Rasulullah SAW bersabda,
إن الله لا يقبل من العمل إلا ما كان خالصا، وابتغى به وجهه (رواه النسائي بإسناد جيد
“Sesungguhnya Allah SWT tidak menerima suatu amal kecuali dengan ikhlash dan dengannya mengharap wajah-Nya.” (Hr Nasai)
Syaikh Yusuf al-Qaradhawy , menyatakan bahwa ikhlas adalah persoalan paling penting dalam amal dan ibadah seorang hamba kepada Allah SWT, bahwa Sebuah amal dari amal-amal hati, tetapi ikhlash merupakan amal hati yang pertama-tama, karena sesungguhnya diterimanya amal-amal itu tidak akan sempurna kecuali dengan ikhlash.
Imam Ghazali dalam Mizanul Amal menyatakan,’ sesungguhnya hakekat keikhlasan akan diketahui dengan satu kriteria, yaitu seorang yang menyampaikan nasehat, dia akan menyampaikan nasehat hanya karena Allah semata, bukan karena nasehatnya ingin diterima orang banyak, tujuan utamanya adalah untuk mengajak manusia untuk patuh dan ta’at menjalankan perintah Allah. Tanda-tandanya adalah , bila ia duduk, dia akan memberikan nasehat dengan perilaku baiknya. Ilmunya mengucur deras dan nasehatnya menyejukkan hati sehingga diterima banyak orang. Dia akan bersuka cita dan bersyukur kepada Allah , karena sudah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya,
Ketika bertukar pikiran pun, tujuan utamanya bukanlah untuk mengalahkan lawan bicara, bahkan mereka berharap agar Allah memperlihatkan kebenaran di pihak lawan bicaranya.
Imam Syafii , dalam Al-Majmu’ 1/46 berkata, ‘aku tidak pernah berdebat atau bertukar pikiran dengan seorangpun karena ingin menang, bila berdebat dan bertukar pikiran , aku ingin kebenaran tumbuh dari lawan bicaraku’.
Orang yang ikhlas tidak akan mempedulikan , walaupun semua kebencian ditujukan kepadanya, dia akan tetap mempertahankan hubungannya dengan Allah dan kurang menyukai bila orang lain mengetahui betapa dia beramal. Andaikata orang yang ikhlas mendapatkan dua tawaran sekaligus , untuk berbakti kepada Allah dan yang kedua untuk mendapatkan dunia, maka dia akan memilih berbakti kepada Allah.
Ibn Muhairiz berkata bahwa , ‘Jika bisa, hendaklah engkau mengenal tetapi tidak dikenal, berjalanlah sendiri dan jangan mau diikuti, bertanyalah dan jangan ditanya. Lakukanlah hal ini.’
Fudhail bin Iyadh berkata, ‘Jika engkau sanggup untuk tidak dikenal, maka lakukanlah.
• Apa susahnya bila engkau tidak dikenal ?
• Apa susahnya bila engkau tidak disanjung-sanjung?
Tidak mengapa engkau tercela di hadapan manusia selagi engkau terpuji di sisi Allah.’
Imam Ahmad berkata:’Aku ingin sembunyi tinggal di jalan-jalan di sela-sela gunung-gunung yang ada di Mekah hingga aku tidak dikenal. Aku telah ditimpa musibah ketenaran’
Brrkaitan dengan keikhlasan , para salafus shaleh banyak merahasiakan ketaatan dan berbagai perbuatan baik yang dianjurkan. Hal ini mereka lakukan sehinga tidak akan menimbulkan ujub atau kesombongan , sehingga kemuliaan dan harga diri tetap terjaga. Namun demikian, seorang hamba beriman tidak boleh berlebihan dalam menyembunyikan amal kebaikannya sehingga akan menyulitkan dirinya sendiri. Karena ada sebagian orang yang terlalu berlebihan mencela dirinya agar kebaikan yang mereka lakukan tetap tersembunyi.
Ibnul Jauzi menceritakan dalam sebuah kisah, Walid bin ‘Abdul Malik (seorang khalifah Daulah Umawiyah) ingin mengangkat YAzid bin Matsad sebagai gubernur.
BErita ini akhirnya sampai ke Yazid. Dan YAzid berusaha menghindari jabatan ini dengan berpura-pura menjadi gila , dia memakai baju terbalik, pergi keluar rumah tanpa baju dan peci, tanpa sandal maupun sepatu, dan pergi kepasar-pasar.
Sehingga banyak yang bertanya kepada Walid, mengapa engkau akan mengangkat Yazid sebagai gubernur ? Sedangkan banyak orang melaporkan bahwa Yazid sekarang telah hilang akal alias gila.
Maka Walid pun tidak jadi mengangkatnya menjadi gubernur.
Semoga Allah melindungi kita dari sifat Ujub (i'jab bin nafsi) yaitu penyakit membanggakan diri sendiri, membanggakan amalan kita dst. Karena inilah akan menjadi bibit penyakit yang lebih berbahaya yaitu ghurur. Ghurur adalah penyakit membanggakan diri sendiri disertai dengan merendahkan orang lain.
Iblis pun telah terkena penyakit ghurur, dan akhirnya menjadi takabbur .Sehingga dia menjadi makhluk terlaknat yang paling hina dihadapan Allah.
Wallahu a’lam bish shawab
Sumber : DR.Rinto Anugraha , Eramuslim
Iblis pun telah terkena penyakit ghurur, dan akhirnya menjadi takabbur .Sehingga dia menjadi makhluk terlaknat yang paling hina dihadapan Allah.
Wallahu a’lam bish shawab
Sumber : DR.Rinto Anugraha , Eramuslim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar