Saudaraku, salah satu nikmat yang sangat besar nilanya adalah nikmat kebahagiaan, keteguhan dan ketenangan hati. Kebahagiaan hati akan melahirkan keteguhan , produktifitas dan keterbukaan. Kebahagiaan adalah seni yang bisa dipelajari. Orang yang mengetahui cara mendapatkannya, akan mudah mendapatkannya dalam keseharian kita dan selalu merasakan nikmat yang ada padanya. Modal utama yang harus kita usahakan adalah kesabaran dan tidak terpengaruh oleh hal-hal yang tidak berguna. Dengan kekuatan dan kejernihan hati , jiwa akan tercerahkan.
Kerendahan tabiat (maksiat) , kelemahan mental dan kekhawatiran jiwa adalah penyebab terjadinya kegelisahan dan kesedihan. Dan barang siapa membiasakan diri dalam kesabaran, maka ujian-ujian akan terasa menjadi lebih ringan. Dr. Musa Rasyid El-Bahdal dalam Su'ud bila Hudud, menyatakan bahwa ketika seorang pemuda terbiasa dengan cobaan, maka penderitaan akan terasa ringan baginya.
Mengapa demikian, karena sesuatu yang pasti bahwa manusia tidak dapat meng-hilangkan pengaruh kesedihan dalam kehidupannya. Karena kehidupan memang diciptakan seperti itu.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam kondisi susah payah ," (Qs. Al-Balad : 4).
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," .. , untuk menguji diantara kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun," (Qs. Al-Mulk : 2).
Dalam kondisi yang demikian , maka anda harus bersikap lebih santai dalam menghadapai kesedihan dan penderitaan kehidupan. Jangan sampai kesedihan dan penderitaan ini menyeret kita kedalam jurang keputus-asaan.
Sesungguhnya musauh kebahagiaan adalah wawasan yang sempit, cara pandang yang sempit, egois dan melupakan orang lain. Allah menyatakan musuh-musuh-Nya dengan ungkapan ," Mereka terlalu sibuk oleh diri mereka sendiri (tidak pernah mempedulikan orang lain),"
Orang-orang seperti ini memang melihat dunia sekitarnya sebatas apa yang ada pada mereka. Mereka tidak mempedulikan dan memikirkan kebaikan orang lain, bahkan jarang berbuat untuk orang lain.
Suatu ketika, kita memang harus sibuk memperhatikan diri sendiri, namun disaat lain kita melupakan diri sendiri agar dapat melupakan kesedihan dan penderitaan kita. Kita harus membahagiakan diri sendiri dan orang lain.
Sebagian dari kita bahkan membayangkan perang dunia, peristiwa-peristiwa dunia, nasional, padahal saat itu berada di tempat tidur. Akibatnya bisa gangguan lambung, tenanan darah meninggi , gula dst.
Mereka tenggelam dalam berbagai peristiwa, mereka marah karena situasi ekonomi tidak bagus, gundah karana fluktuasi harga saham. Mereka selalu dalam kegelisahan.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya, " … Mereka mengira bahwa setiap teriakan ditujukan kepada mereka…," (Qs. Al-Munafiqun : 4).
Saudaraku, jangan letakkan bumi diatas kepala anda. Biarkan segala peristiwa terjadi dimuka bumi dan jangan simpan dalam benak anda. Sebagian orang mempunyai perasaan yang mudah terpengaruh oleh berbagai peristiwa. Mereka selalu terpengaruh dengan peristiwa yang remeh. Sehingga perasaannya bisa hancur.
Begitulah memang, manusia hidup dalam lingkup yang saling mempengaruhi. Manusia bergerak dalam lingkaran pikiran, perasaan dan perilaku. KEtika kita menentukan tujuan, maka ia akan merencanakan tujuan itu dan memikirkannya. Perasaan akan merespon dan mempengaruhi bagian dalam diri hingga ia merasakan kebahagiaan dan ketenangan jiwa.Ketenganan dan kebahagiaan jiwa itu memancar dalam perilaku.
Keterpengaruhan ini dapat dijelaskan dalam salah satu hadits Rasulullah, yang artinya ," Ketika kalian marah, berwudhulah,"
Dalam kondisi marah, manusia terpengaruh oleh perasaan marahnya. Ketika ia berwudhu dan duduk, inilah yang disebut aktivitas perilaku. Perilaku ini akan menghilangkan marah hingga ketenangan datang.Ketenangan akan mempengaruhi pikiran hingga ia lebih jernih dan mampu mengontrol pikirannya.
Seorang pakar psikologi bahkan menyatakan, hantikan menyaksikan televisi. Karena anda akan mendapatkan kesempatan untuk mengubah kehidupan aanda jika menghentikan menonton televisi. Ketika anda menonton tayangan televisi, anda akan menyaksikan orang lain sedang bekerja sesuai dengan keinginan mereka. Mereka hidup dalam sisi yang cerdas didalam layar televisi kerana menikmati apa yang mereka lakukan.
Sedangkan kita, menyaksikan hal-hal yang negatif dari mereka yang sedang menikmati perannya. Mereka mendapatkan kuntungan (honor) popularitas, sedangkan kita mendapatkan kesia-siaan.
Dalam Su'ud Bila Hudud , Dr. Musa Rasyid El Bahdal , menyatakan bahwa bisa jadi misi orang (pihak) yang membuat berbagai program dan media cetak dalam membangkitkan emosi kita dengan berbagai cara. Setiap waktu kita disuguhi penderitaan kemanusiaan dan peristiwa menyedihkan yang akan berpengaruh pada kegelisahan, kesedihan dan ketakutan dalam jiwa kita.
Bukankah hal yang luar biasa bila kita sejenak berhenti mengisi akal kita dengan berbagai program yang buruk dan menakutkan sepanjang sianag dan malam. Mulailah berpuasa dari berbagai berita buruk . Jangan menjadi orang negatif dan meyakini apa yang kita saksikan sebagai kenyataan. Dunia ini dipenuhi berbagai hal positif. Berita tidak akan pernah mengabarkan tentang kebahagiaan banyak manusia. Jangan sampai hal-hal itu menjadikan kita jauh dan berpaling dari mengingat Allah.
Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya ," Barangsiapa berpaling dari mengingat-Ku, kehidupannya akan terasa sempit . " (Qs. At-Thaha : 124).
Allahu a'lam
Sumber : Dr. Musa Rasyid el-Bahdal, Su'ud bila Hudud.
1 komentar:
semogga itu bias membantu!
http://darahkebencian.blogspot.com/http://darahkebencian.blogspot.com/http://darahkebencian.blogspot.com/http://darahkebencian.blogspot.com/http://darahkebencian.blogspot.com/http://darahkebencian.blogspot.com/http://darahkebencian.blogspot.com/http://darahkebencian.blogspot.com/
Posting Komentar