Saat kita mulai mengucapkan bacaan-bacaan dalam shalat kita. Marilah kita rasakan bahwa kita sebenarnya sedang berdialog dan bermunajat kepada Allah. Namun, berhati-hatilah atas murka Allah , disebabkan kelalaian kita. Terkadang kita merasa sedang bermunajat kepada-Nya namun disudut hati kita, sebenarnya kita juga berpaling, bahkan kadang sibuk dengan selain-Nya.
Kita ambil contoh, bila kita sedang menghadap kepala kantor kita , namun disaat itu juga kita menolehkan pandangan kenana dan kekiri, apakah kepala kantor itu tidak akan tepancing kemarahannya?
Saudaraku, rasakanlah keagungan surah Al-Fatihah, sesungguhnya ia adalah surah dalam Al-Qur’an yang sangat agung. Karena ia adalah satu-satunya surat yang mana Allah membalas ucapan hamba-Nya didalam shalat.
Sebaiknya kita berhenti sejenak di setiap akhir ayatnya. Dan kita tunggu sejenak untuk mendengar jawaban Allah melalui telinga hati kita. Sebagaimana disebutkan dalam hadits ,”Hamba-Ku telah memuji-Ku”.
Taktala anda mengucapkan ,” Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah , Tuhan semesta alam “.
Lalu apa yang dimaksud dengan memuji ? dan apa perbedaan antara memuji dan bersyukur ?
Ya, memuji lebih luas daripada bersyukur. Memuji dan bersyukur adalah dua makna yang sama, yaitu memuji kepada Allah. Walaupun dilihat atas kenikmatan, bersyukur itu lebih besar daripada memuji, namun memuji lebih tinggi dari hal itu.
Karena memuji mencakup makna kebaikan terhadap Allah, karena Dia berhak menyandang pujian ini karena sifat-sifat-Nya Yang Mulia dan nama-nama-Nya yang Agung. JAdi memuji lebih luas daripada bersyukur, karena anda telah memuji atas sifat-sifat Allah dan pemberian-Nya. Sedangkan anda bersyukur hanya karena pemberian-Nya.
Ketahuilah bahwa memuji kepada Allah akan memenuhi timbangan amal kita. Jika kita menginginkan berat timbangan nya maka hendaknya kita memngucapkan pujian dengan sempurna.
Pujian yang sempurna, dimaksudkan adalah bahwa kita menyadari bahwa yang kita ucapkan kepada Allah adalah sebuah kenikmatan dari-Nya yang telah diberikan Allah kepada kita. Dan atas kenikmatan itu wajib bagi kita untuk memuji-Nya.
Jika anda telah memuji atas kenikmatan ini maka atas pujian ini harus ada pujian yang lain. Dan begitu seterusnya.
Buah pujian yang diulang-ulang,adalah pahala yang besar. Sebagaimana kabar gembira yang disampaikan oleh Sufyan al-Tsauri, bahwa tidak ada sesuatu yang memberatkan punggung iblis melebihi ucapan La illaha illallah. Dan tidak ada sesuatu yang dilipatgandakan pahalanya melebihi dari ucapan al-hamdu lillah’.
Bersaksilah atas kelemahan kita adalam memuji. Maka Allah sendiri akan mengilhamkan kepada kita untuk memuji-Nya. Melalui sarana shalat-lah kita akan terus memuji-Nya dan mengingat-Nya.
Yakinlah atas pujian yang anda ucapkan, sehingga pujian akan menyatu dalam seluruh sikap anda, lahir-batin, dan atas seluruh yang menimpa kitabaik yang kita benci maupun yang kita senangi.
Pujian harus menyatu dalam seluruh anggota tubuh, bukan hanya lisan yang mengucapkan kata pujian. Namun setiap ruas anggota tubuh juga mengucapkan pujian-pujian kepada Allah.
Ketika pengetahuan seorang hamba bertambah maka pujian kepada Allah pun meningkat besar. Sehingga dinding penutup yang ada di pintu hati pun akan terbuka. Seorang hamba akan melihat kenikmatan yang tiada terhitung, dia akan melihat sifat-sifat Allah yang tiada bisa diekspresikan dengan kata-kata.
Subhanallah
Allahu a’lam
Sumber :Awwal Marah ‘ushalli wa kana li al-shalat tha’mun akhbar, dr Khalid abu syadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar