terbang sehingga terancam bahaya, orang-orang akan memo¬hon kepada Allah dengan berendah diri. Mereka akan ikhlas dan berserah diri dalam berdoa.
Allah menceritakan keadaan ini dalam sebuah ayat, yang artinya, "Katakanlah: Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, ketika kamu berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dengan suara yang lem¬but ?" : (Dengan mengatakan) ' Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dani (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bensyukur." (Qs. al An'am: 63).
Di dalam Al-Qur'an, Allah memerintahkan manusia agar berdoa dengan merendahkan diri: 'Bendoalah kepada Tuhanmu dengan benendah dini dan suana yang lembut. Sesung¬guhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (Qs. al-A'raf: 55).
Dalam ayat lainnya, Allah menyatakan bahwa Dia mengabulkan doa orang-orang yang teraniaya dan orang-orang yang berada dalam kesusahan: 'Atau siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi? Apakah ada tuhan lain selain Allah? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat" (Q.s. an-Naml: 62).
Tentu saja orang tidak harus berada dalam keadaan bahaya ketika berdoa kepada Allah.
Contoh-contoh ini diberikan agar orang¬-orang dapat memahami maknanya sehingga mereka berdoa dengan ikhlas dan merenung¬kan saat kematian, ketika seseorang tidak lagi merasa lalai sehingga mereka berpaling kepada Allah dengan keikhlasan yang dalam.
Dalam pada itu, orang-orang yang beriman, yang dengan sepenuh hati berbakti kepada Allah, selalu menyadari kelemahan mereka dan kekurangan mereka, mereka selalu ber¬paling kepada Allah dengan ikhlas, sekalipun mereka tidak berada dalam keadaan bahaya. mni merupakan ciri penting yang membeda-kan mereka dengan orang-orang kafir dan orang-orang yang imannya lemah.
Tidak Ada batasan Apa pun dalam Berdoa
Seseorang dapat memohon apa saja kepada Allah asalkan halal. Hal ini karena sebagai¬mana telah disebutkan terdahulu, Allah adalah satu-satunya penguasa dan pemilik seluruh alam semesta; dan jika Dia menghen¬daki, Dia dapat memberikan kepada manusia apa saja yang Dia inginkan. Setiap orang yang berpaling kepada Allah dan berdoa kepada-¬Nya, haruslah meyakini bahwa Allah berku¬asa melakukan apa saja dan bersungguh¬sungguhlah dalam berdoa sebagaimana disabda¬kan oleh Nabi saw.(Bukharj, Jilid 8, Buku 75, Nomor 351.a.s.) .
Ia perlu mengetahui bahwa mudah saja bagi-Nya untuk memenuhi keinginan apa saja, dan Dia akan memberikan apa yang diminta oleh seseorang jika di dalam¬nya terdapat kebaikan bagi orang itu dalam doa tersebut. Doa-doa para nabi dan orang¬orang beriman yang disebutkan dalam al-Qur'an merupakan contoh bagi orang-orang beriman tentang hal-hal yang dapat mereka mohon kepada Allah.
Misalnya,
Nabi Zakaria berdoa kepada Allah agar diberi keturunan yang diridhai, dan Allah pun mengabulkan doanya, meskipun istrinya mandul: "Yaitu ketika ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada¬-Mu,ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi-Mu seorang putra. Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah dia , ya Tuhanku, Seorang yang diridhai'. " (Qs. Maryam: 3-6).
Maka Allah mengabulkan doa Nabi Zaka¬ria dan memberikan kepadanya berita gem¬bira tentang Nabi Yahya a.s. Setelah meneri¬ma berita gembira tentang seorang anak laki¬-laki, Nabi Zakaria merasa heran karena istri¬nya mandul.
Jawaban Allah kepada Nabi Zakaria menjelaskan tentang sebuah rahasia yang hendaknya selalu dicamkan dalam hati orang-orang yang beriman: "Zakaria berkata, 'Ya Tuhanku, bagai¬mana akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku sesung¬guhnya sudah sangat tua. ' Tuhan berfirman, 'Demikianlah.' Tuhan berfirman, 'Hal itu mudah bagi-Ku, dan Sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebe¬lum itu, padahal kamu belum ada sama sekali'." (Qs. Maryam: 8-9)
Ada beberapa Nabi lainnya yang disebutkan dalam Al-Qur'an yang doa-doa mereka dikabulkan. Misalnya, Nabi Nuh a.s. memohon kepada Allah untuk menimpakan azab kepada kaumnya yang tersesat meskipun ia telah berusaha sekuat tenaga untuk membimbing mereka kepada jalan yang lurus. Sebagai jawaban dari doanya, Allah menimpakan azab besar kepada mereka yang tercatat dalam sejarah.
Nabi Ayub a.s. menyeru Tuhannya ketika ia sakit, ia berkata, ".. Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (Qs. al-Anbiya': 83).
Sebagai jawaban ter¬hadap doa Nabi Ayub, Allah berfirman sebagai berikut: "Maka Kami pun mengabulkan doanya itu, lalu Kami hilangkan penyakit yang menimpanya dan Kami kembalikan keluar¬ganya kepadanya, dan Kami lipat- gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadiperingatan bagi semua yang menyembah Allah. (Q.s. al¬Anbiya': 84).
Allah mengabulkan Nabi Sulaiman as yang berdoa, "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerah kanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi." (Q.s. Shad: 35).
Maka Allah mengaruniakan kekuasaan yang besar dan kekayaan yang banyak kepada¬nya. Oleh karena itu, orang-orang yang berdoa hendaknya mencamkan dalam hati ayat ini, "Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, 'Jadilah.' Maka terjadilah ia. (Qs. Yasin: 82).
Sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, segala sesuatu itu mudah bagi Allah dan Dia Mendengar dan Mengetahui setiap doa.
Allah Memberi Karunia di Dunia ini bagi Orang-orang yang Menginginkannya, Tetapi di Akhirat Mereka akan Menderita Kerugian
Orang-orang yang tidak memiliki ketakwaan kepada Allah dalam hatinya, dan imannya lemah terhadap kehidupan akhirat, hanyalah menginginkan keduniaan. Mereka meminta kekayaan, harta benda, dan kedudukan hanyalah untuk kehidupan di dunia ini. Allah memberi tahu kita bahwa orang-orang yang hanya menginginkan keduniaan tidak akan memperoleh pahala di akhirat. Tetapi bagi orang-orang yang beriman, mereka berdoa memohon dunia dan akhirat karena mereka yakin bahwa kehidupan di akhirat sama pastinya dan sama dekatnya dengan kehidupan dunia ini.
Tentang masalah ini, Allah menyatakan sebagai berikut: "Di antara manusia ada orang yang berdoa, 'Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia, 'dan tidak ada baginya bagian di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa, 'Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.' Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepatperhitungan-Nya. (Qs. Al-Baqarah: 200).
Orang-orang yang beriman juga berdoa memohon kesehatan, kekayaan, ilmu, dan kebahagiaan. Akan tetapi, semua doa mereka adalah untuk mencari keridhaan Allah dan untuk memperoleh kebaikan bagi agamanya. Mereka memohon kekayaan misalnya, adalah untuk digunakan di jalan Allah. Berkenaan dengan masalah ini, Allah memberikan contoh tentang Nabi Sulaiman di dalam al-Qur'an. Jauh dari keinginan untuk memperoleh dunia, doa Nabi Sulaiman untuk memin¬ta kekayaan adalah demi tujuan mulia untuk digunakan di jalan Allah, untuk menyeru manusia kepada agama Allah, dan agar diri¬nya sibuk berdzikir kepada Allah.
Kata-kata Nabi Sulaiman sebagaimana yang diceritakan dalam al-Qur'an menunjukkan niatnya yang ikhlas: "Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik karena ingat kepada Tuhanku." (Q.s. Shad: 32).
Maka Allah mengabulkan doa Nabi Sulai¬man a.s. tersebut dengan mengaruniakan kepadanya kekayaan yang sangat banyak di dunia dan ia akan memperoleh pahala di akhirat.
Dalam pada itu, Allah juga mengabulkan keinginan orang-orang yang hanya menghendaki kehidupan dunia, namun azab yang pedih menunggu mereka di akhirat.
Keuntungan yang telah mereka peroleh di dunia ini tidak akan mereka peroleh lagi di akhirat kelak.
Kenyataan yang sangat penting ini di¬ceritakan dalam al-Qur'an sebagai berikut:
"Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya, dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia, Kami memberikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia, tetapi dia tidak akan mendapat bagiannya sedikit pun di akhirat. (Qs. Asy-Syura: 20).
Sungguh benar firman-Nya, yang artinya," Siapa yang menghendaki kehidupan sekarang (duniawi) maka Kami segerakan baginya di (dunia ini) apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka jahanam ; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha kearah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik. Kapada masing-masing (golongan) , baik (golongan ) ini (yang menginginkan dunia) maupun (golongan) itu (yang menginginkan akhirat), Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu . Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. (Q.s. al-Isra': 18-20 )
Allahu a'lam
Sumber : Some Secrets of the Qur'an , harun yahya
Adapun salah satu ayat yang membicarakan masalah ter¬sebut adalah sebagai berikut, yang artinya , "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Q.s. al-Baqarah: 186).
Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas, Allah itu dekat kepada setiap orang. Dia Maha Mengetahui keinginan, perasaan, pikiran, kata-kata yang diucapkan, bisikan, bahkan apa saja yang tersembunyi dalam hati setiap orang. Dengan demikian, Allah Mendengar dan Mengetahui setiap orang yang berpaling kepada-Nya dan berdoa kepadaNya. Inilah karunia Allah kepada manusia dan sebagai wujud dari kasih-sayang-Nya, rahmat-Nya, dan kekuasaan-Nya yang tiada batas.
Allah memiliki kekuasaan dan pengeta¬huan yang tiada batas. Dialah Pemilik segala sesuatu di seluruh alam semesta. Setiap makh¬luk, setiap benda, dan segala sesuatu mulai dari yang terbesar hingga paling kecilyangberada diseluruh bumi dan di langit. Semuanya milik Allah dan semuanya berada dalam kehendak-Nya dan pegaturan-Nya yang mutlak.
Seseorang hamba beriman terhadap kebenaran ini dapat berdoa kepada Allah mengenai apa saja dan dapat berharap bahwa Allah akan mengabulkan doa-doanya.
Misalnya, seseorang yang mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan tentu saja akan berusaha untuk melakukan berbagai macam pengobatan. Namun ketika mengetahui bahwa hanya Allah yang dapat memberikan kesehatan, lalu ia pun berdoa kepada-Nya memohon kesembuhan.
Demikian pula, orang yang mengalami ketakutan atau kecemasan dapat berdoa kepada Allah agar terbebas dari ketakutan dan kecemasan. Seseorang yang meng¬hadapi kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan dapat berpaling kepada Allah untuk menghilangkan kesulitannya. Seseorang dapat berdoa kepada Allah untuk memohon berbagai hal yang tidak terhitung banyaknya seperti untuk memohon bimbingan kepada jalan yang benar, untuk dimasukkan ke dalam surga bersama-sama orang-orang beriman lainnya, agar lebih meyakini surga, neraka, Kekuasaan Allah, untuk kesehatan, dan seba¬gainya.
Inilah yang telah ditekankan Rasulullah saw. dalam sabdanya, yang artinya "Maukah aku beritahukan kepadamu suatu senjata yang dapat melindungimu dari kejahatan musuh dan agar rezekimu bertambah?" Mereka berkata, "Tentu saja wahai Rasulullah." Beliau bersabda, yang artinya " Serulah Tuhanmu siang dan malam, karena 'doa' itu merupakan senjata bagi orang yang beriman." (Buyuk Hadis Kulliyati, kumpulan Hadis Besar, Gem¬ul-fevaid min Gami'il-usul dan Mecma'iz-zevaid, Imam Muhammad bin Muhammad bin Sulayman er-Rudani).
Namun demikian, terdapat rahasia lain di balik apa yang diungkapkan dalam Al-Qur'an yang perlu kita bicarakan dalam masalah ini.
Sebagaimana Allah telah menyatakan dalam ayat , yang artinya , " Dan manusia (seringkali) berdoa untuk kejahatan sebagaimana (biasanya) dia berdoa untuk kebaikan. Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa." (Q.s. al-Isra':11).
Tidak setiap doa yang dipanjatkan oleh manusia itu bermanfaat. What you want... is not always what you need !
Misalnya seseorang memohon kepada Allah agar diberi harta dan kekayaan yang banyak untuk anak-anaknya kelak. Akan tetapi Allah tidak melihat kebaikan di dalam doanya itu. Yakni, kekaya¬an yang banyak itu justru akan memalingkan anak-anak tersebut dari Allah. Dalam hal ini, Allah mendengar doa orang tersebut, meneri¬manya sebagai amal ibadah, dan mengabul¬kannya dengan cara yang sebaik-baiknya.
Contoh lainnya, seseorang berdoa agar tidak terlambat dalam memenuhi perjanjian. Namun tampaknya lebih baik baginya jika ia sampai di tujuan setelah waktu yang ditentukan, karena ia dapat bertemu dengan sese¬orang yang memberikan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk kehidupan yang abadi.
Allah mengetahui masalah ini, dan Dia mengabulkan doa bukan berdasarkan apa yang dipikirkan orang itu, tetapi dengan cara yang terbaik. Yakni, Allah mendengar doa orang itu, tetapi jika Dia melihat tidak ada kebaikan dalam doanya itu, Dia memberikan apa yang terbaik bagi orang itu. Tentu saja hal ini merupakan rahasia yang sangat penting. Allah never fails to grant our petitions, so keep on going for Him without doubting or murmuring.
ALLAH GIVES THE VERY BEST TO THOSE WHO LEAVE THE CHOICES UP TO HIM
Ketika doa tidak dikabulkan, orang-orang tidak menyadari tentang rahasia ini, mereka mengira bahwa Allah tidak mendengar doa mereka. Sesungguhnya hal ini merupakan keyakinan orang-orang yang sesat, karena Allah itu lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya sendiri.
Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya " Dan sungguh , Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepdanya daripada urat lehernya," (Qs. Qaf: 16).
Dia Maha Mengetahui perkataan apa saja yang diucapkan, apa saja yang dipikirkan, dan peristiwa apa saja yang dialami seseorang. Bahkan ketika seseorang tertidur, Allah mengetahui apa yang ia alami dalam mimpi¬nya. Allah adalah Yang menciptakan segala sesuatu. Oleh karena itu, kapan saja seseorang berdoa kepada Allah, ia harus menyadari bahwa Allah akan menerima doanya pada saat yang paling tepat dan akan memberikan apa yang terbaik baginya.
Doa, di samping sebagai bentuk amal ibadah, juga merupakan karunia Allah yang sangat berharga bagi manusia, karena melalui doa, Allah akan memberikan kepada manusia sesuatu yang Dia pandang baik dan berman¬faat bagi dirinya.
Allah menyatakan pentingnya doa dalam sebuah ayat, yang artinya ,"Katakanlah (Muhammad) : 'Tuhanku tidak akan mengindahkan kamu, andaikan tidak karena doamu (ibadahmu). Tetapi kamu sungguh telah mendustakanNya, karena itu kelak azab pasti akan menimpamu." (Q.s. al-Furqan: 77)
Allah Mengabulkan Doa Orang-orang yang Menderita dan Berada dalam Kesulitan
Doa adalah saat-saat ketika kedekatan seseorang dengan Allah dapat dirasakan. Sebagai hamba Allah, seseorang sangat memerlukan Dia. Hal ini karena ketika seseorang berdoa, ia akan menyadari betapa lemahnya dan betapa hinanya dirinya di hadapan Allah, dan ia menyadari bahwa tak seorang pun yang dapat menolongnya kecuali Allah.
Keikhlasan dan kesungguhan seseorang dalam berdoa tergantung pada sejauh mana ia merasa memerlukan.
Misalnya, setiap orang berdoa kepada Allah untuk memohon keselamatan di dunia. Namun, orang yang merasa putus asa di tengah-tengah medan perang akan berdoa lebih sungguh-sungguh dan dengan berendah diri di hadapan Allah. Demikian pula, ketika terjadi badai yang menerpa sebuah kapal atau pesawat terbang sehingga terancam bahaya, orang-orang akan memo¬hon kepada Allah dengan berendah diri. Mereka akan ikhlas dan berserah diri dalam berdoa.
Allah menceritakan keadaan ini dalam sebuah ayat, yang artinya, "Katakanlah: Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, ketika kamu berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dengan suara yang lem¬but ?" : (Dengan mengatakan) ' Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dani (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bensyukur." (Qs. al An'am: 63).
Di dalam Al-Qur'an, Allah memerintahkan manusia agar berdoa dengan merendahkan diri: 'Bendoalah kepada Tuhanmu dengan benendah dini dan suana yang lembut. Sesung¬guhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (Qs. al-A'raf: 55).
Dalam ayat lainnya, Allah menyatakan bahwa Dia mengabulkan doa orang-orang yang teraniaya dan orang-orang yang berada dalam kesusahan: 'Atau siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi? Apakah ada tuhan lain selain Allah? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat" (Q.s. an-Naml: 62).
Tentu saja orang tidak harus berada dalam keadaan bahaya ketika berdoa kepada Allah.
Contoh-contoh ini diberikan agar orang¬-orang dapat memahami maknanya sehingga mereka berdoa dengan ikhlas dan merenung¬kan saat kematian, ketika seseorang tidak lagi merasa lalai sehingga mereka berpaling kepada Allah dengan keikhlasan yang dalam.
Dalam pada itu, orang-orang yang beriman, yang dengan sepenuh hati berbakti kepada Allah, selalu menyadari kelemahan mereka dan kekurangan mereka, mereka selalu ber¬paling kepada Allah dengan ikhlas, sekalipun mereka tidak berada dalam keadaan bahaya. mni merupakan ciri penting yang membeda-kan mereka dengan orang-orang kafir dan orang-orang yang imannya lemah.
Tidak Ada batasan Apa pun dalam Berdoa
Seseorang dapat memohon apa saja kepada Allah asalkan halal. Hal ini karena sebagai¬mana telah disebutkan terdahulu, Allah adalah satu-satunya penguasa dan pemilik seluruh alam semesta; dan jika Dia menghen¬daki, Dia dapat memberikan kepada manusia apa saja yang Dia inginkan. Setiap orang yang berpaling kepada Allah dan berdoa kepada-¬Nya, haruslah meyakini bahwa Allah berku¬asa melakukan apa saja dan bersungguh¬sungguhlah dalam berdoa sebagaimana disabda¬kan oleh Nabi saw.(Bukharj, Jilid 8, Buku 75, Nomor 351.a.s.) .
Ia perlu mengetahui bahwa mudah saja bagi-Nya untuk memenuhi keinginan apa saja, dan Dia akan memberikan apa yang diminta oleh seseorang jika di dalam¬nya terdapat kebaikan bagi orang itu dalam doa tersebut. Doa-doa para nabi dan orang¬orang beriman yang disebutkan dalam al-Qur'an merupakan contoh bagi orang-orang beriman tentang hal-hal yang dapat mereka mohon kepada Allah.
Misalnya,
Nabi Zakaria berdoa kepada Allah agar diberi keturunan yang diridhai, dan Allah pun mengabulkan doanya, meskipun istrinya mandul: "Yaitu ketika ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada¬-Mu,ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi-Mu seorang putra. Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah dia , ya Tuhanku, Seorang yang diridhai'. " (Qs. Maryam: 3-6).
Maka Allah mengabulkan doa Nabi Zaka¬ria dan memberikan kepadanya berita gem¬bira tentang Nabi Yahya a.s. Setelah meneri¬ma berita gembira tentang seorang anak laki¬-laki, Nabi Zakaria merasa heran karena istri¬nya mandul.
Jawaban Allah kepada Nabi Zakaria menjelaskan tentang sebuah rahasia yang hendaknya selalu dicamkan dalam hati orang-orang yang beriman: "Zakaria berkata, 'Ya Tuhanku, bagai¬mana akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku sesung¬guhnya sudah sangat tua. ' Tuhan berfirman, 'Demikianlah.' Tuhan berfirman, 'Hal itu mudah bagi-Ku, dan Sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebe¬lum itu, padahal kamu belum ada sama sekali'." (Qs. Maryam: 8-9)
Ada beberapa Nabi lainnya yang disebutkan dalam Al-Qur'an yang doa-doa mereka dikabulkan. Misalnya, Nabi Nuh a.s. memohon kepada Allah untuk menimpakan azab kepada kaumnya yang tersesat meskipun ia telah berusaha sekuat tenaga untuk membimbing mereka kepada jalan yang lurus. Sebagai jawaban dari doanya, Allah menimpakan azab besar kepada mereka yang tercatat dalam sejarah.
Nabi Ayub a.s. menyeru Tuhannya ketika ia sakit, ia berkata, ".. Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (Qs. al-Anbiya': 83).
Sebagai jawaban ter¬hadap doa Nabi Ayub, Allah berfirman sebagai berikut: "Maka Kami pun mengabulkan doanya itu, lalu Kami hilangkan penyakit yang menimpanya dan Kami kembalikan keluar¬ganya kepadanya, dan Kami lipat- gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadiperingatan bagi semua yang menyembah Allah. (Q.s. al¬Anbiya': 84).
Allah mengabulkan Nabi Sulaiman as yang berdoa, "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerah kanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi." (Q.s. Shad: 35).
Maka Allah mengaruniakan kekuasaan yang besar dan kekayaan yang banyak kepada¬nya. Oleh karena itu, orang-orang yang berdoa hendaknya mencamkan dalam hati ayat ini, "Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, 'Jadilah.' Maka terjadilah ia. (Qs. Yasin: 82).
Sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, segala sesuatu itu mudah bagi Allah dan Dia Mendengar dan Mengetahui setiap doa.
Allah Memberi Karunia di Dunia ini bagi Orang-orang yang Menginginkannya, Tetapi di Akhirat Mereka akan Menderita Kerugian
Orang-orang yang tidak memiliki ketakwaan kepada Allah dalam hatinya, dan imannya lemah terhadap kehidupan akhirat, hanyalah menginginkan keduniaan. Mereka meminta kekayaan, harta benda, dan kedudukan hanyalah untuk kehidupan di dunia ini. Allah memberi tahu kita bahwa orang-orang yang hanya menginginkan keduniaan tidak akan memperoleh pahala di akhirat. Tetapi bagi orang-orang yang beriman, mereka berdoa memohon dunia dan akhirat karena mereka yakin bahwa kehidupan di akhirat sama pastinya dan sama dekatnya dengan kehidupan dunia ini.
Tentang masalah ini, Allah menyatakan sebagai berikut: "Di antara manusia ada orang yang berdoa, 'Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia, 'dan tidak ada baginya bagian di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa, 'Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.' Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepatperhitungan-Nya. (Qs. Al-Baqarah: 200).
Orang-orang yang beriman juga berdoa memohon kesehatan, kekayaan, ilmu, dan kebahagiaan. Akan tetapi, semua doa mereka adalah untuk mencari keridhaan Allah dan untuk memperoleh kebaikan bagi agamanya. Mereka memohon kekayaan misalnya, adalah untuk digunakan di jalan Allah. Berkenaan dengan masalah ini, Allah memberikan contoh tentang Nabi Sulaiman di dalam al-Qur'an. Jauh dari keinginan untuk memperoleh dunia, doa Nabi Sulaiman untuk memin¬ta kekayaan adalah demi tujuan mulia untuk digunakan di jalan Allah, untuk menyeru manusia kepada agama Allah, dan agar diri¬nya sibuk berdzikir kepada Allah.
Kata-kata Nabi Sulaiman sebagaimana yang diceritakan dalam al-Qur'an menunjukkan niatnya yang ikhlas: "Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik karena ingat kepada Tuhanku." (Q.s. Shad: 32).
Maka Allah mengabulkan doa Nabi Sulai¬man a.s. tersebut dengan mengaruniakan kepadanya kekayaan yang sangat banyak di dunia dan ia akan memperoleh pahala di akhirat.
Dalam pada itu, Allah juga mengabulkan keinginan orang-orang yang hanya menghendaki kehidupan dunia, namun azab yang pedih menunggu mereka di akhirat.
Keuntungan yang telah mereka peroleh di dunia ini tidak akan mereka peroleh lagi di akhirat kelak.
Kenyataan yang sangat penting ini di¬ceritakan dalam al-Qur'an sebagai berikut:
"Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya, dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia, Kami memberikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia, tetapi dia tidak akan mendapat bagiannya sedikit pun di akhirat. (Qs. Asy-Syura: 20).
Sungguh benar firman-Nya, yang artinya," Siapa yang menghendaki kehidupan sekarang (duniawi) maka Kami segerakan baginya di (dunia ini) apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka jahanam ; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha kearah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik. Kapada masing-masing (golongan) , baik (golongan ) ini (yang menginginkan dunia) maupun (golongan) itu (yang menginginkan akhirat), Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu . Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. (Q.s. al-Isra': 18-20 )
Allahu a'lam
Sumber : Some Secrets of the Qur'an , harun yahya
Rahasia Al-Qur'an
Banyak orang mengaku sebagai orang yang beriman., namun sejujurnya tidak beriman kepada Al-Qur'an. Mereka menghabiskan hidup mereka dengan berpegang pada khayalan, dan kehidupan yang menyalahi al-Qur'an, bahkan menolak Al-Qur'an sebagai pembimbing mereka. Padahal, hanya Al-Qur'an yang memberikan pengetahuan yang benar dalam masa kehidupan ini kepada setiap orang, dan Al-Qur'an menjelaskan rahasia-rahasia penciptaan Allah dengan penjelasan paling benar dan paling murni. Informasi apa pun yang tidak berdasarkan pada Al-Qur'an adalah informasi yang tidak benar, dengan demikian informasi tersebut merupa¬kan tipuan dan khayalan. Dengan demikian, orang-orang yang tidak berpegang pada Al-Qur'an hidupnya dalam keadaan mengkhayal.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu ? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada tagut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari tagut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya " (Qs. An-Nisa : 60).
Dalam al-Qur'an, juga dalam shalat, perintah, larangan, dan akhlak yang baik, Allah menjelaskan berbagai rahasia kepada umat manusia. Sesungguhnya semuanya ini merupakan rahasia penting, dan mata yang mau memperhatikan dapat menyaksikan rahasia-rahasia ini di dalam hidupnya. Tidak ada sumber lain selain al-Qur'an yang dapat menjelaskan rahasia-rahasia ini.
Al-Qur'an adalah sumber istimewa bagi rahasia-rahasia ini, sehingga siapa pun orangnya, betapapun ia orang yang cerdas dan melek huruftidak akan pernah menemukan rahasia-rahasia ini di tempat lain. Jika sebagian orang tidak dapat memahami pesan-pesan yang tersembunyi dalam Al-Qur'an, sedangkan orang lain dapat memahaminya, ini merupakan rahasia lain yang dicip¬takan oleh Allah. Orang-orang yang tidak mengkaji rahasia-rahasia yang diwahyukan dalam al-Qur'an hidup dalam keadaan menderita dan berada dalam kesulitan.
Ironisnya, mereka tidak pernah mengetahui penyebab penderitaan mereka bahkan tidak menyadari penderitaan yang dirasakan. Dalam pada itu, orang¬orang yang mempelajari rahasia-rahasia dalam Al-Qur'an menjalani kehidupannya dengan mudah dan gembira. Sebabnya adalah karena Al-Qur'an itu jelas, mudah, dan cukup sederhana untuk dipahami oleh setiap orang.
Firman Allah, yang artinya ," Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur'an ketika (Al-Qur'an) itu disampaikan kepada mereka (mereka itu pasti celaka) , dan sesungguhnya (Al-Qur'an) itu adalah kitab yang mulia, (yang) tidak akan didatangi oleh kebatilan baik dari depan maupun dari belakang (dari masa lalu dan yang akan datang), yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana, Maha Terpuji." (Qs. Fussilat : 41-42).
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman , yang artinya ," Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenanan dani Tuhanmu. Kami telah menununkan kepada¬mu cahaya yang tenang bendenang. Adapun onang-onang yang beniman kepada Allah dan benpegang teguh kepada-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya dan limpahan karunia-¬Nya, dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus." (Q.s. an-Nisa': 174-75).
Namun demikian, kebanyakan manusia, meskipun mereka sanggup memecahkan masalah yang sangat sulit, memiliki pemahaman dan mampu mempraktikkan filsafat yang sangat membingungkan , ternyata tidak mampu memahami hal-hal yang jelas dan sederhana yang terdapat dalam Al-Qur'an.
Rahasia - rahasia dalam Al-Qur'an merupakan rahmat bagi orang beriman, dan di sisi lain, Al-Qur'an memberikan ancaman bagi orang-orang yang tidak beriman, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.
Allah menjelaskan kenyataan ini dalam sebu¬ah ayat sebagai berikut, yang artinya ," Dan Kami turunkan dari al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qun'an itu hanyalah menambah kerugian bagi orang-¬orang yang zalim." (Q.s. Al-Isra': 82).
Ketika seseorang membaca ayat-ayat ini, dan perhatiannya tertuju kepada rahasia-rahasia yang terkandung dalam ayat ini, maka yang harus ia lakukan adalah berusaha mengetahui maksud Allah di balik berbagai peristiwa, lalu memikirkan segala sesuatunya berdasarkan Al-Qur'an. Maka, orang-orang pun akan menyadari dengan kesadaran yang mendalam tentang rahasia-rahasia tersebut, sehingga Al-Qur'an akan mengendalikan kehidupan mereka dan kehidupan orang lain.
Semenjak orang bangun pada pagi hari, wujud dari rahasia-rahasia yang diciptakan Allah ini dapat dilihat. Untuk memahami rahasia-rahasia ini, yang ia perlukan hanyalah selalu memperhatikannya , berpaling kepada Allah, dan bertafakur. Maka, ia akan menya¬dari bahwa hidupnya sama sekali tidak tergan¬tung pada hukum—hukum yang merugikan sebagaimana yang dipakai banyak orang, dan ia akan menyadari bahwa satu-satunya kekuasaan dan hukum yang dapat dipercaya ha¬nyalah hukum Allah. Ini merupakan rahasia yang sangat penting.
Tidak ada kebaikan di dalam aturan-aturan dan praktik-praktik yang digunakan kebanyakan orang selama berabad¬-abad yang dianggap sebagai kebenaran yang pasti. Sesungguhnya, orang-orang ini telah tertipu. Kebenaran adalah apa yang dinyata¬kan dalam Al-Qur'an.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Dan (Al-Qur'an) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi manusia, agar mereka diberi peringatan dengannya, agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Mahaesa, dan agar orang-orang berakal mengambil pelajaran." (Qs. Ibrahim : 52).
Siapa pun yang membaca Al-Qur'an dengan ikhlas, lalu memikir¬kan berbagai peristiwa berdasarkanAal-Qur'an dan iman, dan mendekatkan diri kepada Allah, ia akan melihat dengan jelas rahasia-rahasia ini. Perbuatan inilah yang akan memberikan pemamahan yang lebih baik bahwa
Allah adalah Yang Maha Esa Yang mengendalikan setiap makhluk, hati, dan pikiran, sebagaimana pernyataan Allah dalam sebuah ayat, yang artinya ," Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur'an itu benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?" (Q.s. Fushshilat: 53).
Sungguh, beruntung hamba-hamba-Nya yang mempelajari dan mengamalkan apa yang tertulis dalam Al-Qur'an.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Wahai manusia ! Sungguh, pelajaran (Al-Qur'an) telah datang kepadamu dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman." (Qs. Yunus : 57).
Allahu a'lam
Sumber : SOME SECRETS OF THE QUR'AN , Yahya, Harun
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu ? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada tagut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari tagut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya " (Qs. An-Nisa : 60).
Dalam al-Qur'an, juga dalam shalat, perintah, larangan, dan akhlak yang baik, Allah menjelaskan berbagai rahasia kepada umat manusia. Sesungguhnya semuanya ini merupakan rahasia penting, dan mata yang mau memperhatikan dapat menyaksikan rahasia-rahasia ini di dalam hidupnya. Tidak ada sumber lain selain al-Qur'an yang dapat menjelaskan rahasia-rahasia ini.
Al-Qur'an adalah sumber istimewa bagi rahasia-rahasia ini, sehingga siapa pun orangnya, betapapun ia orang yang cerdas dan melek huruftidak akan pernah menemukan rahasia-rahasia ini di tempat lain. Jika sebagian orang tidak dapat memahami pesan-pesan yang tersembunyi dalam Al-Qur'an, sedangkan orang lain dapat memahaminya, ini merupakan rahasia lain yang dicip¬takan oleh Allah. Orang-orang yang tidak mengkaji rahasia-rahasia yang diwahyukan dalam al-Qur'an hidup dalam keadaan menderita dan berada dalam kesulitan.
Ironisnya, mereka tidak pernah mengetahui penyebab penderitaan mereka bahkan tidak menyadari penderitaan yang dirasakan. Dalam pada itu, orang¬orang yang mempelajari rahasia-rahasia dalam Al-Qur'an menjalani kehidupannya dengan mudah dan gembira. Sebabnya adalah karena Al-Qur'an itu jelas, mudah, dan cukup sederhana untuk dipahami oleh setiap orang.
Firman Allah, yang artinya ," Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur'an ketika (Al-Qur'an) itu disampaikan kepada mereka (mereka itu pasti celaka) , dan sesungguhnya (Al-Qur'an) itu adalah kitab yang mulia, (yang) tidak akan didatangi oleh kebatilan baik dari depan maupun dari belakang (dari masa lalu dan yang akan datang), yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana, Maha Terpuji." (Qs. Fussilat : 41-42).
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman , yang artinya ," Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenanan dani Tuhanmu. Kami telah menununkan kepada¬mu cahaya yang tenang bendenang. Adapun onang-onang yang beniman kepada Allah dan benpegang teguh kepada-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya dan limpahan karunia-¬Nya, dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus." (Q.s. an-Nisa': 174-75).
Namun demikian, kebanyakan manusia, meskipun mereka sanggup memecahkan masalah yang sangat sulit, memiliki pemahaman dan mampu mempraktikkan filsafat yang sangat membingungkan , ternyata tidak mampu memahami hal-hal yang jelas dan sederhana yang terdapat dalam Al-Qur'an.
Rahasia - rahasia dalam Al-Qur'an merupakan rahmat bagi orang beriman, dan di sisi lain, Al-Qur'an memberikan ancaman bagi orang-orang yang tidak beriman, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.
Allah menjelaskan kenyataan ini dalam sebu¬ah ayat sebagai berikut, yang artinya ," Dan Kami turunkan dari al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qun'an itu hanyalah menambah kerugian bagi orang-¬orang yang zalim." (Q.s. Al-Isra': 82).
Ketika seseorang membaca ayat-ayat ini, dan perhatiannya tertuju kepada rahasia-rahasia yang terkandung dalam ayat ini, maka yang harus ia lakukan adalah berusaha mengetahui maksud Allah di balik berbagai peristiwa, lalu memikirkan segala sesuatunya berdasarkan Al-Qur'an. Maka, orang-orang pun akan menyadari dengan kesadaran yang mendalam tentang rahasia-rahasia tersebut, sehingga Al-Qur'an akan mengendalikan kehidupan mereka dan kehidupan orang lain.
Semenjak orang bangun pada pagi hari, wujud dari rahasia-rahasia yang diciptakan Allah ini dapat dilihat. Untuk memahami rahasia-rahasia ini, yang ia perlukan hanyalah selalu memperhatikannya , berpaling kepada Allah, dan bertafakur. Maka, ia akan menya¬dari bahwa hidupnya sama sekali tidak tergan¬tung pada hukum—hukum yang merugikan sebagaimana yang dipakai banyak orang, dan ia akan menyadari bahwa satu-satunya kekuasaan dan hukum yang dapat dipercaya ha¬nyalah hukum Allah. Ini merupakan rahasia yang sangat penting.
Tidak ada kebaikan di dalam aturan-aturan dan praktik-praktik yang digunakan kebanyakan orang selama berabad¬-abad yang dianggap sebagai kebenaran yang pasti. Sesungguhnya, orang-orang ini telah tertipu. Kebenaran adalah apa yang dinyata¬kan dalam Al-Qur'an.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Dan (Al-Qur'an) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi manusia, agar mereka diberi peringatan dengannya, agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Mahaesa, dan agar orang-orang berakal mengambil pelajaran." (Qs. Ibrahim : 52).
Siapa pun yang membaca Al-Qur'an dengan ikhlas, lalu memikir¬kan berbagai peristiwa berdasarkanAal-Qur'an dan iman, dan mendekatkan diri kepada Allah, ia akan melihat dengan jelas rahasia-rahasia ini. Perbuatan inilah yang akan memberikan pemamahan yang lebih baik bahwa
Allah adalah Yang Maha Esa Yang mengendalikan setiap makhluk, hati, dan pikiran, sebagaimana pernyataan Allah dalam sebuah ayat, yang artinya ," Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur'an itu benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?" (Q.s. Fushshilat: 53).
Sungguh, beruntung hamba-hamba-Nya yang mempelajari dan mengamalkan apa yang tertulis dalam Al-Qur'an.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Wahai manusia ! Sungguh, pelajaran (Al-Qur'an) telah datang kepadamu dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman." (Qs. Yunus : 57).
Allahu a'lam
Sumber : SOME SECRETS OF THE QUR'AN , Yahya, Harun
Izmul A’zham
Sudah sering kita yang tertimpa kesusahan dan kepedihan, merasa dadanya sempit karena gelisah dan duka. Bila kita merenung lebih jauh, maka penyebab terbesar adalah kita telah melupakan doa kepada Allah SWT. Kita lupa atau alpa untuk menghadap Allah SWT dengan memohon pertolongan-Nya.
Saudaraku, yakinlah Allah SWT tidak akan memupuskan harapan anda, harapan kita semua, bila kita berdiri dihadapan Allah SWT dengan merendahkan diri, khusyu, menharapkan rahmat-Nya dan berdoa kepada-Nya sesuka hati anda untuk segala urusan dunia dan akhirat.
Hal ini dapat terjadi bila kita berdoa dan berharap kepada Allah dengan penuh keyakinan akan dikabulkan .
Firman Allah , yang artinya ,” Dan Tuhanmu berfirman, “ Berdoalah kepada-Ku , niscaya akan Kuperkenankan bagimu ... “, (Qs Al-Mu’min : 60).
Dari riwayat hadits Hr Ahmad, At- Tirmidzi dan Al Haakim, bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya ,” Berdoalah kepada Allah dan bersama itu kalian merasa yakin akan dikabulkan”.
Doa itu sendiri adalah ibadah. Maka janganlah kita melupakan bahkan mengabaikan doa. Kita jadikan doa sebagai senjata ditangan dan jangan pernah meninggalkannya.
Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada kita bagaimana doa mustajab, dan salah satu hal yang menjadikan doa musjatab adalah berdoa dengan menggunakan Ismullah al –A’zam.
Ismullah al-A’zham.
Banyak riwayat yang menyebutkan tentang ismullah al_Azham. Sebagian ulama mengatakan bahwa ismullah al-Azham ini bukan satu pengertian saja, akan tetapi banyak sekali sesuai dengan banyaknya riwayat yang menyatakannya.
Dari riwayat Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, bahwa Rasulullah SAW mendengar seorang laki-laki berkata ,” Ya Allah, sungguh aku minta kepada Engkau bahwa Engkau adalah Allah yang tiada tuhan selain Engkau, Yang Maha Satu dan Mahakekal, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada satu pun yang setara dengan Dia “, Maka Rasulullah SAW bersabda, yang artinya ,” Kamu telah meminta kepada Allah dengan menggunakan Ismul A’zham yang apabila meminta dengannya akan diberi dan apabila berdoa dengannya akan dikabulkan “, (Hr Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibn Hibban).
Sa’ad bin Malik ra berkata bahwa ia mendengan Rasulullah SAW bersabda , yang artinya ,” Bukankah aku tunjukkan kalian pada Ismullah A’zham yang apabila meminta dengannya akan diberi, dan apabila berdoa dengannya akan dikabulkan. Doa yang telah digunakan Nabi Yunus AS ketika beliau memanggil-manggil nama Tuhan-nya dalam kegelapan yang sangat yakni, “ Laa ilaaja illa Anta subhaanaka inni kuntu minadzdzaalimmiina (tiada tuhan selain Engaku, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim).
’Maka seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW ,” Apakah doa ini khusus untuk Nabi Yunus saja atau untuk semua orang Islam secara umum ?’
Maka Rasulullah SAW menjawab ,” Tidakkah kamu mendengar bunyi firman Allah azza wa jalla ,” Maka Kami perkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman”. (Qs. Al-Anbiyaa’ : 88).
Rasulullah SAW bersabda , “ Setiap muslim yang berdoa dengannya (doanya Nabi Yunus AS) ketika dalam keadaan sakit selama 40 kali, lantas apabila ia mati di tengah sakitnya itu, ia akan diberi pahalanya orang yang mati syahid “. (Hr Al-Hakim).
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, “ Doa Dzun Nun (Yunus AS) yang ia berdoa dengan doa itu ketika didalam perut ikan besar, yaitu ‘Laa Ilaaha illa anta subhaanaka inni kuntuk minadzdzaalimmiina (Tiada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim).
Tidak diragukan lagi bahwa berdoa dengan menggunakan doa yang berasal dari Nabi Muhammad SAW, seperti
1. doa dengan menggunakan Ismullah al-A’zham
2. doa al-Ma’tsur
3. doa-doa lain yang berasal dari Rasulullah SAW
itu adalah doa-doa yang lebih baik dari doa-doa yang biasa, seperti yang diucapkan orang-orang yang terkadang ada yang bagus terkadang ada pula yang kurang. Disamping itu , hendaknya kta berpegangan pada doa-doa al-ma’tsur ketika hendak berdoa karena hal itu akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.
Dalam berdoa pun , ada adab-adab yang perlu dipenuhi, antara lain :
1. tidak berdoa untuk perbuatan dosa, tidak memutuskan silaturahmi serta tidak tergesa-gesa. Dari riwayat Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya ,” Seorang hamba doanya akan senantiasa dikabulkan selama tidak berdoa untuk perbuatan dosa, memutuskan silaturahmi dan selama tidak tergesa-gesa. Dikatakan oleh sahabat,”Wahai Rasulullah SAW apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa ? Rasulullah SAW menjawab ,” Aku telah berdoa, aku telah berdoa, tapi aku tidak melihat doaku dikabulkan. Lantas ia merasa kecewa dengan hal itu maka ia pun meninggalkan doa “. (Hr Muslim).
2. Tidak berdoa hanya untuk urusan dunia. Dimata Allah , dunia sangatlah remeh dan hina, seperti sayap seekor nyamuk. Selain itu hanyalah orang kafir yang mengharapkan dunia. Berbeda dengan orang mukmin, yang ia mengenal balasan di akhirat sebagai sesuatu hal yang lebih baik dan lebih kekal. Seorang mukmin, bila berdoa untuk urusan dunia, harus menyertakan doa untuk meminta balasan di akhirat. Firman Allah yang artinya ,” ... Maka diantara manusia ada orang yang berdoa,’Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, dan tiadalah baginya bagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan diantara mereka ada orang yang berdoa ,’Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan didunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka “, (Qs. Al-Baqarah : 200 -201).
3. Bersungguh-sunnguh dalam berdoa. Dari riwayat Anas ra mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda , yang artinya ,” Bila salah seorang kalian berdoa, hendaknya bersungguh-sungguh dalam berdoa dan hendaknya tidak mengatakan ,”Ya Allah , jika Engkau berkenan, maka berilah aku karena sesungguhnya allah tidak membencinya,” (Hr Bukhari-Muslim).
4. Tidak mengeraskan suara ketika berdoa. Ummu mu’minin Aisyah ra berkata,” Diturunkannya ayat ... “Dan jangan kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah diantara kedua itu “. (Qs. Al-Israa’ :110). Adalah mengenai doa. Karena sesungguhnya Allah SWT , dekat sekali dengan kita, para hamba-Nya. Oleh karena itu, kita tidak diminta mengeraskan suara dalam berdoa. Allah berfirman ,” Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku ...”, (Qs al-Baqarah : 186).
5. Memilih waktu yang mustajab. Doa memiliki waktu-waktu khusus apabila seorang hamba membacanya, maka doa tidak akan ditolah. Salah satu waktu itu adalah ketika sujud. Allah SWT tidak akan menolak doa seorang hamba yang menyujudkan wajah dan keningnya untuk merendahkan diri karena taut kepada-Nya. Rasulullah SAW bersabda, “ Seorang hamba menjadi lebih dekat dengan Tuhan-nya dalam keadaaan sujud. Maka perbanyaklah doa”. (Hr Muslim).
6. Salah satu waktu lain, dimana berdoa menjadi mustajab adalah ketika azan dan iqamat. Rasulullah bersabda ,”Doa diantara azan dan iqamat tidak akan ditolak”. (Hr abu Dawud dan at-Tirmidzi).
7. Begitu juga doa ketika turun hujan dan doa setelah shalat.
Allahu a’lam
Sumber :Adil Fathi Abdullah,”Isyriin nasiihah lit-takhllush min al-qalaq.
Saudaraku, yakinlah Allah SWT tidak akan memupuskan harapan anda, harapan kita semua, bila kita berdiri dihadapan Allah SWT dengan merendahkan diri, khusyu, menharapkan rahmat-Nya dan berdoa kepada-Nya sesuka hati anda untuk segala urusan dunia dan akhirat.
Hal ini dapat terjadi bila kita berdoa dan berharap kepada Allah dengan penuh keyakinan akan dikabulkan .
Firman Allah , yang artinya ,” Dan Tuhanmu berfirman, “ Berdoalah kepada-Ku , niscaya akan Kuperkenankan bagimu ... “, (Qs Al-Mu’min : 60).
Dari riwayat hadits Hr Ahmad, At- Tirmidzi dan Al Haakim, bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya ,” Berdoalah kepada Allah dan bersama itu kalian merasa yakin akan dikabulkan”.
Doa itu sendiri adalah ibadah. Maka janganlah kita melupakan bahkan mengabaikan doa. Kita jadikan doa sebagai senjata ditangan dan jangan pernah meninggalkannya.
Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada kita bagaimana doa mustajab, dan salah satu hal yang menjadikan doa musjatab adalah berdoa dengan menggunakan Ismullah al –A’zam.
Ismullah al-A’zham.
Banyak riwayat yang menyebutkan tentang ismullah al_Azham. Sebagian ulama mengatakan bahwa ismullah al-Azham ini bukan satu pengertian saja, akan tetapi banyak sekali sesuai dengan banyaknya riwayat yang menyatakannya.
Dari riwayat Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, bahwa Rasulullah SAW mendengar seorang laki-laki berkata ,” Ya Allah, sungguh aku minta kepada Engkau bahwa Engkau adalah Allah yang tiada tuhan selain Engkau, Yang Maha Satu dan Mahakekal, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada satu pun yang setara dengan Dia “, Maka Rasulullah SAW bersabda, yang artinya ,” Kamu telah meminta kepada Allah dengan menggunakan Ismul A’zham yang apabila meminta dengannya akan diberi dan apabila berdoa dengannya akan dikabulkan “, (Hr Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibn Hibban).
Sa’ad bin Malik ra berkata bahwa ia mendengan Rasulullah SAW bersabda , yang artinya ,” Bukankah aku tunjukkan kalian pada Ismullah A’zham yang apabila meminta dengannya akan diberi, dan apabila berdoa dengannya akan dikabulkan. Doa yang telah digunakan Nabi Yunus AS ketika beliau memanggil-manggil nama Tuhan-nya dalam kegelapan yang sangat yakni, “ Laa ilaaja illa Anta subhaanaka inni kuntu minadzdzaalimmiina (tiada tuhan selain Engaku, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim).
’Maka seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW ,” Apakah doa ini khusus untuk Nabi Yunus saja atau untuk semua orang Islam secara umum ?’
Maka Rasulullah SAW menjawab ,” Tidakkah kamu mendengar bunyi firman Allah azza wa jalla ,” Maka Kami perkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman”. (Qs. Al-Anbiyaa’ : 88).
Rasulullah SAW bersabda , “ Setiap muslim yang berdoa dengannya (doanya Nabi Yunus AS) ketika dalam keadaan sakit selama 40 kali, lantas apabila ia mati di tengah sakitnya itu, ia akan diberi pahalanya orang yang mati syahid “. (Hr Al-Hakim).
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, “ Doa Dzun Nun (Yunus AS) yang ia berdoa dengan doa itu ketika didalam perut ikan besar, yaitu ‘Laa Ilaaha illa anta subhaanaka inni kuntuk minadzdzaalimmiina (Tiada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim).
Tidak diragukan lagi bahwa berdoa dengan menggunakan doa yang berasal dari Nabi Muhammad SAW, seperti
1. doa dengan menggunakan Ismullah al-A’zham
2. doa al-Ma’tsur
3. doa-doa lain yang berasal dari Rasulullah SAW
itu adalah doa-doa yang lebih baik dari doa-doa yang biasa, seperti yang diucapkan orang-orang yang terkadang ada yang bagus terkadang ada pula yang kurang. Disamping itu , hendaknya kta berpegangan pada doa-doa al-ma’tsur ketika hendak berdoa karena hal itu akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.
Dalam berdoa pun , ada adab-adab yang perlu dipenuhi, antara lain :
1. tidak berdoa untuk perbuatan dosa, tidak memutuskan silaturahmi serta tidak tergesa-gesa. Dari riwayat Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya ,” Seorang hamba doanya akan senantiasa dikabulkan selama tidak berdoa untuk perbuatan dosa, memutuskan silaturahmi dan selama tidak tergesa-gesa. Dikatakan oleh sahabat,”Wahai Rasulullah SAW apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa ? Rasulullah SAW menjawab ,” Aku telah berdoa, aku telah berdoa, tapi aku tidak melihat doaku dikabulkan. Lantas ia merasa kecewa dengan hal itu maka ia pun meninggalkan doa “. (Hr Muslim).
2. Tidak berdoa hanya untuk urusan dunia. Dimata Allah , dunia sangatlah remeh dan hina, seperti sayap seekor nyamuk. Selain itu hanyalah orang kafir yang mengharapkan dunia. Berbeda dengan orang mukmin, yang ia mengenal balasan di akhirat sebagai sesuatu hal yang lebih baik dan lebih kekal. Seorang mukmin, bila berdoa untuk urusan dunia, harus menyertakan doa untuk meminta balasan di akhirat. Firman Allah yang artinya ,” ... Maka diantara manusia ada orang yang berdoa,’Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, dan tiadalah baginya bagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan diantara mereka ada orang yang berdoa ,’Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan didunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka “, (Qs. Al-Baqarah : 200 -201).
3. Bersungguh-sunnguh dalam berdoa. Dari riwayat Anas ra mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda , yang artinya ,” Bila salah seorang kalian berdoa, hendaknya bersungguh-sungguh dalam berdoa dan hendaknya tidak mengatakan ,”Ya Allah , jika Engkau berkenan, maka berilah aku karena sesungguhnya allah tidak membencinya,” (Hr Bukhari-Muslim).
4. Tidak mengeraskan suara ketika berdoa. Ummu mu’minin Aisyah ra berkata,” Diturunkannya ayat ... “Dan jangan kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah diantara kedua itu “. (Qs. Al-Israa’ :110). Adalah mengenai doa. Karena sesungguhnya Allah SWT , dekat sekali dengan kita, para hamba-Nya. Oleh karena itu, kita tidak diminta mengeraskan suara dalam berdoa. Allah berfirman ,” Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku ...”, (Qs al-Baqarah : 186).
5. Memilih waktu yang mustajab. Doa memiliki waktu-waktu khusus apabila seorang hamba membacanya, maka doa tidak akan ditolah. Salah satu waktu itu adalah ketika sujud. Allah SWT tidak akan menolak doa seorang hamba yang menyujudkan wajah dan keningnya untuk merendahkan diri karena taut kepada-Nya. Rasulullah SAW bersabda, “ Seorang hamba menjadi lebih dekat dengan Tuhan-nya dalam keadaaan sujud. Maka perbanyaklah doa”. (Hr Muslim).
6. Salah satu waktu lain, dimana berdoa menjadi mustajab adalah ketika azan dan iqamat. Rasulullah bersabda ,”Doa diantara azan dan iqamat tidak akan ditolak”. (Hr abu Dawud dan at-Tirmidzi).
7. Begitu juga doa ketika turun hujan dan doa setelah shalat.
Allahu a’lam
Sumber :Adil Fathi Abdullah,”Isyriin nasiihah lit-takhllush min al-qalaq.
Your thoughts create beliefs
berhenti-lah berfikir negatif. Sebagian dari kita, berpikir negatif mungkin sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari diri. Mungkin karena ketika hal-hal tidak sesuai rencana, kita akan mudah merasa depresi dan tidak bisa melihat sisi baik dari kejadian tersebut
Pikiran adalah sesuatu yang sangat powerful. Pikiran anda bisa mengantarkan anda kejalan kesuksesan, atau pun ke tempat yang begitu menyedihkan. Jika apa yang ada dalam pikiran anda baik, maka anda akan menjadi lebih baik. Itu pentingnya anda berfikir benar, berpikir baik, berpikir jernih, berpikir optimis, berpikir positif, berpikir bahagia.
Apa yang anda pikirkan, itulah anda. Berpikiran negatif tidak membawa kemana-mana, kecuali membuat perasaan tambah buruk dan tertekan . Kondisi ini akan berakibat performa kita menjadi mengecewakan. Hal ini bisa menjadi lingkaran yang tidak berujung.
Apa yang kita pikirkan setiap hari? Itu adalah kita sendiri!
Anda adalah apa yang anda pikirkan. Anda akan menjadi apa yang sering anda pikirkan. Anda ingin sukses mulailah berpikir dan memikirkan soal kesuksesan. Kenyataan kehidupan anda, kondisi ekonomi anda, kesibukan anda, penampilan anda, apapun yang tampak pada diri anda, adalah sebuah cermin dari keyakinan anda.
Jika anda ingin berubah, ingin memperbaiki diri, ingin lebih sukses dan bahagia, coba lakukan hal sederhana ini, yaitu perhatikan PIKIRAN anda. Perlahan anda akan membuang pikiran negatif dan pesimis yang bisa membawa kehidupan anda pada hal yang tidak anda inginkan. Pikiran bukanlah sebuah hal yang otomatis begitu saja (Auto Pilot), namun hal yang bisa anda kontrol, bisa anda kendalikan. Sekali anda bisa mengendalikan ke arah yang POSITIF, maka tindakan anda akan menjadi positif dan kehidupan anda akan menjadi positif, sukses dan bahagia.
Apakah anda bersedih hari ini ? Ingat! Apakah anda frustasi?
Andalah pilot dari perasaan anda, anda yang harus mengontrol pikiran anda. Andalah satu satunya makluk di planet ini yang memiliki hak dan kemampuan untuk merubahnya menjadi penuh harapan.
Anda sendiri yang mengijinkan pikiran dan perasaan negatif, jika anda tidak mengijinkan untuk bersedih, maka anda tidak akan bersedih, jika anda tidak mengijinkan frustasi, maka anda tidak akan frustasi.
Beri perhatian yang baik pada pikiran anda! Marilah mulai sekarang kita mulai memperhatikan dengan baik, bagaimana kita (anda) berfikir, cara anda berfikir dan arah anda berfikir. Beri perhatian yang cukup pada pemikiran anda, karena pemikiran anda itulah refleksi diri anda, dan refleksi masa depan anda.
Kesadaran anda, bahwa anda bisa mengontrol pikiran anda, bisa memprogram pikiran anda, maka anda akan mulai bisa mengeliminasi hal-hal buruk dan menumbuhkan pikiran-pikiran yang positif. Apakah anda sekarang sedang merasa bersedih, susah, terpuruk, jengkel atau marah?
Coba anda ubah melalui pikiran anda. Kontrol pikiran anda dan mulai rubah. Mulailah memikirkan hal-hal baik, situasi yang baik, kesempatan yang baik, sisi sisi yang baik. Keindahan kehindahan kehidupan, peluang peluang. Kontrol pikiran anda sendiri untuk bersemangat, berfikir hal hal yang mengembirakan. Kontrolah pikiran anda jangan sampai hal negatif mengalahkan anda. Jika pikrian anda negatif, maka anda akan memiliki keyakinan yang negatif, kemudian akan terrefleksi dalam kehidupan anda.
Jessica Padykula menyarankan sembilan teknik untuk mencegah dan mengatasi pikiran negatif yang adalah sebagai berikut:
1. Hidup di saat ini. Memikirkan masa lalu atau masa depan adalah hal yang sering membuat kita cemas. Jarang sekali kita panik karena kejadian masa sekarang. Jika Anda menemukan pikiran anda terkukung dalam apa yang telah terjadi atau apa yang belum terjadi, ingatlah bahwa hanya masa kini yang dapat kita kontrol.
2. Katakan hal positif pada diri sendiri
Katakan pada diri Anda bahwa Anda kuat, Anda mampu. Ucapkan hal tersebut terus-menerus, kapanpun. Terutama, mulailah hari dengan mengatakan hal positif tentang diri sendiri dan hari itu, tidak peduli jika hari itu Anda harus mengambil keputusan sulit ataupun Anda tidak mempercayai apa yang telah Anda katakan pada diri sendiri.
3. Percaya pada kekuatan pikiran positif
Jika Anda berpikir positif, hal-hal positif akan datang dan kesulitan-kesulitan akan terasa lebih ringan. Sebaliknya, jika Anda berpikiran negatif, hal-hal negatif akan menimpa Anda. Hal ini adalah hukum universal, seperti layaknya hukum gravitasi atau pertukaran energi. Tidak akan mudah untuk mengubah pola pikir Anda, namun usahanya sebanding dengan hasil yang bisa Anda petik.
4. Jangan berdiam diri.
Telusuri apa yang membuat Anda berpikiran negatif, perbaiki, dan kembali maju. Jika hal tersebut tidak bisa diperbaiki lagi, berhenti mengeluh dan menyesal karena hal itu hanya akan menghabiskan waktu dan energi Anda, juga membuat Anda merasa tambah buruk. Terimalah apa yang telah terjadi, petik hikmah/pelajaran dari hal tersebut, dan kembali maju.
5. Fokus pada hal-hal positif.
Ketika kita sedang sedang berpikiran negatif, seringkali kita lupa akan apa yang kita miliki dan lebih berfokus pada apa yang tidak kita miliki. Buatlah sebuah jurnal rasa syukur. Tidak masalah waktunya, tiap hari tulislah lima enam hal positif yang terjadi pada hari tersebut. Hal positif itu bisa berupa hal-hal besar ataupun sekadar hal-hal kecil seperti ‘hari ini cerah’ atau ‘makan sore hari ini menakjubkan’. Selama Anda tetap konsisten melakukan kegiatan ini, hal ini mampu mengubah pemikiran negatif Anda menjadi suatu pemikiran positif. Dan ketika Anda mulai merasa berpikiran negatif, baca kembali jurnal tersebut.
6. Bergeraklah
Berolahraga melepaskan endorphin yang mampu membuat perasaaan Anda menjadi lebih baik. Apakah itu sekadar berjalan mengelelingi blok ataupun berlari sepuluh kilometer, aktifitas fisik akan membuat diri kita merasa lebih baik. Ketika Anda merasa down, aktifitas olahraga lima belas menit dapat membuat Anda merasa lebih baik.
7. Hadapi rasa takutmu
Perasaan negatif muncul dari rasa takut, makin takut Anda akan hidup, makin banyak pikiran negatif dalam diri Anda. Jika Anda takut akan sesuatu, lakukan sesuatu itu. Rasa takut adalah bagian dari hidup namun kita memiliki pilihan untuk tidak membiarkan rasa takut menghentikan kita.
8. Coba hal-hal baru
Mencoba hal-hal baru juga dapat meningkatkan rasa percaya diri. Dengan mengatakan ya pada kehidupan Anda membuka lebih banyak kesempatan untuk bertumbuh. Jauhi pikiran ‘ya, tapi…’. Pengalaman baru, kecil atau besar, membuat hidup terasa lebih menyenangkan dan berguna.
9. Ubah cara pandang
Ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik, cari cara untuk melihat hal tersebut dari sudut pandang yang lebih positif. Dalam setiap tantangan terdapat keuntungan, dalam setiap keuntungan terdapat tantangan.
Bersabarlah terhadap semuanya. Karena kemarahan membawa seseorang menuju jalan yang gelap. Selain menjengkelkan dan mengganggu orang lain, kemarahan juga melukai diri sendiri. Kemarahan melemahkan tubuh dan mengganggu pikiran. Kata-kata yang kasar, seperti anak panah yang diluncurkan dari busurnya, tidak dapat ditarik kembali meskipun Anda menawarkan ribuan kata maaf untuk itu.
Beberapa makhluk tertentu tidak dapat melihat pada malam hari, beberapa yang lain tidak dapat melihat pada melihat pada siang hari. Tetapi orang yang terseret dalam kebencian tidak dapat melihat apa pun baik siang atau pun malam.Pikiran adalah teman yang terbaik tetapi dapat dengan mudah menjadi musuh yang terburuk. Beberapa variasi penyakit jantung dan kulit dapat ditelusuri berasal dari penolakan yang bertumpuk, kebencian dan keiri-hatian. Perasaan-perasaan yang menghancurkan semacam itu meracuni hati. Kesemuanya itu mempercepat perkembangan penyakit laten dengan cara mengurangi daya kekebalan tubuh terhadap mikroba.
Berpikir akan menjadi sebuah keyakinan. Apa yang anda pikirkan, akan menjadi apa yang anda yakini. Jika sahabat sukses fokus pada hal yang positif, maka keyakinan anda akan menjadi positif dan perilaku anda akan positif pula.
Allahu a'lam
Sumber : YIC, http://www.d60pc.com , hari subagya www.bisnispartner.com
Pikiran adalah sesuatu yang sangat powerful. Pikiran anda bisa mengantarkan anda kejalan kesuksesan, atau pun ke tempat yang begitu menyedihkan. Jika apa yang ada dalam pikiran anda baik, maka anda akan menjadi lebih baik. Itu pentingnya anda berfikir benar, berpikir baik, berpikir jernih, berpikir optimis, berpikir positif, berpikir bahagia.
Apa yang anda pikirkan, itulah anda. Berpikiran negatif tidak membawa kemana-mana, kecuali membuat perasaan tambah buruk dan tertekan . Kondisi ini akan berakibat performa kita menjadi mengecewakan. Hal ini bisa menjadi lingkaran yang tidak berujung.
Apa yang kita pikirkan setiap hari? Itu adalah kita sendiri!
Anda adalah apa yang anda pikirkan. Anda akan menjadi apa yang sering anda pikirkan. Anda ingin sukses mulailah berpikir dan memikirkan soal kesuksesan. Kenyataan kehidupan anda, kondisi ekonomi anda, kesibukan anda, penampilan anda, apapun yang tampak pada diri anda, adalah sebuah cermin dari keyakinan anda.
Jika anda ingin berubah, ingin memperbaiki diri, ingin lebih sukses dan bahagia, coba lakukan hal sederhana ini, yaitu perhatikan PIKIRAN anda. Perlahan anda akan membuang pikiran negatif dan pesimis yang bisa membawa kehidupan anda pada hal yang tidak anda inginkan. Pikiran bukanlah sebuah hal yang otomatis begitu saja (Auto Pilot), namun hal yang bisa anda kontrol, bisa anda kendalikan. Sekali anda bisa mengendalikan ke arah yang POSITIF, maka tindakan anda akan menjadi positif dan kehidupan anda akan menjadi positif, sukses dan bahagia.
Apakah anda bersedih hari ini ? Ingat! Apakah anda frustasi?
Andalah pilot dari perasaan anda, anda yang harus mengontrol pikiran anda. Andalah satu satunya makluk di planet ini yang memiliki hak dan kemampuan untuk merubahnya menjadi penuh harapan.
Anda sendiri yang mengijinkan pikiran dan perasaan negatif, jika anda tidak mengijinkan untuk bersedih, maka anda tidak akan bersedih, jika anda tidak mengijinkan frustasi, maka anda tidak akan frustasi.
Beri perhatian yang baik pada pikiran anda! Marilah mulai sekarang kita mulai memperhatikan dengan baik, bagaimana kita (anda) berfikir, cara anda berfikir dan arah anda berfikir. Beri perhatian yang cukup pada pemikiran anda, karena pemikiran anda itulah refleksi diri anda, dan refleksi masa depan anda.
Kesadaran anda, bahwa anda bisa mengontrol pikiran anda, bisa memprogram pikiran anda, maka anda akan mulai bisa mengeliminasi hal-hal buruk dan menumbuhkan pikiran-pikiran yang positif. Apakah anda sekarang sedang merasa bersedih, susah, terpuruk, jengkel atau marah?
Coba anda ubah melalui pikiran anda. Kontrol pikiran anda dan mulai rubah. Mulailah memikirkan hal-hal baik, situasi yang baik, kesempatan yang baik, sisi sisi yang baik. Keindahan kehindahan kehidupan, peluang peluang. Kontrol pikiran anda sendiri untuk bersemangat, berfikir hal hal yang mengembirakan. Kontrolah pikiran anda jangan sampai hal negatif mengalahkan anda. Jika pikrian anda negatif, maka anda akan memiliki keyakinan yang negatif, kemudian akan terrefleksi dalam kehidupan anda.
Jessica Padykula menyarankan sembilan teknik untuk mencegah dan mengatasi pikiran negatif yang adalah sebagai berikut:
1. Hidup di saat ini. Memikirkan masa lalu atau masa depan adalah hal yang sering membuat kita cemas. Jarang sekali kita panik karena kejadian masa sekarang. Jika Anda menemukan pikiran anda terkukung dalam apa yang telah terjadi atau apa yang belum terjadi, ingatlah bahwa hanya masa kini yang dapat kita kontrol.
2. Katakan hal positif pada diri sendiri
Katakan pada diri Anda bahwa Anda kuat, Anda mampu. Ucapkan hal tersebut terus-menerus, kapanpun. Terutama, mulailah hari dengan mengatakan hal positif tentang diri sendiri dan hari itu, tidak peduli jika hari itu Anda harus mengambil keputusan sulit ataupun Anda tidak mempercayai apa yang telah Anda katakan pada diri sendiri.
3. Percaya pada kekuatan pikiran positif
Jika Anda berpikir positif, hal-hal positif akan datang dan kesulitan-kesulitan akan terasa lebih ringan. Sebaliknya, jika Anda berpikiran negatif, hal-hal negatif akan menimpa Anda. Hal ini adalah hukum universal, seperti layaknya hukum gravitasi atau pertukaran energi. Tidak akan mudah untuk mengubah pola pikir Anda, namun usahanya sebanding dengan hasil yang bisa Anda petik.
4. Jangan berdiam diri.
Telusuri apa yang membuat Anda berpikiran negatif, perbaiki, dan kembali maju. Jika hal tersebut tidak bisa diperbaiki lagi, berhenti mengeluh dan menyesal karena hal itu hanya akan menghabiskan waktu dan energi Anda, juga membuat Anda merasa tambah buruk. Terimalah apa yang telah terjadi, petik hikmah/pelajaran dari hal tersebut, dan kembali maju.
5. Fokus pada hal-hal positif.
Ketika kita sedang sedang berpikiran negatif, seringkali kita lupa akan apa yang kita miliki dan lebih berfokus pada apa yang tidak kita miliki. Buatlah sebuah jurnal rasa syukur. Tidak masalah waktunya, tiap hari tulislah lima enam hal positif yang terjadi pada hari tersebut. Hal positif itu bisa berupa hal-hal besar ataupun sekadar hal-hal kecil seperti ‘hari ini cerah’ atau ‘makan sore hari ini menakjubkan’. Selama Anda tetap konsisten melakukan kegiatan ini, hal ini mampu mengubah pemikiran negatif Anda menjadi suatu pemikiran positif. Dan ketika Anda mulai merasa berpikiran negatif, baca kembali jurnal tersebut.
6. Bergeraklah
Berolahraga melepaskan endorphin yang mampu membuat perasaaan Anda menjadi lebih baik. Apakah itu sekadar berjalan mengelelingi blok ataupun berlari sepuluh kilometer, aktifitas fisik akan membuat diri kita merasa lebih baik. Ketika Anda merasa down, aktifitas olahraga lima belas menit dapat membuat Anda merasa lebih baik.
7. Hadapi rasa takutmu
Perasaan negatif muncul dari rasa takut, makin takut Anda akan hidup, makin banyak pikiran negatif dalam diri Anda. Jika Anda takut akan sesuatu, lakukan sesuatu itu. Rasa takut adalah bagian dari hidup namun kita memiliki pilihan untuk tidak membiarkan rasa takut menghentikan kita.
8. Coba hal-hal baru
Mencoba hal-hal baru juga dapat meningkatkan rasa percaya diri. Dengan mengatakan ya pada kehidupan Anda membuka lebih banyak kesempatan untuk bertumbuh. Jauhi pikiran ‘ya, tapi…’. Pengalaman baru, kecil atau besar, membuat hidup terasa lebih menyenangkan dan berguna.
9. Ubah cara pandang
Ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik, cari cara untuk melihat hal tersebut dari sudut pandang yang lebih positif. Dalam setiap tantangan terdapat keuntungan, dalam setiap keuntungan terdapat tantangan.
Bersabarlah terhadap semuanya. Karena kemarahan membawa seseorang menuju jalan yang gelap. Selain menjengkelkan dan mengganggu orang lain, kemarahan juga melukai diri sendiri. Kemarahan melemahkan tubuh dan mengganggu pikiran. Kata-kata yang kasar, seperti anak panah yang diluncurkan dari busurnya, tidak dapat ditarik kembali meskipun Anda menawarkan ribuan kata maaf untuk itu.
Beberapa makhluk tertentu tidak dapat melihat pada malam hari, beberapa yang lain tidak dapat melihat pada melihat pada siang hari. Tetapi orang yang terseret dalam kebencian tidak dapat melihat apa pun baik siang atau pun malam.Pikiran adalah teman yang terbaik tetapi dapat dengan mudah menjadi musuh yang terburuk. Beberapa variasi penyakit jantung dan kulit dapat ditelusuri berasal dari penolakan yang bertumpuk, kebencian dan keiri-hatian. Perasaan-perasaan yang menghancurkan semacam itu meracuni hati. Kesemuanya itu mempercepat perkembangan penyakit laten dengan cara mengurangi daya kekebalan tubuh terhadap mikroba.
Berpikir akan menjadi sebuah keyakinan. Apa yang anda pikirkan, akan menjadi apa yang anda yakini. Jika sahabat sukses fokus pada hal yang positif, maka keyakinan anda akan menjadi positif dan perilaku anda akan positif pula.
Allahu a'lam
Sumber : YIC, http://www.d60pc.com , hari subagya www.bisnispartner.com
Minggu, 15 Mei 2011
Tips , Adab gunakan tangan kanan
Saudaraku, dalam keseharian kita seringkali terlewatkan dalam memperhatikan penggunaan kedua tangan kita untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu sehari-hari. Semoga pembahasan sederhana ini bisa menjadikan kita lebih memahami dan mempraktekkan sunnah -sunnah Rasulullah. Hal-hal yang bisa jadi kita anggap sepele ini , justru merupkan bukti akan aspek keindahan dan kesempurnaan Islam yang telah dinyatakan oleh Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman, yang artinya ," Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu". [Qs. al-Mâidah :3]
Al-Qur`an Memuji Golongan Kanan
Al-Qur`an sebagai sumber hukum Islam menyebutkan penggolongan manusia di akhirat kelak. Menariknya, ialah penggolongan umat manusia menjadi dua golongan. Pertama, golongan yang menerima buku catatan amalnya dengan tangan kanan
Golongan pertama ini sangat identik dengan orang-orang baik, taat kepada Allah Azza wa Jalla, dan memperoleh keselamatan, kebahagiaan, kenikmatan dan keberuntungan di akhirat kelak. Saking gembiranya atas hasil catatannya yang baik, mereka berkemauan memperlihatkannya kepada orang lain.
Allah Azza wa Jalla berfirman, yang artinya ," Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)". [Qs. al-Hâqqah :19]
Dan kedua, golongan yang menerimanya dengan tangan kiri. Mereka ini kumpulan orang yang dirundung kesedihan dan perasaan hancur karena buruknya catatan yang terkandung di buku amalan mereka.
Sebagaimana Allah Azza wa Jalla berfirman, yang artinya , "Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini)". [Qs. al-Hâqqah:25]
Syaikh al-'Utsaimin mengkiaskan kejadian di atas dengan peristiwa pada hari penerimaan rapot anak-anak di sekolah. Dapat disaksikan bila siswa menerima rapot dengan hasil baik (lulus ujian), maka ia akan memamerkannya kepada teman-teman dan kaum kerabatnya. Berbeda dengan siswa yang tidak lulus, maka ia akan berandai-andai agar tidak pernah menerima rapot, apalagi sampai melihatnya.[1]
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Menyukai Menggunakan Tangan Kanan Untuk Perkara-Perkara Baik
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberikan contoh bagi umatnya agar mendahulukan tangan kanan (bagian anggota tubuh sebelah kanan) dalam perkara-perkara baik atau penting.
Sementara tangan kiri, beliau menggunakannya untuk hal-hal yang bersangkut-paut dengan yang kotor-kotor atau najis.
Demikianlah garis besar kaidah dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. 'Aisyah Radhiyallahu 'anha menceritakan perihal kaidah itu: "Bahwa tangan kanan Rasulullah dipergunakan dalam bersuci dan makan. Adapun tangan kiri, dipakai untuk membersihkan bekas kotoran dari buang hajat dan perkara-perkara yang najis (najis)" [Hadits shahih riwayat Abu Dawud]
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata: “Disunnahkan menggunakan tangan kanan dalam perkara-perkara yang mengandung segi kemuliaan. Dan sebaliknya, menggunakan tangan kiri dalam urusan yang mengandung kejelekan”[2]
Perincian Penggunaan Tangan Kanan Atau Mendahulukan Anggota Tubuh Sebelah Kanan Dalam Riwayat Hadits:
1. Bersuci
Dasarnya, hadits 'Aisyah Radhiyallahu 'anha yang diriwayatkan Imam al-Bukhâri dan Imam Muslim, ia berkata: "Nabi lebih menyukai menggunakan sebelah kanan dalam urusan-urusan beliau; dalam mengenakan sandal, menyisir dan besuci"
Maksudnya, dalam bersuci (berwudhu atau mandi besar) terlebih dahulu mendahulukan tangan kanan dan kaki kanannya (atau anggota tubuh bagian kanan). Demikian pula dalam menyisir rambut, beliau memulai dari sisi kanan. Dalam menggunakan sandal pun, beliau memulainya dengan kaki kanan.[3]
Dalam hadits lain, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya , "Jika kalian akan mengenakan pakaian dan berwudhu, mulailah dengan sebelah kanan kalian" [HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi dengan sanad shahih]
Adapun dua telinga dihitung satu anggota tubuh, karena masuk dalam bagian kepala yang dibasuh sekaligus, tanpa mempertimbangkan bagian kanan atau kirinya.[4]
2. Memandikan Jenazah
Disebutkan dalam riwayat, kaum wanita menghadiri pemandian jenazah putri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Zainab.
Rasulullah berkata kepada mereka: “Mulailah dengan anggota-anggota badan sebelah kanan” [Muttafaqun ‘alaih]
Maksudnya, mendahulukan tangan kanan daripada tangan kiri, kaki kanan daripada kaki kiri, sisi kanan ketimbang sisi kiri
3. Makan Dan Minum
Pada masalah ini, ketegasan penggunaan tangan kanan dari Rasulullah telah dilupakan oleh sebagian kaum Muslimin. Sementara orang lebih mengedepankan tangan kiri, entah untuk mengambil makanan, gorengan misalnya, dan lantas menyantapnya, maupun saat menegukkan air dari sebuah gelas ke mulut.
Menggunakan tangan kiri untuk makan dan minum termasuk kebiasaan makhluk terlaknat, setan. Dan kaum Muslimin diperintahkan menjauhi perilaku dan langkah-langkah makhluk sumber keburukan itu.
Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya , ""Jika salah seorang dari kalian akan makan, hendaknya makan dengan tangan kanan. Dan apabila ingin minum, hendaknya minum dengan tangan kanan. Sesungguhnya setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya" [HR. Muslim]
Syaikh al-‘Utsaimîn rahimahullah mengatakan, bila Anda melihat dua orang, salah satu dari mereka makan dan minum dengan tangan kanan dan yang lain menggunakan tangan kirinya, maka orang pertama sedang menjalankan petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang kedua berada di atas petunjuk setan. Apakah ada seorang Muslim yang berkenan mengikuti petunjuk setan dan mengesampingkan petunjuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.?[5]
Karenanya, Syaikh al-‘Utsaimîn rahimahullah berpesan, orang tua wajib mengajari anak-anaknya agar makan dan minum dengan tangan kanan
4. Mencukur Rambut
Sehubungan dengan mencukur rambut, terdapat petunjuk Rasulullah untuk meminta tukang cukur agar memulai pengguntingan rambut dari sebelah kanan kepala.
Dari Anas Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (dalam musim haji) pergi ke Mina. Kemudian beliau melontar jumrah. Setelah itu, kembali ke tempat beliau menginap di Mina dan menyembelih hewan onta. Kemudian, berkata kepada tukang cukur, "Ambil sini (dulu). Beliau menunjuk bagian kanan kepala dan dilanjutkan dengan bagian kiri kepala….[Muttafaqun 'alaih]
5. Menyisir Rambut
Rambut Rasulullah kadang-kadang sampai cuping telinga. Terkadang juga rambut beliau sampai mengenai pundak. Dengan rambut seperti ini, beliau selalu memperhatikan kebersihan dan keindahannya. Beliau menyisir dan meminyakinya sehingga tampak bersih dan indah. Tidak kotor terkena debu atau malah menjadi sarang kutu .
Dalam menyisir dan meminyaki rambut, beliau memulainya dari sebelah kanan. Hal ini sesuai dengan kandungan hadits 'Aisyah Radhiyallahu 'anha: "Rasulullah lebih menyukai menggunakan sebelah kanan dalam urusan-urusan beliau; dalam bersuci, menyisir dan mengenakan sandal" [HR. al-Bukhari Muslim]
6. Mengenakan Baju (Pakaian)
Hal ini mengacu pada sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang artinya ," Jika kalian akan mengenakan pakaian dan berwudhu, mulailah dengan sebelah kanan kalian" [HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi dengan sanad shahih]
7. Memakai Sandal (Sepatu)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. , "Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Jika salah seorang dari kalian akan mengenakan sandal, hendaknya memulai dengan kaki kanannya. Dan apabila akan melepasnya, hendaknya memulai dengan kaki kirinya…" [Muttafaqun alaihi]
Selain hal-hal di atas, masih banyak perkara yang mesti dikerjakan dengan tangan kanan. Imam an-Nawawi rahimahullah telah menjelaskan secara mendetail dalam kitab Riyâdhush Shâlihin. Perkara-perkara itu adalah mengenakan celana, memasuki masjid, bersiwak, bercelak, memotong kuku, mencukur kumis, mencabut bulu ketiak, berjabat tangan, memegang Hajar Aswad, menyerahkan dan menerima sesuatu, keluar dari kamar mandi dan lain sebagainya.[7]
8. Menggunakan Tangan Kiri
Telah berlalu riwayat dari ‘Aisyah Radhiyallahu 'anha, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menggunakan tangan kiri pada perkara-perkara yang mengandung kotoran. Syaikh Salim al-Hilali mengatakan: “Tangan kiri tidak dipergunakan kecuali pada perkara-perkara yang menjijikkan dan perbuatan-perbuatan yang tidak mengandung unsur kemuliaan.[8]
Alasan penggunaan tangan kiri dalam masalah-masalah kotor ini dalam rangka memuliakan tangan kanan. Sebab tangan kanan lebih afdhal ketimbang tangan kiri.[9]
Dalam syariat telah diatur, bahwa istinja’ (menggunakan air dalam bersuci dari buang hajat), istijmâr (bersuci dari buang hajat dengan bebatuan) dilakukan dengan tangan kiri.
Sahabat Salmân al-Fârisi Radhiyallahu 'anhu menceritakan ,"Rasulullah melarang kami menghadap kiblat saat buang air besar, kencing dan melarang kami melakukan istinja` dengan tangan kanan… " [HR. an-Nasâi]
Penggunaan tangan kiri, menurut Imam an-Nawawi rahimahullah juga dilakukan saat seseorang akan membuang ingusnya. Arah kiri pun seyogyanya dipilih oleh seseorang untuk membuang ludahnya. Dan ketika seeorang keluar dari kamar mandi (toilet), atau masjid, kaki kiri lah yang didahulukan. Sementara persoalan melepas sandal, sepatu, celana dan pakaian, juga dengan mendahulukan tangan atau kaki kiri.[10]
E. Mengenakan Jam Tangan
Sebagian orang beranggapan, pemakaian jam tangan lebih baik di tangan kanan. Dalih mereka, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyukai sebelah kanan. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar.
Sebab, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu terkadang mengenakan cincin di tangan kiri. Dan arloji mengandung sisi kemiripan dengan cincin. Atas dasar itu, Syaikh al-‘Utsaimin memandang permasalahan ini longgar. Tidak pengutamaan memakai tangan kanan daripada tangan kiri. Bisa dipakai di tangan kanan atau kiri. Tidak ada masalah.[11]
F. Penutup
Seorang Muslim telah memiliki identitas diri yang mulia karena segala tindak tanduknya berlandaskan pada ajaran Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau mengajak umat menuju kepada kesempurnaan adab. Tidak sepatutnya perkara-perkara semacam ini disepelekan. Sebab, bagaimanapun, itu semua bagian dari agama Islam.
Wallahu a’lam.
sumber : Ustd Ashim bin Musthafa. Manhaj. Or.id , Syarhu Riyâdhish Shâlihîn, Syaikh Muhammad al-‘Utsaimîn, Madârul Wathan, Bahjatun Nâzhirin Syarhu Riyâdhish Shâlihîn, Syaikh Salîm al-Hilâli, Dar Ibnil Jauzi , majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XII/1430H/2009.
Catatan :
[1]. Lihat Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/177)
[2]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/169)
[3]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/180)
[4]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/170)
[5]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/173)
[6]. Ibid
[7]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/169)
[8]. Bahjatun Nâzhirin (2/46)
[9]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/180)
[10]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/169)
[11]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/177)
Al-Qur`an Memuji Golongan Kanan
Al-Qur`an sebagai sumber hukum Islam menyebutkan penggolongan manusia di akhirat kelak. Menariknya, ialah penggolongan umat manusia menjadi dua golongan. Pertama, golongan yang menerima buku catatan amalnya dengan tangan kanan
Golongan pertama ini sangat identik dengan orang-orang baik, taat kepada Allah Azza wa Jalla, dan memperoleh keselamatan, kebahagiaan, kenikmatan dan keberuntungan di akhirat kelak. Saking gembiranya atas hasil catatannya yang baik, mereka berkemauan memperlihatkannya kepada orang lain.
Allah Azza wa Jalla berfirman, yang artinya ," Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)". [Qs. al-Hâqqah :19]
Dan kedua, golongan yang menerimanya dengan tangan kiri. Mereka ini kumpulan orang yang dirundung kesedihan dan perasaan hancur karena buruknya catatan yang terkandung di buku amalan mereka.
Sebagaimana Allah Azza wa Jalla berfirman, yang artinya , "Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini)". [Qs. al-Hâqqah:25]
Syaikh al-'Utsaimin mengkiaskan kejadian di atas dengan peristiwa pada hari penerimaan rapot anak-anak di sekolah. Dapat disaksikan bila siswa menerima rapot dengan hasil baik (lulus ujian), maka ia akan memamerkannya kepada teman-teman dan kaum kerabatnya. Berbeda dengan siswa yang tidak lulus, maka ia akan berandai-andai agar tidak pernah menerima rapot, apalagi sampai melihatnya.[1]
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Menyukai Menggunakan Tangan Kanan Untuk Perkara-Perkara Baik
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberikan contoh bagi umatnya agar mendahulukan tangan kanan (bagian anggota tubuh sebelah kanan) dalam perkara-perkara baik atau penting.
Sementara tangan kiri, beliau menggunakannya untuk hal-hal yang bersangkut-paut dengan yang kotor-kotor atau najis.
Demikianlah garis besar kaidah dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. 'Aisyah Radhiyallahu 'anha menceritakan perihal kaidah itu: "Bahwa tangan kanan Rasulullah dipergunakan dalam bersuci dan makan. Adapun tangan kiri, dipakai untuk membersihkan bekas kotoran dari buang hajat dan perkara-perkara yang najis (najis)" [Hadits shahih riwayat Abu Dawud]
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata: “Disunnahkan menggunakan tangan kanan dalam perkara-perkara yang mengandung segi kemuliaan. Dan sebaliknya, menggunakan tangan kiri dalam urusan yang mengandung kejelekan”[2]
Perincian Penggunaan Tangan Kanan Atau Mendahulukan Anggota Tubuh Sebelah Kanan Dalam Riwayat Hadits:
1. Bersuci
Dasarnya, hadits 'Aisyah Radhiyallahu 'anha yang diriwayatkan Imam al-Bukhâri dan Imam Muslim, ia berkata: "Nabi lebih menyukai menggunakan sebelah kanan dalam urusan-urusan beliau; dalam mengenakan sandal, menyisir dan besuci"
Maksudnya, dalam bersuci (berwudhu atau mandi besar) terlebih dahulu mendahulukan tangan kanan dan kaki kanannya (atau anggota tubuh bagian kanan). Demikian pula dalam menyisir rambut, beliau memulai dari sisi kanan. Dalam menggunakan sandal pun, beliau memulainya dengan kaki kanan.[3]
Dalam hadits lain, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya , "Jika kalian akan mengenakan pakaian dan berwudhu, mulailah dengan sebelah kanan kalian" [HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi dengan sanad shahih]
Adapun dua telinga dihitung satu anggota tubuh, karena masuk dalam bagian kepala yang dibasuh sekaligus, tanpa mempertimbangkan bagian kanan atau kirinya.[4]
2. Memandikan Jenazah
Disebutkan dalam riwayat, kaum wanita menghadiri pemandian jenazah putri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Zainab.
Rasulullah berkata kepada mereka: “Mulailah dengan anggota-anggota badan sebelah kanan” [Muttafaqun ‘alaih]
Maksudnya, mendahulukan tangan kanan daripada tangan kiri, kaki kanan daripada kaki kiri, sisi kanan ketimbang sisi kiri
3. Makan Dan Minum
Pada masalah ini, ketegasan penggunaan tangan kanan dari Rasulullah telah dilupakan oleh sebagian kaum Muslimin. Sementara orang lebih mengedepankan tangan kiri, entah untuk mengambil makanan, gorengan misalnya, dan lantas menyantapnya, maupun saat menegukkan air dari sebuah gelas ke mulut.
Menggunakan tangan kiri untuk makan dan minum termasuk kebiasaan makhluk terlaknat, setan. Dan kaum Muslimin diperintahkan menjauhi perilaku dan langkah-langkah makhluk sumber keburukan itu.
Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya , ""Jika salah seorang dari kalian akan makan, hendaknya makan dengan tangan kanan. Dan apabila ingin minum, hendaknya minum dengan tangan kanan. Sesungguhnya setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya" [HR. Muslim]
Syaikh al-‘Utsaimîn rahimahullah mengatakan, bila Anda melihat dua orang, salah satu dari mereka makan dan minum dengan tangan kanan dan yang lain menggunakan tangan kirinya, maka orang pertama sedang menjalankan petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang kedua berada di atas petunjuk setan. Apakah ada seorang Muslim yang berkenan mengikuti petunjuk setan dan mengesampingkan petunjuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.?[5]
Karenanya, Syaikh al-‘Utsaimîn rahimahullah berpesan, orang tua wajib mengajari anak-anaknya agar makan dan minum dengan tangan kanan
4. Mencukur Rambut
Sehubungan dengan mencukur rambut, terdapat petunjuk Rasulullah untuk meminta tukang cukur agar memulai pengguntingan rambut dari sebelah kanan kepala.
Dari Anas Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (dalam musim haji) pergi ke Mina. Kemudian beliau melontar jumrah. Setelah itu, kembali ke tempat beliau menginap di Mina dan menyembelih hewan onta. Kemudian, berkata kepada tukang cukur, "Ambil sini (dulu). Beliau menunjuk bagian kanan kepala dan dilanjutkan dengan bagian kiri kepala….[Muttafaqun 'alaih]
5. Menyisir Rambut
Rambut Rasulullah kadang-kadang sampai cuping telinga. Terkadang juga rambut beliau sampai mengenai pundak. Dengan rambut seperti ini, beliau selalu memperhatikan kebersihan dan keindahannya. Beliau menyisir dan meminyakinya sehingga tampak bersih dan indah. Tidak kotor terkena debu atau malah menjadi sarang kutu .
Dalam menyisir dan meminyaki rambut, beliau memulainya dari sebelah kanan. Hal ini sesuai dengan kandungan hadits 'Aisyah Radhiyallahu 'anha: "Rasulullah lebih menyukai menggunakan sebelah kanan dalam urusan-urusan beliau; dalam bersuci, menyisir dan mengenakan sandal" [HR. al-Bukhari Muslim]
6. Mengenakan Baju (Pakaian)
Hal ini mengacu pada sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang artinya ," Jika kalian akan mengenakan pakaian dan berwudhu, mulailah dengan sebelah kanan kalian" [HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi dengan sanad shahih]
7. Memakai Sandal (Sepatu)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. , "Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Jika salah seorang dari kalian akan mengenakan sandal, hendaknya memulai dengan kaki kanannya. Dan apabila akan melepasnya, hendaknya memulai dengan kaki kirinya…" [Muttafaqun alaihi]
Selain hal-hal di atas, masih banyak perkara yang mesti dikerjakan dengan tangan kanan. Imam an-Nawawi rahimahullah telah menjelaskan secara mendetail dalam kitab Riyâdhush Shâlihin. Perkara-perkara itu adalah mengenakan celana, memasuki masjid, bersiwak, bercelak, memotong kuku, mencukur kumis, mencabut bulu ketiak, berjabat tangan, memegang Hajar Aswad, menyerahkan dan menerima sesuatu, keluar dari kamar mandi dan lain sebagainya.[7]
8. Menggunakan Tangan Kiri
Telah berlalu riwayat dari ‘Aisyah Radhiyallahu 'anha, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menggunakan tangan kiri pada perkara-perkara yang mengandung kotoran. Syaikh Salim al-Hilali mengatakan: “Tangan kiri tidak dipergunakan kecuali pada perkara-perkara yang menjijikkan dan perbuatan-perbuatan yang tidak mengandung unsur kemuliaan.[8]
Alasan penggunaan tangan kiri dalam masalah-masalah kotor ini dalam rangka memuliakan tangan kanan. Sebab tangan kanan lebih afdhal ketimbang tangan kiri.[9]
Dalam syariat telah diatur, bahwa istinja’ (menggunakan air dalam bersuci dari buang hajat), istijmâr (bersuci dari buang hajat dengan bebatuan) dilakukan dengan tangan kiri.
Sahabat Salmân al-Fârisi Radhiyallahu 'anhu menceritakan ,"Rasulullah melarang kami menghadap kiblat saat buang air besar, kencing dan melarang kami melakukan istinja` dengan tangan kanan… " [HR. an-Nasâi]
Penggunaan tangan kiri, menurut Imam an-Nawawi rahimahullah juga dilakukan saat seseorang akan membuang ingusnya. Arah kiri pun seyogyanya dipilih oleh seseorang untuk membuang ludahnya. Dan ketika seeorang keluar dari kamar mandi (toilet), atau masjid, kaki kiri lah yang didahulukan. Sementara persoalan melepas sandal, sepatu, celana dan pakaian, juga dengan mendahulukan tangan atau kaki kiri.[10]
E. Mengenakan Jam Tangan
Sebagian orang beranggapan, pemakaian jam tangan lebih baik di tangan kanan. Dalih mereka, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyukai sebelah kanan. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar.
Sebab, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu terkadang mengenakan cincin di tangan kiri. Dan arloji mengandung sisi kemiripan dengan cincin. Atas dasar itu, Syaikh al-‘Utsaimin memandang permasalahan ini longgar. Tidak pengutamaan memakai tangan kanan daripada tangan kiri. Bisa dipakai di tangan kanan atau kiri. Tidak ada masalah.[11]
F. Penutup
Seorang Muslim telah memiliki identitas diri yang mulia karena segala tindak tanduknya berlandaskan pada ajaran Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau mengajak umat menuju kepada kesempurnaan adab. Tidak sepatutnya perkara-perkara semacam ini disepelekan. Sebab, bagaimanapun, itu semua bagian dari agama Islam.
Wallahu a’lam.
sumber : Ustd Ashim bin Musthafa. Manhaj. Or.id , Syarhu Riyâdhish Shâlihîn, Syaikh Muhammad al-‘Utsaimîn, Madârul Wathan, Bahjatun Nâzhirin Syarhu Riyâdhish Shâlihîn, Syaikh Salîm al-Hilâli, Dar Ibnil Jauzi , majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XII/1430H/2009.
Catatan :
[1]. Lihat Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/177)
[2]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/169)
[3]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/180)
[4]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/170)
[5]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/173)
[6]. Ibid
[7]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/169)
[8]. Bahjatun Nâzhirin (2/46)
[9]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/180)
[10]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/169)
[11]. Syarhu Riyâdhish Shâlihîn (4/177)
Kemuliaan yang bernama sakit
Bila dengan pertimbangan logika dan akal rasional , maka bisa jadi kita membenci situasi yang kita hadapi saat ini. Situasi dimana kita sedang mengalami musibah, bisa berupa sakit atau kemalangan lainnya. Namun bila dikaji lebih jauh bahwa dalam segala situasi apapun yang kita alami pasti ada sesuatu yang tersembunyi dan tidak kita ketahui ?
Yakinlah setiap masalah yang dialami saat ini tentu tidak saja datang tanpa ada suatu alasan. Setiap yang datang kepada kita, pasti memiliki alasan atas keberadaanya.
Riwayat dari Ummu Al-Ala', bahwa dia berkata : "Rasulullah saw menjengukku tatkala aku sedang sakit,
Lalu Beliau berkata. 'Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala'. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu membuat Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas dan perak". (Isnad Shahih, ditakhrij Abu Daud, 3092)
Kehidupan selalu berubah, kadang naik dan tidak jarang menurun tajam. Suatu saat mengalami peristiwa yang menyenangkan, namun kadang justru lebih banyak mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan. begitulah kita
Allah menguji kita menurut bobot iman yang kita miliki. Apabila bobot iman kita berat, Allah akan memberikan cobaan yang lebih keras. Apabila ada kelemahan dalam agama, maka cobaan yang diberikan juga lebih ringan.
Dari riwayat Sa'id bin Abi Waqqash ra, bahwa dia berkata. 'Aku pernah bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya ?
Beliau menjawab: Para nabi, kemudian orang pilihan dan orang pilihan lagi. Maka seseorang akan diuji menurut agamanya. Apabila agamanya merupakan (agama) yang kuat, maka cobaannya juga berat. Dan, apabila di dalam agamanya ada kelemahan, maka dia akan diuji menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan seorang hamba sehingga ia meninggalkannya berjalan di atas bumi dan tidak ada satu kesalahan pun pada dirinya". (Isnad shahih, ditakhrij At-Tirmidzy, hadits no 1509, Ibnu Majah, hadits no 4023, Ad-Darimy 2/320, Ahmad 1/172)
Benar , kesabaran adalah pekerjaan yang tidak ringan. Selama ini kita merasa telah berusaha untuk tetap sabar. Namun sampai kapan kesabaran kita bisa bertahan.
saya yakin Anda pembaca yang justru lebih banyak memiliki kesabaran dibanding saya.
Namun bila, kita berpikir panjang untuk mencari sesuatu dibalik semua peristiwa. Kita akan menemukan suatu keindahan, suatu kedamaian.
Dari riwayat Abu Sa'id Al-Khudry ra, bahawa dia berkata. 'Aku memasuki tempat Rasulullah saw, dan beliau sedang demam. Lalu kuletakkan tanganku di badan beliau. Maka aku merasakan panas ditanganku di atas selimut.
Lalu aku berkata. 'Wahai Rasulullah, alangkah kerasnya sakit ini pada dirimu'.
Beliau berkata: 'Begitulah kami (para nabi). Cobaan dilipatkan kepada kami dan pahala juga ditingkatkan bagi kami'.
Aku bertanya. 'Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya ?
Beliau menjawab: 'Para nabi.
Aku bertanya. 'Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi?
Beliau menjawab: 'Kemudian orang-orang shalih. Apabila salah seorang di antara mereka diuji dengan kemiskinan, sampai-sampai salah seorang diantara mereka tidak mendapatkan kecuali (tambalan) mantel yang dia himpun. Dan, apabila salah seorang diantara mereka sungguh merasa senang karena cobaan, sebagaimana salah seorang diantara kamu yang senang karena kemewahan". (Ditakhrij Ibnu Majah, hadits nomor 4024, Al-Hakim 4/307, di shahihkan Adz-Dzahaby)
Semua masalah, semua cobaan kehidupan sebenarnya memiliki makna lebih dalam bagi pertumbuhan diri kita. Dengan masalah yang dating silih berganti, kita menjadi lebih tumbuh. Dengan ujian-ujian ini menjadikan otot mental kita menjadi lebih terlatih.
Saudaraku, setiap kita sudah pasti menghadapi cobaan , yang menurut pandangan kita sering kali tidak menyenangkan, bahkan berupa penderitaan .
Kesabaran kita dalam menghadapi musibah , bukanlah pekerjaan yang ringan atau mudah dilakukan. Justru karena berat dan menyakitkan itulah , kita harus menghadapinya.
Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah, yang artinya : “ Dan, di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung. Jikalau Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan)-Nya bagi setiap orang yang bersabar dan banyak bersyukur". ( Qs. Asy-Syura : 32-33)
Sungguh Allah memuji orang-orang yang sabar dan menyanjung mereka. Firman-Nya, yang artinya :” Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa". (Qs . Al-Baqarah : 177)
Sesungguhnya orang yang sabar dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya, yang artinya : “ Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar". (Qs. Ali Imran : 146)
Yakinlah bahwa Allah memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang besar tiada terhitung. Sebagaimana Firman-Nya, yang artinya : “ Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan". (Qs. An-Nahl : 96)
Dan firman-Nya , yang artinya : “ Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". (Qs. Az-Zumar : 10)
Dari Abu Hurairah ra, bahwa ia berkata, yang artinya . "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata : "Artinya : Cobaan tetap akan menimpa atas diri orang mukmin dan mukminah, anak dan juga hartanya, sehingga dia bersua Allah dan pada dirinya tidak ada lagi satu kesalahanpun". (Isnadnya Hasan, ditakhrij At-Tirmidzy, hadits nomor 2510. Dia menyatakan, ini hadits hasan shahih, Ahmad 2/287, Al-Hakim 1/346, dishahihkan Adz-Dzahaby)
Saudaraku, ketika Allah hendak membersihkan seorang hamban-Nya dari segala maksiat dan dosa-dosanya. Kebaikan-kebaikannya tidak akan tercipta kecuali dengan cara ini. Maka Dia mengujinya sehingga dapat membersihkannya.
Inilah yang diterangkan Rasulullah saw terhadap Ummul 'Ala dan Abdullah bin Mas'ud. Abdullah bin Mas'ud pernah berkata. "Aku memasuki tempat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau sedang demam, lalu aku berkata. 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau sungguh menderita demam yang sangat keras'.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata. "Benar. Sesungguhnya aku demam layaknya dua orang diantara kamu yang sedang demam".
Abdullah bin Mas'ud berkata. "Dengan begitu berarti ada dua pahala bagi engkau ?"
Beliau menjawab. "Benar". Kemudian beliau berkata. "Tidaklah seorang muslim menderita sakit karena suatu penyakit dan juga lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan penyakit itu, sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya". (Ditakhrij Al-Bukhari, 7/149. Muslim 16/127)
Dari Abi Sa'id Al-Khudry dan Abu Hurairahra , keduanya pernah mendengar Rasulullah saw berkata, yang artinya : “ Tidaklah seorang Mukmin ditimpa sakit, letih, demam, sedih hingga kekhawatiran yang mengusiknya, melainkan Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya". (Ditakhrij Al-Bukhari 7/148-149, Muslim 16/130)
Sabar menghadapi sakit, menguasai diri karena kekhawatiran dan emosi, menahan lidahnya agar tidak mengeluh, merupakan bekal seorang hamba dalam menjalani hidupnya di dunia. Maka dari itu sabar termasuk dari sebagian iman, sama seperti kedudukan kepala bagi badan. Tidak ada iman bagi orang yang tidak sabar, sebagaimana badan yang tidak ada artinya tanpa kepala.
Maka Umar bin Al-Khaththab ra berkata. "Kehidupan yang paling baik ialah apabila kita mengetahuinya dengan berbekal kesabaran". Maka andaikata engkau menge-tahui tentang pahala dan berbagai cobaan yang telah dijanjikan Allah bagimu, tentu engkau bisa bersabar dalam menghadapi sakit.
Riwayat dari Atha' bin Abu Rabbah, bahwa dia berkata. "Ibnu Abbas pernah berkata kepadaku. 'Maukah kutunjukkan kepadamu seorang wanita penghuni sorga ?
Aku menjawab. 'Ya'.
Dia (Ibnu Abbas) berkata. "Wanita berkulit hitam itu pernah mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, seraya berkata. 'Sesungguhnya aku sakit ayan dan (auratku) terbuka. Maka berdoalah bagi diriku.
Beliau berkata. 'Apabila engkau menghendaki, maka engkau bisa bersabar dan bagimu adalah sorga. Dan, apabila engkau menghendaki bisa berdo'a sendiri kepada Allah hingga Dia memberimu fiat'.
Lalu wanita itu berkata. 'Aku akan bersabar.
Wanita itu berkata lagi. 'Sesungguhnya (auratku) terbuka. Maka berdo'alah kepada Allah bagi diriku agar (auratku) tidak terbuka'.
Maka beliau pun berdoa bagi wanita tersebut". (Ditakhrij Al-Bukhari 7/150. Muslim 16/131)
Riwayat dari Anas bin Malik, dia berkata, yang artinya "Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata , yang artinya "Artinya : Sesungguhnya Allah berfirman. 'Apabila Aku menguji hamba-Ku (dengan kebutaan) pada kedua matanya lalu dia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua matanya itu dengan sorga". (Ditakhrij Al-Bukhari 7/151 dalam Ath-Thibb).
Menurut Al-Hafidz di dalam Al-Fath, yang dimaksud habibatain adalah dua hal yang dicintai. Sebab itu kedua mata merupakan anggota badan manusia yang paling dicintai. Sebab dengan tidak adanya kedua mata, penglihatannya menjadi hilang, sehingga dia tidak dapat melihat kebaikan sehingga membuatnya senang, dan tidak dapat melihat keburukan sehingga dia bisa menghindarinya.)
Suatu ketika Al-Fudhail bin Iyadh pernah mendengar seseorang mengadukan cobaan yang menimpanya.
Maka dia berkata kepadanya. "Bagaimana mungkin engkau mengadukan yang me-rahmatimu kepada orang yang tidak memberikan rahmat kepadamu ?"
Sebagian Salaf berkata : "Barangsiapa yang mengadukan musibah yang menimpanya, seakan-akan dia mengadukan Rabb-nya".
Yang dimaksud mengadukan di sini bukan menceritakan penyakit kepada dokter yang mengobatinya. Tetapi pengaduan itu merupakan gambaran penyesalan dan penderitaan karena mendapat cobaan dari Allah, yang dilontarkan kepada orang yang tidak mampu mengobati, seperti kepada teman atau tetangga.
Orang-orang Salaf yang shalih dari umat kita pernah berkata. "Empat hal termasuk
simpanan sorga, yaitu
1. menyembunyikan musibah,
2. menyembunyikan (merahasiakan) shadaqah,
3. menyembunyikan kelebihan dan
4. menyembunyikan sakit".
Dalam suatu kisah diceritakan, perkataan Ibnu Abdi Rabbah Al-Andalusy : "Asy-Syaibany pernah berkata. 'Temanku pernah memberitahukan kepadaku seraya berkata. 'Syuraih mendengar tatkala aku mengeluhkan kesedihanku kepada seorang teman.
Maka dia memegang tanganku seraya berkata. 'Wahai anak saudaraku, janganlah engkau mengeluh kepada selain Allah. Karena orang yang engkau keluhi itu tidak lepas dari kedudukannya sebagai teman atau lawan.
Kalau dia seorang teman, berarti dia berduka dan tidak bisa memberimu manfaat.
Kalau dia seorang lawan, maka dia akan bergembira karena deritamu.
(Saudaraku) Lihatlah salah satu mataku ini, 'sambil menunjuk ke arah matanya', demi Allah, dengan mata ini aku tidak pernah bisa melihat seorangpun, tidak pula teman sejak lima tahun yang lalu.
Namun aku tidak pernah memberitahukannya kepada seseorang hingga detik ini. Tidakkah engkau mendengar perkataan seorang hamba yang shalih (Yusuf) : "Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku". Maka jadikanlah Allah sebagai tempatmu mengadu tatkala ada musibah yang menimpamu. Sesungguhnya Dia adalah penanggung jawab yang paling mulia dan yang paling dekat untuk dimintai do'a". (Al-Aqdud-Farid, 2/282)
Abud-Darda' ra berkata. "Apabila Allah telah menetapkan suatu takdir, maka yang paling dicintai-Nya adalah meridhai takdir-Nya". (Az-Zuhd, Ibnul Mubarak, hal. 125)
Saudaraku, janganlah mengira bahwa setiap musibah adalah keburukan , tetapi lihatlah ada banyak hikmah dibalik itu . Dan janganlah mengatakan : "Andaikan saja hal ini tidak terjadi", tatkala menghadapi takdir Allah.
Sesungguhnya tidak ada taufik kecuali dari sisi Allah.
Saudaraku, sering kita terlena dengan menyukai suatu peristiwa karena menuruti nafsu kita, padahal itu bukan yang terbaik bagi kita. Bisa jadi orang yang jatuh sakit itu diselamatkan Allah dari kemaksiatan yang akan dilakukannya apabila saat itu dia sehat. Bisa jadi pemuda yang ditolak lamarannya, ternyata tidak cocok dengan sang gadis. Dan pemuda itu selanjutnya mendapatkan pasangan yang jauh lebih baik.
Yakinlah , saudaraku bahwa segala ujian dan cobaan ini , semoga lebih mengarah-kan ke tujuan puncak tujuan kita sebenarnya. Suatu tujuan tertinggi dimana sudah tidak ada tujuan yang lebih tinggi lagi, yaitu ridha Allah.
Allahu a’lam
Sumber : Hendra Setiawan, Cara Nabi menghadapi kesulitan hidup, Yusran Pora –gagal itu indah, http://www.tawakal.or.id/
Yakinlah setiap masalah yang dialami saat ini tentu tidak saja datang tanpa ada suatu alasan. Setiap yang datang kepada kita, pasti memiliki alasan atas keberadaanya.
Riwayat dari Ummu Al-Ala', bahwa dia berkata : "Rasulullah saw menjengukku tatkala aku sedang sakit,
Lalu Beliau berkata. 'Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala'. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu membuat Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas dan perak". (Isnad Shahih, ditakhrij Abu Daud, 3092)
Kehidupan selalu berubah, kadang naik dan tidak jarang menurun tajam. Suatu saat mengalami peristiwa yang menyenangkan, namun kadang justru lebih banyak mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan. begitulah kita
Allah menguji kita menurut bobot iman yang kita miliki. Apabila bobot iman kita berat, Allah akan memberikan cobaan yang lebih keras. Apabila ada kelemahan dalam agama, maka cobaan yang diberikan juga lebih ringan.
Dari riwayat Sa'id bin Abi Waqqash ra, bahwa dia berkata. 'Aku pernah bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya ?
Beliau menjawab: Para nabi, kemudian orang pilihan dan orang pilihan lagi. Maka seseorang akan diuji menurut agamanya. Apabila agamanya merupakan (agama) yang kuat, maka cobaannya juga berat. Dan, apabila di dalam agamanya ada kelemahan, maka dia akan diuji menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan seorang hamba sehingga ia meninggalkannya berjalan di atas bumi dan tidak ada satu kesalahan pun pada dirinya". (Isnad shahih, ditakhrij At-Tirmidzy, hadits no 1509, Ibnu Majah, hadits no 4023, Ad-Darimy 2/320, Ahmad 1/172)
Benar , kesabaran adalah pekerjaan yang tidak ringan. Selama ini kita merasa telah berusaha untuk tetap sabar. Namun sampai kapan kesabaran kita bisa bertahan.
saya yakin Anda pembaca yang justru lebih banyak memiliki kesabaran dibanding saya.
Namun bila, kita berpikir panjang untuk mencari sesuatu dibalik semua peristiwa. Kita akan menemukan suatu keindahan, suatu kedamaian.
Dari riwayat Abu Sa'id Al-Khudry ra, bahawa dia berkata. 'Aku memasuki tempat Rasulullah saw, dan beliau sedang demam. Lalu kuletakkan tanganku di badan beliau. Maka aku merasakan panas ditanganku di atas selimut.
Lalu aku berkata. 'Wahai Rasulullah, alangkah kerasnya sakit ini pada dirimu'.
Beliau berkata: 'Begitulah kami (para nabi). Cobaan dilipatkan kepada kami dan pahala juga ditingkatkan bagi kami'.
Aku bertanya. 'Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya ?
Beliau menjawab: 'Para nabi.
Aku bertanya. 'Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi?
Beliau menjawab: 'Kemudian orang-orang shalih. Apabila salah seorang di antara mereka diuji dengan kemiskinan, sampai-sampai salah seorang diantara mereka tidak mendapatkan kecuali (tambalan) mantel yang dia himpun. Dan, apabila salah seorang diantara mereka sungguh merasa senang karena cobaan, sebagaimana salah seorang diantara kamu yang senang karena kemewahan". (Ditakhrij Ibnu Majah, hadits nomor 4024, Al-Hakim 4/307, di shahihkan Adz-Dzahaby)
Semua masalah, semua cobaan kehidupan sebenarnya memiliki makna lebih dalam bagi pertumbuhan diri kita. Dengan masalah yang dating silih berganti, kita menjadi lebih tumbuh. Dengan ujian-ujian ini menjadikan otot mental kita menjadi lebih terlatih.
Saudaraku, setiap kita sudah pasti menghadapi cobaan , yang menurut pandangan kita sering kali tidak menyenangkan, bahkan berupa penderitaan .
Kesabaran kita dalam menghadapi musibah , bukanlah pekerjaan yang ringan atau mudah dilakukan. Justru karena berat dan menyakitkan itulah , kita harus menghadapinya.
Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah, yang artinya : “ Dan, di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung. Jikalau Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan)-Nya bagi setiap orang yang bersabar dan banyak bersyukur". ( Qs. Asy-Syura : 32-33)
Sungguh Allah memuji orang-orang yang sabar dan menyanjung mereka. Firman-Nya, yang artinya :” Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa". (Qs . Al-Baqarah : 177)
Sesungguhnya orang yang sabar dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya, yang artinya : “ Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar". (Qs. Ali Imran : 146)
Yakinlah bahwa Allah memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang besar tiada terhitung. Sebagaimana Firman-Nya, yang artinya : “ Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan". (Qs. An-Nahl : 96)
Dan firman-Nya , yang artinya : “ Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". (Qs. Az-Zumar : 10)
Dari Abu Hurairah ra, bahwa ia berkata, yang artinya . "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata : "Artinya : Cobaan tetap akan menimpa atas diri orang mukmin dan mukminah, anak dan juga hartanya, sehingga dia bersua Allah dan pada dirinya tidak ada lagi satu kesalahanpun". (Isnadnya Hasan, ditakhrij At-Tirmidzy, hadits nomor 2510. Dia menyatakan, ini hadits hasan shahih, Ahmad 2/287, Al-Hakim 1/346, dishahihkan Adz-Dzahaby)
Saudaraku, ketika Allah hendak membersihkan seorang hamban-Nya dari segala maksiat dan dosa-dosanya. Kebaikan-kebaikannya tidak akan tercipta kecuali dengan cara ini. Maka Dia mengujinya sehingga dapat membersihkannya.
Inilah yang diterangkan Rasulullah saw terhadap Ummul 'Ala dan Abdullah bin Mas'ud. Abdullah bin Mas'ud pernah berkata. "Aku memasuki tempat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau sedang demam, lalu aku berkata. 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau sungguh menderita demam yang sangat keras'.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata. "Benar. Sesungguhnya aku demam layaknya dua orang diantara kamu yang sedang demam".
Abdullah bin Mas'ud berkata. "Dengan begitu berarti ada dua pahala bagi engkau ?"
Beliau menjawab. "Benar". Kemudian beliau berkata. "Tidaklah seorang muslim menderita sakit karena suatu penyakit dan juga lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan penyakit itu, sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya". (Ditakhrij Al-Bukhari, 7/149. Muslim 16/127)
Dari Abi Sa'id Al-Khudry dan Abu Hurairahra , keduanya pernah mendengar Rasulullah saw berkata, yang artinya : “ Tidaklah seorang Mukmin ditimpa sakit, letih, demam, sedih hingga kekhawatiran yang mengusiknya, melainkan Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya". (Ditakhrij Al-Bukhari 7/148-149, Muslim 16/130)
Sabar menghadapi sakit, menguasai diri karena kekhawatiran dan emosi, menahan lidahnya agar tidak mengeluh, merupakan bekal seorang hamba dalam menjalani hidupnya di dunia. Maka dari itu sabar termasuk dari sebagian iman, sama seperti kedudukan kepala bagi badan. Tidak ada iman bagi orang yang tidak sabar, sebagaimana badan yang tidak ada artinya tanpa kepala.
Maka Umar bin Al-Khaththab ra berkata. "Kehidupan yang paling baik ialah apabila kita mengetahuinya dengan berbekal kesabaran". Maka andaikata engkau menge-tahui tentang pahala dan berbagai cobaan yang telah dijanjikan Allah bagimu, tentu engkau bisa bersabar dalam menghadapi sakit.
Riwayat dari Atha' bin Abu Rabbah, bahwa dia berkata. "Ibnu Abbas pernah berkata kepadaku. 'Maukah kutunjukkan kepadamu seorang wanita penghuni sorga ?
Aku menjawab. 'Ya'.
Dia (Ibnu Abbas) berkata. "Wanita berkulit hitam itu pernah mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, seraya berkata. 'Sesungguhnya aku sakit ayan dan (auratku) terbuka. Maka berdoalah bagi diriku.
Beliau berkata. 'Apabila engkau menghendaki, maka engkau bisa bersabar dan bagimu adalah sorga. Dan, apabila engkau menghendaki bisa berdo'a sendiri kepada Allah hingga Dia memberimu fiat'.
Lalu wanita itu berkata. 'Aku akan bersabar.
Wanita itu berkata lagi. 'Sesungguhnya (auratku) terbuka. Maka berdo'alah kepada Allah bagi diriku agar (auratku) tidak terbuka'.
Maka beliau pun berdoa bagi wanita tersebut". (Ditakhrij Al-Bukhari 7/150. Muslim 16/131)
Riwayat dari Anas bin Malik, dia berkata, yang artinya "Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata , yang artinya "Artinya : Sesungguhnya Allah berfirman. 'Apabila Aku menguji hamba-Ku (dengan kebutaan) pada kedua matanya lalu dia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua matanya itu dengan sorga". (Ditakhrij Al-Bukhari 7/151 dalam Ath-Thibb).
Menurut Al-Hafidz di dalam Al-Fath, yang dimaksud habibatain adalah dua hal yang dicintai. Sebab itu kedua mata merupakan anggota badan manusia yang paling dicintai. Sebab dengan tidak adanya kedua mata, penglihatannya menjadi hilang, sehingga dia tidak dapat melihat kebaikan sehingga membuatnya senang, dan tidak dapat melihat keburukan sehingga dia bisa menghindarinya.)
Suatu ketika Al-Fudhail bin Iyadh pernah mendengar seseorang mengadukan cobaan yang menimpanya.
Maka dia berkata kepadanya. "Bagaimana mungkin engkau mengadukan yang me-rahmatimu kepada orang yang tidak memberikan rahmat kepadamu ?"
Sebagian Salaf berkata : "Barangsiapa yang mengadukan musibah yang menimpanya, seakan-akan dia mengadukan Rabb-nya".
Yang dimaksud mengadukan di sini bukan menceritakan penyakit kepada dokter yang mengobatinya. Tetapi pengaduan itu merupakan gambaran penyesalan dan penderitaan karena mendapat cobaan dari Allah, yang dilontarkan kepada orang yang tidak mampu mengobati, seperti kepada teman atau tetangga.
Orang-orang Salaf yang shalih dari umat kita pernah berkata. "Empat hal termasuk
simpanan sorga, yaitu
1. menyembunyikan musibah,
2. menyembunyikan (merahasiakan) shadaqah,
3. menyembunyikan kelebihan dan
4. menyembunyikan sakit".
Dalam suatu kisah diceritakan, perkataan Ibnu Abdi Rabbah Al-Andalusy : "Asy-Syaibany pernah berkata. 'Temanku pernah memberitahukan kepadaku seraya berkata. 'Syuraih mendengar tatkala aku mengeluhkan kesedihanku kepada seorang teman.
Maka dia memegang tanganku seraya berkata. 'Wahai anak saudaraku, janganlah engkau mengeluh kepada selain Allah. Karena orang yang engkau keluhi itu tidak lepas dari kedudukannya sebagai teman atau lawan.
Kalau dia seorang teman, berarti dia berduka dan tidak bisa memberimu manfaat.
Kalau dia seorang lawan, maka dia akan bergembira karena deritamu.
(Saudaraku) Lihatlah salah satu mataku ini, 'sambil menunjuk ke arah matanya', demi Allah, dengan mata ini aku tidak pernah bisa melihat seorangpun, tidak pula teman sejak lima tahun yang lalu.
Namun aku tidak pernah memberitahukannya kepada seseorang hingga detik ini. Tidakkah engkau mendengar perkataan seorang hamba yang shalih (Yusuf) : "Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku". Maka jadikanlah Allah sebagai tempatmu mengadu tatkala ada musibah yang menimpamu. Sesungguhnya Dia adalah penanggung jawab yang paling mulia dan yang paling dekat untuk dimintai do'a". (Al-Aqdud-Farid, 2/282)
Abud-Darda' ra berkata. "Apabila Allah telah menetapkan suatu takdir, maka yang paling dicintai-Nya adalah meridhai takdir-Nya". (Az-Zuhd, Ibnul Mubarak, hal. 125)
Saudaraku, janganlah mengira bahwa setiap musibah adalah keburukan , tetapi lihatlah ada banyak hikmah dibalik itu . Dan janganlah mengatakan : "Andaikan saja hal ini tidak terjadi", tatkala menghadapi takdir Allah.
Sesungguhnya tidak ada taufik kecuali dari sisi Allah.
Saudaraku, sering kita terlena dengan menyukai suatu peristiwa karena menuruti nafsu kita, padahal itu bukan yang terbaik bagi kita. Bisa jadi orang yang jatuh sakit itu diselamatkan Allah dari kemaksiatan yang akan dilakukannya apabila saat itu dia sehat. Bisa jadi pemuda yang ditolak lamarannya, ternyata tidak cocok dengan sang gadis. Dan pemuda itu selanjutnya mendapatkan pasangan yang jauh lebih baik.
Yakinlah , saudaraku bahwa segala ujian dan cobaan ini , semoga lebih mengarah-kan ke tujuan puncak tujuan kita sebenarnya. Suatu tujuan tertinggi dimana sudah tidak ada tujuan yang lebih tinggi lagi, yaitu ridha Allah.
Allahu a’lam
Sumber : Hendra Setiawan, Cara Nabi menghadapi kesulitan hidup, Yusran Pora –gagal itu indah, http://www.tawakal.or.id/
Rabu, 11 Mei 2011
Menguasai Pikiran
Suatu pepatah , menyatakan bahwa Tidak ada musuh yang dapat mencelakakan seseorang sehebat pikiran yang tamak, pikiran yang penuh dengan kebencian, pikiran yang penuh dengan keirihatian dan kebodohan.
Pikiran mempunyai kekuatan yang sama sebagai obat tetapi juga dapat sebagai racun. Pikiran seseorang mempengaruhi keadaan diri sendiri secara mendasar.
Ketika pikiran sedang dalam keadaan keji, ia dapat membunuh makhluk hidup tetapi ketika ia sedang dalam keadaan tenang dan tekun ia dapat bermanfaat bagi orang lain. Ketika pikiran terkonsentrasi pada pemikiran-pemikiran yang baik, dan didukung oleh usaha yang benar dan penuh pengertian, efek yang dihasilkan sangat besar sekali. Pikiran dengan pemikiran yang benar dan murni akan membawa kehidupan yang sehat dan rileks.
Rasulullah bersabda, yang artinya "Seandainya anak cucu Adam (manusia) mendapatkan dua lembah yang berisi emas, niscaya ia masih menginginkan lembah emas yang ketiga. Tidak akan pernah penuh perut anak Adam kecuali ditutup dalam tanah (mati). Dan Allah akan mengampuni orang yang bertaubat." (HR Ahmad).
Dari keserakahan menimbulkan kesedihan, dari keserakahan tumbuh ketakutan,
Bagi ia yang sepenuhnya terbebas dari keserakahan, tidak ada kesedihan, apalagi kekhawatiran.”
Rasa takut dan khawatir dilahirkan dari imajinasi pikiran yang dipengaruhi oleh kondisi keduniawian. Rasa itu bersumber dari keserakahan (craving) dan keinginan kepemilikan . Sebenarnya, hidup ini seperti gambaran film yang bergerak, segalanya secara terus-menerus bergerak dan berubah. Tidak ada apa pun di dunia yang permanen atau tetap diam. Mereka yang masih muda dan kuat mempunyai ketakutan akan kematian pada usia muda. Mereka yang telah lanjut usia menderita khawatir tentang hidup terlalu lama. Berada di antara dua keadaan tersebut sangatlah tersiksa.
Pengharapan tentang segala sesuatu yang menyenangkan tampaknya berlalu terlalu cepat. Pemikiran tentang keadaan yang tidak menyenangkan menciptakan kecemasan yang tampaknya enggan beranjak. Perasaan tersebut seperti wajar adanya. Keadaan timbul tenggelam dalam hidup semacam itu mempermainkan manusia seperti boneka yang dimainkan oleh tali. Tetapi pikiran adalah penguasa yang hebat terhadap dirinya sendiri.
Pelatihan pikiran, dengan kata lain dikenal sebagai kebudayaan pikiran, adalah langkah pertama menuju penjinakkan keresahan pikiran.
Ketakutan adalah bagian dari tahapan pikiran. Tahapan pikiran seseorang bergantung pada kontrol dan arahan. Pikiran yang negatif akan membuahkan ketakutan. Pikiran yang positif akan merealisasikan harapan dan tujuan-tujuan (ideals).
Kita sudah ketahui bahwa begitu besar pikiran terhadap fisik kita . Dalam dunia medis hal ini disebut sebagai psikoneuroimunologi. Sebagai contoh: saat kita melihat sesuatu yang menjijikkan mungkin kita akan merasa mual dan muntah, hal ini bukan berarti mual dan muntah karena lambung yang sakit, namun karena pikiran negatif kita mempengaruhi lambung sehingga timbul rasa mual dan muntah.
Begitu juga saat kita melihat sesuatu yang menakutkan mungkin jantung kita akan berdebar-debar atau mungkin juga sampai pingsan, hal ini juga bukan karena fungsi jantung yang tidak normal, namun lebih pada pikiran negatif kita yang mem-pengaruhi fungsi jantung. Saya mau bilang di sini bahwa begitu besar pikiran negatif mempengaruhi fungsi organ kita, nah begitu juga dengan pikiran positif akan membantu jantung dan lambung anda untuk lebih rileks.
Pilihan bergantung pada diri kita sendiri. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk menguasai pikirannya. Alam telah memberikan manusia satu kekuasaan penuh terhadap sesuatu yaitu pikiran. Segala sesuatu yang diciptakan manusia bermula dari bentuk pemikiran. Di sinilah kunci untuk membantu memahami prinsip dengan mana ketakutan dapat ditaklukkan.
Seseorang ahli anatomi Inggris pernah sekali waktu ditanya oleh seorang muridnya tentang apakah penyembuh bagi rasa takut yang paling mujarab, dan beliau menjawab, “Cobalah untuk melakukan sesuatu bagi orang lain.”
Sang murid merasa terpesona dengan jawaban yang aneh tersebut, dan meminta penjelasan lebih lanjut.
Instrukturnya berkata, “Anda tidak dapat mempunyai dua pasang pemikiran pada saat yang bersamaan di dalam pikiran Anda.”
Satu set pemikiran akan selalu mengusir set pemikiran yang lain. Jika, pikiran Anda sepenuhnya dipenuhi oleh keinginan membantu orang lain tanpa memikirkan imbalan, Anda tidak dapat mempunyai rasa ketakutan pada saat yang bersamaan.
“Kekhawatiran mengeringkan darah lebih cepat daripada usia.” Ketakutan dan kekhawatiran adalah tanda-tanda alami dari penjagaan diri. Tetapi ketakutan yang terus menerus dan kekhawatiran yang berlanjut adalah musuh bagi tubuh ini. Ketakutan dan kekhawatiran mengacaukan fungsi tubuh yang normal.
“Tidak ada musuh yang dapat mencelakakan seseorang sehebat pikiran yang tamak, pikiran yang penuh dengan kebencian, pikiran yang penuh dengan keirihatian dan kebodohan.”
Ketenangan bukanlah kelemahan. Tingkah laku yang tenang setiap waktu menunjukkan tingkat kebudayaan seseorang. Tidaklah begitu sulit untuk menjadi tenang ketika segala sesuatunya berada dalam keadaan yang menyenangkan, tetapi untuk berada tetap tenang ketika sesuatu dalam keadaan tidak menyenangkan, sangatlah sulit. Ini adalah suatu kondisi sulit yang patut untuk diperjuangkan, karena dengan berlatih untuk bertindak-tanduk tenang dan dalam kontrol, seseorang membangun kekuatan karakternya.
BILA KITA MEMPUNYAI SUATU PROBLEM DAN PROBLEM ITU TIDAK BISA KITA UBAH MAKA YANG HARUS KITA UBAH ADALAH SIKAP KITA TERHADAP PROBLEM TERSEBUT
Contoh : saat anda akan berangkat ke kantor untuk suatu rapat yang sangat penting karena anda akan dipromosikan. Anda sudah berangkat dari pagi, mempersiapkan segala bahan presentasi, dan anda sudah pula diingatkan oleh atasan anda untuk jangan telat. Dalam perjalanan semuanya berjalan lancar, namun ternyata ada truk gandeng terbalik di jalan utama!. Jalanan macet total, tidak bergerak, tidak ada jalan alternatif yang bisa diambil. 30 menit berlalu, tetap tidak bergerak, anda mulai cemas gelisah , anda akan terlambat. Pasti terlambat!. Anda mempunyai problem saat itu, bahwa truk terbalik dan jalanan macet, apakah anda bisa mengubah problem tersebut? sudah pasti tidak, dan anda pasti terlambat dengan segala risikonya. Pada situasi tersebut yang anda harus ubah adalah sikap anda. Rasa cemas, kuatir, kecewa tidak akan membuat kemacetan berubah dan persoalan berubah. Namun dalam situasi tersebut ubahlah sikap anda menjadi positif seperti: dengarkan musik yang anda sukai, mungkin dapat berbaring sesaat di mobil (karena bangun pagi terlalu dini) dsb.
Apakah amarah diungkapkan atau tidak, adalah hal yang tidak penting dibandingkan dengan apakah amarah itu kronis atau tidak. Sikap amarah kronis: sinisme, curiga terus menerus, melontarkan celaan, ketersinggungan dan amarah secara terbuka
Allahu a'lam
Sumber : Dr. Yuda Turana, SpS
Pikiran mempunyai kekuatan yang sama sebagai obat tetapi juga dapat sebagai racun. Pikiran seseorang mempengaruhi keadaan diri sendiri secara mendasar.
Ketika pikiran sedang dalam keadaan keji, ia dapat membunuh makhluk hidup tetapi ketika ia sedang dalam keadaan tenang dan tekun ia dapat bermanfaat bagi orang lain. Ketika pikiran terkonsentrasi pada pemikiran-pemikiran yang baik, dan didukung oleh usaha yang benar dan penuh pengertian, efek yang dihasilkan sangat besar sekali. Pikiran dengan pemikiran yang benar dan murni akan membawa kehidupan yang sehat dan rileks.
Rasulullah bersabda, yang artinya "Seandainya anak cucu Adam (manusia) mendapatkan dua lembah yang berisi emas, niscaya ia masih menginginkan lembah emas yang ketiga. Tidak akan pernah penuh perut anak Adam kecuali ditutup dalam tanah (mati). Dan Allah akan mengampuni orang yang bertaubat." (HR Ahmad).
Dari keserakahan menimbulkan kesedihan, dari keserakahan tumbuh ketakutan,
Bagi ia yang sepenuhnya terbebas dari keserakahan, tidak ada kesedihan, apalagi kekhawatiran.”
Rasa takut dan khawatir dilahirkan dari imajinasi pikiran yang dipengaruhi oleh kondisi keduniawian. Rasa itu bersumber dari keserakahan (craving) dan keinginan kepemilikan . Sebenarnya, hidup ini seperti gambaran film yang bergerak, segalanya secara terus-menerus bergerak dan berubah. Tidak ada apa pun di dunia yang permanen atau tetap diam. Mereka yang masih muda dan kuat mempunyai ketakutan akan kematian pada usia muda. Mereka yang telah lanjut usia menderita khawatir tentang hidup terlalu lama. Berada di antara dua keadaan tersebut sangatlah tersiksa.
Pengharapan tentang segala sesuatu yang menyenangkan tampaknya berlalu terlalu cepat. Pemikiran tentang keadaan yang tidak menyenangkan menciptakan kecemasan yang tampaknya enggan beranjak. Perasaan tersebut seperti wajar adanya. Keadaan timbul tenggelam dalam hidup semacam itu mempermainkan manusia seperti boneka yang dimainkan oleh tali. Tetapi pikiran adalah penguasa yang hebat terhadap dirinya sendiri.
Pelatihan pikiran, dengan kata lain dikenal sebagai kebudayaan pikiran, adalah langkah pertama menuju penjinakkan keresahan pikiran.
Ketakutan adalah bagian dari tahapan pikiran. Tahapan pikiran seseorang bergantung pada kontrol dan arahan. Pikiran yang negatif akan membuahkan ketakutan. Pikiran yang positif akan merealisasikan harapan dan tujuan-tujuan (ideals).
Kita sudah ketahui bahwa begitu besar pikiran terhadap fisik kita . Dalam dunia medis hal ini disebut sebagai psikoneuroimunologi. Sebagai contoh: saat kita melihat sesuatu yang menjijikkan mungkin kita akan merasa mual dan muntah, hal ini bukan berarti mual dan muntah karena lambung yang sakit, namun karena pikiran negatif kita mempengaruhi lambung sehingga timbul rasa mual dan muntah.
Begitu juga saat kita melihat sesuatu yang menakutkan mungkin jantung kita akan berdebar-debar atau mungkin juga sampai pingsan, hal ini juga bukan karena fungsi jantung yang tidak normal, namun lebih pada pikiran negatif kita yang mem-pengaruhi fungsi jantung. Saya mau bilang di sini bahwa begitu besar pikiran negatif mempengaruhi fungsi organ kita, nah begitu juga dengan pikiran positif akan membantu jantung dan lambung anda untuk lebih rileks.
Pilihan bergantung pada diri kita sendiri. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk menguasai pikirannya. Alam telah memberikan manusia satu kekuasaan penuh terhadap sesuatu yaitu pikiran. Segala sesuatu yang diciptakan manusia bermula dari bentuk pemikiran. Di sinilah kunci untuk membantu memahami prinsip dengan mana ketakutan dapat ditaklukkan.
Seseorang ahli anatomi Inggris pernah sekali waktu ditanya oleh seorang muridnya tentang apakah penyembuh bagi rasa takut yang paling mujarab, dan beliau menjawab, “Cobalah untuk melakukan sesuatu bagi orang lain.”
Sang murid merasa terpesona dengan jawaban yang aneh tersebut, dan meminta penjelasan lebih lanjut.
Instrukturnya berkata, “Anda tidak dapat mempunyai dua pasang pemikiran pada saat yang bersamaan di dalam pikiran Anda.”
Satu set pemikiran akan selalu mengusir set pemikiran yang lain. Jika, pikiran Anda sepenuhnya dipenuhi oleh keinginan membantu orang lain tanpa memikirkan imbalan, Anda tidak dapat mempunyai rasa ketakutan pada saat yang bersamaan.
“Kekhawatiran mengeringkan darah lebih cepat daripada usia.” Ketakutan dan kekhawatiran adalah tanda-tanda alami dari penjagaan diri. Tetapi ketakutan yang terus menerus dan kekhawatiran yang berlanjut adalah musuh bagi tubuh ini. Ketakutan dan kekhawatiran mengacaukan fungsi tubuh yang normal.
“Tidak ada musuh yang dapat mencelakakan seseorang sehebat pikiran yang tamak, pikiran yang penuh dengan kebencian, pikiran yang penuh dengan keirihatian dan kebodohan.”
Ketenangan bukanlah kelemahan. Tingkah laku yang tenang setiap waktu menunjukkan tingkat kebudayaan seseorang. Tidaklah begitu sulit untuk menjadi tenang ketika segala sesuatunya berada dalam keadaan yang menyenangkan, tetapi untuk berada tetap tenang ketika sesuatu dalam keadaan tidak menyenangkan, sangatlah sulit. Ini adalah suatu kondisi sulit yang patut untuk diperjuangkan, karena dengan berlatih untuk bertindak-tanduk tenang dan dalam kontrol, seseorang membangun kekuatan karakternya.
BILA KITA MEMPUNYAI SUATU PROBLEM DAN PROBLEM ITU TIDAK BISA KITA UBAH MAKA YANG HARUS KITA UBAH ADALAH SIKAP KITA TERHADAP PROBLEM TERSEBUT
Contoh : saat anda akan berangkat ke kantor untuk suatu rapat yang sangat penting karena anda akan dipromosikan. Anda sudah berangkat dari pagi, mempersiapkan segala bahan presentasi, dan anda sudah pula diingatkan oleh atasan anda untuk jangan telat. Dalam perjalanan semuanya berjalan lancar, namun ternyata ada truk gandeng terbalik di jalan utama!. Jalanan macet total, tidak bergerak, tidak ada jalan alternatif yang bisa diambil. 30 menit berlalu, tetap tidak bergerak, anda mulai cemas gelisah , anda akan terlambat. Pasti terlambat!. Anda mempunyai problem saat itu, bahwa truk terbalik dan jalanan macet, apakah anda bisa mengubah problem tersebut? sudah pasti tidak, dan anda pasti terlambat dengan segala risikonya. Pada situasi tersebut yang anda harus ubah adalah sikap anda. Rasa cemas, kuatir, kecewa tidak akan membuat kemacetan berubah dan persoalan berubah. Namun dalam situasi tersebut ubahlah sikap anda menjadi positif seperti: dengarkan musik yang anda sukai, mungkin dapat berbaring sesaat di mobil (karena bangun pagi terlalu dini) dsb.
Apakah amarah diungkapkan atau tidak, adalah hal yang tidak penting dibandingkan dengan apakah amarah itu kronis atau tidak. Sikap amarah kronis: sinisme, curiga terus menerus, melontarkan celaan, ketersinggungan dan amarah secara terbuka
Allahu a'lam
Sumber : Dr. Yuda Turana, SpS
Senyum dan dakwah
Rasulullah saw. bersabda,yang artinya "Senyummu di muka saudaramu adalah sedekah," dan bukan "Senyummu untuk saudaramu." Dalam hadits di atas dipakai kata "muka", kerana pada wajah terdapat banyak indra, dan ia merupakan gambaran hakiki seorang manusia. Oleh kerananya, sebuah senyuman yang tidak terlihat oleh saudara kita, tidak akan mempunyai arti dan tidak akan berkesan.
Senyuman adalah gambaran isi hati yang menggerakkan perasaan dan memancar pada wajah seperti kilatan cahaya, seakan berbicara dan memanggil, sehingga hati yang mendengar akan terpikat. Senyuman yang dibuat-buat tidaklah sama dengan senyuman yang tulus ikhlas. Senyuman yang dibuat-buat adalah sebuah kreasi seni, tak lebih dan sebuah plastik. Sedangkan senyuman yang tulus ikhlas adalah fitrah; ia ibarat bunga yang mekar di tangkamya, indah dipandang mata, dan harum baunya, yang menjadikan jiwa terlena dan bersimpati.
Mengenai hal ini Rasulullah telah mengingatkan kepada kita dengan sabdanya, yang artinya "Kamu tidak akan dapat membahagiakan orang lain dengan hartamu, tetapi yang dapat membahagiakan mereka adalah wajah yang ceria dan akhlak yang mulia."
Suatu penemuan ilmiah menyebutkan bahwa tumbuh-tumbuhan akan semakin subur manakala berada di tempat yang di situ terdapat alunan suara berirama slow, dan tumbuh-tumbuhan itu akan merasa "gembira" tatkala pemihknya menyirami-nya dengan air yang sejuk. Namun sebaliknya, tumbuhtumbuhan itu akan "menangis" tatkala ada yang meme-tik tangkai dan bunganya.
Rasulullah saw. bersabda, "Uhud adalah gunung yang mencintai kita dan kita pun mencintainya."
Jika demikian keadaan tumbuh-tumbuhan dan benda-benda padat, maka keadaan manusia yang telah diberi oleh Allah swt. nikmat berupa indra dan akal tentu lebih dari itu. Itulah rahasia yang tersimpan dalam diri manusia. Manakala ia dapat menyibak rahasia itu, Allah akan membukakan baginya penglihatan dan mata hati mereka yang lalai dan terlena dalam kemaksiatan. Dengan iman, perasaan, dan kekuatan ruhiah, Islam mengubah banyak manusia dengan sebuah perubahan yang
tidak bisa dilakukan oleh kekuatan-kekuatan materi.
Seorang da'i ataupun kita semua hendaklah merasakan nikmat iman yang tulus ikhlas, sehingga ia dapat menembus batu sekeras apa pun dan dapat menumbuhkan pepohonan meski di tengah padang pasir yang gersang. Ia akan dapat mencetak khairu ummah (umat terbaik). Kalau kita teliti, maka akan kita ketahui bahwa yang menyebabkan generasi pertama umat ini masuk Islam adalah senyuman yang tulus, pandangan yang teduh, pergaulan yang sim-patik, dan ucapan yang berkesan.
Dakwah dimulai dari Cara bertutur kata dan penampilan seorang da'i akan menarik perhatian orang yang mendengar dan melihat-nya, karena pada dasarnya jiwa manusia cenderung dan tertarik dengan penampilan yang indah dan baik. Dari sini kita bisa melihat bahwa yang dipilih sebagai personil-personil pemasaran hasil produksi adalah orang-orang yang berpenampilan menarik, di sampmg kualitas produk yang terbaik.
Pada hakikatnya, dakwah adalah menawarkan sebuah risalah dan landasan pola berpikir yang tercermin dalam akhlak, kepribadian, dan penampilan. Imam Hasan Al-Banna pernah ditanya, "Kenapa Anda tidak menyusun buku?"
Beliau menjawab, "Tugas saya bukanlah untuk menyusun buku, karena buku biasa-nya akan diletakkan di perpustakaan dan sedikit sekali orang yang mau membacanya.
Lain halnya dengan seorang muslim, ia adalah 'buku yang senantiasa terbuka' ke mana pun ia berjalan, itu adalah dakwah." Betapa banyak da'i yang tidak pandai berbicara dan berkhutbah, tetapi dengan rahmat Allah banyak mad'u yang berdiri di sampingnya. Ini disebabkan oleh getaran jiwa, pantulan wajah, kelembutan perasaan, penampilan yang simpatik, ditambah lagi dengan keimanan yang mendalam (al-iman al-amiq), serta pemahaman yang rinci dan syamil (al-fahmu addaqiq) yang dimiliki oleh seorang da'i.
Allahu a'lam
Sumber : At-Thariq ilal Quluab, Abbas as Siisi ,
Senyuman adalah gambaran isi hati yang menggerakkan perasaan dan memancar pada wajah seperti kilatan cahaya, seakan berbicara dan memanggil, sehingga hati yang mendengar akan terpikat. Senyuman yang dibuat-buat tidaklah sama dengan senyuman yang tulus ikhlas. Senyuman yang dibuat-buat adalah sebuah kreasi seni, tak lebih dan sebuah plastik. Sedangkan senyuman yang tulus ikhlas adalah fitrah; ia ibarat bunga yang mekar di tangkamya, indah dipandang mata, dan harum baunya, yang menjadikan jiwa terlena dan bersimpati.
Mengenai hal ini Rasulullah telah mengingatkan kepada kita dengan sabdanya, yang artinya "Kamu tidak akan dapat membahagiakan orang lain dengan hartamu, tetapi yang dapat membahagiakan mereka adalah wajah yang ceria dan akhlak yang mulia."
Suatu penemuan ilmiah menyebutkan bahwa tumbuh-tumbuhan akan semakin subur manakala berada di tempat yang di situ terdapat alunan suara berirama slow, dan tumbuh-tumbuhan itu akan merasa "gembira" tatkala pemihknya menyirami-nya dengan air yang sejuk. Namun sebaliknya, tumbuhtumbuhan itu akan "menangis" tatkala ada yang meme-tik tangkai dan bunganya.
Rasulullah saw. bersabda, "Uhud adalah gunung yang mencintai kita dan kita pun mencintainya."
Jika demikian keadaan tumbuh-tumbuhan dan benda-benda padat, maka keadaan manusia yang telah diberi oleh Allah swt. nikmat berupa indra dan akal tentu lebih dari itu. Itulah rahasia yang tersimpan dalam diri manusia. Manakala ia dapat menyibak rahasia itu, Allah akan membukakan baginya penglihatan dan mata hati mereka yang lalai dan terlena dalam kemaksiatan. Dengan iman, perasaan, dan kekuatan ruhiah, Islam mengubah banyak manusia dengan sebuah perubahan yang
tidak bisa dilakukan oleh kekuatan-kekuatan materi.
Seorang da'i ataupun kita semua hendaklah merasakan nikmat iman yang tulus ikhlas, sehingga ia dapat menembus batu sekeras apa pun dan dapat menumbuhkan pepohonan meski di tengah padang pasir yang gersang. Ia akan dapat mencetak khairu ummah (umat terbaik). Kalau kita teliti, maka akan kita ketahui bahwa yang menyebabkan generasi pertama umat ini masuk Islam adalah senyuman yang tulus, pandangan yang teduh, pergaulan yang sim-patik, dan ucapan yang berkesan.
Dakwah dimulai dari Cara bertutur kata dan penampilan seorang da'i akan menarik perhatian orang yang mendengar dan melihat-nya, karena pada dasarnya jiwa manusia cenderung dan tertarik dengan penampilan yang indah dan baik. Dari sini kita bisa melihat bahwa yang dipilih sebagai personil-personil pemasaran hasil produksi adalah orang-orang yang berpenampilan menarik, di sampmg kualitas produk yang terbaik.
Pada hakikatnya, dakwah adalah menawarkan sebuah risalah dan landasan pola berpikir yang tercermin dalam akhlak, kepribadian, dan penampilan. Imam Hasan Al-Banna pernah ditanya, "Kenapa Anda tidak menyusun buku?"
Beliau menjawab, "Tugas saya bukanlah untuk menyusun buku, karena buku biasa-nya akan diletakkan di perpustakaan dan sedikit sekali orang yang mau membacanya.
Lain halnya dengan seorang muslim, ia adalah 'buku yang senantiasa terbuka' ke mana pun ia berjalan, itu adalah dakwah." Betapa banyak da'i yang tidak pandai berbicara dan berkhutbah, tetapi dengan rahmat Allah banyak mad'u yang berdiri di sampingnya. Ini disebabkan oleh getaran jiwa, pantulan wajah, kelembutan perasaan, penampilan yang simpatik, ditambah lagi dengan keimanan yang mendalam (al-iman al-amiq), serta pemahaman yang rinci dan syamil (al-fahmu addaqiq) yang dimiliki oleh seorang da'i.
Allahu a'lam
Sumber : At-Thariq ilal Quluab, Abbas as Siisi ,
Selasa, 10 Mei 2011
Memanggil orang lain dgn panggilan yg (paling) disukai
Allah berfirman, yang artinya ," Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) . Dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan yang lain. Karena boleh jadi perempuan (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok) itu. Janganlah kamu saling mencela satu sama lain. Dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa yang tak bertobat maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Qs. al-Hujurat : 11).
Saudaraku, pada zaman ini banyak orang menggunakan nama-nama aneh yang hanya asal ucap saja. Lebih aneh lagi banyak orang merasa bangga jika menyandang nama-nama itu, sehinggga jika ada orang yang memanggilnya dengan menggunakan nama aslinya maka ia kadangkala justru akan marah.
Saudaraku, sebagai hamba beriman umat Muhammad saw, kita mempunyai kewajiban agar memanggil orang lain dengan panggilan yang ia sukai, karena hal itu dapat mempererat hubungan kita dengan orang tersebut
Ada sebagian kita , terbiasa memanggil orang yang lebih tua dan lebih tinggi (pangkatnya) darinya dengan menggunakan nama saja tanpa ada embel-embel (penghormatan)nya. Bahkan ia beranggapan bahwa sikap itu adalah bentuk penerapan dari makna ukhuwah islamiah. Maka kita jumpai ada seorang mahasiswa yang memanggil dosennya dengan "akh", ada juga di antara ikhwab yang tatkala memper-silakan penceramah hanya dengan menggunakan nama-nya saja dengan anggapan bahwa sikap itu lebih menjauhkan dari sikap riya'.
Padahal embel-embel (pengormatan) itu adalah wajar dan merupakan haknya, bukan buatannya sendiri. Lalu bagaimana orang-orang dapat mengenal penceramah tersebut dengan betul, jika nama yang dimiliki oleh penceramah juga dimiliki oleh banyak orang?
Di mana-kah pula kita meletakkan sabda Rasul , yang artinya "Tempatkanlah orang lain pada posisi mereka?"
Di beberapa tempat ada yang memanggil dengan menggunakan kunyah, seperti: wahai, Abu Muhammad! atau wahai, Abu Hasan! Barangkali ini lebih halus didengar dan lebih dapat diterima oleh hati.
Benar bahwa panggil-memanggil adalah aktivitas yang tidak pernah ditinggalkan oleh manusia sebagai makhluk sosial. Dan Islam telah mengajarkan adab-adab dalam menjalankan aktivitas ini. Panggilan, baik yang diperbolehkan maupun yang tidak telah dijelaskan dalam Islam.
Seperti apa detailnya? Mari kita simak adab memanggil di bawah ini.
Saudaraku , janganlah Memanggil dengan Julukan yang Dibenci .
Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) telah berfirman, yang maknanya,”…Dan janganlah kalian panggil-memanggil dengan gelar-gelar buruk.” (Al Hujurat [49]: 11).
Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa para ulama telah sepakat bahwa dilarang memberi julukan buruk kepada pihak lain. Julukan “si buta”, “si pincang” atau julukan lainnya yang tidak disukai, tidak boleh disematkan kapada pihak lain.
Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni bahwa Rasulullah SAW pernah bertanya kepada seorang anak laki-laki, yang artinya ”Siapa ini?”
Laki-laki tersebut menjawab, ”Ayah saya.”
Beliau bersabda,yang artinya ”Janganlah engkau berjalan di depannya. Jangan pula melakukan perbuatan yang bisa membuat ia mencelamu. Dan jangan pula duduk sebelum ia duduk terlebih dahulu. Serta jangan pula memanggilnya dengan namanya (saja).”
Dari Hadits di atas, Imam An-Nawawi menyimpulkan bahwa anak atau murid, tidak boleh memanggil orangtuanya atau gurunya hanya dengan nama mereka.
Saudaraku, walaupun terhadap orang lain yang belum dikenal hendaknya memanggil Orang Tak Dikenal itu dengan panggilan yang Baik . Walau tidak mengenal nama asli pihak lain, seseorang masih dibolehkan memanggil dengan panggilan selain namanya. Tentu, ini boleh dilakukan dengan syarat bahwa panggilan yang digunakan adalah panggilan yang baik.
Ibnu Sunni meriwayatkan, tatkala Rasulullah SAW tidak kenal dengan seseorang maka beliau memanggilnya dengan sebutan “Wahai Ibnu Abdillah.” Maknanya, ”Wahai anak hamba Allah.”
Namun, tidak semua panggilan buruk dilarang. Boleh memanggil dengan panggilan buruk dengan tujuan mendidik. Disebutkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Shahih beliau bahwa suatu saat Abu Bakar As Shiddiq memanggil putra beliau Abdurrahman dengan sebutan “anak jahat”. Hal ini dilakukan oleh Abu Bakar, dikarenakan Abdurrahman tidak menyediakan makan malam untuk para tamu. Padahal mereka sudah lama berada di rumah, menunggu kedatangan Abu Bakar.
Imam An-Nawawi menyimpulkan dari Hadits di atas bahwa dibolehkan memanggil dengan panggilan buruk, dengan tujuan mendidik.
Semoga dalam keseharian , kita diberi kemudahan dari Allah agar dapat menampilkan akhlak mulia sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para sahabat beliau yang diridloi oleh Allah swt.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya, " Sungguh telah ada suri teladan yang baik pada (diri) Rasulullah bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah,"( Qs. Al-Ahzab : 21)
Allahu a'lam
Sumber : At-Thariq ilal Quluab, Abbas as Siisi , dan beberapa sumber bacaan lainnya.
Saudaraku, pada zaman ini banyak orang menggunakan nama-nama aneh yang hanya asal ucap saja. Lebih aneh lagi banyak orang merasa bangga jika menyandang nama-nama itu, sehinggga jika ada orang yang memanggilnya dengan menggunakan nama aslinya maka ia kadangkala justru akan marah.
Saudaraku, sebagai hamba beriman umat Muhammad saw, kita mempunyai kewajiban agar memanggil orang lain dengan panggilan yang ia sukai, karena hal itu dapat mempererat hubungan kita dengan orang tersebut
Ada sebagian kita , terbiasa memanggil orang yang lebih tua dan lebih tinggi (pangkatnya) darinya dengan menggunakan nama saja tanpa ada embel-embel (penghormatan)nya. Bahkan ia beranggapan bahwa sikap itu adalah bentuk penerapan dari makna ukhuwah islamiah. Maka kita jumpai ada seorang mahasiswa yang memanggil dosennya dengan "akh", ada juga di antara ikhwab yang tatkala memper-silakan penceramah hanya dengan menggunakan nama-nya saja dengan anggapan bahwa sikap itu lebih menjauhkan dari sikap riya'.
Padahal embel-embel (pengormatan) itu adalah wajar dan merupakan haknya, bukan buatannya sendiri. Lalu bagaimana orang-orang dapat mengenal penceramah tersebut dengan betul, jika nama yang dimiliki oleh penceramah juga dimiliki oleh banyak orang?
Di mana-kah pula kita meletakkan sabda Rasul , yang artinya "Tempatkanlah orang lain pada posisi mereka?"
Di beberapa tempat ada yang memanggil dengan menggunakan kunyah, seperti: wahai, Abu Muhammad! atau wahai, Abu Hasan! Barangkali ini lebih halus didengar dan lebih dapat diterima oleh hati.
Benar bahwa panggil-memanggil adalah aktivitas yang tidak pernah ditinggalkan oleh manusia sebagai makhluk sosial. Dan Islam telah mengajarkan adab-adab dalam menjalankan aktivitas ini. Panggilan, baik yang diperbolehkan maupun yang tidak telah dijelaskan dalam Islam.
Seperti apa detailnya? Mari kita simak adab memanggil di bawah ini.
Saudaraku , janganlah Memanggil dengan Julukan yang Dibenci .
Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) telah berfirman, yang maknanya,”…Dan janganlah kalian panggil-memanggil dengan gelar-gelar buruk.” (Al Hujurat [49]: 11).
Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa para ulama telah sepakat bahwa dilarang memberi julukan buruk kepada pihak lain. Julukan “si buta”, “si pincang” atau julukan lainnya yang tidak disukai, tidak boleh disematkan kapada pihak lain.
Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni bahwa Rasulullah SAW pernah bertanya kepada seorang anak laki-laki, yang artinya ”Siapa ini?”
Laki-laki tersebut menjawab, ”Ayah saya.”
Beliau bersabda,yang artinya ”Janganlah engkau berjalan di depannya. Jangan pula melakukan perbuatan yang bisa membuat ia mencelamu. Dan jangan pula duduk sebelum ia duduk terlebih dahulu. Serta jangan pula memanggilnya dengan namanya (saja).”
Dari Hadits di atas, Imam An-Nawawi menyimpulkan bahwa anak atau murid, tidak boleh memanggil orangtuanya atau gurunya hanya dengan nama mereka.
Saudaraku, walaupun terhadap orang lain yang belum dikenal hendaknya memanggil Orang Tak Dikenal itu dengan panggilan yang Baik . Walau tidak mengenal nama asli pihak lain, seseorang masih dibolehkan memanggil dengan panggilan selain namanya. Tentu, ini boleh dilakukan dengan syarat bahwa panggilan yang digunakan adalah panggilan yang baik.
Ibnu Sunni meriwayatkan, tatkala Rasulullah SAW tidak kenal dengan seseorang maka beliau memanggilnya dengan sebutan “Wahai Ibnu Abdillah.” Maknanya, ”Wahai anak hamba Allah.”
Namun, tidak semua panggilan buruk dilarang. Boleh memanggil dengan panggilan buruk dengan tujuan mendidik. Disebutkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Shahih beliau bahwa suatu saat Abu Bakar As Shiddiq memanggil putra beliau Abdurrahman dengan sebutan “anak jahat”. Hal ini dilakukan oleh Abu Bakar, dikarenakan Abdurrahman tidak menyediakan makan malam untuk para tamu. Padahal mereka sudah lama berada di rumah, menunggu kedatangan Abu Bakar.
Imam An-Nawawi menyimpulkan dari Hadits di atas bahwa dibolehkan memanggil dengan panggilan buruk, dengan tujuan mendidik.
Semoga dalam keseharian , kita diberi kemudahan dari Allah agar dapat menampilkan akhlak mulia sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para sahabat beliau yang diridloi oleh Allah swt.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya, " Sungguh telah ada suri teladan yang baik pada (diri) Rasulullah bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah,"( Qs. Al-Ahzab : 21)
Allahu a'lam
Sumber : At-Thariq ilal Quluab, Abbas as Siisi , dan beberapa sumber bacaan lainnya.
Langganan:
Postingan (Atom)