Firman Allah, yang artinya , “ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al-Insyirah [94]: 5 - 6)
Liku-liku kehidupan ini memang tidak bisa kita perkirakan atau diprediksi dengan hitungan matematis. Musibah sering datang silih berganti. Kegelisahan menjadi begian dari kehidupan yang tidak bisa ditanggalkan.
Mengapa kesulitan itu datang silih berganti?
Kesulitan, selalu hadir di hadapan kita , walaupun tentu kita tidak pernah menginginkan, atau bahkan benci dengannya. Kesulitan bak tembok yang hadir menghimpit dan membatasi ruang kita untuk berkembang dan bergerak menuju keinginan kita. Saudaraku, mengapa kita harus bersyukur dengan sesuatu yang kita benci ?
Syukur adalah tempat persinggahan paling tinggi dan lebih tinggi dari ridha. Ridha adalah salah satu tahapan dari syukur.
Ini bisa dilakukan oleh hamba yang tidak terpengaruh oleh berbagai keadaan, dan tetap ridha dalam keadaan bagaimanapun. Oran bersyukur semacam inilah yang pertama kali dipanggil masuk surga. Karena dia menghadapi sesuatu yang dibenci dengan syukur. Sementara kebanyakan dari kita, masih menghadapi musibah dengan amarah, ada juga yang menghadapi dengan sabar dan ada yang menghadapinya dengan ridha. Sedangkan syukur merupakan tingkatan yang palin tinggi.
Saudaraku, janganlah merasa sudah takut mendengar sesuatu yang berbau kesulitan .Ketakutan yang tidak proporsional bisa menghalangi orang untuk memperoleh kebaikan, juga kerap menjadi biang keladi munculnya keburukan-keburukan baru yang muncul.
Manusia adalah hamba Allah yang didesign untuk mampu berjuang menghadapi kesulitan. Banyak hal yang harus kita pahami dari kesulitan, memahami posisi kesulitan dalam rasa iman, insya Allah akan meringankan kita dalam menghadapi kesulitan itu.
Bagaimana menyikapi kesulitan itu?
Firman Allah, yang artinya ,” Dan, barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri.” (Qs. Luqman : 12)
“Barangsiapa yang menyerahkan urusannya kepada Allah niscaya Dia akan mencukupi apa yang dia inginkan.” demikian kata Imam Al-Qurthubi dalam Al-Jami’ Ahkamul Qur’an, 8/106.
Ada empat sikap yang bisa kita bangun dalam menghadapi kesulitan-kesulitan kehidupan :
• Pertama, kita harus menyadari bahwa siapapun orangnya, di manapun dan dalam keadaan bagaimanapun, selama kita hidup pasti akan bertemu dengan berbagai macam kesulitan. Sebagian ada yang berhasil dan ada yang gagal melewatinya. Proses perjuangan untuk menaklukkkan kesulitan-kesulitan inilah yang kemudian disebut dengan hidup. Membenci kesulitan sama saja dengan membenci kehidupan itu sendiri.
• Kedua, perlu disadari bahwa kesulitan adalah milik semua hamba.Setiap hamba pasti akan menemui kesulitan dalam kehidupannya, semua orang akan mendapatkan jatah/ agenda kesulitannya sendiri-sendiri. Kesulitan adalah sunnatullah, hukum yang telah Allah tetapkan. Firman Allah , yang artinya “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. al-Baqarah ; 155).
• Ketiga, memahami bahwa kadar kesulitan yang menimpa setara dengan kesanggupan untuk memikul kesulitan itu. Allah tidak akan pernah berbuat dzalim. Allah berfirman , “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya “. (Qs. al-Baqarah 286). Sungguh besar kasih sayang Allah kepada manusia. Allah telah berkenan memberi kesulitan yang banyak mengandung hikmah dan kebaikan, selain bahwa semua kesulitan iitu tidak pernah melampaui batas kekuatan manusia.
• Keempat, yakinlah bahwa dalam setiap kesulitan tentu ada karunia kemudahan. Allah berfirman ,” Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Qs. al-Insyirah 5 – 6)
Dengan kesulitan kita akan mampu mengenal siapa diri kita. Ia akan memberikan gambaran yang jelas tentang siapa diri kita sebenarnya. Karena ia adalah cermin yang mampu memberikan gambaran utuh tentang kepribadian dan karakter kita. Kesulitan tidak akan dapat disingkirkan dalam perjalanan manusia.
Saudaraku, Allah mengabarkan bahwa orang-orang yang bersyukur adalah mereka yang dapat mengambil manfaat dan pelajaran dari ayat-ayat-Nya. Syukur dalam kesulitan akan menghantarkan orang-orang kepada Dzat yang disyukurinya.
Firman Allah, yang artinya ,” Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur, “ (Qs. Luqman : 31).
Kesulitan menjadi sarana seorang hamba untuk dekat kepada Tuhannya.
Allah menamakan Diri-Nya dengan Asy-Syakir dan Asy-Syakur , dan juga menamakan orang-orang yang bersyukur dengan dua nama itu. Dengan begitu Allah mensifati mereka dengan sifat-Nya dan memberikan nama kepada mereka dengan nama-Nya dan karunia Allah yang diberikan kepada orang-orang yang besyukur.
Ini adalah bukti penggambaran kecintaan Allah dan karunia Allah yang diberikan kepada orang-orang yang bersyukur.
Saudaraku, janganlah membenci kesulitan, karena melalui kehadirannya kita menjadi dekat kepada Pencipta kita, melaluinya kita menjadi manusia yang bersyukur.
Wallahu a’lam bish-Shawwab..
Sumber : Putut Sutarwan Mahasiswa MSI UII, http://alrasikh.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar