Upamanya, tiba-tiba saja toko kita dijarah orang, kebakaran, atau hal-hal buruk lain yang bisa kita sebut sebagai hal buruk yang menimpa orang (yang dianggap) baik.
Reaksi pertama, tentu menolak kenyataan ini. Kita tidak terima ini bisa terjadi, dan bentuknya bermacam-macam, menangis ,meratap, mogok beribadah, bahkan menghujat Allah, atau yang lainnya.
Reaksi selanjutnya, adalah mencari penyebab pada leveltransendental. Dalam tahap ini seorang hamba mencoba mencari perspektif Tuhan atas peristiwa buruk yang dialaminya.
Mencoba mencari kesalahan dan dosa-dosa yang telah (mungkin) diperbuatnya. Usaha ini akan lebih baik daripada harus mencari kambing hitam sebagai tudingan penyebabnya.
Bila seorang hamba, menimpakan kesalahan pada pihak lain , maka dia mulai mengeluh, protes. Dan benntuk protesnya bisa berupa :
merusak diri sendiri , bisa berupa : meninggalkan ibadah, lari ke khamr dst. Atau
merusak lingkungan sekitarnya , bisa berupa : memusuhi orang lain, merusak benda dst.
Seorang hamba yang telah melewati proses transendental, seharusny bisa menjadi lebih bijak.
- Langkah pertama , adalah menerima kenyataan. Ini adalah awal yang berat, karena kita merasa bahwa peristiwa yang menimpa diri ini sangat tidak adil menurut kacamata kita. Namun berupaya menerima dengan hati lapang dan memupuk keimanan bahwa peristiwa ini belum merupakan akhir dari segala sesuatu. Barangkali ini justru awal dari peristiwa-peristiwa yang akan terjadi.
- Saudaraku, hidup ini lebih besar artinya, daripada semua masalah yang kita hadapi, lebih besar dari semua kegagalan yang kita alami. Penerimaan secara total dengan hati lapang memang sangat berat, karena semua peristiwa yang terjadi adalah misteri Illahi.
Selanjutanya kita akan mulai masuk kedalam tahap kecemasan. Kecemasan ini timbul karena kita berupaya belajar untuk menerima kenyataan, walaupun sering kita masih tidak mengerti mengapa kesedihan dan kemalangan ini terus menimpa kita. Dan tidak ada jaminan peristiwa serupa akan menimpa di masa datang.
Saudaraku, sesungguhnya kecemasan itu mengandung rahmat yang besar, dan perlu diingat kecemasan tidak membunuh manusia. Kecemasan seakan adalah bagian dari takdir kita sebagai manusia. Kita terus berjalan dalam kecemasan-kecemasan yang silih berganti.
Allah dalam kitab-Nya telah memberikan contoh hamba-Nya yang mulia Nabi Ayyub as pernah ditimpa musibah (penyakit) secara terus-menerus selama 18 tahun. Seluruh kekayaanya dan apa yang dia pmiliki musnah. Mengapa ini justru terjadi pada Nabi yang dimuliakan Allah ? atau bagaimana bila ini justru menimpa pada hamba-hamba-Nya yang lemah iman?
Firman Allah, yang artinya ,” Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baiknya hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya) , “ (Qs. Shaad : 44).
Allah berfirman, yang artinya ,” Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu ? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraaan , serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya : ,’ Bilakah datangnya pertolongan Allah ?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat ,” ( Qs. Al-Baqarah : 214).
Sekarang terjawab sudah, bahwa orang-orang baik, orang-orang shalih justru mendapat ujian yang lebih keras . Dan orang-orang yang yang mengaku dirinya beriman , belum teruji keimanannya jika dia belum berhasil melalui ujian dan cobaan yang Allah berikan kepadanya.
Sebagaimana firman Allah yang artinya ,” Dan (di waktu itu) mereka berkata : ‘Kami beriman kepada Allah ‘., bagaimanakah mereka dapat mencapai (keimanan) dari tempat yang jauh itu. Dan sesungguhnya mereka telah mengingkari Allah sebelum itu ; dan mereka menduga-duga tentang yang ghaib dari tempat yang jauh , “ (Qs. Saba : 52-53).
Allah selalu akan menguji kesabaran orang-orang yang beriman, sebagaimana firman Allah yang artinya , “ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan ,’inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun ‘. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk “. (Qs. Al-Baqarah : 157).
Saudaraku, kekecewaan , penderitaan yang dihadapi dengan kesabaran , menjadikan orang-orang biasa menjadi luar biasa.
Allahu a’lam
Sumber : La Tahzan, Ghalib AM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar