Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Mush’ab bin Sa’d ra berkata, ‘Bahwasanya Sa’d ra merasa dirinya memiliki kelebihan daripada orang lain. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya" Bukankah kalian ditolong [1] dan diberi rizki lantaran orang-orang lemah di antara kalian?” [Shahihul Bukhari ,Umdatul Qari), Al-Jihad was Siyar, Bab Man Ista’ana Bidh Dhu’afa Wash Shalihin Fil Harbi, no. 108, 14/179]
Karena itu, siapa yang ingin ditolong Allah dan diberi rizki oleh-Nya maka hendaknya ia memuliakan orang-orang lemah dan berbuat baik kepada mereka.
Nabi yang mulia, Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menjelaskan bahwa keridhaannya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat diperoleh dengan berbuat baik kepada orang-orang miskin.
Imam Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’I, Ibnu Hibban dan Al-Hakim meriwayatkan dari Abu Darda’ ra bahwasanya ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ", Carilah (keridhaan)ku melalui orang-orang lemah di antara kalian. Karena sesungguhnya kalian diberi rizki dan ditolong dengan sebab orang-orang lemah di antara kalian” [2]
Menjelaskan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diatas Al-Mulla Ali Al-Qari berkata, ‘Cari-lah keridhaanku dengan berbuat baik kepada orang-orang miskin di antara kalian. [, Murqatul Mafatih, 9/84]
Saudaraku, ingatkah kita tentang orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan anak miskin (Al Ma’uun:1-3)
Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw. bersabda: “Seburuk-buruknya makanan adalah maka-nan walimah (pesta) yang berkeinginan datang tidak diundang, sedangkan orang yang tidak membutuhkan diundang. Siapa saja yang tidak memenuhi undangan maka ia durhaka kepada Allah dan RasuluNya” (HR. Muslim)
Riwayat lain menyebutkan, dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, yang artinya, “Seburuk -buruk makanan adalah makanan walimah (pesta) di mana yang diundang hanyalah orang kaya, sedangkan orang miskin tidak diundang” (HR. Bukhari Muslim)
Dari Anas ra., Nabi saw. bersabda: “Siapa saja yang mengasuh dua anak perempuannya hingga dewasa, di hari Kiamat aku bersama orang itu seperti dua jari ini. Beliau menempelkan dua jarinya (jari tengah dan telunjuk)” (HR. Bukhari Muslim)
Kedudukan orang miskin begitu mulia di sisi Allah, sehingga makanan yang disajikan dalam suatu pesta, yang beraneka ragam dan enak-enak, disebut sebagai makanan yang terburuk. Artinya, akan kehilangan berkah akibat orang miskin tidak diundang. Yang lebih menarik lagi, sebenarnya kekayaan yang di miliki orang kaya sebenarnya merupakan berkat do’a dari orang-orang miskin.
Kedudukan orang miskin begitu mulia di sisi Allah, sehingga makanan yang disajikan dalam suatu pesta, yang beraneka ragam dan enak-enak, disebut sebagai makanan yang terburuk. Artinya, akan kehilangan berkah akibat orang miskin tidak diundang. Yang lebih menarik lagi, sebenarnya kekayaan yang di miliki orang kaya sebenarnya merupakan berkat do’a dari orang-orang miskin.
Suatu ketika Sa’ad bin Abi Waqas menceritakan kelebihannya (dalam hal keka-yaan) dari orang-orang di sekitarnya, kemudian Rasulullah saw. Bersabda, yang artinya ,“Bukankah engkau mendapatkan pertolongan dan rizki disebabkan oleh orang-orang lemah di sekitarmu?”
Suatu kisa indah untuk kita renungkan , suatu ketika ada perempuan miskin yang menggendong dua anak perempuannya mendatangi Siti ‘Aisyah. Siti ‘Aisyah memberinya tiga butir kurma sebagai sedekah.
Perempuan itu memberikan kepada msing-masing anaknya satu butir kurma, dan sebutir lagi disisakan untuknya. Akan tetapi baru saja perempuan itu mengangkat kurma itu ke mulutnya, tiba-tiba kedua anaknya itu memintanya, lalu ia membelah kurma itu menjadi dua bagian dan diberikan kepada kedua anaknya.
Suatu kisa indah untuk kita renungkan , suatu ketika ada perempuan miskin yang menggendong dua anak perempuannya mendatangi Siti ‘Aisyah. Siti ‘Aisyah memberinya tiga butir kurma sebagai sedekah.
Perempuan itu memberikan kepada msing-masing anaknya satu butir kurma, dan sebutir lagi disisakan untuknya. Akan tetapi baru saja perempuan itu mengangkat kurma itu ke mulutnya, tiba-tiba kedua anaknya itu memintanya, lalu ia membelah kurma itu menjadi dua bagian dan diberikan kepada kedua anaknya.
Siti ‘Aisyah merasa heran melihat perilaku perempuan itu. Tidak lama kemudian Rasulullah saw. datang, dan Siti ‘Aisyah menceritakan kejadian itu. Kemudian Rasulullah saw. Bersabda, yang artinya , “Susungguhnya Allah telah menentukan syurga baginya, atau Allah telah membebaskan dia dari api neraka, karena perbuatannya itu”
Saudaraku, barangsiapa berusaha mendapatkan keridhaan kekasih Yang Maha Memberi rizki dan Maha Memiliki kekuatan dan keperkasaan, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan berbuat baik kepada orang-orang miskin, niscaya Tuhannya akan menolongnya dari para musuh serta akan memberi rizki.
Allahu a'lam
Sumber : Syaikh Dr Fadhl Ilahi, Mafatiihur Rizq fi Dhau’il Kitab was Sunnah, Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, Ainul Haris Arifin, Lc. Darul Haq]
Saudaraku, barangsiapa berusaha mendapatkan keridhaan kekasih Yang Maha Memberi rizki dan Maha Memiliki kekuatan dan keperkasaan, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan berbuat baik kepada orang-orang miskin, niscaya Tuhannya akan menolongnya dari para musuh serta akan memberi rizki.
Allahu a'lam
Sumber : Syaikh Dr Fadhl Ilahi, Mafatiihur Rizq fi Dhau’il Kitab was Sunnah, Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, Ainul Haris Arifin, Lc. Darul Haq]
Catatan :
[1] (Seperti) ditolong dari serangan musuh [Murqatul Mafatih, 9/84]
[2] Al-Musnad 5/198 (cet. Al-Maktab Al-Islami) ; Sunan Abi Daud Kitab Al-Jihad, Bab Al-Intishar bi Radhalil Khail Wadh Dha’fah, no. 2591, 7/183 ; Jami’ut Tirmidzi, Ababul Jihad, Bab Ma Ja’a Fil Istiftah bi Sha’alikil Muslimin, no. 1754, 5/291, dan redaksi ini adalah miliknya ; Sunan An-Nasa’i, Kitab Al-Jihad, Al-Istinshar bidh Dha’if 6/45-46 ; Al-Ihsan Fi Taqribi Shahih Ibni Hibban, Kitab As-Siar, Bab Al-Khuruj wa Kaifiyatul Jihad, Dikru Istihbabil Intishar bi Dhu’aafa’il Muslimin ‘inda Qiyamil Harbi ‘ala Saq, no. 4767, 11/85 ; Al-Mustadrak ‘alash Shahihain, Kitab Al-Jihad, 2/106. Tentang hadits ini Imam At-Tirmidzi berkata, Ini adalah hadits Hasan Shahih. (Jami’ut Tirmidzi, 5/292). Dan dishahihkan oleh Imam Al-Hakim. (Lihat, Al-Mustadrak, 2/106). Disepakati oleh Adz-Dzahabi (Lihat, At-Talkish, 2/106). Juga dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani. (Lihat Shahih Sunan Abu Daud, 2/492 ; Shahih Sunan At-Tirmidzi, 2/140 ; Shahih Sunan An-Nasa’i 2/669 ; Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah, no. 779, 2/422
[1] (Seperti) ditolong dari serangan musuh [Murqatul Mafatih, 9/84]
[2] Al-Musnad 5/198 (cet. Al-Maktab Al-Islami) ; Sunan Abi Daud Kitab Al-Jihad, Bab Al-Intishar bi Radhalil Khail Wadh Dha’fah, no. 2591, 7/183 ; Jami’ut Tirmidzi, Ababul Jihad, Bab Ma Ja’a Fil Istiftah bi Sha’alikil Muslimin, no. 1754, 5/291, dan redaksi ini adalah miliknya ; Sunan An-Nasa’i, Kitab Al-Jihad, Al-Istinshar bidh Dha’if 6/45-46 ; Al-Ihsan Fi Taqribi Shahih Ibni Hibban, Kitab As-Siar, Bab Al-Khuruj wa Kaifiyatul Jihad, Dikru Istihbabil Intishar bi Dhu’aafa’il Muslimin ‘inda Qiyamil Harbi ‘ala Saq, no. 4767, 11/85 ; Al-Mustadrak ‘alash Shahihain, Kitab Al-Jihad, 2/106. Tentang hadits ini Imam At-Tirmidzi berkata, Ini adalah hadits Hasan Shahih. (Jami’ut Tirmidzi, 5/292). Dan dishahihkan oleh Imam Al-Hakim. (Lihat, Al-Mustadrak, 2/106). Disepakati oleh Adz-Dzahabi (Lihat, At-Talkish, 2/106). Juga dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani. (Lihat Shahih Sunan Abu Daud, 2/492 ; Shahih Sunan At-Tirmidzi, 2/140 ; Shahih Sunan An-Nasa’i 2/669 ; Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah, no. 779, 2/422
Tidak ada komentar:
Posting Komentar