Rasulullah SAW pernah bersabda, yang artinya ,’ Barang siapa membaca seratus ayat dalam suatu malam, maka Al-Qur’an tidak akan menggugat kepadanya , “ (HrSa’id bin Nashr dalam musnadnya dari Abu Darda, kitab Kanzal Ummal, j VII).
Artinya , nanti diahadapan Allah , Al-Qur’an tidak akan mempersoalkan (menggugat) manusia, namun sebaliknya Al-Qur’an akan membantu menenangkan mereka dengan hujjah-nya.
Saudaraku , membaca Al-qur’an dengan tartil atau membacanya dengan perlahan dengan merenungi makna dan kandungan ayatnya secara mendalam. Oleh karena itu sahabat Abdullah bin Mas’ud melarang tergesa-gesa dalam membaca Al-Qur’an. Janganlah salah seorang diantara kalian terburu-buru dalam mengakhiri surah.
Dengan membaca Al-Qur’an dengan tartil, perlahan sambil merenungi maknanya,maka ketika sang pembaca berhenti pada ayat-ayat dzikir , ia akan merasakan benar kedudukan Allah. Hamba itupun akan khusyuk, lunak dan lembut hatinya. Begitu pula jika berhenti pada ayat-ayat yang membahas persoalan lainnya, ia akan merasakan keagungan dan kedekatan dengan Rabb-nya.
Didalam Al-Qur’an sendiri Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya ,” Hai orang-orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat di malam hari, kecuali sedikit daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-qur’an itu dengan perlahan-lahan (tartil). Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Rabb-mu dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. Dialah Rabb Masyriq dan Maghrib, tiada illah melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung ,” (Qs. Al-Muzzammil : 1-9).
Saudaraku,saat kita tekun membca al-Qur’an , gemanya akan menyusup kedalam jiwa , melembutkan jiwa , menghidupkan jiwa, menhidupkan pengharapan akan rahmat Allah.
Rasulullah pernah bersabda, yang artinya ,” Pada harikiamat nanti, sang pembaca al-Qur’an akan ditempatkan di tangga surga yang paling awal. Dikatakan kepadanya, bacalah dan naiklah, dan cacalah dengan tartil, sebagaimana kau baca tartil kala didunia, karena persinggahanmu ada pada akhir ayat yang kamu baca ,’ (Hr Ahmad dan Abu Dawud).
Allahu a’lam
Sumber : Muhammad Abdullah al-Khatib dalam Qiyamullail tajdiidun li ar-Ruuh wa Zaadun li al ’amilin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar