*****Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yg sabar.(Qs.Al-Baqarah 2 : 155).*****Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga , padahal (cobaan) belum datang kepadamu seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yg beriman bersamanya , berkata, 'kapankah datang pertolongan Allah?' Ingatlah , sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.(Qs.Al-Baqarah 2 : 214). *****Dan sungguh, Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum engkau, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kemelaratan dan kesengsaraan , agar mereka memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati.(Qs.Al-An'am 6 : 42). *****Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yg baik-baik dan (bencana) yg buruk-buruk, agar mereka kembali (kepda kebenaran). (Qs. Al-A'raf 7 : 168). *****Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yg apabila disebut nama Allah gemetar hatinya , dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yg melaksanakan shalat dan yg menginfakkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yg benar-benar beriman. Mereka akan memperoleh derajat (tinggi) di sisi Tuhannya dan ampunan serta rizki (nikmat) yg mulia. (Qs.An-anfal 8 : 2-4). *****Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), padahal Allah belum mengetahui orang-orang yg berjihad diantara kamu dan tidak mengambil teman yg setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Allah Mahateliti terhadap apa yg kamu kerjakan. (Qs. At-Taubah 9 : 16) *****Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yg sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan. (Qs. Al-Anbiya 21 : 35). *****Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sungguh , Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yg dusta. (Qs. Al-'Ankabut 29 : 2-3)

Rabu, 29 September 2010

Tips hindari kejahatan hipnotis

Firman-Nya, yang artinya ," Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” (Q.s. an-Nisa’: 76).
Sahabatku, sesungguhnya tidak ada seorangpun yang dapat menghipnotis diri kita , kecuali kita mengijinkannya. Karena yang terjadi sesungguhnya pada saat kita dihipnotis orang lain , adalah kita menghipnotis diri kita sendiri berdasarkan permintaan orang tersebut. Jadi jika orang jahat menghipnotis kita dan menguras uang kita , maka yang terjadi sesungguhnya adalah kita mengijinkan dia menghipnotis diri kita sendiri?
kita adalah peran sentral dalam peristiwa hipnotis yang menimpa diri kita, peng-Hipnotis hanya sebagai fasilitator yang dapat membuat kita menghipnotis diri kita sendiri.
Selanjutnya anda akan dapat memahami bahwa sebenarnya menghindari kejahatan hipnotis adalah tidak sulit . Bahkan jika anda sudah “terlanjur” memasuki kondisi hipnotis , maka sebenarnya andapun dapat dengan mudah membebaskan diri .


Dibawah ini beberapa tips yang semoga berguna bagi kita semua, dalam menghadapi kejahatan berbasis hipnotis ;

1. Selalu waspada , terutama ditempat umum , terutama ditempat umum dan terbuka. Penjahat Hipnotis lebih menyenangi tempat yang terbuka , karena pada umumnya orang tidak menaruh curiga karena merasa “aman”. Pada umumnya profil dari Penjahat Hipnotis benar-benar diluar perkiraan anda mereka umumnya tampil bak eksekutif , dan seringkali memiliki pesona fisik yang sangat menarik.

2. Ditempat umum jangan melayani pertanyaan yang diajukan oleh sekelompok orang (lebih dari 2 orang). Jawab secara pendek , dan langsung putuskan pembicaraan , tentu dengan cara yang tetap sopan dan elegant , agar tidak membuat orang lain tersinggung , siapa tahu mereka ternyata bukan Penjahat Hipnotis. Pertanyaan beruntun akan menggiring anda kekondisi “Confuse”, dan akan membuat anda berpotensi “blank” .

3. Jika ada orang menepuk anda , sekaget apapun juga jangan melibatkan diri kepada pembicaraan , segera alihkan perhatian anda ke hal lain. Anda boleh meremas-remas tangan anda dengan keras , atau memainkan lidah anda kelangit - langit . Segera mengalihkan diri , jangan sampai terjebak dalam pembicaraan.

4. Hati hati jika ada penawaran untuk memperoleh keuntungan uang yang besar . Ingat bahwa “tidak ada yang mau memberikan segala sesuatu dengan Cuma -cuma”. Gunakan logika normal , dan jangan larut dalam pembicaraan detail . Pembicaraan detail dapat membuat yang tadinya “tidak masuk akal ”menjadi“ masuk akal” , karena anda mulai ditarik kekondisi“ Hypnosa”.

5. Secara umum , ditempat public , jangan pernah melanjutkan pembicaraan yang diawali oleh sesuatu yang kurang logis! Segera putuskan pembicaraan dan singkirkan diri anda. Penjahat Hipnotis sangat terampil dalam menggiring anda sehingga proses logika anda menjadi tidak kritis . Jika anda “belum” berkesempatan untuk “melarikan diri”, segera lakukan kegiatan pengalihan pikiran, misalkan melakukan sms , atau berpikir serius kehal lain. Silangkan kaki anda, yang merupakan symbol bawah sadar untuk melakukan proteksi.

6. Jika jantung anda tiba - tiba berdebar - debar tanpa sebab , atau sedikit mual ketika berbicara dengan orang asing , mungkin orang tersebut adalah Penjahat Hipnotis yang tengah menggunakan “Subtle Energy” yang dikenal sebagai “energy gendam”. Segera beralih dan lakukan penetralan energy (grounding) , dengan cara mengarahkan kedua telapak tangan kebawah, dan meniatkan untuk membuang segenap energy negative ke inti bumi , untuk dinetralkan.

7. Jika tiba - tiba anda merasa mengantuk tanpa sebab , atau daerah kepala dibagian kiri terasa ada aliran energy yang agak aneh , atau mata terasa berat tetapi anda tidak mengantuk , maka mungkin ada Penjahat Hipnotis diradius anda yang tengah mengirimkan sinyal telepati untuk mengetest diri anda. Segera bangkit dan lakukan gerak fisik, segera aktifkan pikiran anda. Telepati tidak akan efektif bagi pikiran yang aktif. Dan jangan terlalu takut, karena telepati tidak bekerja dengan mudah ke setiap orang.

8. Bagi anda yang latah , harap lebih waspada jika berada ditempat umum. Disarankan selalu membawa teman. Kenapa? Karena latah adalah indikasi bahwa anda tidak memiliki control yang baik terhadap gerbang pikiran bawah sadar anda , sehingga dapat dengan mudah dideteksi dan dimanfaatkan oleh Penjahat Hipnotis.

MelepaskanDiriDariHipnotis

Nah, jika ternyata anda “terlanjur” terhipnotis , maka anda harus melakukan hal-hal berikut ini :

Jika anda dibuat “tertidur” , maka ketika anda masih “setengah tertidur” anda berkesempatan untuk melepaskan diri, dengan melakukan “Self-Termination”, misalkan katakana dalam hati “dalam tiga hitungan saya akan kembali kepada kesadaran normal”, lalu mulai hitung dengan tegas “satu. .dua. .tiga …” ,dan begitu anda membuka mata, segera anda berteriak minta pertolongan kesekeliling anda ! Demikian juga jika anda“ sudah terlanjur tertidur”, maka ada saatnya anda“ sedikit terbangun”, nah gunakant eknik yang sama.

Jika anda tidak dibuat tertidur , tetapi anda memang merasakan keganjilan dalam perilaku anda, maka jika anda berkesempatan “membuat jarak”, segera lakukan “SelfTermination” dengan cara diatas. Penjahat Hipnotis yang hebat dapat membuat anda tidak dapat “melepaskan diri” selama ia masih berada didekat anda dan aktif berkomunikasi dengan anda , karena komunikasi inilah yang sesungguhnya memprogram pikiran bawah sadar anda.

Yakinlah dengan firman-Nya, yang artinya ," Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangi¬lah kawan-kawan setan itu, karena sesung¬guhnya tipu daya setan itu lemah.” (Q.s. an-Nisa’: 76).

Jangan pernah mempercayai bahwa hipnotis mempunyai kekuatan mistik, magis, gelap, dsb. Kepercayaan ini akan membuat anda sulit melakukan Self Termination! Hipnotis adala fenomena alami manusia.

Dan akhirnya kita bersabar dan nberserah diri kepada Allah dan selalu memohon perlindungan kepada Allah, dari bahaya hipnotis.

Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya ," Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. (QS.Al Anfaal: 65)

Bacalah selau dan yakinlah dengan firman-Nya di Surah Al-Falaq ( Qs. 113) , yang artinya ," Katakankah , bahwa aku berlindung kepada Allah yang menguasai subuh (fajar) , dari kejahatan (makhluk ) yang Dia ciptakan. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan penyihir yang meniup pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan orang dengki yang dengki ".

Allahu a'lam
Sumber : YanNurindra, tips untuk menghindari kejahatan hipnotis,

kehidupan ini penuh Ujian

Dunia adalah 'darul-bala’ (tempat ujian). Siapa yang tidak mendapat ujian atau musibah dalam hartanya, akan diuji jasadnya. Yang tidak diuji jasadnya akan diuji anak-anaknya. Adalah sunnatullah bahwa setiap hamba mendapatkan ujian (obaan) berupa keburukan atau kebaikan. Allah berfiman, yang artinya, "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah" (QS. Al Balad: 4).
Firman-Nya , yang artinya, "Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. al-Anbiya`: 35). Saudaraku , seorang hamba tak akan terhindar dari cobaan (ujian), maka tanamkan-lah bibit kesabaran, jika mendapati ujian keburukan. Semoga kita siap bersyukur atas kebaikan yang diberikan serta ridha terhadap taqdir. Kebenaran iman masih belum tampak jelas, kecuali ketiak seorang hamba tertimpa musibah, maka saat itu akan terlihat perbedaan antara orang yang asabar dan orang yang marah terhadap musibah yang dialami. Antara yang beriman dengan yang ragu.
Abdul Malik bin Abhar berkata, 'Tidak ada seorang manusia pun, melainkan akan diuji dengan kesehatan untuk melihat apakah ia mensyukurinya. Atau diuji dengan musibah untuk melihat apakah ia bersabar atasnya'.
Seorang ulama Salaf berkata, 'Saya melihat kebanyakan manusia mengalami kegelisahan yg sangat mendalam melebihi batas ketika tertimpa sebuah musibah seolah-olah mereka tidak tahu bahwa dunia ini memang diadakan untuk hal itu. Bukankah orang yang sehat tidaklah menunggu kecuali kapan datangnya sakit? Orang yang dewasa tidaklah menunggu kecuali kapan datangnya masa tua? Dan sesuatu yang 'ada' (selain Allah Ta’ala) tidaklah menunggu melainkan kapan 'ditiadakan'.'

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya "Sangat mengherankan urusan orang mukmin itu, sesungguhnya seluruh perkara (yang menimpanya) baginya adalah semuanya baik. Tidaklah hal itu dimiliki oleh siapa pun kecuali bagi seorang mukmin, jika ia mendapatkan kebaikan, maka ia bersyukur dan hal itu adalah baik baginya, dan jika ia tertimpa suatu musibah maka ia bersabar dan itu adalah baik baginya". (HR. Muslim)
Hadits tersebut menunjukkan kebaikan sebuah musibah atau cobaan yang menimpa seorang mukmin apabila ia bersabar.

Al-Hasan berkata, "Sabar adalah harta simpanan dari tabungan kebaikan yang tidaklah Allah Ta’ala berikan melainkan kepada seorang hamba yang mulia disisiNya".

Dan di antara bentuk-bentuk kesabaran atau adab ketika tertimpa musibah adalah :

 Hendaknya sabar itu terjadi di awal kejadian, yaitu ketika terjadi bencana yang besar, seperti kematian, sakit keras, kecurian, kebakaran atau yang sejenisnya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Hanyasanya sabar itu adalah ketika di awal kejadian". (HR. al-Bukhari dan Muslim)

 Tenangnya seluruh anggota badan dengan menjauhkannya dari hal-hal yang dilarang oleh syari`at, seperti menampar-nampar pipi, merobek baju, dan yang semisalnya kecuali menangis karena hal itu dibolehkan. Ahli hikmah berkata, "Kesedihan dan kegelisahan tidak akan mengembalikan sesuatu yang hilang, akan tetapi akan menambah kegembiraan orang yang senang ketika orang lain tertimpa musibah".

 Tidak terlihatnya perubahan yang berarti akibat musibah yang menimpa, seolah-olah sama antara ketika ia tertimpa musibah dan tidak tertimpa musibah.
Bakr bin Abdullah al-Muzani berkata, "Adalah pernah dikatakan, “Termasuk lemah (bersedih yang berlebihan) adalah berdiam di rumah setelah terjadinya musibah".
Khalid bin Abi Utsman berkata, "Anak laki-laki saya meninggal dunia lalu Sa`id bin Jubair melihat saya dalam keadaan menutup wajah (menutup diri), maka ia berkata kepadaku, “Jauhilah olehmu menutup wajah (menutup diri) karena hal itu termasuk bersedih yang berlebihan (lemah tidak bersemangat akibat musibah). Sedangkan menangis tanpa mengeluar-kan suara, ataupun bersedih yang tidak berlebihan, dan tidak mengucapkan perkataan-perkataan yang diharamkan, maka hal tersebut tidak menafikan kesabaran dan ridha. +

Allah Ta’ala berfirman berkaitan dengan Nabi Ya`qub alaihis salam ,, artinya, "Dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya). (QS.Yusuf :84). Qatadah berkata, “Menahan amarah karena sedih, maka ia tidaklah mengucapkan sesuatu kecuali kebaikan,” dalam ayat berikutnya, artinya, "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya". (QS. Yusuf: 86).

 Di antara yang dapat menafikan kesabaran sehingga seseorang tidak dikatakan sabar adalah, memperlihatkan musibah yang menimpanya, berkeluh kesah dan menceritakan hal tersebut kepada orang lain tanpa adanya faidah yang diperoleh.
Imam al-Ahnaf berkata, "Kedua mataku telah buta sejak 40 tahun, dan tidak pernah aku ceritakan hal tersebut kepada seorang pun". Fudhail bin Iyad berkata kepada seseorang yang sedang mengeluh kepada orang lain, "Wahai saudaraku... engkau mengeluhkan sesuatu yang engkau harapkan dapat mengasihimu kepada yang tidak mampu memberikan kasih sayang…! ".

Saudaraku, musibah adalah ujian dan cobaan yang datang dari Allah Ta’ala untuk menguji hambaNya sebagai pembersih dan penghapus dosa-dosanya serta menjadikannya dalam timbangan kebaikan mereka apabila bersabar.

Memang benar, bersabar adalah juga perjuangan berat dan membutuhkan kesabaran juga Ada bebarapa tips agar seorang hamba dalam membangun kesabaran ketika tertimpa musibah di antaranya adalah :

 Memahami , bahwa dunia adalah tempat ujian dan cobaan.
 Memahami bahwa musibah adalah merupakan sebuah ketetapan atau sunnatullah.
 Memahami bahwa di sana masih ada musibah yang lebih besar yang menimpa orang lain.
 Mengambil pelajaran dari keadaan orang-orang yang tertimpa musibah yang sama, karena hal itu akan mendatangkan ketenangan
 Memandang keadaan orang-orang yang tertimpa musibah yang lebih besar dari musibah yang menimpanya, sehingga ia lebih bersyukur karena musibah yang menimpanya ternyata masih ringan.
 Berdo’a dan mengharapkan ganti yang lebih baik, dari apa yang telah hilang darinya. Jika yang menimpanya sesuatu yang dapat tergantikan dengan yang lain seperti hilangnya harta, meninggalnya anak, pasangan hidup atau yang semisalnya.
 Mengharap pahala dan balasan kebaikan dari Allah Ta’ala dengan bersabar.
Hendaknya seorang hamba tahu bahwa bagaimana pun berjalannya sebuah ketetapan atau taqdir adalah merupakan sesuatu yang terbaik bagi dirinya.
 Mengetahui bahwa beratnya cobaan dan dahsyatnya ujian hal itu adalah dikhususkan bagi orang-orang pilihan. Jika hal itu terjadi terhadap orang yang ahli ibadah, maka hal itu menunjukkan bahwa ia adalah termasuk pilihan.
 Memahami bahwa ia adalah seorang hamba (makhluk yang dimiliki) dan seseorang yang dimiliki tidaklah ia memiliki dirinya sedikit pun.
 Musibah yang terjadi adalah berdasarkan ridha Allah, maka sudah merupakan kewajiban bagi seorang hamba untuk ridha terhadap apa yang diridhai oleh Allah Subhanahu wata’ala.
 Mengoreksi diri ketika ia bersedih akibat musibah. Hal tersebut adalah sesuatu yang perlu dilakukan.
 Memahami bahwa musibah adalah hanya sesaat saja, seolah-olah ia tidak pernah terjadi. Mungkin bisa dibenarkan orang yang mengatakan, “Badai pasti berlalu”.

Faidah dari Ujian dan Cobaan
Ujian dan cobaan memilki hikmah rabbaniyyah dan faidah yang sangat agung. Hal itu dapat diketahui melalui penelitian, atau dari kenikmatan-kenikmatan yang diperoleh akibat musibah yang menimpa seseorang.
Dan ada pula hikmah-hikmah yang mungkin belum tersingkap yang mana Allah Ta’ala simpan untuk suatu hikmah yang lain. Alah berfirman, artinya, "Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak". (QS. an-Nisaa`: 19).

Di antara faidah dan hikmah dari ujian dan cobaan adalah sebagai berikut:
 Membersihkan dan menghapus dosa-dosa dan kesalahan serta menghantarkannya kepada derajat yang tinggi. Tidaklah hal itu diperoleh melainkan bagi mereka yang mampu bersabar dan mengharap pahala dari Allah Ta’ala Tali

 Memotivasi seseorang untuk benar-benar ikhlas dalam berdo’a. Kembali bertaubat dengan sesungguhnya, pasrah dan berserah diri kepada.

Allah berfirman, yang artinya, "Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilang-kannya melainkan Dia sendiri". [(QS. al-An`am :17).

Sebagian Salaf berkata, "Merupakan sunnatullah bahwasannya Allah Ta'ala menyeru hambanya untuk beribadah kepadaNya dengan diberikan keluasan rizqi, kesehatan yang terus menerus agar mereka kembali kepada Allah dengan sebab kenikmatan-kenikmatan tersebut. Jika mereka tidak mau melakukannya juga, maka Allah Ta’ala timpakan kepada mereka musibah sebagai peringatan berupa kemiskinan dan kesusahan mudah-mudahan mereka kembali kepadaNya".

 Mengetahui betapa besar kenikmatan dan kesehatan yang diberikan, bagi mereka yang lupa akan kenikmatan tersebut. Karena kenyataan menunjukkan bahwa apabila dibandingkan antara kenikmatan dan kesehatan akan jauh lebih besar dan lebih banyak porsinya daripada kesengsaraan atau musibah yang didapatkan.

Saudaraku… bersabar terhadap musibah yang menimpa, bersyukur ketika mendapat kenikmatan, bersabar atas segala kesengsaraan, karena sabar adalah penghapus kesalahan dan dosa.

Allah Ta’ala berfirman, artinya, "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar". (QS. al-Baqarah: 155) .

Semoga allah memberikan kita kekuatan dan hidayah-Nya agar kita bisa menjadi hamba yang bersyukur.

Wallahu a`lam.

Sumber: Abu Thalhah Andri Abd. Halim dan waqfah ma`al Balaa`, Div. Khusus lil Mutabarri`in wa Fa`iliil Khair.

Senin, 27 September 2010

Membuka pintu kemudahan

Perasaan kita adalah alat pengukur apakah kita sedang membuka atau menutup pintu keran aliran berkah dan rizki kita sendiri. Perasaan positif berarti open atau aliran terbuka, sedangkan perasaan negatif adalah berarti closed (aliran tertutup).
Walaupun lingkungan sekitar bisa saja mempengaruhi atau bisa membuat perasaan anda positif atau negatif, namun sesungguhnya anda sendirilah yang memutuskan apakah keran aliran berkah itu anda tutup melalui negative feeling atau anda buka lebar-lebar dengan positive feeling
Namun yang pasti , meskipun kita , anda membuka atau menutup pintu aliran berkah ini beribu-ribu kali, berkah dan rizki dari Allah , tiada tuhan selain Dia, tidak aakan pernah sekejappun berhenti dialirkan kedalam kehidupan anda kedalam kehidupan kita. Seperti air yang selalu mengalir dari sumber yang tiada pernah kering dan siaga 24 jam diujung bibir pintu keran kehidupan kita.

Begitu kita buka , air langsung mengalir. Baru bila anda tutup , maka aliran akan berhenti. Bisa juga dianalogikan sebagai siaran radio 99.9FM yang tidak pernah berhenti memancarkan gelombangh siarannya ke rumah kita, ke radio kita, meskipun kita tidak sedang menyetel atau mendengarkan radio di 99.9 FM.

Saudaraku, Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tidak akan pernah menzalimi hamban-Nya dengan menghentikan aliran berkah dan kasih sayang-Nya pada anda, pada kita. Justru yang sering terjadi adalah kita sendiri yang sengaja ataupun tidak sengaja memilih untuk menghentikan aliran berkah ini.

Saudaraku, marilah kita buka lagi dan izinkanlah hidup anda kembali dibanjiri berkah dan kasih sayang-Nya yang senantiasa melimpah tiada berhenti.

Saudaraku, positive feeling ataupun negative feeling kembali kepada pilihan kita sendiri. Pikiran dan perasaan kita esensinya adalah doa. Dalam hukum Daya Tarik Menarik , dinyatakan bahwa kita menarik segala sesuatu yang kita pikir kita rasakan tanpa mempedulikan apakah kita sebenarnya menginginkan atau justru kepikiran karena takut suatu hal tertentu.
Kita akan mendapatkan apa yang paling sering kita rasakan , ketika kita memikirkannya. Apapun yang kita pikirkan atau kita fokuskan, maka kita mulai menarik hal tersebut untuk hadir dalam kehidupan kita. Tanpa peduli pakah itu merupakan hal positif (menyenangkan) atau negatif (hal yang justru kita takutkan).

Alam semesta tidak pernah bertanya, apakah kita suka atau tidak suka dengan apa yang sedang kita pikirkan. Alam semesta melalui hukum daya tariknya selalu mengirimkan atau memberikan apapun yang menjadi perhatian kita dalam bentuk pikiran dan perasaaan kita.

Saudaraku, sekali lagi esensi saat kita berpikir setiap saat, sesungguhnya kitapun berdoa hal itu setiap saat juga. Para ilmuwan kini telah menemukan pusat spiri-tualitas di bagian lobe otak manusia yang diebut sebagai God’s spot.
Sirkuit syaraf ini , bila diaktifkan , maka akan berfungsi sebagi antena yang membuat kita langsung tersambung dengan kekuatan Illahi.

Maka terjawablah sudah kebenaran , firman Allah yang artinya ,” Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.. “ , (Qs. Al-Mukmin ; 60).

Hasil dari pikiran kita selama ini , terwujudlah dalam kehidupan kita, baik yang berasal dari pikiran negatif atau positif.

Hadits riwayat Ibn Husain , yang artinya ,” Aku berkata kepada semua penduduk langit dan bumi : “Mintalah kepada-Ku !” Aku pun lalu memberikan kepada masing-masing orang, pikiran apa yang terpikir pada semuanya “.

Allahu a'lam

Sumber : Erbe Sentanu, Quantum Ikhlash.

Minggu, 26 September 2010

Relaksasi

Suatu penelitian ilmiah yang dilakukan oleh para ahli terkenal didunia, terutama Hans Seyle , telah menunjukkan tanpa ragu bahwa stress adalah salah satu penyebab utama (jika bukan satu-satunya sebab utama) dari sejumlah penyakit. Baik penyakit fisik maupun penyakit mental. Hal itu dinamakan psikosomatik, yang merupakan akibat dari ketidakmampuan manusia modern utuk melindungi diri mereka sendiri dari stress sehari hari.
Dengan demikian orang yang dapat berelaksasi sekehendak hatinya seperti mendapat karunia. Seistem saraf mereka mengalami peredaan yang segera, dan kesehatan umum mereka menjadi lebih baik. Mereka yang berelaksasi memiliki perlengkapan yang lebih baik dibandingkan orang lain untuk menghadapi masalah yang ada.
Jika anda relaks, kapasitasa anda untuk mempertahankan sikap yang positif menjadi semakin baik.

Masalah pada stress adalah karena stress terlalu sering terjadi, sehingga ia telah menjadi bagian yang diterima dari kehidupan ini. Dan kita seringkali tidak menyadari betapa tegangnya diri kita.
Orang seringkali membutuhkan liburan dalam waktu panjang, untuk mendapatkan kembali irama alami dan normal dari kehidupan mereka.
Akan teteapi, melalui relaksasi dari hipnotis diri, yang umumnya didiahului oleh sesi relaksasi, anda segera akan merasakan seakan-akan anda sedang berlibur. Kehidupan menjadi suatu arena permainan yang menyenangkan.
Anda kembali mendapatkan antusiasme, energi dan imajinasi yang anda perlukan untuk mempertahankan masa muda anda.

Pengaruh dari relaksasi pertama hampir selalu sama dan sangat mencengangkan.
Anda akan menyadari betapa stressnya anda, dan anda tidak merasa benar-benar rileks selama berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Dan pada saat yang sama anda akan menyadari bahwa inilah keadaan yang paling alami bagi anda, dan keadaan ketegangan yang anda rasakan sesungguhnya abnormal dan destruktif.
Ada beberapa metode relaksasi yang bisa anda terapkan.
Semoga bermanfaat

Allahu a'lam
Silakan mencoba.

Sumber : Kekuatan pikiran, CH Godefrey

Jumat, 24 September 2010

Kebaikan yg terlupakan

Kunci-kunci rizki yang sering kita lupakan adalah berbuat baik kepada orang-orang miskin. Nabi yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa para hamba itu ditolong dan diberi rizki disebabkan oleh orang-orang yang lemah di antara mereka.
Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Mush’ab bin Sa’d ra berkata, ‘Bahwasanya Sa’d ra merasa dirinya memiliki kelebihan daripada orang lain. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya" Bukankah kalian ditolong [1] dan diberi rizki lantaran orang-orang lemah di antara kalian?” [Shahihul Bukhari ,Umdatul Qari), Al-Jihad was Siyar, Bab Man Ista’ana Bidh Dhu’afa Wash Shalihin Fil Harbi, no. 108, 14/179]
Karena itu, siapa yang ingin ditolong Allah dan diberi rizki oleh-Nya maka hendaknya ia memuliakan orang-orang lemah dan berbuat baik kepada mereka.

Nabi yang mulia, Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menjelaskan bahwa keridhaannya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat diperoleh dengan berbuat baik kepada orang-orang miskin.

Imam Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’I, Ibnu Hibban dan Al-Hakim meriwayatkan dari Abu Darda’ ra bahwasanya ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ", Carilah (keridhaan)ku melalui orang-orang lemah di antara kalian. Karena sesungguhnya kalian diberi rizki dan ditolong dengan sebab orang-orang lemah di antara kalian” [2]

Menjelaskan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diatas Al-Mulla Ali Al-Qari berkata, ‘Cari-lah keridhaanku dengan berbuat baik kepada orang-orang miskin di antara kalian. [, Murqatul Mafatih, 9/84]

Saudaraku, ingatkah kita tentang orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan anak miskin (Al Ma’uun:1-3)
Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw. bersabda: “Seburuk-buruknya makanan adalah maka-nan walimah (pesta) yang berkeinginan datang tidak diundang, sedangkan orang yang tidak membutuhkan diundang. Siapa saja yang tidak memenuhi undangan maka ia durhaka kepada Allah dan RasuluNya” (HR. Muslim)

Riwayat lain menyebutkan, dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, yang artinya, “Seburuk -buruk makanan adalah makanan walimah (pesta) di mana yang diundang hanyalah orang kaya, sedangkan orang miskin tidak diundang” (HR. Bukhari Muslim)
Dari Anas ra., Nabi saw. bersabda: “Siapa saja yang mengasuh dua anak perempuannya hingga dewasa, di hari Kiamat aku bersama orang itu seperti dua jari ini. Beliau menempelkan dua jarinya (jari tengah dan telunjuk)” (HR. Bukhari Muslim)

Kedudukan orang miskin begitu mulia di sisi Allah, sehingga makanan yang disajikan dalam suatu pesta, yang beraneka ragam dan enak-enak, disebut sebagai makanan yang terburuk. Artinya, akan kehilangan berkah akibat orang miskin tidak diundang. Yang lebih menarik lagi, sebenarnya kekayaan yang di miliki orang kaya sebenarnya merupakan berkat do’a dari orang-orang miskin.

Suatu ketika Sa’ad bin Abi Waqas menceritakan kelebihannya (dalam hal keka-yaan) dari orang-orang di sekitarnya, kemudian Rasulullah saw. Bersabda, yang artinya ,“Bukankah engkau mendapatkan pertolongan dan rizki disebabkan oleh orang-orang lemah di sekitarmu?”

Suatu kisa indah untuk kita renungkan , suatu ketika ada perempuan miskin yang menggendong dua anak perempuannya mendatangi Siti ‘Aisyah. Siti ‘Aisyah memberinya tiga butir kurma sebagai sedekah.
Perempuan itu memberikan kepada msing-masing anaknya satu butir kurma, dan sebutir lagi disisakan untuknya. Akan tetapi baru saja perempuan itu mengangkat kurma itu ke mulutnya, tiba-tiba kedua anaknya itu memintanya, lalu ia membelah kurma itu menjadi dua bagian dan diberikan kepada kedua anaknya.

Siti ‘Aisyah merasa heran melihat perilaku perempuan itu. Tidak lama kemudian Rasulullah saw. datang, dan Siti ‘Aisyah menceritakan kejadian itu. Kemudian Rasulullah saw. Bersabda, yang artinya , “Susungguhnya Allah telah menentukan syurga baginya, atau Allah telah membebaskan dia dari api neraka, karena perbuatannya itu”

Saudaraku, barangsiapa berusaha mendapatkan keridhaan kekasih Yang Maha Memberi rizki dan Maha Memiliki kekuatan dan keperkasaan, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan berbuat baik kepada orang-orang miskin, niscaya Tuhannya akan menolongnya dari para musuh serta akan memberi rizki.

Allahu a'lam
Sumber : Syaikh Dr Fadhl Ilahi, Mafatiihur Rizq fi Dhau’il Kitab was Sunnah, Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, Ainul Haris Arifin, Lc. Darul Haq]

Catatan :
[1] (Seperti) ditolong dari serangan musuh [Murqatul Mafatih, 9/84]
[2] Al-Musnad 5/198 (cet. Al-Maktab Al-Islami) ; Sunan Abi Daud Kitab Al-Jihad, Bab Al-Intishar bi Radhalil Khail Wadh Dha’fah, no. 2591, 7/183 ; Jami’ut Tirmidzi, Ababul Jihad, Bab Ma Ja’a Fil Istiftah bi Sha’alikil Muslimin, no. 1754, 5/291, dan redaksi ini adalah miliknya ; Sunan An-Nasa’i, Kitab Al-Jihad, Al-Istinshar bidh Dha’if 6/45-46 ; Al-Ihsan Fi Taqribi Shahih Ibni Hibban, Kitab As-Siar, Bab Al-Khuruj wa Kaifiyatul Jihad, Dikru Istihbabil Intishar bi Dhu’aafa’il Muslimin ‘inda Qiyamil Harbi ‘ala Saq, no. 4767, 11/85 ; Al-Mustadrak ‘alash Shahihain, Kitab Al-Jihad, 2/106. Tentang hadits ini Imam At-Tirmidzi berkata, Ini adalah hadits Hasan Shahih. (Jami’ut Tirmidzi, 5/292). Dan dishahihkan oleh Imam Al-Hakim. (Lihat, Al-Mustadrak, 2/106). Disepakati oleh Adz-Dzahabi (Lihat, At-Talkish, 2/106). Juga dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani. (Lihat Shahih Sunan Abu Daud, 2/492 ; Shahih Sunan At-Tirmidzi, 2/140 ; Shahih Sunan An-Nasa’i 2/669 ; Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah, no. 779, 2/422

Selasa, 21 September 2010

Cerdas

Allah berfirman dalam kitab-Nya, yang artinya , "Orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imron 134-135)

Beberapa tanda-tanda orang yang bertaqwa dalam surat Ali Imron ayat 134 dan 135 adalah:


Menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit (cerdas finansial).
Orang yang mampu melakukan hal ini berati mempunyai kecerdasan finansial, ia mampu mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tapi ia tidak terlena dengan harta tersebut karena ia juga mampu memanfaatkan dan menyalurkan hartanya di jalan Allah. Ia mampu berbagi dengan sesama yang membutuhkan. Inilah indikator orang yang cerdas secara Finansial.

Orang-orang yang menahan Amarahnya. (cerdas emisional)
Rasululah bersabda “Orang yang kuat bukanlah orang yang menang dalam bergulat, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan Amarahnya”.
Dengan amarah yang tak terkendali dapat menyebabkan penyesalan yang tak terhingga, Sesuatu yang telah kita bangun bertahun-tahun misalnya karena dengan kemarahan bias hancur dalam hitungan jam atau bahkan menit dan detik. Kerukunan dalam rumah tangga yang di bangun seseorang yang telah di jaga belasan atau bahkan puluhan tahun bisa berantakan karena kemarahan yang tak terkendali. Dan tentu banyak lagi contoh dalam kehidupan dunia ini. Inilah indicator orang yang cerdas secara Emosional.

Memaafkan kesalahan Orang lain. (cerdas sosial)
Meminta maaf atas kesalahan yang kita lakukan itu mudah, tetapi tidak lah semudah untuk memaafkan kesalahan orang lain yang telah berbuat zhalim kepada diri kita.
Hanya orang-orang yang berjiwa besar dan pemaaf lah yang mampu melakukan hal ini. Hanya orang yang mempunyai kecerdasan sosial-lah yang mampu melakukan hal itu.

orang-orang yg apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. (Cerdas spiritual).
Ini adalah penentu seseorang akan mendapatkan bantuan dan naungan serta kasih sayang Allah. Karena dengan memiliki kecerdasan spiritual seseorang hamba akan selalu berkomunikasi dengan sang pencipta, mengadukan berbagi permasalahan yang ia hadapi, memohon petunjuknya, memohon bantuannya, memohon perlindungannya dan mengadukan berbagai problematika kehidupan yang ia hadapi selama ini.

Semoga kita mendapat hidayah dan pertolongan Allah, sehingga dapat menggapai empat kecerdasan tersebut. Sehingga insya Allah hidup kita akan tentram, sejahtera, makmur dan tidak ada rasa takut dan khawatir untuk urusan dunia dan akhirat karena semua permasalahn akan Allah berikan jalan keluarnya, dan mendapatkan rizki yang tak terduga juga tentunya, karena itulah janji Allah bagi hamba-Nya yang bertaqwa.

Allahu a'lam
Sumber : khotbah Ust. Hamim

Membuka pintu Hati

Membuka pintu hati adalah pekerjaan seringkali begitu sulit dan berat. Memang tidaklah masuk akal bila bertemu seseorang yang sama sekali belum kita kenal terus kita katakan, "Maaf, saya ingin berkenalan dengan Anda?"
Tentu orang itu akan memandang dengan penuh keheranan dan asing, bahkan boleh jadi akan memandang dengan perasaan kecurigaan. Terlebih lagi jika terjadi di tempat umum. Lain halnya jika hal itu terjadi di masjid, mushala pada waktu-waktu menjelang atau usai shalat, sampai batas tertentu masih bisa diterima dan masuk akal. Karena orang yang datang ke masjid tentu tidak memiliki prasangka sebagaimana orang di tempat umum tadi. Sama halnya jika hal itu terjadi di suatu acara resepsi, misalnya. Pada saat itu, ada perasaan saling berdekatan dan akrab. Lalu bagaimana jika kita tidak menemukan kondisi seperti ini? Bagaimana caranya?


Inilah yang diarahkan Rasulullah saw. kepada kita dengan sabdanya, "Demi Dzat
yang jiwa Muhammad ada di Tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga
beriman, dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian saya
tunjukkan suatu amal yang bila dikerjakan maka kalian akan saling mencintai?
Sebarkanlah salam di antara kalian!".

Langkah awal menuju hati adalah, "ucapkan salam kepadanya", karena dakwah ditujukan untuk semua dan. Bila telah meng-ucapkan salam ,hukumnya sunah, maka dia harus menjawabnya, karena menjawab salam hukumnya fardhu 'ain.
Allah swt. berfirman, "Apabila kalian dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau balaslah (dengan yang serupa)," (An-Nisaa: 86)

Bukan sekedar mengucapkan salam tanpa penghayatan dan tanpa pengaruh. Biarkanlah sebagian orang mengucapkan-nya sekedar sebuah tradisi namun kita tetap mengucapkannya sebagai ibadah. Yakinlah ketika kita mengucapkan salam itu, kita merasakannya sebagai sebuah doa, dan kita mengucapkannya juga dengan semangat berdoa.

Selain itu, ketika mengucapkan salam, kita harus menghadapkan wajah kita kepada orang yang dituju. Rasul saw. bersabda, "Dan hendaklah engkau mendatanginya dari arah wajahnya!"

Demikian itu karena wajah merupakan representasi seseorang. Engkau dapat mengamati bagaimanapengaruh ucapan salammu pada wajahnya. Engkau dapat melihat apakah ia merasa senang atau tidak kepadamu ketika bertemu, melalui cahaya wajahnya.

Pada tahap kedua, sebagaimana Rasulullah saw. bersabda, "Senyummu di depan wajah saudaramu adalah sedekah."

Beliau mmemberi contoh kepada kita untuk tersenyum di hadapan orang yang kita
temui, karena senyum yang hangat memiliki pengaruh yang besar dalam menggerakkan
hati dan menghidupkan nurani.

Senyum laksana cahaya mentari benderang
Muncul dari balik kalbu yang tercemar noda.

Rasulullah saw. telah membimbing kita kepada rambu-rambu jalan kebaikan dan menyelamat-kan umat. Rasulullah saw. bersabda, "Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam: bila bertemu ucapkan salam, bila diundang maka penuhilah, bila meminta nasihat maka nasihatilah, bila bersin lalu memuji Allah maka sambutlah dengan doa (yarhamukallah), bila sakit maka jenguklah, dan bila meninggal maka ta'ziyahlah." (HR. Muslim)

Saudaraku, kita manusia itu sama. Ini tercermin ketika kaum muslimin berada dalam masjid. Yang miskin duduk ber-dampingan dengan yang kaya, yang lemah berdam-pingan dengan yang kuat, tukang sapu dan tukang sampah sama seperti kebanyakan manusia lain dalam masjid.

Namuni sayang, seringkali hal ini tidak diaplikasikan di luar masjid. Apakah ketika lewat di jalanan dan bertemu salah seorang tukang sapu, kita mengucapkan salam padanya?".

Sungguh, Rasul saw telah melarang perbuatan demikian melalui sabdanya, 'Janganlah kalian menganggap remeh suatu kebaikan walau itu hanya sekedar bermuka ceria ketika bertemu saudaramu.'

Bila ucapkan salam padanya, baik kenal maupun tidak, berarti kita telah menghargai dinnya dan memberinya rasa optimis dalam menatap kehidupan, kerana sebelumnya ia merasa dari go-longan terasing dalam masyarakat. Ia merasa tidak seorang pun yang mau memalingkan wajah ke arahnya, tidak seorang pun yang menghargainya atau sekedar mengajaknya berbicara dengan baik.

Bila kita ucapkan salam kepadanya di suatu hari, maka ia akan menanti lewat di jalan itu, hanya untuk mendapatkan salam darikita. Ketahuilah, telah banyak orang yang mengabaikan sesuatu yang selama ini di cari-cari dan dambakan, yaitu ketentraman batin karena ketulusan hati yang hanya mengharap ridha dan cinta Allah.

Allahu a'lam
Sumber : At-Thariq ilal Quluub, Abbas As-Siisi

Senin, 20 September 2010

Menjaga Lidah, hifzhul-lisan

Allah Ta'ala berfirman, yang artinya , "Allah yang Maha pemurah. Yang telah mengajarkan Al-Qur`an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara". [Qs. ar-Rahmân :1-4]. Allah berfirman, yang artinya , "Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir". [Qs. al-Balad :8-9].[1]
Di antara nikmat Allah yang terbesar, setelah nikmat iman dan Islam, ialah nikmat berbicara dengan lidah, nikmat kemampuan menjelaskan isi hati dan kehendak. Lidah yang berfungsi untuk berbicara ini seperti senjata bermata dua. Yaitu dapat digunakan untuk taat kepada Allah, dan juga dapat digunakan untuk memperturutkan setan. Lidah itu sendiri merupakan anggota badan yang benar-benar perlu dijaga dan dikendalikan. Lidah memiliki fungsi sebagai penerjemah dan pengungkap isi hati. Oleh karena itu, setelah Nabi n memerintahkan seseorang beristiqomah, kemudian mewasiatkan pula untuk menjaga lisan. Keterjagaan dan lurusnya lidah berkaitan dengan kelurusan hati dan keimanan seorang hamba.


Jika seorang hamba mempergunakan lidahnya untuk menuju ketaatan kepada Allah, seperti , membaca Al-Qur`ân, berdzikir, berdoa kepada Allah, untuk amar ma'ruf, nahi munkar, atau untuk kebaikan didalam jalan-Nya , maka inilah sebagai perwujudan syukur kepada Allah terhadap nikmat lidah.
Sebaliknya, jika seseorang mempergunakan lidahnya berdoa kepada selain Allah, berdusta, melakukan ghibah, namimah, melakukan tindakan yang menjauhi ridha Allah , maka ini merupakan kekufuran kepada Allah terhadap nikmat lidah. Dengan demikian, lidah manusia itu bisa menjadi faktor yang bisa mengangkat derajat seorang hamba di sisi Allah, namun juga bisa menyebabkan kecelakaan yang besar bagi pemiliknya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda , yang artinya , "Sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk keridhaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu Allah menaikkannya beberapa derajat. Dan sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk kemurkaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka Jahannam". [HR al-Bukhâri, no. 6478].

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-'Asqalani menjelaskan makna "dia tidak menganggapnya penting", yaitu dia tidak memperhatikan dengan fikirannya dan tidak memikirkan akibat perkataannya, serta tidak menduga bahwa kalimat itu akan mempengaruhi sesuatu. [Lihat Fat-hul-Bâri, penjelasan hadits no. 6478]

Saudaraku, ada dua bencana yang ditimbulkan oleh lidah ada dua. Yaitu berbicara batil (keru-sakan, sia-sia), dan diam dari al-haq yang wajib diucapkan.

bahkan, Abu 'Ali ad-Daqqâq berkata bahwa, orang yang berbicara dengan kebatilan adalah setan yang berbicara, sedangkan orang yang diam dari kebenaran adalah setan yang bisu.[3]
Saudaraku, hamba yang beruntung adalah yang menahan lidahnya dari kebatilan dan menggunakannya untuk perkara bermanfaat. Banyak kita temui dalam keseharian, bahwa seorang hamba yang sanggup menjaga diri dari makanan haram, berbuat zhalim kepada orang lain, berzina, mencuri, khamr, melihat yang tidak halal dilihat, dst, namun dia seakan sulit menjaga diri dari gerakan lidahnya. Sehingga terkadang seseorang yang dikenal dengan agamanya, zuhudnya, dan ibadahnya, namun ia mengucapkan kalimat-kalimat yang menimbulkan kemurkaan Allah, dan ia tidak memperhatikannya. Padahal hanya dengan satu kalimat itu saja, dapat menyebabkan terjerumus ke dalam kehinaan. Atau ia tersungkur di dalam neraka selama tujuh puluh tahun.[4]

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ,"Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan satu kalimat, ia tidak menganggapnya berbahaya; dengan sebab satu kalimat itu ia terjungkal selama 70 tahun di dalam neraka".[5]

Dalam riwayat lain disebutkan Rasulullah bersabda: yang artinya , "Sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang ia tidak mengetahui secara jelas maksud yang ada di dalam kalimat itu, namun dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka lebih jauh dari antara timur dan barat". [HR Muslim, no. 2988].



" Dari Sufyan bin 'Abdullah ats-Tsaqafi, ia berkata: "Aku berkata, wahai Rasulullah, katakan kepadaku dengan satu perkara yang aku akan berpegang dengannya!" Beliau menjawab: "Katakanlah, 'Rabbku adalah Allah', lalu istiqomahlah". Aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah yang paling anda khawatirkan atasku?". Beliau memegang lidah beliau sendiri, lalu bersabda: "Ini".[6]

Lidah merupakan anggota badan yang benar-benar perlu dijaga dan dikendalikan. Lidah memiliki fungsi sebagai penerjemah dan pengungkap isi hati. Oleh karena itu, setelah Nabi n memerintahkan seseorang beristiqomah, kemudian mewasiatkan pula untuk menjaga lisan. Keterjagaan dan lurusnya lidah sangat berkaitan dengan kelurusan hati dan keimanan seseorang.

Di dalam Musnad Imam Ahmad, dari Anas bin Mâlik , dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda yang artinya , "Iman seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga hatinya istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga lisannya istiqomah. Dan orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya, ia tidak akan masuk surga". [8]

Dalam hadits Tirmidzi (no. 2407) dari Abu Sa'id al-Khudri, Nabi SAW bersabda, yang artinya ,"Jika anak Adam memasuki pagi hari, sesungguhnya semua anggota badannya berkata merendah kepada lisan: "Takwalah kepada Allah dalam menjaga hak-hak kami. Sesungguhnya kami ini tergantung kepadamu. Jika engkau istiqomah, maka kami juga istiqomah. Jika engkau menyimpang (dari jalan petunjuk), kami juga menyimpang".[9]

Oleh karena itu, seorang mukmin hendaklah menjaga lidahnya. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya , "Barang siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, niscaya aku menjamin surga baginya".[10]

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga menjelaskan, menjaga lidah merupakan keselamatan.
"Dari 'Uqbah bin 'Aamir, ia berkata: "Aku bertanya, wahai Rasulullah, apakah sebab keselamatan?" Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Kuasailah lidahmu, rumah yang luas bagimu, dan tangisilah kesalahanmu". [HR. Tirmidzi, no. 2406].

Maksudnya, janganlah berbicara kecuali dengan perkara yang membawa kebaikan, betahlah tinggal di dalam rumah dengan melakukan ketaatan-ketaatan, dan hendaklah menyesali kesalahan-kesalahan dengan cara menangis.[11]

Imam an-Nawawi berkata: "Ketahuilah, seharusnya setiap mukallaf (orang yang berakal dan baligh) menjaga lidahnya dari seluruh perkataan, kecuali perkataan yang jelas maslahat padanya. Ketika berbicara atau meninggalkannya itu sama maslahatnya, maka menurut Sunnah adalah menahan diri darinya. Karena perkataan mubah bisa menyeret kepada perkataan yang haram, atau makruh. Kebiasaan ini, bahkan banyak dilakukan. Sedangkan keselamatan itu tidak ada bandingannya.

Diriwayatkan dalam Shahîhain, al-Bukhaari (no. 6475) dan Muslim (no. 47), dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Nabi SAW bersabda, yang artinya "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam".

Imam asy-Syafi'i berkata: "Jika seseorang menghendaki berbicara, maka sebelum berbicara hendaklah ia berfiikir; jika jelas nampak maslahatnya, maka ia berbicara; dan jika ragu-ragu, maka tidak berbicara sampai jelas maslahatnya".[12]

Selain itu, lidah merupakan alat yang berguna untuk mengungkapkan isi hati. Jika ingin mengetahui isi hati seseorang, maka perhatikanlah gerakan lidahnya, isi pembicaraannya, dan hal itu akan menunjukkan isi hatinya, baik orang tersebut mau maupun enggan.

Diriwayatkan Yahya bin Mu'adz berkata: "Hati itu seperti periuk dengan isinya yang mendidih. Sedangkan lidah itu adalah gayungnya. Maka perhatikanlah ketika seseorang berbicara. Karena sesungguhnya, lidahnya itu akan mengambilkan untukmu apa yang ada di dalam hatinya, manis, pahit, tawar, asin, dan lainnya. Pengambilan lidahnya akan menjelaskan kepadamu rasa hatinya".[13]

Diriwayatkan, 'Umar bin al-Khaththab berkata: "Barang siapa banyak pembicaraannya, banyak pula tergelincirnya. Dan barang siapa banyak tergelincirnya, banyak pula dosanya. Dan barang siapa banyak dosa-dosanya, neraka lebih pantas baginya".[14]

Diriwayatkan, Ibnu Mas'ud berkata: "Jauhilah fudhûlul-kalam (pembicaraan yang melebihi keperluan). Cukup bagi seseorang berbicara, menyampaikan sesuai kebutuhannya".[16]

Syaqiq berkata: 'Abdullah bin Mas'ud bertalbiyah di atas bukit Shafa, kemudian berseru: "Wahai lidah, katakanlah kebaikan, niscaya engkau mendapatkan keberuntungan. Diamlah, niscaya engkau selamat, sebelum engkau menyesal".
Orang-orang bertanya: "Wahai Abu 'Abdurrahman, apakah ini suatu perkataan yang engkau ucapkan sendiri, atau engkau dengar?"
Dia menjawab, "Tidak, bahkan aku telah mendengar Rasulallah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda "(kebanyakan kesalahan anak Adam ialah pada lidahnya)". [17]

Diriwayatkan, bahwasanya seorang Salaf berkata: "Diam adalah ibadah tanpa kelelahan, keindahan tanpa perhiasan, kewibawaan tanpa kekuasaan. Anda tidak perlu beralasan karenanya, dan dengannya aibmu tertutupi".[21]

Semoga kita mendapat hidayah dan pertolongan dari Allah sehingga kita bisa menjaga lidah kita.
Wallahul-Musta'an.

Sumber : Ustadz Abu Isma'il Muslim al-Atsari , majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XI/1429H/2008M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo

Mashâdir:
1. Âfâtul-Lisân fî Dhau`il Kitab was-Sunnah, Dr. Sa'id bin 'Ali bin Wahf al-Qahthani.
2. Al-Adzkâr, Imam an-Nawawi, Tahqîq dan Takhrîj: Syaikh Salim al-Hilâli, Penerbit Dar Ibni Hazm, Cet Kedua, Tahun 1425H/2004M.
3. Hashâ`idul-Alsun, Syaikh Husain al-'Awaisyah, Penerbit Darul-Hijrah.
4. Jami’ul ‘Ulum wal-Hikam, Imam Ibnu Rajab, dengan penelitian Syu’aib al-Arnauth dan Ibrâhîm Bajis, Penerbit ar-Risalah, Cetakan kelima, Tahun 1414H/1994M.
5. Dan lain-lain.

Footnote
[1]. Tafsir Adh-wâ`ul Bayân, karya Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi. Lihat surat ar-Rahmân, 55/3-4.
[2]. Âfâtul-Lisân fî Dhau`il Kitab was-Sunnah, Dr. Sa'id bin 'Ali bin Wahf al-Qahthani, hlm. 4-5, 159-160.
[3]. Disebutkan oleh Ibnul-Qayyim dalam ad-Dâ` wad-Dawâ`, Tahqîq: Syaikh 'Ali bin Hasan al-Halabi, Penerbit Dar Ibnil-Jauzi, hlm. 155.
[4]. Âfâtul-Lisân fî Dhau`il Kitab was-Sunnah, hlm, 5-6, 163.
[5]. HR at-Tirmidzi, no. 2314. Ibnu Majah, no. 3970. Ahmad, 2/355, 533. Ibnu Hibban, no. 5706. Syaikh al-Albâni menyatakan: "Hasan shahîh".
[6]. HR Tirmidzi, no. 2410. Ibnu Majah, no. 3972. Dan dishahîhkan oleh Syaikh al-Albani.
[7]. Hashâ`idul-Alsun, Penerbit Darul-Hijrah, hlm. 15.
[8]. HR Ahmad, no. 12636, dihasankan oleh Syaikh Salim al-Hilali dalam Bahjatun-Nazhirin, 3/13.
[9]. HR Tirmidzi, no. 2407, dihasankan oleh Syaikh Salim al-Hilali dalam Bahjatun-Nazhirin, 3/17, no. 1521. Lihat pula Jami'ul 'Ulûm wal-Hikam, 1/511-512.
[10]. HR Bukhâri, no. 6474. Tirmidzi, no. 2408. Dan lafazh ini milik al-Bukhâri.
[11]. Tuhfatul-Ahwadzi Syarh Sunan Tirmidzi.
[12]. Al-Adzkâr, Imam an-Nawawi. Tahqîq dan Takhrîj: Syaikh Salim al-Hilâli, Dar Ibni Hazm, Cet. 2, Th. 1425H/2004M, 2/713-714.
[13]. Hilyatul-Au'iyâ`, 10/63. Dinukil dari Âfâtul-Lisân fî Dhau`il Kitab was-Sunnah, hlm, 159.
[14]. Riwayat al-Qudha`i dlm Musnad asy-Syihab, no. 374. Ibnu Hibban ,Raudhatul-'Uqala`, hlm. 44. Jami’ul ‘Ulûm wal Hikam, Juz 1, hlm. 339.
[15]. Riwayat Ibnu Hibban dalam Raudhatul-'Uqala`, hlm. 48. Dinukil dari Jami’ul ‘Ulûm wal Hikam, Juz 1, hlm. 340.
[16]. Jami’ul ‘Ulûm wal Hikam, Juz 1, hlm. 339.
[17]. HR Thabrani, Ibnu 'Asakir, dan lainnya. Lihat Silsilah ash-Shahîhah, no. 534.
[18]. Âfâtul-Lisân fî Dhau`il Kitab was-Sunnah, hlm. 161.
[19]. Jami’ul ‘Ulûm wal Hikam, Juz 1, hlm. 339.
[20]. Âfâtul-Lisân fî Dhau`il Kitab was-Sunnah, hlm. 160-161.
[21]. Hashâ`idul-Alsun, hlm. 175-176.

antara tulus & ikhlas

Ketulusan dalam terminologi sufistik identik dengan kemurnian dari berbagai campuran kotoran (al-khulushu min al-mustaqdzirat). Mislanya khalasha asy syai'I (menjadi bersih), khalashtu ilasy sya'I yang berarti telah sampai kepadanya, atau juga khalasus samni yang berarti minyak yang murni. Ada ungkapan khalis dalam bahasa arab yang diartikan sebagai murni tidak terkontaminasi kotoran didalamnya baik yang bersifat lahir maupun batin. Mengalirnya ketulusan sebagai sesuatu yang hadir begitu saja, tanpa kontaminasi, pretensi, tendensi, kepentingan apapun untuk melakukan sesuatu. Laksana mata air yang mengalir deras dari kedalaman telaga hati dengan sendirinya secara spontan. Bening adanya. Firman Allah dalam kitab-Nya, yang artinya ,“Dan (dia berkata) : Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepadamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah.” (QS Huud : 29).

Firman-Nya , yang artinya ," Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapakan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS al-Insan : 10).
Allah berfirman , yang artinya ," Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedeqahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena masih disertai harapan penghargaan dari manusia . Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang diatasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS al-Baqarah : 264).

Yakni janganlah kamu memberi sesuatu kepada sesama dengan mengharapkan imbalan yang melebihi pemberian itu. Karena orang yang mulia itu berlepas diri dari apa yang diberikan sekalipun dalam jumlah yang banyak. Berilah dengan suatu pemberian yang tidak khawatir tertimpa kefakiran.

Ibnu Abbas mengatakan, “Janganlah engkau memberikan sesuatu untuk mencari sesuatu yang lebih baik.” Ada yang berpendapat, “Janganlah engkau memberi agar engkau diberi yang lebih banyak darinya. Rahasia larangan ini agar pemberian itu terlepas dari mengharapkan imbalan untuk menjaga harga diri dan kesempurnaan akhlaq. Nabi memerintahkan dengan semulia-mulia adab dan semulia-mulia budi pekerti.”

Ibnu Zaid mengatakan, “Janganlah engkau memberikan nubuwah (tugas kenabian) kepada manusia dengan mengharapkan imbalan dunia yang lebih banyak sebagai penggantinya.”

Ikhlas tidak berwarna. Ikhlas adalah salah satu wujud tauhid. Ibnu Qayyim menyatakan sebagai memfokuskan tujuan dan maksud (dari kegiatannya, amalannya) hanya kepada Allah), melaksanakan ketaatan hanya kepada-Nya, tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Dari sudut pandang para salik (penempuh jalan menuju Allah), ia bebas dari warna-warna yang menyimbolkan nafsu amarah, nafsu kepemilikan, nafsu kepada lawan jenis, nafsu ingin mempertahankan status , nafsu ingin mengambil , sampai nafsu yang ingin memiliki kebenaran itu sendiri. Bening bisa diwarnai apa saja, tetapi ia juga bisa menghadirkan semua warna dan ornamen seperti adanya.

Hindarilah menjadi seorang yg merugikan orang lain terlebih kalau kita simak Rasulullah Saw. bersabda Muslim yg terbaik adl muslim yg muslim lain selamat/merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya. Ketulusan menjadikan seseorang mengesampingkan penilaian orang lain , meluruskan niat hanya kepada Allah dan bahkan menghindarkan diri agar amalannya tidak diketahui orang lain. Ketulusan adalah kekayaan yang abadi. Mungkin seorang akan bahagia dengan kepemilikan seperti uang, pangkat, atau jabatan. Tetapi, bahagia karena uang, pangkat, atau kedudukan itu baru kemungkinan. Bahagia karena ketulusan adalah kepastian.

Seorang ahli sufi mengatakan, “Keikhlasan sesaat adalah keselamatan sepanjang masa (al-ikhlashu saa’atan najaatul abad).” Kebahagiaan, kedamaian, memang bukan berbentuk barang yang diperoleh di tempat tertentu. Kebahagiaan diperoleh dari Tuhan kepada pemilik hati yang komunikatif dengan-Nya. Yaitu orang yang berhati sehat (qalbun salim), hati yang terhindar dari virus ruhani.

Kehadiran ketulusan dalam hati, melukiskan kondisi hati yang tidak menyembunyikan kepentingan, atau hasil apapun selain nikmatnya merasakan ketulusan itu sendiri. Nikmat itu membuat pemiliknya lupa bahwa di ujung amalnya yang tulus. Ketulusan itu tersimpan rapat-rapat oleh pelakunya, persis ia merahasiakan kekurangan, sisi hitam, dan bau tidak sedap dalam dirinya.


Pengaruh ketulusan begitu penting dan terasa. Wujudnya menjadi bermakna, berbekas, dan abadi dalam ingatan. Menanam ketulusaan akan menuai hasil yang tak terhingga. Seorang ulama salaf mengatakan, bahwa betapa banyak amal perbuatan kecil dibesar-kan oleh niat ikhlasnya, dan betapa banyak amal perbuatan besar dikecilkan oleh niatnya.

Menjauhi keinginan untuk dipuji, dihargai, dihormati makhluk, yang penting adalah ridha dan berkah Allah. Ia tahu bahwa tugasnya di dunia ini hanya dua, pertama luruskan niat hanya demi meraih cinta Allah, lalu selanjutnya ia harus menyempurnakan ikhtiar agar hasil yang diharapkan betul-betul optimal, terbaik yang dapat dipersembahkannya.

Sehingga ia sanggup menghindari harapan penghargaan orang lain, dan tetap semangat beramal shalih sehingga meraih ridha Allah. Rezeki baginya adalah ketika ia mampu berbuat meluruskan niat dan beramal dengan amal terbaik.

Bahkan, menurut sebuah hadits, dua malaikat Allah akan mendoakan orang yang melaksanakan infaq harian dengan tulus pada pagi hari dengan menggunakan isim nakirah, “khalafan” (pengganti) yang tak terhingga.

Ya, Allah berikanlah orang yang berinfaq dengan tulus, pengganti (dari apa yang ia infaqkan itu). Khalafan (pengganti) disini menggunakan kalimat yang bersifat umum. Dalam riwayat lain kholafan itu berupa keharmonisan keluarga, anak yang taat, siklus pergaulan yang menyejukkan, jalan keluar dari beragam kesulitan, kebahagiaan, kepuasan batin, dll. Bentuk dan macam “pengganti” itu sepenuhnya hak prerogatif (mutlak) Allah.

Ketulusan mengarahkan orientasi menuju hanya keridhaan Allah Yang Maha Adil.

Saudaraku , ketulusan berhimpitan dengan keikhlasan. Untuk mencapai tingkatan ikhlas tertinggi, yaitu meraih ridha Allah. Menurut Imam Ali ra, ada beberapa level ikhlas, antara lain;


• pertama, ikhlasnya seseorang untuk meraih kebahagiaan duniawi. Ketika berdoa pun, ia berharap keinginan duniawi . Walaupun begitu, ini masih namun lebih karena ia hanya meminta hanya kepada Allah saja.


• kedua, ikhlasnya seorang pedagang, ia berusaha ikhlas namun dengan meng-hitung-hitung pahala terlebih dahulu. Jika suatu amal banyak mendatangkan pahala, pasti ia semangat mengerjakannya. Berharap amal tersebut dapat menghapuskan dosa serta menguntungkan duniawinya.


• Ketiga, ikhlasnya seorang hamba sahaya, ia takut sekali dengan ancaman Allah, sehingga ia berusaha ikhlas dalam berbuat, hanya demi Allah agar Allah tidak murka kepadanya.


• Keempat, ikhlasnya orang yang berharap surga, balasan baik bagi Allah, sehingga amal yang dikerjakannya betul-betul diperuntukkan sebagai bekal hidup diakhirat kelak, agar ia meraih surga; balsan tertinggi dari Allah.


• kelima ikhlas tertinggi, ia pasrah dengan ketentuan Allah. baginya ia berbuat terbaik hanya demi keridhaan dan berharap cinta Allah. Cukup baginya cinta dan ridha Allah . Subhanaallah, mudah-mudahan suatu saat kita dapat meraih tingkatan ikhlas tertinggi ini. Amiin.

Untuk menjadi hamba yang ikhlas pasti memerlukan latihan (riyadhah) yang bertahap dan berat, namun dengan kesungguhan dan keikhlasan berupaya, pasti akan berbuah keikhlasan yang tiada bandingnya dengan kehidupan dunia ini.

Cobalah mulai berusaha melupakan setiap amal yang kita lakukan, seakan-akan kita tidak pernah melakukannya. Dan jangan membeda-bedakan amal besar atau amal kecil, semua amal sama saja, upayakan berbuat terbaik dalam amal apapun juga.

Lupakan pula penghargaan dan celaan orang lain, upayakan bersikap biasa-biasa saja dengan semua yang kita lakukan. serta jangan berharap balasan berbentuk pujian, materi atau penghargaan dari orang lain, bisa jadi balasan amal itu berupa pahala atau ridha Allah, bukankah hal itu lebih baik.

Marilah kita senantiasa menata keikhlasan hati, dengan mulai mencoba berlatih dalam setiap kesempatan amal. Baiknya amal karena baiknya hati dan baiknya hati karena baiknya niat. Barangsiapa yang tulus dalam niatnya maka hasilnya akan mulus, dan barangsiapa yang keruh niatnya akan keruh pula hasilnya.

Rasulullah pernah bersabda, yang artinya , “Semua manusia akan hancur kecuali orang yang berserah diri kepada Allah (muslim), semua orang muslim akan hancur kecuali orang beriman, orang beriman akan hancur kecuali orang ‘alim, dan orang yang alim akan hancur kecuali yang mengamalkan ilmunya, dan orang yang beramal akan hancur kecuali yang tulus. Dan orang yang tulus dalam bahaya.” (al-Hadits).

Manusia yang tulus jiwanya mudah dikenali, dan diakrabi. Karena memandang orang lain sebagai anugerah, bukan ancaman. Berbeda dengan orang munafiq, lain di hati lain pula yang di kepala dan yang diperlihatkan. Manusia munafiq itu sosok yang bertopeng sepuluh (dasamuka, bhs. Jawa). Efek bagi pelakunya adalah mudah tersinggung (kulla sha-ihatin ‘alaihim) keragu-raguan (raybah), kebimbangan (idza ra-aita tu’jibuka ajsaamuhum). Orang yang ikhlas itu, tidak menyimpan agenda tertentu untuk mengambil sesuatu dari orang lain. Tetapi bahkan ia ingin berbagi dan memberi (itsar), sebanyak mungkin. Keikhlasan menimbulkan jiwa yang tenang (thuma’ninah). Orang yang ikhlas itu bahkan menyimpan rapat-rapat amalnya sebagaimana ia merahasiakan aibnya.

Semoga kita diberi hidayah dan kekuatan dari Allah SWT untuk dapat melaksanakan ketulusan dan keikhlasan dalam bertindak demi menggapai ridha Allah.
Allahu a'lam

Sumber : hidayatullah.or.id , K.H. Abdullah Gymnastiar

Kamis, 16 September 2010

Tidak melampui batas dlm DO'A

"Berdo'alah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas".[al-A'râf/7:55]
Perintah Untuk Berdoa . Seorang muslim membutuhkan Allah Subhanahu wa Ta'ala setiap saat. Penghambaan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala mutlak harus dikerjakan. Berdoa merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh seorang hamba untuk membuktikan kebutuhannya kepada Allah, dan sebagai bukti ketundukan dirinya kepada Rabbul-'Alamiin (Dzat Yang Maha Menguasai alam semesta).
Melalui ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan para hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya dan beribadah dengannya [2]. Karena doa termasuk ibadah, maka wajib disertai dengan keikhlasan.
Imam Ibnu Jarîr ath-Thabari menjelaskan: , berdoalah kepada Allah saja. Murnikan doa kepada-Nya. Tidak menyeru kepada sesembahan-sesembahan selain-Nya dan berhala-berhala"[3]


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya "Dialah Yang hidup kekal, tiada Ilah (yang berhak diibadahi) melainkan Dia; maka berdoalah kepada-Nya dengan memurnikan ibadah kepada-Nya". [Ghâfir/40:65].

Lebih jelas lagi larangan berdoa kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, ditunjukkan pula oleh firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang artinya , "Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatu pun bagi mereka …." [ar-Ra'd/13:14].

Adab Berdoa,
Ayat di atas juga mengajarkan cara bagi seorang muslim saat berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, sehingga doa yang dilantunkannya dikabulkan [4]. Allah Subhanahu wa Ta'ala menunjukkan cara berdoa itu, ialah dengan menyertakan dua sifat yang mengiringi perintah untuk berdoa kepada-Nya. Dua sifat itu, ialah tadharru' dan khuf-yah.

Pengertian tadharru', yaitu mengandung unsur khusyu', tadzallul (kerendahan diri dan kehinaan diri) dan istikânah (ketundukan diri) [5]. Adapun pengertian khuf-yah, ialah mengeluarkan suara dalam berdoa secara perlahan dan lirih, tidak mengeraskan. Doa itu dilakukan dengan suara lembut dan hati ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Tujuan berdoa secara perlahan dan lirih, supaya seorang yang berdoa terjauhkan dan selamat dari riya`, dan demikian ini dikatakan oleh Imam al-Qurthubi rahimahullah. Begitu pula Nabi Zakariyya, beliau dipuji lantaran dalam berdoa dengan cara demikian, perlahan, lirih dan lembut.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya, "(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tetang rahmat Rabb kamu kepada hamba-Nya, Zakariyya. Yaitu tatkala ia berdoa kepada Rabbnya dengan suara yang lembut". [Maryam/19:2-3].[6]

Oleh karena itu, ketika ada seorang yang berdoa dengan suara keras, maka Rasulullah SAW menegur sahabat yang berbuat demikian. Disebutkan dalam Shahîhain, dari sahabat yang bernama Abu Musa al-Asy'ari ra, ia berkata: Orang-orang mengangkat suara tatkala berdoa, sehingga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya , "Wahai manusia. Tenangkanlah diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak menyeru Dzat yang bisu atau yang tidak ada. Sesungguhnya Dzat yang kalian seru Maha Mendengar lagi Maha Dekat".[7]

Perintah berdoa dengan suara yang lembut juga termaktub dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala , yang artinya ,"Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai" [al-A'râf/7:205]

Al-Hasan al-Bashri, seorang Tabi'i, ia berkata: "Dahulu, kaum muslimin sangat tekun dalam berdoa. Tidak terdengar suara dari mereka, kecuali hanya suara lirih antara mereka dengan Rabb mereka". Selanjutnya, beliau membacakan surat al-A'râf/7 ayat 55 dan pujian terhadap Nabi Zakariyya dalam surat Maryam/19 ayat 3.

Merendahkan suara dan tidak mengeraskannya termasuk etika dalam berdoa. Etika ini mencerminkan nilai-nilai positif. Di antaranya: (1) Cara ini menunjukkan keimanan yang lebih besar, karena ia meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mendengar suara yang lirih, (2) Cara ini lebih beradab dan sopan. Jika Allah Subhanahu wa Ta'ala mendengar suara yang pelan, maka tidak sepantasnya berada di hadapan-Nya kecuali dengan suara yang rendah. (3) Sebagai pertanda sikap khusyu` dan ketundukan hati yang merupakan ruh doa, (4) Lebih mendatangkan keikhlasan. Karena doa dengan suara keras membuat orang lain merasa terganggu dan terpancing perhatiannya kepada suara-suara yang keras lagi riuh-rendah. (5) Cara ini membantu untuk konsisten dan senantiasa berdoa. Karena bibir tidak merasa bosan dan anggota tubuh tidak mengalami kelelahan. Sebagaimana orang yang membaca dan mengulang-ulangnya dengan suara keras, maka akan lebih cepat merasa penat. (6) Cara berdoa dengan suara lirih juga menunjukkan, bahwa seorang hamba meyakini kedekatannya dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.[8]

Tidak Melampaui Batas Dalam Berdoa
Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan bahwa Dia tidak menyukai orang-orang yang berbuat i'tidâ`. Al-i'tidâ`, berasal dari kata al-'udwân. Maknanya, melewati batasan syariat dan pedoman-pedoman yang semestinya harus dipatuhi. Atau menurut Imam al-Qurthubi rahimahullah, yaitu mujâwazatul-haddi (melampaui batas) wa murtakibul-hazhar (melakukan pelanggaran). [9] (7/202).

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya ,"Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zhalim".[al-Baqarah/2:229].

Larangan berbuat melampaui batas, sebenarnya berlaku umum, mencakup seluruh perbuatan dalam semua aspek, tidak khusus hanya dalam berdoa. Namun, karena larangan itu datang setelah perintah untuk berdoa, sehingga menunjukkan dengan jelas dan secara khusus berbicara tentang perbuatan melampaui batas dalam berdoa.

Penggalan ayat di atas mengandung pengertian, bahwa doa yang memuat unsur berlebihan dan melampaui batas tidak disukai Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak diridhai-Nya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberitahukan munculnya gejala melampaui batas dalam berdoa pada diri umat Islam. Pemberitaan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ini, juga merupakan peringatan berkaitan perbuatan tersebut. Kaum muslimin supaya berhati-hati dan waspada, jangan sampai terjerumus ke dalam perbuatan yang dilarang tersebut. Peringatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ini termasuk bagian dari kesempurnaan dan kepedulian beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada umatnya, sekaligus sebagai salah satu tanda kenabian.
Dari 'Abdullah bin Mughaffal Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya , "Sungguh akan muncul kaum dari umat ini yang akan berbuat melampaui batas dalam berdoa dan bersuci". [10]

Oleh karena itu, tidak ada jalan keselamatan kecuali komitmen dengan petunjuk Rasulullah SAW dalam berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Kesimpulannya, ayat ini memuat dua unsur penting. Pertama, unsur yang dicintai Allah, yaitu berdoa kepada-Nya dengan penuh tadharru' dan suara yang lembut. Kedua, unsur yang dibenci dan tidak disukai Allah, dan diperingatkan supaya tidak dilakukan, yakni berbuat i'tida` dalam berdoa, dan demikian pula dengan pelakunya.[11]

Syaikh 'Abdur-Razzâq mengingatkan bahaya melampaui batas dalam berdoa. Beliau berkata: "Bagaimana mungkin doa orang yang berbuat melampui pedoman-pedoman syariat dan tidak mengindahkan batasan yang sudah ditetapkan itu bisa diharapkan untuk dikabulkan. Doa yang mengandung perbuatan melampaui batas tidak disukai Allah dan tidak diridhai-Nya. (Maka) bagaimana seseorang bisa berharap doanya dikabulkan dan diterima Allah?"[12]

beberapa contoh i'tida' dalam doa.
1. Jenis yang paling parah, yaitu berdoa kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Tidak ada i'tida' yang lebih besar dan paling parah daripada orang yang memperuntukkan doa kepada selain Allah atau mempersekutukan sesuatu dengan-Nya dalam berdoa. Fatalnya kekeliruan i'tida` ini disebutkan ,

Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firman-Nya: "Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyeru tuhan-tuhan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doanya) sampai hari Kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka". [al Ahqâf/46:5].

2. Memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala hal-hal yang tidak diperbolehkan, seperti memohon pertolongan untuk melakukan perbuatan haram dan mengerjakan kemaksiatan.

3. Memohon kepada Allah sesuatu yang tidak dikabulkan oleh Allah karena bertentangan dengan sifat hikmah-Nya. Atau meminta sesuatu yang mestinya ditempuh dengan sebab-sebab, namun ia enggan untuk melaksanakannya. Misal, permintaan agar dapat memperoleh anak tanpa menikah, menghilangkan sifat-sifat manusia, yang membutuhkan makanan dan minuman serta oksigen, ingin tahu ilmu gaib, dan sebagainya.

4. Memohon derajat dan martabat yang tidak layak, sementara sunnatullah tidak memungkinkannya dapat meraihnya. Seperti meminta menjadi malaikat, menjadi nabi dan rasul. Atau memohon supaya menjadi muda kembali setelah memasuki usia tua.

5. Berdoa kepada Allah tidak dengan tadharru'.

6. Berdoa yang mengandung laknat bagi kaum mukminin.
Sebagian ulama Salaf menjelaskan makna orang-orang yang melampaui batas pada ayat di atas, bahwasanya mereka ialah orang-orang yang melaknat kaum mukminin pada kondisi yang tidak diperbolehkan, seraya berseru: "Ya Allah, hinakan mereka. Ya Allah, laknatlah mereka"[13]

7. Berdoa dengan meninggikan dan mengeraskan suara sehingga bertentangan dengan etika, adab dan sopan santun.

PELAJARAN DARI AYAT
- Kewajiban berdoa hanya kepada Allah, karena berdoa termasuk ibadah.
- Penjelasan mengenai adab berdoa, yaitu dengan bertadharru'.
- Adab dalam berdoa, yaitu melantunkannya dengan suara lirih.
- Larangan berbuat i'tida` (melampui batas) dalam berdoa.
- I'tida` dapat mempengaruhi doa seseorang tidak dikabulkan.
- Penetapan sifat mahabbah Allah.

Wallahu a'lam
sumber : Ustadz 'Ashim bin Musthofa , majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XI/1429H/2008M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]

Marâji`:
1. Al-Qur`ân dan Terjemahannya, Cetakan Mujamma' Mâlik Fahd Madinah.
2. Aisarut-Tafâsîr fi Kalâmil-‘Aliyyil-Kabîr, Abu Bakr Jâbir al-Jazâiri, Maktabah ‘Ulum wal- Hikam, Cet. VI, Th. 1423 H – 2003 M.
3. Al-Jâmi li Ahkâmil-Qur`ân (Tafsir al-Qurthubi), Abu 'Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshâri al-Qurthubi, Tahqîq: ‘Abdur-Razzâq al-Mahdi, Dârul-Kitâbil-'Arabi, Cet. IV, Th. 1422 H – 2001M.
4. Fiqhul-Ad'iyah wal-Adzkâr, Prof. Dr. 'Abdur-Razzâq bin 'Abdil-Muhsin al-'Abbâd, Dar Ibni 'Affân, Cetakan I, Tahun 1422-2001.
5. Jâmi'ul-Bayân 'an Ta`wil Ay Al-Qur`ân, Abu Ja'far Muhammad bin Jarîr ath-Thabari, Dar Ibnu Hazm, Cet. I, Th. 1423 H – 2002 M.
6. Tafsîrul-Qur`ânil-'Azhîm, al-Hafizh Abul-Fida Isma'îl bin 'Umar bin Katsîr al-Qurasyi, Tahqîq: Sâmi bin Muhammad as-Salâmah, Dar Thaibah, Riyâdh, Cet. I, Th. 1422 H - 2002 M
7. Taisîrul-Karîmir-Rahmân fi Tafsîri Kalâmin Mannân, ‘Abdur-Rahmân bin Nashir as-Sa’di, Tahqîq: ‘Abdur-Rahmân al-Luwaihiq, Muassasah Risalah.
Footnote
[1]. Pembahasan ayat ini banyak mengutip keterangan dari kitab Fiqhul-Ad'iyah wal-Adzkâr, karya Syaikh Prof. Dr. 'Abdur-Razzâq bin 'Abdul-Muhsin al 'Abbâd, Volume I dan IV, beberapa tambahan dari sejumlah kitab tafsir.
[2]. Al-Jâmi'u li Ahkamil-Qur`ân, 7/199.
[3]. Jâmi'ul-Bayân 'an Ta`wil Ay Al-Qur`ân, 8/261.
[4]. Al-Aisâr, 1/388.
[5]. Tafsîrul-Qur`ânil-'Azhîm (3/428), al-Jâmi'u li Ahkamil-Qur`ân (7/199), al-Aisâr (1/388).
[6]. Al-Jâmi'u li Ahkamil-Qur`ân, 7/199. Lihat pula at-Taisîr, hlm. 296.
[7]. HR al-Bukhâri, no. 4205 dan Muslim, no. 2704.
[8]. Fiqhu-Ad'iyah, 1/80-81.
[9]. Al-Jâmi'u li Ahkâmil-Qur`ân, 7/202.
[10]. HR Ahmad, Abu Dâwud - Ibn Majah. Dishahîhkan oleh al Albâni , Shahîh Sunan Abi Dawud, no. 87.
[11]. Lihat al-Fatâwâ, 15/23-24.
[12]. Fiqhul-Ad'iyah, 2/75.
[13]. Ma'âlimut-Tanzîl, 2/166.

Selasa, 07 September 2010

Al Kibr dan ujub

Al Kibr, takkab dan istikbar, memiliki makna yang berdekatam. Al Kibr dialih bahasakan sebagai sombong , yang merupakan suatu keadaan yang khusus bagi manusia karena ujub (bangga) dengan dirinya. Dan menganggap dirinya lebih besar daripada lainnya. Jadi dapat dikatakan bahawa Al Kibr , adalah merasa dirinya lebih baik dan disertai dengan merendahkan atau meremehkan orang lain.
Sedangkan pengertian ujub , adalah merasa dirinya itu baik (berbangga diri), namun tidak disertai dengan merendahkan/ mengejek orang lain.
Rasulullah juga mendifinisikan sifat sombong, sebagaimana sabdanya, yang artinya ,” Sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia “. (Hr Muslim).
Jadi merasa sombong adalah orang yang menganggap dirinya itu besar. Dan tidak ada orang bersifat demikian, kecuali meyakini bahwa dirinya mempunyai satu sifat dari sifat-sifat kesempurnaan yang akan melebihkan dirinya daripada orang lain.

Virus kesombongan bisa cepat masuk kepada kaum alim atau para ahli ilmu yang tidak mau memberikan cahaya taufik dari ilmu itu kepada lainnya. Sehingga ia merasa dirinya lebih besar dan akhirnya meremehkan manusia lainnya. Dia memanadang dirinya lebih utama di sisi Allah daripada orang lain, ia lebih mengkhawatirkan keselamatan mereka daripada keselamatan dirinya sendiri. Dia mengharapkan lebih banyak untuk dirinya sendiri daripada apa yang ia harapkan untukmereka.

Adapun keburukan dari sifat sombong adalah :

1. Batharulhaqqi (menolak kebenaran),
Seungguhnya orang yang telah mendengarkan kebenaran dari seorang hamba diantara hamba-hamba Allah dan dia menyombongkan diri dari menerimanya , atau bahkan mengingkarinya, maka hal itu tidaklah terjadi kecuali karena congkak, kesombongan dan merendahkan yang lainnya. Dia enggan untuk mengakuinya, ini merupakan inti akhlak hamba yang tidak beriman. Sebagaimana firman-Nya , yang artinya ,” Dan apabila dikatakan kepadanya ,” bertaqwalah kepada Allah “!. Maka bangkitlah kesombongannya yang menyebabkanny berbuat dosa ,” (Qs. Al-Baqarah : 206).

2. Merendahkan orang lain
Yaitu menganggap orang lain lebih rendah dan lebih hina. Setiap orang yang melihat dirinya lebih baik daripada orang lain bahkan merendahkannya, maka ia benar-benar sombong dan menantang Allah SWT.

Pada hakekatnya kesombongan adalah tidak melihat hak orang lain yang harus diberikannya. Dai hanya melihat hak-haknya yang harus dilakukan oleh manusia lainnya. Dia tidak melihat kebaikan orang lain atas dirinya namun ia hanya melihat kebaikan nya sendiri atas mereka (orang lain).
Hendaklah seorang hamba menghentikan kemarahan dan kesombongan, sehingga ia dapat mengatasi semua belenggu hatinya . Orang yang tidak lagi terikat pada batin dan jasmani, yang telah bebas dari nafsu-nafsu, tak akan menderita lagi.

Tanda-tanda kesombongan itu sangat banyak. Misalnya , seseorang yang diliputi kesombongan tidak akan mampu mencintai saudaranya seiman sebagaimana ia mencintai untuk dirinya sendiri. Tidak akan mampu bertawadhu’, tidak akan mampu meninggalkan hasad, sulit untuk berkata jujur, dan tidak dapat meninggalkan amarah ataupun menahannya.

Jika kita menginginkan bertambah nilai diri dan derajad maka hendaknya kita berlemah lembut, merendahkan diri, dan meninggalkan kesombongan serta berbangga diri.

Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya ,” Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (adalah) orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati “, (Qs. Al-Furqan : 63).
Sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Tidaklah seseorang diberi tambahan ampunan oleh Allah, kecuali kemuliaanya akan bertambah. Dan tidaklah seseorang bertawadhu’ kepada Allah, kecuali Allah akan mengangkat derajadnya ,” (Hr Muslim).

Dari Iyadl bin Himar ra, ia berkata bahwa Rasulullah pernah bersabda, yang artinya ,” Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku, bahwa hendaklah kalian saling merendahkan diri sehingga seseorang tidak membanggakan diri terhadap orang lain dan tidak menganiaya orang lain ,” (Hr Muslim).

Allahu a’lam.
Sumber : dari beberapa sumber bacaan.

membaca Al-Qur’an

Rasulullah SAW pernah bersabda, yang artinya ,’ Barang siapa membaca seratus ayat dalam suatu malam, maka Al-Qur’an tidak akan menggugat kepadanya , “ (HrSa’id bin Nashr dalam musnadnya dari Abu Darda, kitab Kanzal Ummal, j VII).
Artinya , nanti diahadapan Allah , Al-Qur’an tidak akan mempersoalkan (menggugat) manusia, namun sebaliknya Al-Qur’an akan membantu menenangkan mereka dengan hujjah-nya.
Saudaraku , membaca Al-qur’an dengan tartil atau membacanya dengan perlahan dengan merenungi makna dan kandungan ayatnya secara mendalam. Oleh karena itu sahabat Abdullah bin Mas’ud melarang tergesa-gesa dalam membaca Al-Qur’an. Janganlah salah seorang diantara kalian terburu-buru dalam mengakhiri surah.

Dengan membaca Al-Qur’an dengan tartil, perlahan sambil merenungi maknanya,maka ketika sang pembaca berhenti pada ayat-ayat dzikir , ia akan merasakan benar kedudukan Allah. Hamba itupun akan khusyuk, lunak dan lembut hatinya. Begitu pula jika berhenti pada ayat-ayat yang membahas persoalan lainnya, ia akan merasakan keagungan dan kedekatan dengan Rabb-nya.

Didalam Al-Qur’an sendiri Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya ,” Hai orang-orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat di malam hari, kecuali sedikit daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-qur’an itu dengan perlahan-lahan (tartil). Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Rabb-mu dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. Dialah Rabb Masyriq dan Maghrib, tiada illah melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung ,” (Qs. Al-Muzzammil : 1-9).

Saudaraku,saat kita tekun membca al-Qur’an , gemanya akan menyusup kedalam jiwa , melembutkan jiwa , menghidupkan jiwa, menhidupkan pengharapan akan rahmat Allah.
Rasulullah pernah bersabda, yang artinya ,” Pada harikiamat nanti, sang pembaca al-Qur’an akan ditempatkan di tangga surga yang paling awal. Dikatakan kepadanya, bacalah dan naiklah, dan cacalah dengan tartil, sebagaimana kau baca tartil kala didunia, karena persinggahanmu ada pada akhir ayat yang kamu baca ,’ (Hr Ahmad dan Abu Dawud).

Allahu a’lam
Sumber : Muhammad Abdullah al-Khatib dalam Qiyamullail tajdiidun li ar-Ruuh wa Zaadun li al ’amilin

Rabu, 01 September 2010

Pil pahit yg mujarab

Kita tentulah berkeinginan untuk menjadi hamba yang penuh rasa syukur,bahagia atau penuh keceriaan. Inilah keadaan alamiah kita, beginilah kita seharusnya. Emosi positif semacam ini sungguh terasa nyaman dan meningkatkan frekuensi getara kita ke alam semesta. Anda akan menjadi magnet kebaikan.
Namun, perjalanan hidup kita tidak selamanya mulus. Perjalanan kita laksana kapal laut. Suatu ketika badai kehidupan pasti datang menyerang. Setiap kita pernah atau barangkali sedang mengalami masa-masa yang sangat sulit. Tetap dibutuhkan usaha keras dalam untuk bisa melihat kebaikan dalam setiap kejadian, apapun kondisinya (menyenangkan maupun menyedihkan). Pemahaman akan kebaikan atau kebenaran tak hanya mencapai keberkahan hidup, namun juga menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang tiada berakhir. Badai kehidupan, bisa menjadi sumber munculnya emosi negatif . Seperti kebencian, kemarahan, cemburu, rasa takut dst. Dalam sudut pandang “The Law of Attraction”, emosi ini akan menurunkan frekuensi getaran kita. Akibatnya membuat kita gelisah, marah , suntuk, sesak.

Rasulullah pernah bersabda, yang artinya ,” Aku mengagumi seorang mukmin karena selalu ada kebaikan dalam setiap urusannya. Jika ia mendapat kesenangan , ia bersyukur (kepada Allah) sehingga didalamnya ada kebaikan. Jika ditimpa musibah, ia berserah diri (dan menjalankan dengan sabar) bahwa didalamnya ada kebaikan pula “, (Hr Muslim).

Emosi negatif menimbukan rasa sakit dalam tubuh, menciptakan efek pemisahan, menghambat aliran emosi positif dan hanya akan menarik energi negatif lainnya ke dalam hidup kita. Saudaraku tidak ada seorangpung yang kebal terhadap segala peristiwa yang buruk.

Walaupun berat, namun sudah saatnya kita melepaskan semua perasaan marah, dendam, khianat, ketakutan dalam hidup kita. Keluarkanlah semua pikiran kotor dan semua tingkah laku yang tak berguna, dan memulai menjalani hidup yang ada. Biasakanlah untuk melihat bahwa pada akhirnya ada suatu kebaikan dalam sebuah peristiwa yang pada awalnya terlihat merugikan. Kita tidak selalu bisa melihat sisi positif yang muncul.

Bila kita terlalu fokus pada kesakitan dan kemarahan, anda hanya akan menciptakan keaadaan yang makin buruk dan tidak sehat dalam kehidupan anda. Kita harus berjuang untuk membuat ruang untuk perasan positif.

Cherie Carter-Scott, menyatakan kemarahan akan membuat kita semakin kecil, sedangkan pemberian maaf memaksa anda untuk tumbuh diluar diri anda sebelumnya.

Ya benar saudaraku. Pemberian maaf adalah tindakan penting dan merupakan proses menuju perubahan. Kita harus berusaha berkeinginan untuk memaafkan siapapun pada situasi yang menyebabkan kesakitan dan lepaskanlah semuanya.

Janganlah anda membahayakan diri sendiri, dengan mempertahankan pikiran-pikiran negatif dan emosi negatif. Pada saat kita bersikeras untuk tidak memaafkan seseorang, laksana kita minum racun dan menunggu orang lain sakit. Maafkanlah semuanya, lepaskanlah, dan yang paling penting maafkanlah diri kita masing-masing.

Jika anda belum pernah memaafkan diri sendiri, bagaimana mungkin anda bisa memaafkan orang lain? Demikian kata Dolores Huerta.

Pemberian maaf yang sejati, adalah benar-benar obat mujarab, yang membersihkan diri kita dan membebaskan diri kita. Proses benar dalam diri, yang mengubah anda dari situasi penderitaan dan kemarahan menjadi situasi dengang frekueni getaran cinta yang lebih tinggi. Banyakpakar motivasi, bahwa tidak ada yang lebih penting dari merasa baik.

Kita harus membuat keputusan yang disadari untuk memilih kebahagiaan. Pilihlah untuk hidup dalam keadaan selalu bersyukur dan bahagia. Pilihlah kecermelangan hidup anda dan energi positif membentuk masa depan kita.

Ingatlah selalu, firman Allah, yang artinya ,” Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran , dan mereka tidak dianiaya “, (Qs. Al-Mu’minuun).

Rasulullah saw, pernah bersabda , yang artinya ,” Setiap hamba muslim yang ditimpa musibah atau sakit dan sebagainya maka Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya, sebagaimana daun yang gugur dari pohonnya ,” (Hr Bukhari Muslim).

Rasulullah saw, pernah bersabda , yang artinya ,”Sederhanalah dan jangan terlalu berlebihan serta berusahalah melakukan yang benar. Setiap musibah yang menimpa orang-orang muslim adalah suatu pelebur kesalahan biarpun hanya sekedar tertusuk duri “, (Hr BukhariMuslim).

Saudaraku , kita tidak tinggal dimasa lalu.Ketika anda mengganti pikiran negatif dengan pikiran positif, anda mulai mendapatkan hasil yang positif (Willie Nelson).

Dengan memberi maaf , akan menimbulkan rasa bersyukur . Dan syukur memberikan kesadaran kepada kita tentnag betapa besarnya nikmat yang telah Allah berikan keapda kita. Janganlah terlalu larut dengan hilangnya satu kenikmatan yang sebelumnya Allah berikan , karena masih banyak sekali kenikmatan lain yang menunggu kita.

Allahu a’lam

Sumber :Cara Nabi menghadapi kesulitan hidup , Hendra S, The secrets law of attraction, Jack Canfield DD Watkins.