Sobat, ac mobil seakan sudah merupakan perangkat wajib. Baiknya anda tahu deh prinsip kerja ac mobil anda. Sistem kerja AC merupakan satu siklus yg berkesinambungan selama dihidupkan. Isi utama mesin ac adalah gas freon , dan prinsip kerja Freon pd AC Mobil adl masalah Sirkulasi. Proses dimulai, saat freon dari Compressor dalam Keadaan Gas tekanan Tinggi. Setelah itu Didinginkan oleh Condensor yg letaknya di depan Radiator. Lalu disaring filter sebelum masuk ke Expansi Valve, Zat pendingin yg telah diturunkan tekanannya oleh katup expansi. Shg berubah bentuk menjadi uap dan sampai ke evaporator dalam keadaan suhu bertekanan rendah. Setelah dari evap lalu freon disedot lagi oleh compressor dan seterusnya seperti itu sistem kerja freon di ac mobil. Jadi kinerja AC merupakan rangkain proses yg saling bergantung. Adapun komponen AC adalah kompresor, condenser, receiver (dryer), expansion valve dan evaporator.
Compresor
adalah pokok dari system peredaran AC mobil , tugasnya untuk menjalankan freon ke seluruh bagian AC mobil serta menghisapnya kembali. Pada bagian ini compresor memiliki 2 fungsi yakni memberikan tekanan dan menghisapnya kembali tekanan yang telah diberikan dari saluran tekan. Jadi Kompresor adalah pompa untuk menaik¬kan tekanan refrigerant atau gas freon. Mekanisme kerja kompresor adalah satu sisi piston melakukan kompresi dan sisi lainnya melakukan langkah hisap.
Jika compresor sudah lemah maka udara yang keluar dari AC akan terasa kurang dingin, dan itu akan dapat dilihat dari alat bantu untuk melihat tekanan pada AC (manometer).
Jika compresor masih baik atau masih layak pakai maka tekanan pada manometer untuk hisap berkisar antara angka 25-35PSi, dan pada bagian tekan berkisar antara angka 200-250PSi. Adapun compresor yang saat ini beredar di pasaran tanah air terdapat 2 merk ternama yaitu Denso (ND), dan Sanden (SD).
Condensor
adalah bagian dari system sirkulasi AC mobil setelah compressor, yang berfungsi untuk mendinginkan freon yang akan dialirkan kedalam evaporator, dan prinsip kerja condensor ini adalah menghisap dingin untuk mengeluarkan panas, maka bagian condensor ini jika disentuh dengan tangan akan teras panas.
Pada bagian condensor ini freon yang tadinya berbentuk uap dan ditekan oleh compresor shg akan berubah menjadi cair. Selanjutnya freon mengalami proses kondensasi atau pendinginan. Piranti condenser digunakan untuk mendinginkan dan menyerap panas dari gas refrigerant yang telah ditekan kompresor hingga bertekanan tinggi. Dalam alat ini gas refrigerant diubah kembali menjadi cairan. Condenser disimpan di bagian depan kendaraan agar dapat didinginkan oleh aliran udara dari kipas dan aliran udara selama mobil berjalan.
Filter Dryer
Setelah condensor, freon akan melalui tahap penyaringan sekaligus pengeringan dari uap air, untuk tugas ini alat yang berfungsi adalah filter dryer. Filter dryer ini bagian yang cukup penting dalam system sirkulasi pada AC mobil, karena alat ini berfungsi menyaring semua kotoran yang ada pada system. Disarankan kepada anda untuk mengganti filter dryer pada saat kendaraan anda mencapai jarak tempuh 20.000 km.
Apa yang akan terjadi jika filter dryer tidak diganti pada waktunya?
Jika filter dryer sudah usang dan sudah terlalu banyak menampung kotoran, maka alat ini menjadi tidak berfungsi lagi sehingga seluru sistim sirkulasi akan dipenuhi oleh kotoran, sehingga akan mengakibatkan kerusakan pada compressor. Padahal compressor itu kan mahal. Fungsi receiver atau dryer adalah untuk menampung sementara refrigerant yang telah menjadi cairan. Di sini refrigerant dibersihkan dari kotoran dan uap air yang merugikan bagi siklus kerja AC. Alat ini berbentuk seperti tabung yang di dalamnya terdapat filter, desiccant, receiver, dan dryer. Bila refrigerant mengandung kotoran, maka bisa menimbulkan karat pada komponen AC.
Katup Expansi
Alat ini berfungsi untuk merubah freon dari bentuk cair menjadi gas, umumnya jarang sekali ditemukan kerusakan pada alat ini, dan apabila terjadi kerusakan sudah dapat dipastikan bahwa ini disebabkan karena Filter Dryer sudah tidak berfungsi lagi alias usang.
Katup expansi pada umumnya memiliki 2 bentuk, yakni kotak/persegi dan satunya menyerupai bentuk siku.
Untuk Expansi yang berbentu kotak/persegi pada umumnya lebih pendek usia pakainya, ini disebabkan pada bentuk ini tidak terdapat sensor sehingga jumlah Freon yang masuk kedalam evaporator tidak terkontrol.
Untuk Expansi yang berbentu siku pada umumnya memiliki usia pakai lebih panjang jika tidak tersumbat kotoran, itu disebabkan karena pada Expansi jenis ini memiliki sensor pada bagian belakang untuk mengatur jumlah banyaknya freon yang akan masuk ke Evaporator, sehingga dapat mencegah terjadinya pembekuan.
Unit pendinginan pada AC terdiri dari evaporator, blower motor, kipas, expansion valve, dan bak penguras. Expansion valve adalah katup yang menghubungkan dryer dengan evaporator. Fungsi evaporator sendiri kebalikkan dari condenser. Di dalam alat ini cairan refrigerant diubah menjadi kabut sebagai dasar untuk proses pendinginan yang akan dialirkan ke kabin. Siklus kerja sistem pendingin AC terdiri dari lima langkah,
pertama, kompresor melepaskan gas refrigerant yang bertemperatur dan bertekanan ting¬gi karena menyerap panas dari evaporator.
kedua, gas refrigerant ini mengalir ke dalam condenser.
Ketiga, Di dalam alat ini gas refrigerant mengembun dan berubah bentuk menjadi cairan.
Keempat, cairan refrigerant bergerak menuju tabung receiver untuk disimpan dan disaring dari segala kotoran.
Kelima, cairan refrigerant ini akan tetap berada di dalam tabung receiver selama evaporator belum memerlukannya. Cairan akan bergerak jika evaporator membutuhkan.
Evaporator
Evaporator adalah bagian pada Ac mobil yang berfungsi untuk mengeluarkan hawa sejuk ke dalam kabin mobil. Prinsip kerja evaporator adalah menyerap hawa panas untuk mengeluarkan hawa dingin, atau kebalikan dari fungsi condenser. Jumlah panas yang diserap oleh evaporator harus sama dengan jumlah hawa dingin yang diserap oleg condenser. Jika tidak terjadi keseimbangan itu maka system AC mobil anda akan terasa kurang maksimal. Pada umumnya evaporator dibersihkan dalam jangka waktu 1 tahun atau 20.000 km dan disertai dengan penggantian Filter Dryer.
Langkah berikutnya adalah cairan ini mengalir ke evaporator untuk diubah menjadi udara yang dingin. Setelah itu, udara bertekanan dan bertemperatur rendah ini masuk kembali ke kompresor. Proses ini pun terjadi secara berulang-ulang.
Di samping penambahan sen¬sor yang membuat teknologi AC semakin canggih. Sistem kerja AC masa kini tidak terlalu membebani mesin. Kalau mobil zaman dahulu, ketika memakai AC terasa berat saat melakukan akselerasi, maka kini ada sistem otomatis yang bisa mematikan untuk sementara kerja kompresor. Begitu pedal gas diinjak dan mobil berakselerasi, aliran AC secara otomatis untuk sementara terputus. Maksudnya mem¬beri "kesempatan" kepada mesin mobil untuk menyalurkan tenaga maksimal guna melaju cepat. AC akan bekerja kembali bila kecepatan kendaraan beralih normal
Apa yang terjadi jika evaporator tidak dibersihkan pada waktunya? Berikut ini adalah gejala akibat evaporator yang tidak terawat dengan baik :
1. Hembusan angin dari AC ke dalam kabin akan terasa kecil.
2. Tercium bau yang kurang sedap saat pertama kali AC dihidupkan.
3. Terjadi pembekuan pada Evaporator.
4. Selang-selang pada bagian evaporator mengalami keropos.
Sebagai perangkat pendingin udara. Komponen ini ada pada mobil bagian dalam,dan biasanya sering kotor karena debu,sehingga bila tidak mendapatkan perawatan berkala,komponen ini tidak dapat bekerja dengan optimal,sehingga perlu dibersihkan secara berkala.
Evaporator berbentuk tabung panjang bolak balik pada sudu-sudu pendingin.Sudu-sudu pendingin tersebut menerima hembusan udara dari kipas listrik sehingga suhunya naik, akibatnya suhu refrigeran naik dan mendidih. Hal ini berarti panas yang terkandung dalam udara diserap oleh refrigeran, udara dingin tersebut kemudian dihembuskan ke ruangan, evaporator menghilangkan lembab udara melalui Kisi-kisi.
Evaporator juga berungsi untuk menguapkan cairan refrigerant yang sudah berbentuk kabut,pada dasarnya hanya memperluas penampang sehingga proses penguapan dapat efektif. Cairan refrigerant menguap di evaporator dengan mengambil panas dari udara yang ditiupkan oleh blower melalui kisi-kisi evaporator sehingga udara yang telah melewati evaporator bersuhu rendah dan udara itu yang kita nikmati didalam ruangan kabin sebagai penyejuk udara. Cairan refrigerant yang berbentuk uap akan ditarik k ompresor(melalui suction hose/tube) untuk dikompresikan kembali.
Zat pendingin cair dari receiver drier dan kondensor harus dirubah kembali menjadi gas dalam evaporator, dengan demikian evaporator harus menyerap panas, agar penyerapan panas ini dapat berlangsung dengan sempurna, pipa–pipa evaporator juga diperluas permukaannya dengan memberi kisi–kisi (elemen) dan kipas listrik (blower), supaya udara dingin juga dapat dihembus ke dalam ruangan.
Rumah evaporator bagian bawah dibuat saluran/pipa untuk keluarnya air yang mengumpul disekitar evaporator akibat udara yang lembab. Air ini juga akan membersihkan kotoran–kotoran yang menempel pada kisi–kisi evaporator, karena kotoran itu akan turun bersama air. Pada evaporator Zat pendingin/Freon akan mengambil panas sekeliling evaporator dan berubah bentuk menjadi gas. Agar pngambilan panas pada evaporator dapat berlangsung dengan sempurna maka evaporator dilengkapi dengan motor blower yang berfungsi untuk menghembuskan udara dingin evaporator ke ruang kabin kendaraan. Adapun komponen yang ada di dalam evap antara lain:
• Katup expansi.
• Motor Blower.
• Termostat(Sensor).
Suhu evaporator mempengaruhi efisiensi pendinginan, jika suhu evaporator lebih rendah dari 02C maka akan terjadi pembekuan pada pipa-pipa evaporator. Pembekuan tersebut mengurangi efisiensi pendinginan. Suhu evaporator yang normal antara 0, 52C sampai 15, 62C.
Suhu pipa evaporator dapat diatur dengan menggunakan saklar thermoststik akan memutus kopling magnet sehingga kompresor tidak dapat bekerja. Cara lain untuk mengendalikan pembekuan pada evaporator adalah dengan memasang katup by pass gas panas. Katup tersebut dipasang pada pipa pengeluaran evaporator. Gas panas dari katup by pass tersebut menjadi tersebut menjadi satu dengan refrigeran kemudian masuk dalam kompresor. Dengan adanya gas tersebut suhu evaporator naik sehingga pembekuan dapat dicegah.
Selain dengan katup by pass, suhu evaporator dapat dikontrol dengan katup pengatur tekanan. Tekanan dalam evaporator mempengaruhi suhu evaporator. Jika tekanan evaporator naik, maka katup akan membuka dan tekanan yang lebih akan keluar ke saluran masuk kompresor, sebaliknya jika tekanan turun, katup akan menutup.
Bentuk dan konstruksi evaporator tidak berbeda dari kondensor, tetapi fungsi kedua-duanya berlainan. Pada kondensor panas, zat pendingin harus dikeluarkan agar terjadi perubahan bentuk zat pendingin dari gas ke cair.
Prinsip ini berlaku sebaliknya pada evaporator, zat pendingin cair pada kondensor harus diubah kembali menjadi gas dalam evaporator. Dengan demikian evaporator harus menyerap panas. Agar penyerapan panas ini dapat berlangsung dengan sempurna, pipa-pipa evaporator juga diperluas permukaannya dengan memberi kisi-kisi ( elemen) dan kipas listrik ( blower) , ini dilakukan supaya udara dingin juga dapat dihembus ke dalam ruangan.
Pada rumah evaporator bagian bawah dibuat saluran/ pipa untuk keluarnya air yang mengumpul di sekitar evaporator akibat udara yang lembab. Air ini juga akan membesihkan kotoran-kotoran yang menempel pada kisi-kisi evaporator, karena kotoran-kotoran ini akan turun bersama air.
Ada 3 macam model evaporator :
1.Evaporator model plat fin ( rusuk)
2.Evaporator model supertine fin
3.Evaporator model drawn cup.
Selanjutnya bagaimana seh, rangkaian pekerjaan perawatan Evaporator yang perlu anda ketahui,
Pertama ,
Cuci bagian luar Coil Cooler, yang dimaksudkan untuk menghilangkan jamur,fungi atau polutan lainnya penyebab bau tidak enak & korosi bagian luar coil. Sehingga Evaporator menjadi bersih, udara yang kita hirup juga menjadi bersih. Disamping itu bau yang tidak enak selalu merupakan keluhan berkala dari pelanggan kepada bengkel AC Mobil sehingga mereka selalu minta untuk di-service (cuci) evaporator-nya.
Dalam perkembangannya , kini ukuran evaporator pada mobil dibuat oleh pabrik sekecil mungkin tetapi tidak mengurangi kapasitasnya dengan cara menambah jumlah fin-fin. Hal ini menyebabkan terdapat banyak trap-trap (sela-sela antara fin) pada evaporator yang dapat menahan moisture lebih banyak.
Sebagai ilustrasi saja, coba masukkan tangan anda dengan jari-jari terbuka dengan jarak yang agak dekat (sekitar 2-5 mm) kedalam air. Pada saat anda masukkan dan angkat tangan anda secara cepat, tidak akan ada air yang berada antara sela-sela jari anda.
Tetapi jika anda masukkan tangan anda seperti diatas kedalam air dan ditarik secara pelan-pelan, maka akan ada air diantara sela-sela jari anda. Air-air tersebut tidak akan terjadi jika jarak jari-jari tersebut anda perlebar (sela-sela jari). Ini menunjukkan bahwa jarak rapat fin-fin mempengaruhi jumlah air/moisture yang terkondensasi.
Nah sekarang bagaimana mengetahui evaporator kotor, anda bisa rasakan selain hembusan angin yang lemah bisa diperiksa dengan mudah dengan cara hidupkan blower angin AC pada kecepatan maksimal, maka akan terdengar suara angin yang tertahan. Dugaan pertama adalah debu akan menyebabkan evaporator beku sehingga angin tidak keluar karena terhalang gumpalan es di evaporator.
Kenapa demikian:
1. Kotoran tersebut akan menghalangi sensor temperatur suhu atau thermistor cooler ac di evaporator dari hembusan angin dari blower, seperti gambar di bawah, sehingga temperatur kerja dari sensor suhu atau thermistor cooler untuk memberikan signal cut off ke kompressor ac tidak tercapai.
2. Kalau temperatur kerja tidak tercapai, maka kompressor AC tidak bisa on/off dan akan kerja terus menerus.
3. Dengan bekerja terus menerus tanpa on/off dari kompressor mulai terbentuk gumpalan es di evaporator dan menghalangi aliran udara dari blower.
Kompressor AC yang bekerja terus menerus akan menyebabkan panas berlebihan pada system ac dan bisa mengakibatkan rusak komponen AC salah satunya yang akan rusak adalah spull magnetic clutch. Perlu dilakukan pembersihan evaporator secara berkala untuk mencegah hal tersebut diatas terjadi dan memasang filter kabin atau filter evap, karena kotoran atau debu dari kabin yang dihisap blower akan tertahan di filter tersebut, ini untuk kendaraan yang belum di lengkapi filter kabin.
Allahu a'lam
Sumber : dari beberapa sumber bacaan
Rabu, 27 Juli 2011
Selasa, 26 Juli 2011
Penderitaan karena Hasad
Hasad , secara bahasa berarti dengki, benci . Hasad adalah penyakit hati yang berbahaya ,penyakit ini menyerang hati dan meracuninya; membuat dia benci terhadap kenikmatan yang telah diperoleh oleh saudaranya, dan merasa senang jika kenikmatan tersebut lepas dari tangan saudaranya. Hasad mengakibatkan si penderita tidak ridha dengan qadha’ dan qadar Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana Ibnul Qayyim berkata bahwa , Sesungguhnya hakikat hasad adalah bagian dari sikap menentang Allah Azza wa Jalla, karena ia (membuat si penderita) benci kepada nikmat Allah atas hamba-Nya, padahal Allah menginginkan nikmat tersebut untuknya. Hasad membuatnya senang dengan hilangnya nikmat tersebut dari saudaranya, padahal Allah benci jika nikmat itu hilang dari saudaranya. Jadi, hasad itu hakikatnya menentang qadha’ dan qadar Allah Azza wa Jalla.
Dosa hasad merupakan dosa yang pertama dilakukan iblis yang enggan memberi penghormatan kepada Adam as sehingga ia dikutuk Allah SWT. Sedang dosa yang pertama muncul di bumi ialah dosa yang dilakukan Qabil karena hasad kepada saudaranya sendiri yang bernama Habil. Habil dibunuh Qabil yang hasad karena iri akan nikmat yang diperoleh Habil yang qurbannya diterima Allah SWT.
Di dalam Al-Quran dikisahkan, " Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurutyangsebenarnya, ketika keduanya memper-sembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). la berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”. “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”. “Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim”. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini? ” Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal (QS. Al-Maidah[5]: 27-31).
Penyakit hasad sering muncul di antara sesama sejabatan, seprofesi, seperjuangan, atau lainnya. Jarang dijumpai hasad tersebut pada orang yang beda kedudukan dan derajatnya, seperti tukang bakso hasad kepada Ustadz, meskipun hal ini bisa terjadi. Secara umum , nampak bahwa perilaku hasad atau dengki adalah penyakit rohani, yang akan sangat mempengaruhi eksistensi amal kebaikan yang dilakukan seseorang.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya, “Jauhilah oleh kamu sekalian sikap hasad (dengki), karena sesungguhnya sikap hasad itu memakan (menghabiskan) kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan (menghabiskan) kayu bakar“. (HR. Abu Daud -Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Rasulullah Saw bersabda, “Janganlah kamu sekalian saling menghasud, saling membenci, saling memata-matai, saling membukakan aib, saling tipu dan saling menjatuhkan, tapi jadilah kamu sekalian hamba Allah yang bersaudara“. (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra.).
Al-Jurjani Al-Hanafi menyatakan bahwa , hasad ialah menginginkan atau mengharapkan hilangnya nikmat dari orang yang didengki (mahsud) supaya berpindah kepadanya (orang yang mendengki atau hasad). Imam al-Ghazali menyatakan, hasad ialah membenci nikmat Allah SWTyang ada pada diri orang lain, serta menyukai hilangnya nikmat tersebut.
Sayyid Quthb, menyatakan , bahwa hasad ialah kerja emosional yang berhubungan dengan keinginan agar nikmat yang diberikan Allah S WT kepada seseorang dari hamba-Nya hilang dari padanya. Baik cara yang dipergunakan oleh orang yang dengki itu dengan tindakan supaya nikmat itu lenyap dari padanya atas dasar iri hati, atau cukup dengan keinginan saja. Yang jelas motif dari tindakan itu adalah kejahatan.
Kata hasad merupakan bentuk mufrad (singular) dan hasanaat dalam bentuk jamak (plurat), ini artinya satu kali berbuat hasad akan berakibat kepada rusaknya amal-amal kebaikan yang pernah dilakukan.
Hasad memiliki banyak bahaya di antaranya:
1.Tidak menyukai apa yang Allah takdirkan. Merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain pada hakikatnya adalah tidak suka dengan apa yang telah Allah takdirkan dan menentang takdir Allah.
2.Hasad itu akan menghancurkan kebaikan seseorang sebagaimana api melahap kayu bakar yang kering karena biasanya orang yang hasad itu akan melanggar hak-hak orang yang tidak dia sukai dengan menyebutkan kejelekan-kejelekannya, berupaya agar orang lain membencinya, merendahkan martabatnya dll. Ini semua adalah dosa besar yang bisa melahap habis berbagai kebaikan yang ada.
3.Kesengsaraan yang ada di dalam hati orang yang hasad.
Setiap kali dia saksikan tambahan nikmat yang didapatkan oleh orang lain maka dadanya terasa sesak dan bersusah hati. Akan selalu dia awasi orang yang tidak dia sukai dan setiap kali Allah memberi limpahan nikmat kepada orang lain maka dia berduka dan susah hati.
4.Memiliki sifat hasad adalah menyerupai karakter orang-orang Yahudi.
Karena siapa saja yang memiliki ciri khas orang kafir maka dia menjadi bagian dari mereka dalam ciri khas tersebut. Nabi bersabda, yang artinya “Barang siapa menyerupai sekelompok orang maka dia bagian dari mereka.” (HR Ahmad dan Abu Daud, shahih)
5.Seberapa pun besar kadar hasad seseorang, tidak mungkin baginya untuk menghilangkan nikmat yang telah Allah karuniakan. Jika telah disadari bahwa itu adalah suatu yang mustahil mengapa masih ada hasad di dalam hati.
6.Hasad bertolak belakang dengan iman yang sempurna.
Nabi bersabda, yang artinya “Kalian tidak akan beriman hingga menginginkan untuk saudaranya hal-hal yang dia inginkan untuk dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim).
Jika engkau tidak merasa susah dengan hilangnya nikmat Allah dari seseorang maka engkau belum menginginkan untuk saudaramu sebagaimana yang kau inginkan untuk dirimu sendiri dan ini bertolak belakang dengan iman yang sempurna.
7.Hasad adalah penyebab meninggalkan berdoa meminta karunia Allah. Orang yang hasad selalu memikirkan nikmat yang ada pada orang lain sehingga lalai untuk berdoa meminta karunia Allah padahal Allah ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. an Nisa’: 32)
8.Hasad penyebab sikap meremehkan nikmat yang ada.
Maksudnya orang yang hasad berpandangan bahwa dirinya tidak diberi nikmat. Orang yang dia dengki-lah yang mendapatkan nikmat yang lebih besar dari pada nikmat yang Allah berikan kepadanya. Pada saat demikian orang tersebut akan meremehkan nikmat yang ada pada dirinya sehingga dia tidak mau menyukuri nikmat tersebut.
9.Hasad adalah akhlak tercela.
Orang yang hasad mengawasi nikmat yang Allah berikan kepada orang-orang di sekelilingnya dan berusaha menjauhkan orang lain dari orang yang tidak sukai tersebut dengan cara merendahkan martabatnya, meremehkan kebaikan yang telah dia lakukan dll.
10.Ketika hasad timbul umumnya orang yang di dengki itu akan dizalimi sehingga orang yang di dengki itu punya hak di akhirat nanti untuk mengambil kebaikan orang yang dengki kepadanya.
Jika kebaikannya sudah habis maka dosa orang yang di dengki akan dikurangi lalu diberikan kepada orang yang dengki. Setelah itu orang yang dengki tersebut akan dicampakkan ke dalam neraka. Ringkasnya, dengki adalah akhlak yang tercela, meskipun demikian sangat disayangkan hasad ini banyak ditemukan di antara para ulama dan dai serta di antara para pedagang. Orang yang punya profesi yang sama itu umumnya saling dengki. Namun sangat disayangkan di antara para ulama dan para dai itu lebih besar. Padahal sepantasnya dan seharusnya mereka adalah orang-orang yang sangat menjauhi sifat hasad dan manusia yang paling mendekati kesempurnaan dalam masalah akhlak.
Saudaraku, ingatkah , kenapa Iblis dilaknat oleh Allah Azza wa Jalla? tidak lain karena sikap hasad dan sombongnya kepada Adam Alaihissallam yang sama-sama makhluk Allah Azza wa Jalla.
Allah berifirman, yang artinya ," Ataukah mereka (orang Yahudi) dengki kepada manusia (Muhammad dan orang-orang Mukmin) lantaran karunia yang Allah telah diberikan kepada mereka?..” [an-Nisa’/4:54] Allah Azza wa Jalla juga berfirman tentang hasad mereka , yang artinya ,"Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang timbul dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.” [Qs al-Baqarah/2: 109]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang orang Muslim dari sifat hasad tersebut, sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya ," Janganlah kalian memutuskan tali persaudaraan, saling berpaling ketika bertemu dan saling membenci serta saling dengki. Jadilah kalian bersaudara sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah. [HR.Muslim] 2
SEBAB-SEBAB HASAD
Penyebab terbesar hasad adalah cinta dunia, baik cinta harta benda, kedudukan, jabatan maupun pujian manusia. Dunia akan menjadi terasa semakin sempit , ketika seorang hamba memburu dan mencintainya secara berlebihan , sehingga tak jarang mereka berjatuhan pada lembah hasad, karena tabiat kekayaan dunia tidak akan bisa dimiliki kecuali ia berpindah dari tangan satu ke tangan lainnya dan berkurang jika dibelanjakan.
Berbeda dengan akhirat yang sangat luas, seperti langit yang tak berujung dan seperti lautan yang tak bertepi. Karena sangat luasnya, sehingga tidak menyempitkan orang yang memburu dan mencintainya, sebagaimana kita tidak menjumpai orang berjejal-jejal untuk melihat keindahan langit di waktu malam, karena luasnya dan cakupannya terhadap setiap mata yang memandang.
Ibnu Sirin rahimahullah berkata: “Aku tidak pernah hasad kepada seorang pun dalam masalah dunia, karena jika dia termasuk ahli surga, maka bagaimana aku hasad kepadanya dalam masalah dunia, padahal dia akan masuk surga? Dan jika dia termasuk ahli neraka, maka bagaimana aku hasad kepadanya dalam hal dunia, sedangkan dia akan masuk neraka?.”
Jika tujuan seseorang adalah akhirat, maka hatinya bersih dari hasad, tenang, jernih seperti air yang memancar dari mata air pegunungan; lembut bagaikan sutera, tidak ada tempat bagi hasad di dalamnya. Akan tetapi jika tujuannya adalah dunia, maka hati sangat rawan terjangkit hasad, mudah ternoda dan keruh. Oleh sebab itu, bagi mereka yang mempunyai belas-kasihan terhadap hatinya, hendaknya dia meninggalkan cinta dunia dan menggantikannya dengan cinta akhirat.
Karena kenikmatan akhirat tidaklah menyempitkan orang yang memburunya. Ia adalah kenikmatan yang sesungguhnya, kenikmatan yang luar biasa, tidak sebanding dengan kenikmatan-kenikmatan dunia. Kenikmatan tersebut bisa dirasakan oleh orang yang sangat mencintainya, mencari dan memburunya di dunia ini. Jika seseorang tidak ingin memburu kenikmatan hakiki tersebut, atau lemah keinginannya, maka dia bukanlah kesatria, karena yang memburu kenikmatan yang hakiki tersebut adalah para ksatria.
OBAT HASAD
Setelah kita mengetahui bahwa hasad adalah penyakit hati itu. Maka, tentunya kita ingin mengetahui obat dan terapi hasad tersebut.
Adapun obat yang pertama adalah ilmu.
Ilmu yang bermanfaat untuk mengobati hasad adalah pengetahuan tentang hakikat hasad itu sendiri. Di antaranya, mengetahui bahwa hasad itu berbahaya bagi si penderita, baik bagi agamanya maupun dunianya. Di dunia, hatinya selalu menderita dan tersayat-sayat, boleh jadi dia mati karenanya. Bagaimana tidak? Dia membenci orang lain yang mendapat kenikmatan dan mengharap nikmat tersebut musnah darinya. Padahal, hal itu telah ditakdirkan oleh Allah Azza wa Jalla dan tidak akan musnah sampai saat yang telah ditentukan.
Orang yang hasad ibarat orang yang melempar bumerang kepada musuh. Bumerangnya tidak mengenai sasaran, tetapi bumerang itu kembali kepadanya, sehingga mengenai dirinya sendiri . Lalu dia pun bertambah marah dan kembali melempar kedua kalinya dengan lebih kuat. Akan tetapi, bumerang itu seperti semula, tidak mengenai sasaran dan justru melukai dirinya lagi .Kemudian dia melempar ketiga kalinya dengan sekuat tenaga, akan tetapi bumerang tersebut kembali lagi melukai dirinya sendiri . Begitu seterusnya.
Perlu diketahui pula bahwa hasad juga tidak berbahaya bagi orang yang dihasad, baik bagi agama maupun dunianya. Dia tidak berdosa dengan hasad orang lain kepadanya. Bahkan, dia mendapatkan pahala jika hasad tersebut keluar berwujud perkataan dan perbuatan, sebab dia termasuk orang yang dizhalimi. Kenikmatan yang ada padanya juga tidak akan musnah karena hasad orang lain kepadanya, sebab kenikmatan tersebut telah ditakdirkan untuknya.
Adapun obat kedua adalah amal perbuatan.
Amal perbuatan yang manjur untuk mengobati hasad adalah melakukan perbuatan yang berlawanan dengan perbuatan yang ditimbulkan oleh hasad. Misalnya; gara-gara hasad seseorang ingin mencela dan meremehkan orang yang dihasad. Jika seperti ini, hendaknya dia melakukan hal yang berbeda yaitu memuji orang yang dihasad tersebut. Kemudian jika hasad itu membuatnya sombong kepada orang yang dihasad, maka hendaknya dia tawaddu’ kepadanya.
Jika hasad membuatnya tidak berbuat baik atau tidak member hadiah kepada orang yang dihasad, maka, hendaknya dia melakukan sebaliknya, yaitu berbuat baik dan memberikan kepadanya hadiah. Dengan seperti ini insya Allah hasad di hati akan segera lenyap dan hati kembali sehat dan normal.
HASAD YANG DIPERBOLEHKAN
Kendati demikian, perlu diketahui bahwa ada pula prilaku hasad yang dibolehkan, karena berdampak positif, yang dalam istilah lainnya disebut dengan al-ghibtah.
Rasulullah Saw bersabda , yang artinya ," Tidak boleh hasad kecuali dalam dua hal, yaitu (hasad kepada) orang-orang yang diberi kemampuan (membaca) al-Quran oleh Allah, lalu dia menegakkan (melaksanakan membaca) al-Quran baik diwaktu siang ataupun malam dan (hasad kepada) orang-orang yang diberi harta oleh Allah lalu dia infakkan baik diwaktu malam ataupun diwaktu siang“. (HR Muslim).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda , yang artinya ," Tidak ada hasad kecuali kepada dua orang,yang pertama; kepada seseorang yang telah diberi harta kekayaan oleh Allah dan ia habiskan dijalan yang benar, yang kedua; kepada seseorang yang telah diberi hikmah (ilmu) oleh Allah dan ia memutuskan perkara dengannya serta mengajarkannya. " [HR.Muttafaq alaih].
Hasad dengan sebutan Ghibtâh ini , yaitu menginginkan kenikmatan seperti yang telah diperoleh oleh orang lain dengan tanpa membenci orang tersebut, serta tidak mengharapkan kenikmatan itu musnah darinya. Syaikh Abdul Muhsin al ‘Abbâd hafizhahullâh dalam menjelaskan hadits di atas berkata; “Yang dimaksud hasad di sini adalah ghibtâh”.
Imam An-Nawawi mengatakan, “Ghibtâh adalah ingin mendapat kenikmatan sebagaimana yang diperoleh oleh orang lain dengan tanpa mengharapkan nikmat tersebut musnah darinya. Jika perkara yang di ghibtâh tersebut adalah perkara dunia, maka hukumnya adalah mubâh (boleh). Jika perkara tersebut termasuk perkara akhirat, maka hukumnya adalah mustahab (sunnat), dan makna hadits di atas adalah tidak ada ghibtah yang dicintai (oleh Allah ) kecuali pada dua perkara (yang tersebut di atas) dan yang semakna dengannya”.
Semoha kita mendapat kemudahan dari allah sehingga dapat menjauhi tindakan hasad .
Allahu a'lam
Washallâhu alâ Nabiyyina Muhammad wa alâ alihi washahbihi wasallam.
sumber : Ustadz Nur Kholis bin Kurdian , Manhaj. or.id As-Sunnah , Syaikh Muhammad bin Sholih al ‘Utsaimin
pustaka :
1 Al-Fawâ’id ( Dârul Fikr - Beirut).
2 Shahîh Muslim.
3 Raudhatul Uqalâ’ Wanuzhatul Fudhalâ’ ( Maktabah Ashriyah – Beirut).
4 Mukhtashar Minhâjul Qâsidîn (Maktabah dârul Bayân - Damaskus) bittasharruf.
5 Mukhtashar Minhâjul Qâshidîn (Maktabah Dârul Bayân - Damaskus) bittasharruf
6 Shahîh al-Bukhâri (Dâr Ibnu Katsîr – Beirut. Tahqîq Dr..Mushtafa Dibul bugha) Shahîh Muslim (Dârul jiel dan Dârul Auqâf al-Jadîdah – Beirut).
7 Syarah Sunan Abu Dâwud, hadits “Iyyâkum walhasada”
8 Al-Minhâj Syarhu Shahîh Muslim Ibnul Hajjâj (Dâr Ihyâ’ Turâts al-Arabi – Beirut).
Dosa hasad merupakan dosa yang pertama dilakukan iblis yang enggan memberi penghormatan kepada Adam as sehingga ia dikutuk Allah SWT. Sedang dosa yang pertama muncul di bumi ialah dosa yang dilakukan Qabil karena hasad kepada saudaranya sendiri yang bernama Habil. Habil dibunuh Qabil yang hasad karena iri akan nikmat yang diperoleh Habil yang qurbannya diterima Allah SWT.
Di dalam Al-Quran dikisahkan, " Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurutyangsebenarnya, ketika keduanya memper-sembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). la berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”. “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”. “Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim”. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini? ” Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal (QS. Al-Maidah[5]: 27-31).
Penyakit hasad sering muncul di antara sesama sejabatan, seprofesi, seperjuangan, atau lainnya. Jarang dijumpai hasad tersebut pada orang yang beda kedudukan dan derajatnya, seperti tukang bakso hasad kepada Ustadz, meskipun hal ini bisa terjadi. Secara umum , nampak bahwa perilaku hasad atau dengki adalah penyakit rohani, yang akan sangat mempengaruhi eksistensi amal kebaikan yang dilakukan seseorang.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya, “Jauhilah oleh kamu sekalian sikap hasad (dengki), karena sesungguhnya sikap hasad itu memakan (menghabiskan) kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan (menghabiskan) kayu bakar“. (HR. Abu Daud -Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Rasulullah Saw bersabda, “Janganlah kamu sekalian saling menghasud, saling membenci, saling memata-matai, saling membukakan aib, saling tipu dan saling menjatuhkan, tapi jadilah kamu sekalian hamba Allah yang bersaudara“. (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra.).
Al-Jurjani Al-Hanafi menyatakan bahwa , hasad ialah menginginkan atau mengharapkan hilangnya nikmat dari orang yang didengki (mahsud) supaya berpindah kepadanya (orang yang mendengki atau hasad). Imam al-Ghazali menyatakan, hasad ialah membenci nikmat Allah SWTyang ada pada diri orang lain, serta menyukai hilangnya nikmat tersebut.
Sayyid Quthb, menyatakan , bahwa hasad ialah kerja emosional yang berhubungan dengan keinginan agar nikmat yang diberikan Allah S WT kepada seseorang dari hamba-Nya hilang dari padanya. Baik cara yang dipergunakan oleh orang yang dengki itu dengan tindakan supaya nikmat itu lenyap dari padanya atas dasar iri hati, atau cukup dengan keinginan saja. Yang jelas motif dari tindakan itu adalah kejahatan.
Kata hasad merupakan bentuk mufrad (singular) dan hasanaat dalam bentuk jamak (plurat), ini artinya satu kali berbuat hasad akan berakibat kepada rusaknya amal-amal kebaikan yang pernah dilakukan.
Hasad memiliki banyak bahaya di antaranya:
1.Tidak menyukai apa yang Allah takdirkan. Merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain pada hakikatnya adalah tidak suka dengan apa yang telah Allah takdirkan dan menentang takdir Allah.
2.Hasad itu akan menghancurkan kebaikan seseorang sebagaimana api melahap kayu bakar yang kering karena biasanya orang yang hasad itu akan melanggar hak-hak orang yang tidak dia sukai dengan menyebutkan kejelekan-kejelekannya, berupaya agar orang lain membencinya, merendahkan martabatnya dll. Ini semua adalah dosa besar yang bisa melahap habis berbagai kebaikan yang ada.
3.Kesengsaraan yang ada di dalam hati orang yang hasad.
Setiap kali dia saksikan tambahan nikmat yang didapatkan oleh orang lain maka dadanya terasa sesak dan bersusah hati. Akan selalu dia awasi orang yang tidak dia sukai dan setiap kali Allah memberi limpahan nikmat kepada orang lain maka dia berduka dan susah hati.
4.Memiliki sifat hasad adalah menyerupai karakter orang-orang Yahudi.
Karena siapa saja yang memiliki ciri khas orang kafir maka dia menjadi bagian dari mereka dalam ciri khas tersebut. Nabi bersabda, yang artinya “Barang siapa menyerupai sekelompok orang maka dia bagian dari mereka.” (HR Ahmad dan Abu Daud, shahih)
5.Seberapa pun besar kadar hasad seseorang, tidak mungkin baginya untuk menghilangkan nikmat yang telah Allah karuniakan. Jika telah disadari bahwa itu adalah suatu yang mustahil mengapa masih ada hasad di dalam hati.
6.Hasad bertolak belakang dengan iman yang sempurna.
Nabi bersabda, yang artinya “Kalian tidak akan beriman hingga menginginkan untuk saudaranya hal-hal yang dia inginkan untuk dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim).
Jika engkau tidak merasa susah dengan hilangnya nikmat Allah dari seseorang maka engkau belum menginginkan untuk saudaramu sebagaimana yang kau inginkan untuk dirimu sendiri dan ini bertolak belakang dengan iman yang sempurna.
7.Hasad adalah penyebab meninggalkan berdoa meminta karunia Allah. Orang yang hasad selalu memikirkan nikmat yang ada pada orang lain sehingga lalai untuk berdoa meminta karunia Allah padahal Allah ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. an Nisa’: 32)
8.Hasad penyebab sikap meremehkan nikmat yang ada.
Maksudnya orang yang hasad berpandangan bahwa dirinya tidak diberi nikmat. Orang yang dia dengki-lah yang mendapatkan nikmat yang lebih besar dari pada nikmat yang Allah berikan kepadanya. Pada saat demikian orang tersebut akan meremehkan nikmat yang ada pada dirinya sehingga dia tidak mau menyukuri nikmat tersebut.
9.Hasad adalah akhlak tercela.
Orang yang hasad mengawasi nikmat yang Allah berikan kepada orang-orang di sekelilingnya dan berusaha menjauhkan orang lain dari orang yang tidak sukai tersebut dengan cara merendahkan martabatnya, meremehkan kebaikan yang telah dia lakukan dll.
10.Ketika hasad timbul umumnya orang yang di dengki itu akan dizalimi sehingga orang yang di dengki itu punya hak di akhirat nanti untuk mengambil kebaikan orang yang dengki kepadanya.
Jika kebaikannya sudah habis maka dosa orang yang di dengki akan dikurangi lalu diberikan kepada orang yang dengki. Setelah itu orang yang dengki tersebut akan dicampakkan ke dalam neraka. Ringkasnya, dengki adalah akhlak yang tercela, meskipun demikian sangat disayangkan hasad ini banyak ditemukan di antara para ulama dan dai serta di antara para pedagang. Orang yang punya profesi yang sama itu umumnya saling dengki. Namun sangat disayangkan di antara para ulama dan para dai itu lebih besar. Padahal sepantasnya dan seharusnya mereka adalah orang-orang yang sangat menjauhi sifat hasad dan manusia yang paling mendekati kesempurnaan dalam masalah akhlak.
Saudaraku, ingatkah , kenapa Iblis dilaknat oleh Allah Azza wa Jalla? tidak lain karena sikap hasad dan sombongnya kepada Adam Alaihissallam yang sama-sama makhluk Allah Azza wa Jalla.
Allah berifirman, yang artinya ," Ataukah mereka (orang Yahudi) dengki kepada manusia (Muhammad dan orang-orang Mukmin) lantaran karunia yang Allah telah diberikan kepada mereka?..” [an-Nisa’/4:54] Allah Azza wa Jalla juga berfirman tentang hasad mereka , yang artinya ,"Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang timbul dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.” [Qs al-Baqarah/2: 109]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang orang Muslim dari sifat hasad tersebut, sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya ," Janganlah kalian memutuskan tali persaudaraan, saling berpaling ketika bertemu dan saling membenci serta saling dengki. Jadilah kalian bersaudara sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah. [HR.Muslim] 2
SEBAB-SEBAB HASAD
Penyebab terbesar hasad adalah cinta dunia, baik cinta harta benda, kedudukan, jabatan maupun pujian manusia. Dunia akan menjadi terasa semakin sempit , ketika seorang hamba memburu dan mencintainya secara berlebihan , sehingga tak jarang mereka berjatuhan pada lembah hasad, karena tabiat kekayaan dunia tidak akan bisa dimiliki kecuali ia berpindah dari tangan satu ke tangan lainnya dan berkurang jika dibelanjakan.
Berbeda dengan akhirat yang sangat luas, seperti langit yang tak berujung dan seperti lautan yang tak bertepi. Karena sangat luasnya, sehingga tidak menyempitkan orang yang memburu dan mencintainya, sebagaimana kita tidak menjumpai orang berjejal-jejal untuk melihat keindahan langit di waktu malam, karena luasnya dan cakupannya terhadap setiap mata yang memandang.
Ibnu Sirin rahimahullah berkata: “Aku tidak pernah hasad kepada seorang pun dalam masalah dunia, karena jika dia termasuk ahli surga, maka bagaimana aku hasad kepadanya dalam masalah dunia, padahal dia akan masuk surga? Dan jika dia termasuk ahli neraka, maka bagaimana aku hasad kepadanya dalam hal dunia, sedangkan dia akan masuk neraka?.”
Jika tujuan seseorang adalah akhirat, maka hatinya bersih dari hasad, tenang, jernih seperti air yang memancar dari mata air pegunungan; lembut bagaikan sutera, tidak ada tempat bagi hasad di dalamnya. Akan tetapi jika tujuannya adalah dunia, maka hati sangat rawan terjangkit hasad, mudah ternoda dan keruh. Oleh sebab itu, bagi mereka yang mempunyai belas-kasihan terhadap hatinya, hendaknya dia meninggalkan cinta dunia dan menggantikannya dengan cinta akhirat.
Karena kenikmatan akhirat tidaklah menyempitkan orang yang memburunya. Ia adalah kenikmatan yang sesungguhnya, kenikmatan yang luar biasa, tidak sebanding dengan kenikmatan-kenikmatan dunia. Kenikmatan tersebut bisa dirasakan oleh orang yang sangat mencintainya, mencari dan memburunya di dunia ini. Jika seseorang tidak ingin memburu kenikmatan hakiki tersebut, atau lemah keinginannya, maka dia bukanlah kesatria, karena yang memburu kenikmatan yang hakiki tersebut adalah para ksatria.
OBAT HASAD
Setelah kita mengetahui bahwa hasad adalah penyakit hati itu. Maka, tentunya kita ingin mengetahui obat dan terapi hasad tersebut.
Adapun obat yang pertama adalah ilmu.
Ilmu yang bermanfaat untuk mengobati hasad adalah pengetahuan tentang hakikat hasad itu sendiri. Di antaranya, mengetahui bahwa hasad itu berbahaya bagi si penderita, baik bagi agamanya maupun dunianya. Di dunia, hatinya selalu menderita dan tersayat-sayat, boleh jadi dia mati karenanya. Bagaimana tidak? Dia membenci orang lain yang mendapat kenikmatan dan mengharap nikmat tersebut musnah darinya. Padahal, hal itu telah ditakdirkan oleh Allah Azza wa Jalla dan tidak akan musnah sampai saat yang telah ditentukan.
Orang yang hasad ibarat orang yang melempar bumerang kepada musuh. Bumerangnya tidak mengenai sasaran, tetapi bumerang itu kembali kepadanya, sehingga mengenai dirinya sendiri . Lalu dia pun bertambah marah dan kembali melempar kedua kalinya dengan lebih kuat. Akan tetapi, bumerang itu seperti semula, tidak mengenai sasaran dan justru melukai dirinya lagi .Kemudian dia melempar ketiga kalinya dengan sekuat tenaga, akan tetapi bumerang tersebut kembali lagi melukai dirinya sendiri . Begitu seterusnya.
Perlu diketahui pula bahwa hasad juga tidak berbahaya bagi orang yang dihasad, baik bagi agama maupun dunianya. Dia tidak berdosa dengan hasad orang lain kepadanya. Bahkan, dia mendapatkan pahala jika hasad tersebut keluar berwujud perkataan dan perbuatan, sebab dia termasuk orang yang dizhalimi. Kenikmatan yang ada padanya juga tidak akan musnah karena hasad orang lain kepadanya, sebab kenikmatan tersebut telah ditakdirkan untuknya.
Adapun obat kedua adalah amal perbuatan.
Amal perbuatan yang manjur untuk mengobati hasad adalah melakukan perbuatan yang berlawanan dengan perbuatan yang ditimbulkan oleh hasad. Misalnya; gara-gara hasad seseorang ingin mencela dan meremehkan orang yang dihasad. Jika seperti ini, hendaknya dia melakukan hal yang berbeda yaitu memuji orang yang dihasad tersebut. Kemudian jika hasad itu membuatnya sombong kepada orang yang dihasad, maka hendaknya dia tawaddu’ kepadanya.
Jika hasad membuatnya tidak berbuat baik atau tidak member hadiah kepada orang yang dihasad, maka, hendaknya dia melakukan sebaliknya, yaitu berbuat baik dan memberikan kepadanya hadiah. Dengan seperti ini insya Allah hasad di hati akan segera lenyap dan hati kembali sehat dan normal.
HASAD YANG DIPERBOLEHKAN
Kendati demikian, perlu diketahui bahwa ada pula prilaku hasad yang dibolehkan, karena berdampak positif, yang dalam istilah lainnya disebut dengan al-ghibtah.
Rasulullah Saw bersabda , yang artinya ," Tidak boleh hasad kecuali dalam dua hal, yaitu (hasad kepada) orang-orang yang diberi kemampuan (membaca) al-Quran oleh Allah, lalu dia menegakkan (melaksanakan membaca) al-Quran baik diwaktu siang ataupun malam dan (hasad kepada) orang-orang yang diberi harta oleh Allah lalu dia infakkan baik diwaktu malam ataupun diwaktu siang“. (HR Muslim).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda , yang artinya ," Tidak ada hasad kecuali kepada dua orang,yang pertama; kepada seseorang yang telah diberi harta kekayaan oleh Allah dan ia habiskan dijalan yang benar, yang kedua; kepada seseorang yang telah diberi hikmah (ilmu) oleh Allah dan ia memutuskan perkara dengannya serta mengajarkannya. " [HR.Muttafaq alaih].
Hasad dengan sebutan Ghibtâh ini , yaitu menginginkan kenikmatan seperti yang telah diperoleh oleh orang lain dengan tanpa membenci orang tersebut, serta tidak mengharapkan kenikmatan itu musnah darinya. Syaikh Abdul Muhsin al ‘Abbâd hafizhahullâh dalam menjelaskan hadits di atas berkata; “Yang dimaksud hasad di sini adalah ghibtâh”.
Imam An-Nawawi mengatakan, “Ghibtâh adalah ingin mendapat kenikmatan sebagaimana yang diperoleh oleh orang lain dengan tanpa mengharapkan nikmat tersebut musnah darinya. Jika perkara yang di ghibtâh tersebut adalah perkara dunia, maka hukumnya adalah mubâh (boleh). Jika perkara tersebut termasuk perkara akhirat, maka hukumnya adalah mustahab (sunnat), dan makna hadits di atas adalah tidak ada ghibtah yang dicintai (oleh Allah ) kecuali pada dua perkara (yang tersebut di atas) dan yang semakna dengannya”.
Semoha kita mendapat kemudahan dari allah sehingga dapat menjauhi tindakan hasad .
Allahu a'lam
Washallâhu alâ Nabiyyina Muhammad wa alâ alihi washahbihi wasallam.
sumber : Ustadz Nur Kholis bin Kurdian , Manhaj. or.id As-Sunnah , Syaikh Muhammad bin Sholih al ‘Utsaimin
pustaka :
1 Al-Fawâ’id ( Dârul Fikr - Beirut).
2 Shahîh Muslim.
3 Raudhatul Uqalâ’ Wanuzhatul Fudhalâ’ ( Maktabah Ashriyah – Beirut).
4 Mukhtashar Minhâjul Qâsidîn (Maktabah dârul Bayân - Damaskus) bittasharruf.
5 Mukhtashar Minhâjul Qâshidîn (Maktabah Dârul Bayân - Damaskus) bittasharruf
6 Shahîh al-Bukhâri (Dâr Ibnu Katsîr – Beirut. Tahqîq Dr..Mushtafa Dibul bugha) Shahîh Muslim (Dârul jiel dan Dârul Auqâf al-Jadîdah – Beirut).
7 Syarah Sunan Abu Dâwud, hadits “Iyyâkum walhasada”
8 Al-Minhâj Syarhu Shahîh Muslim Ibnul Hajjâj (Dâr Ihyâ’ Turâts al-Arabi – Beirut).
Senin, 25 Juli 2011
Mengukur keikhlasan diri
Allah berfirman, yang artinya ,” Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan ? “ (Qs. An-Nisa : 125). Menyerahkan diri kepada Allah diartikan sebagai memurnikan tujuan dan amal hanya karena Allah. Sedangkan mengerjakan kebaikan ialah mengikuti Rasulullah dan sunah beliau. Bayak definisi yang diberikan kepada kata ikhlas, ada yang berpendapat ikhlas artiya membersihkan perbuatan dari perhatian makhluk. Ada juga yang mengartikan sebagai menjaga amalan dari perhatian manusia termasuk pula dari diri sendiri. Dalam Manzilus Sa’irin berkata bahwa ikhlas diartikan sebagai membersihkan amal dari segala campuran.Saudaraku , memang keikhlasan harus terus diperjuangkan. Niat yang ikhlas saja belum menjamin kita sampai kepada taraf kemurnian ikhlas itu sendiri.
Sebagaimana Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits qudsi, yang artinya ,” Allah berfirman , “ Aku adalah paling tidak membutuhkan persekutuan dari sekutu-sekutu yang ada. Barang siapa mengerjakan suatu amal, yang didalamnya ia menyekutukan selain-Ku, maka dia menjadi milik yang dia sekutukannya dan Aku terbebas darinya ,” .
Setiap hamba memiliki kemampuan dan kemauan dalam beribadah (beramal) yang berbeda-beda. Sedangkan nilai ibadah seorang hamba di hadapan Allah ditunjukkan dengan ikhlasnya dalam beramal.
Ada beberapa contoh pendekatan pemahaman (tanda) tentang kualitas ikhlas, sehingga kita bisa mengukur diri sendiri samapai dimanakah tingkat keikhlasan kita . Semoga kita bisa semakin memperbaiki ikhlas kita.
1. Keikhlasan hadir bila kita takut akan popularitas
Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata bahwa , ‘Sedikit sekali kita melihat orang yang tidak menyukai kedudukan dan jabatan. Seseorang bisa menahan diri dari makanan, minuman, dan harta, namun ia tidak sanggup menahan diri dari iming-iming kedudukan. Bahkan, ia tidak segan-segan merebutnya meskipun harus menjegal kawan atau lawan.” Karena itu tak heran jika para ulama salaf banyak menulis buku tentang larangan mencintai popularitas, jabatan, dan riya.
Fudhail bin Iyadh berkata, “Jika Anda mampu untuk tidak dikenal oleh orang lain, maka laksanakanlah. Anda tidak merugi sekiranya Anda tidak terkenal. Anda juga tidak merugi sekiranya Anda tidak disanjung orang lain. Demikian pula, janganlah gusar jika Anda menjadi orang yang tercela di mata manusia, tetapi menjadi manusia terpuji dan terhormat di sisi Allah.”
Kalimat itu adalah peringatan agar dalam mengarungi kehidupan kita tidak terjebak pada jerat ingin mendapat pujian manusia. Namun , Jika tanpa ambisi dan tanpa meminta kita menjadi dikenal orang, itu tidak mengapa. Meskipun itu bisa menjadi potensi malapetaka bagi orang yang lemah dan tidak siap menghadapinya.
2. Ikhlah ada saat kita mengakui bahwa diri kita sebenarnya banyak kekurangan
Orang yang ikhlas selalu merasa dirinya memiliki banyak kekurangan. Ia merasa belum maksimal dalam menjalankan segala kewajiban yang dibebankan Allah swt. Karena itu ia tidak pernah merasa ujub dengan setiap kebaikan yang dikerjakannya. Sebaliknya, ia cemas bahwa yang dilakukannya tidak diterima Allah swt.
Aisyah r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah saw. tentang maksud firman Allah: “Dan orang -orang yang mengeluarkan rezeki yang dikaruniai kepada mereka, sedang hati mereka takut bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” Apakah mereka itu orang-orang yang mencuri, orang-orang yang berzina, dan para peminum minuman keras, sedang mereka takut akan siksa dan murka Allah ‘Azza wa jalla?
Rasulullah saw. menjawab, “Bukan, wahai Putri Abu Bakar. Mereka itu adalah orang-orang yang rajin shalat, berpuasa, dan sering bersedekah, sementera mereka khawatir amal mereka tidak diterima. Mereka bergegas dalam menjalankan kebaikan dan mereka orang-orang yang berlomba.” (Ahmad).
3. Keikhlasan hadir ketika kita cenderung untuk menyembunyikan amal kebajikan
Orang yang tulus adalah orang yang tidak ingin amal perbuatannya diketahui orang lain. Ibarat pohon, mereka lebih senang menjadi akar yang tertutup tanah tapi menghidupi keseluruhan pohon. Ibarat rumah, mereka pondasi yang berkalang tanah namun menopang keseluruhan bangunan.
Suatu hari Umar bin Khaththab pergi ke Masjid Nabawi. Ia mendapati Mu’adz sedang menangis di dekat makam Rasulullah saw. Umar menegurnya, “Mengapa kau menangis?”
Mu’adz menjawab, “Aku telah mendengar hadits dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda, ‘Riya sekalipun hanya sedikit, ia termasuk syirik. Dan barang siapa memusuhi kekasih-kekasih Allah maka ia telah menyatakan perang terhadap Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang baik, takwa, serta tidak dikenal. Sekalipun mereka tidak ada, mereka tidak hilang dan sekalipun mereka ada, mereka tidak dikenal. Hati mereka bagaikan pelita yang menerangi petunjuk. Mereka keluar dari segala tempat yang gelap gulita.” (Ibnu Majah dan Baihaqi)
4. Ikhlas ada saat Anda tak masalah ditempatkan sebagai pemimpin atau prajurit
Rasulullah saw. melukiskan tipe orang seperti ini dengan berkataan, “Beruntunglah seorang hamba yang memegang tali kendali kudanya di jalan Allah sementara kepala dan tumitnya berdebu. Apabila ia bertugas menjaga benteng pertahanan, ia benar-benar menjaganya. Dan jika ia bertugas sebagai pemberi minuman, ia benar-benar melaksanakannya.”
Itulah yang terjadi pada diri Khalid bin Walid saat Khalifah Umar bin Khaththab memberhentikannya dari jabatan panglima perang. Khalid tidak kecewa apalagi sakit hati. Sebab, ia berjuang bukan untuk Umar, bukan pula untuk komandan barunya Abu Ubaidah. Khalid berjuang untuk mendapat ridha Allah swt.
5. Keikhalasan ada ketika kita mengutamakan keridhaan Allah daripada yang lain.
Tidak sedikit dari di bawah bayang-bayang orang lain. Kita hanya sebagai bawahan, buruh, atau orang upahan lainnya . Maka bila pemimpin itu menuntun pada keridhaan Allah, sungguh kita sangat beruntung. Namun apabila penguasa itu menggunakan kekuasaannya sedemikian hingga memaksa kita bermaksiat kepada Allah swt. Di sinilah keikhlasan kita diuji.
6. Ikhlas ada saat kita cinta dan marah karena Allah
Adalah ikhlas saat kita menyatakan cinta dan benci, memberi atau menolak, ridha dan marah kepada seseorang atau sesuatu karena kecintaan Anda kepada Allah dan keinginan membela agamaNya, bukan untuk kepentingan pribadi Anda. Sebaliknya, Allah swt. mencela orang yang berbuat kebalikan dari itu. “Dan di antara mereka ada orang yang mencela tentang (pembagian) zakat. Jika mereka diberi sebagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.” (Qs. At-Taubah: 58)
7. Keikhalasan hadir saat sabar terhadap terjalnya jalan yang mendaki
Keikhlasan akan diuji oleh waktu. Sepanjang hidup adalah ujian. Hanya orang-orang yang mengharap keridhaan Allah yang sabar menempuh jalan panjang itu.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ,” dan sesungguhnya beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad) telah diperolok-olok” . (Qs. Al-An’am : 10).Padahal seluruh Rasul dan Nabi adalah pembawa berita gembira bagi setiap umat, sungguh itu perjuangan yang panjang dan sangat melelahkan.
8. Ikhlas ada saat kita merasa gembira jika orang lain memiliki kelebihan
Yang paling sulit adalah menerima orang lain memiliki kelebihan yang tidak kita miliki. Apalagi orang itu junior kita. Hasad. Itulah sifat yang menutup keikhlasan hadir di relung hati kita. Hanya orang yang ada sifat ikhlas dalam dirinya yang mau memberi kesempatan kepada orang yang mempunyai kemampuan yang memadai untuk mengambil bagian dari tanggung jawab yang dipikulnya. Tanpa beban ia mempersilakan orang yang lebih baik dari dirinya untuk tampil menggantikan dirinya. Tak ada rasa iri. Tak ada rasa dendam. Jika seorang leader, orang seperti ini tidak segan-segan membagi tugas kepada siapapun yang dianggap punya kemampuan.
9. Tidak mudah kecewa.
Seorang hamba Allah yang ikhlas seharusnya meyakini benar bahwa apa yang diniatkan dengan baik lalu terjadi suatu hal yang tidak g dia niatkan , maka semuanya pasti telah dilihat dan dinilai oleh Allah SWT. Seorang hamba yang ikhlas sadar bahwa manusia hanya memiliki kewajiban menyempurnakan niat dan menyempurnakan ikhtiar. Perkara yang terbaik terjadi itu adalah urusan Allah.
Masalah kekecewaan yang wajar adalah jika berhubungan dengan urusan dengan Allah, kecewa ketika ternyata sholatnya tidak khusyu‘, ibadahnya tidak meningkat dsb.nya.
Rasulullah SAW, pernah bersabda, yang artinya ,“Berkaitan dengan ikhlas, aku bertanya kepada Jibril a.s.apakah ikhlas itu?” Lalu Jibril berkata,“Aku bertanya kepada Tuhan yang Maha Suci tentang ikhlas, apakah ikhlas itu sebenarnya?“ Allah SWT yang Mahaluas Pengetahuannya menjawab,yang artinya “Ikhlas adalah suatu rahasia dari rahasia-Ku yang Aku tempatkan di hati hamba-hamba-Ku yang Kucintai.“ (H.R Al-Qazwini)
Saudaraku ,jika menerapkan Ikhlas sudah menjadi suatu keblasaan, maka jangan heran jika hasll akhirnya adalah hldup yang tldak hanya penuh kedamaian dan kasih sayang, tapi juga kemudahan dan berbagal keajaiban, kata Erbe.
seorang ulama ahli hikmah berkata,’Perbaikilah amal perbuatanmu dengan ikhlas, dan perbaikilah keikhlasanmu itu dengan perasaan bahwa tidak ada kekuatan sendiri, bahwa semua kejadian itu hanya semata-mata karena bantuan pertolongan Allah saja.’
Semoga kita selalu mendapt pertolongan Allah untuk terus berjuang menegakkan keikhlasan .
Allahu a’lam
Sumber : Ar Rahmah, IKADI Malang, Dakwatuna.com
Sebagaimana Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits qudsi, yang artinya ,” Allah berfirman , “ Aku adalah paling tidak membutuhkan persekutuan dari sekutu-sekutu yang ada. Barang siapa mengerjakan suatu amal, yang didalamnya ia menyekutukan selain-Ku, maka dia menjadi milik yang dia sekutukannya dan Aku terbebas darinya ,” .
Setiap hamba memiliki kemampuan dan kemauan dalam beribadah (beramal) yang berbeda-beda. Sedangkan nilai ibadah seorang hamba di hadapan Allah ditunjukkan dengan ikhlasnya dalam beramal.
Ada beberapa contoh pendekatan pemahaman (tanda) tentang kualitas ikhlas, sehingga kita bisa mengukur diri sendiri samapai dimanakah tingkat keikhlasan kita . Semoga kita bisa semakin memperbaiki ikhlas kita.
1. Keikhlasan hadir bila kita takut akan popularitas
Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata bahwa , ‘Sedikit sekali kita melihat orang yang tidak menyukai kedudukan dan jabatan. Seseorang bisa menahan diri dari makanan, minuman, dan harta, namun ia tidak sanggup menahan diri dari iming-iming kedudukan. Bahkan, ia tidak segan-segan merebutnya meskipun harus menjegal kawan atau lawan.” Karena itu tak heran jika para ulama salaf banyak menulis buku tentang larangan mencintai popularitas, jabatan, dan riya.
Fudhail bin Iyadh berkata, “Jika Anda mampu untuk tidak dikenal oleh orang lain, maka laksanakanlah. Anda tidak merugi sekiranya Anda tidak terkenal. Anda juga tidak merugi sekiranya Anda tidak disanjung orang lain. Demikian pula, janganlah gusar jika Anda menjadi orang yang tercela di mata manusia, tetapi menjadi manusia terpuji dan terhormat di sisi Allah.”
Kalimat itu adalah peringatan agar dalam mengarungi kehidupan kita tidak terjebak pada jerat ingin mendapat pujian manusia. Namun , Jika tanpa ambisi dan tanpa meminta kita menjadi dikenal orang, itu tidak mengapa. Meskipun itu bisa menjadi potensi malapetaka bagi orang yang lemah dan tidak siap menghadapinya.
2. Ikhlah ada saat kita mengakui bahwa diri kita sebenarnya banyak kekurangan
Orang yang ikhlas selalu merasa dirinya memiliki banyak kekurangan. Ia merasa belum maksimal dalam menjalankan segala kewajiban yang dibebankan Allah swt. Karena itu ia tidak pernah merasa ujub dengan setiap kebaikan yang dikerjakannya. Sebaliknya, ia cemas bahwa yang dilakukannya tidak diterima Allah swt.
Aisyah r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah saw. tentang maksud firman Allah: “Dan orang -orang yang mengeluarkan rezeki yang dikaruniai kepada mereka, sedang hati mereka takut bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” Apakah mereka itu orang-orang yang mencuri, orang-orang yang berzina, dan para peminum minuman keras, sedang mereka takut akan siksa dan murka Allah ‘Azza wa jalla?
Rasulullah saw. menjawab, “Bukan, wahai Putri Abu Bakar. Mereka itu adalah orang-orang yang rajin shalat, berpuasa, dan sering bersedekah, sementera mereka khawatir amal mereka tidak diterima. Mereka bergegas dalam menjalankan kebaikan dan mereka orang-orang yang berlomba.” (Ahmad).
3. Keikhlasan hadir ketika kita cenderung untuk menyembunyikan amal kebajikan
Orang yang tulus adalah orang yang tidak ingin amal perbuatannya diketahui orang lain. Ibarat pohon, mereka lebih senang menjadi akar yang tertutup tanah tapi menghidupi keseluruhan pohon. Ibarat rumah, mereka pondasi yang berkalang tanah namun menopang keseluruhan bangunan.
Suatu hari Umar bin Khaththab pergi ke Masjid Nabawi. Ia mendapati Mu’adz sedang menangis di dekat makam Rasulullah saw. Umar menegurnya, “Mengapa kau menangis?”
Mu’adz menjawab, “Aku telah mendengar hadits dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda, ‘Riya sekalipun hanya sedikit, ia termasuk syirik. Dan barang siapa memusuhi kekasih-kekasih Allah maka ia telah menyatakan perang terhadap Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang baik, takwa, serta tidak dikenal. Sekalipun mereka tidak ada, mereka tidak hilang dan sekalipun mereka ada, mereka tidak dikenal. Hati mereka bagaikan pelita yang menerangi petunjuk. Mereka keluar dari segala tempat yang gelap gulita.” (Ibnu Majah dan Baihaqi)
4. Ikhlas ada saat Anda tak masalah ditempatkan sebagai pemimpin atau prajurit
Rasulullah saw. melukiskan tipe orang seperti ini dengan berkataan, “Beruntunglah seorang hamba yang memegang tali kendali kudanya di jalan Allah sementara kepala dan tumitnya berdebu. Apabila ia bertugas menjaga benteng pertahanan, ia benar-benar menjaganya. Dan jika ia bertugas sebagai pemberi minuman, ia benar-benar melaksanakannya.”
Itulah yang terjadi pada diri Khalid bin Walid saat Khalifah Umar bin Khaththab memberhentikannya dari jabatan panglima perang. Khalid tidak kecewa apalagi sakit hati. Sebab, ia berjuang bukan untuk Umar, bukan pula untuk komandan barunya Abu Ubaidah. Khalid berjuang untuk mendapat ridha Allah swt.
5. Keikhalasan ada ketika kita mengutamakan keridhaan Allah daripada yang lain.
Tidak sedikit dari di bawah bayang-bayang orang lain. Kita hanya sebagai bawahan, buruh, atau orang upahan lainnya . Maka bila pemimpin itu menuntun pada keridhaan Allah, sungguh kita sangat beruntung. Namun apabila penguasa itu menggunakan kekuasaannya sedemikian hingga memaksa kita bermaksiat kepada Allah swt. Di sinilah keikhlasan kita diuji.
6. Ikhlas ada saat kita cinta dan marah karena Allah
Adalah ikhlas saat kita menyatakan cinta dan benci, memberi atau menolak, ridha dan marah kepada seseorang atau sesuatu karena kecintaan Anda kepada Allah dan keinginan membela agamaNya, bukan untuk kepentingan pribadi Anda. Sebaliknya, Allah swt. mencela orang yang berbuat kebalikan dari itu. “Dan di antara mereka ada orang yang mencela tentang (pembagian) zakat. Jika mereka diberi sebagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.” (Qs. At-Taubah: 58)
7. Keikhalasan hadir saat sabar terhadap terjalnya jalan yang mendaki
Keikhlasan akan diuji oleh waktu. Sepanjang hidup adalah ujian. Hanya orang-orang yang mengharap keridhaan Allah yang sabar menempuh jalan panjang itu.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ,” dan sesungguhnya beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad) telah diperolok-olok” . (Qs. Al-An’am : 10).Padahal seluruh Rasul dan Nabi adalah pembawa berita gembira bagi setiap umat, sungguh itu perjuangan yang panjang dan sangat melelahkan.
8. Ikhlas ada saat kita merasa gembira jika orang lain memiliki kelebihan
Yang paling sulit adalah menerima orang lain memiliki kelebihan yang tidak kita miliki. Apalagi orang itu junior kita. Hasad. Itulah sifat yang menutup keikhlasan hadir di relung hati kita. Hanya orang yang ada sifat ikhlas dalam dirinya yang mau memberi kesempatan kepada orang yang mempunyai kemampuan yang memadai untuk mengambil bagian dari tanggung jawab yang dipikulnya. Tanpa beban ia mempersilakan orang yang lebih baik dari dirinya untuk tampil menggantikan dirinya. Tak ada rasa iri. Tak ada rasa dendam. Jika seorang leader, orang seperti ini tidak segan-segan membagi tugas kepada siapapun yang dianggap punya kemampuan.
9. Tidak mudah kecewa.
Seorang hamba Allah yang ikhlas seharusnya meyakini benar bahwa apa yang diniatkan dengan baik lalu terjadi suatu hal yang tidak g dia niatkan , maka semuanya pasti telah dilihat dan dinilai oleh Allah SWT. Seorang hamba yang ikhlas sadar bahwa manusia hanya memiliki kewajiban menyempurnakan niat dan menyempurnakan ikhtiar. Perkara yang terbaik terjadi itu adalah urusan Allah.
Masalah kekecewaan yang wajar adalah jika berhubungan dengan urusan dengan Allah, kecewa ketika ternyata sholatnya tidak khusyu‘, ibadahnya tidak meningkat dsb.nya.
Rasulullah SAW, pernah bersabda, yang artinya ,“Berkaitan dengan ikhlas, aku bertanya kepada Jibril a.s.apakah ikhlas itu?” Lalu Jibril berkata,“Aku bertanya kepada Tuhan yang Maha Suci tentang ikhlas, apakah ikhlas itu sebenarnya?“ Allah SWT yang Mahaluas Pengetahuannya menjawab,yang artinya “Ikhlas adalah suatu rahasia dari rahasia-Ku yang Aku tempatkan di hati hamba-hamba-Ku yang Kucintai.“ (H.R Al-Qazwini)
Saudaraku ,jika menerapkan Ikhlas sudah menjadi suatu keblasaan, maka jangan heran jika hasll akhirnya adalah hldup yang tldak hanya penuh kedamaian dan kasih sayang, tapi juga kemudahan dan berbagal keajaiban, kata Erbe.
seorang ulama ahli hikmah berkata,’Perbaikilah amal perbuatanmu dengan ikhlas, dan perbaikilah keikhlasanmu itu dengan perasaan bahwa tidak ada kekuatan sendiri, bahwa semua kejadian itu hanya semata-mata karena bantuan pertolongan Allah saja.’
Semoga kita selalu mendapt pertolongan Allah untuk terus berjuang menegakkan keikhlasan .
Allahu a’lam
Sumber : Ar Rahmah, IKADI Malang, Dakwatuna.com
Rabu, 20 Juli 2011
Tips kuras Radiator mobil anda
Radiator adalah komponen yang digunakan untuk mendinginkan lingkungan kerja yang berada disekitarnya. Radiator menyerap panas lingkungan, lalu didinginkan dengan bantuan media plat (air) yang berada didalamnya. Fungsi radiator adalah mendinginkan suhu di mesin. Adapun radiator pada mobil pada umumnya terpasang dibagian depan. Radiator berfungsi untuk mendinginkan air yang menjadi panas setelah beredar dalam mantel air pendingin pada mesin. Radiator mobil mempunyai dua tabung air, yang terletak diatas dan dibawah . Tabung bagian atas terdapat lubang pengisian air, pipa pemasukan air dari mantel pembuangan dan di tabung bagian bawah terdapat kran pembuangan air, dan pipa penghubung kemesin. Salah satu keluhan yang terjadi adalah overheating. Temperatur mesin naik, lalu mesin mogok . Butuh waktu lama untuk mendinginkan dapur pacu mobil.
Nah, diperlukan langkah preventif dalam rangka mencegah overheating misalnya menjaga kuantitas maupun kualitas air. Tindakan ini sangat membantu karena jika dua hal ini tak terpenuhi efeknya bisa langsung mengganggu kelancaran fungsi kerja sistem pendingin
Namun , perlu diperhatikan juga. Kondisi radiator sendiri harus diperhatikan. Misalnya ternyata dinding-dinding saluran radiator sudah tidak dalam kondisi baik. Berkarat dan kotor, misalnya. Efek langsung ke mogok memang tidak terasa. Namun, pengaruhnya terhadap kinerja sistem pendingin sangat erat.
Yang jelas, karena radiator berkarat dan kotor, kualitas air radiator juga bisa ikut-ikutan buruk. Air radiator yang kotor tentu kurang maksimal dalam menyerap panas mesin.
Tak hanya merusak kualitas air, karat dan kotoran yang berlebihan suatu saat juga dapat menyumbat saluran-saluran di dalam radiator. Akibatnya, sistem pendinginan mesin akan terganggu karena sirkulasi air radiator tidak lancar.
Selanjutanya diperhatikan juga untuk antisipasi masalah pada sistem pendingan dengan memeriksa kondisi radiator. Jika berkarat dan kotor service-lah radiator mobil Anda. Mestinya, radiator tetap terjaga kebersihannya jika dilakukan penggantian air radiator secara teratur sesuai dengan yang disarankan produsen mobil.
Kita kembali ke laptop, sistem pendingin mesin ada 3, yaitu melalui Air pendingin (radiator), Udara dan Minyak pelumas. Untuk mengatasi keluhan yang diakibatkan dari sistem pendinginan melalui air radiator, beberapa hal harus diwaspadai pemilik kendaraan.
Antara lain :
1. Pipa radiator :Pipa ini berfungsi sebagai penyalur air pendingin menuju motor bakar. Fungsi pipa radiator ini berkait erat dengan radiator itu sendiri. Maksudnya, kondisi radiator harus selalu terjaga. Kondisikan kisi-kisi radiator terjaga kebersihannya. Bila harus dibersihkan, gunakan peralatan yang serbalunak. Misalnya kuas halus. Sambungan-sambungan pipa :Bagian ini rentan terhadap kebocoran. Maklum saja, temperatur air yang melalui pipa sangat tinggi. Sehingga menimbulkan warna karat yang dapat menyebabkan korosi.
2. Slang radiator :Karena tekanan dan suhu air yang begitu tinggi dan berlangsung terus-menerus, maka dapat membuat slang yang terbuat dari bahan karet itu mengembang. Bila hal itu yang terjadi, maka harus segera diganti. Terlambat melakukan penggantian dapat berakibat fatal. Yaitu menghambat peredaran air pendingin dan berakibat pada peningkatan temperatur mesin yang berlebihan.
3. Tutup radiator :Jangan meremehkan peranti ini. Karena, bila fungsi penutup radiator ini tidak maksimal, maka kenaikan temperatur mesin juga akan luar biasa. Maka periksalah karet penyekat dan pegasnya. Pastikan keduanya masih berfungsi baik.
4. Pengikat radiator :Antara radiator dan mesin dihubungkan dengan slang yang berfungsi mengalirkan air pendingin. Antar keduanya diikat dengan klem pengikat yang terbuat dari kawat baja. Karena temperatur yang sangat tinggi, maka kawat baja pengikat itu dapat berubah menjadi ‘pisau’ yang dapat memotong slang karet tersebut. Untuk menghindari keadaan ‘darurat’, ganti pengikat dari kawat baja itu dengan lempengan/lembaran kaleng.
5. Kipas pendingin :Selain dibantu dengan air pendingin, sistem pendinginan mesin didukung pula oleh udara. Yaitu dengan kipas pendingin yang bekerja secara otomatis pada saat temperatur mesin bergerak ke posisi 90 derajat Celcius. Agar peranti ini tetap dapat bekerja dengan baik, periksalah kondisi cairan silikon dan tali kipas. Pastikan keduanya memiliki kondisi baik.
6. Pompa oli :Yang tidak kalah penting untuk diperhatikan dalam sistem pendinginan mesin adalah pompa oli. Karena melalui alat ini pendinginan mesin melalui pelumas dilakukan. Bila kondisi pompa oli tidak prima, maka temperatur mesin akan cepat naik.
Selanjutnya bagaimana she , cara mengganti air radiator agar lebih efektif untuk bikin awt peranti pendingin ini.
Kita siapkan dulu nih bahan-hbahan nya : Radiator Flus, atau Air Accu biru (klo ada yg dikemasannya tertulis ; Cocok/dapat digunakan utk Radiator?) sekurang2nya 5 botol @ 1 liter Rp 2500 , atau air ir ledeng yg sudah ditamper (ditiriskan, atau air yang sudah masak ,atau pakai air mineral gallonan juga boleh .
Lalu siapkan peralatan : Kunci pas, Jolang/ Ember ceper yg bisa masuk kekolong mobil, sarung tangan karet. Selanjutnya nih caranya
1. Sore atau malem sebelum tidur (besoknya mau libur), dalam kondisi radiator masih agak hangat atau sudah dingin buka pelindung kolong mesin pake kunci pas .
2. Buka tutup drain radiator yg dibawah (warnanya putih, bisa dibuka pake tangan). Maka air radiator akan mengalir keluar .
3. Buka tutup air radiator yg diatas dengan perlahan dan hati-hati,
4. Setelah air keluar semua, segera tutup kembali rapat-rapat tutup drain radiator dan tutup radiator yg diatas. Lanjutkan Esok pagi.
Proses diatas dilakukan, agar pada malam hari ketika raditor menjadi dingin, terjadi kevakuman pada ruang radiator, sehingga air pada botol cadangan akan terhisap ke Radiator. Hal ini untuk menguji,
a. Jika terjadi kebocoran pada system radiator maka tidak akan terjadi kevakuman di radiator, sehingga air cadangan tidak terhisap
b. Tidak terhisapnya air cadangan juga bisa jadi disebabkan klep kecil pada tutup radiator sudah seret/tidak bekerja dengan baik
c. Bocornya air radiator bisa juga disebabkan cincin karet pada ujung tutup drain sudah gepeng/rusak. Ganti tutup drain .
5. Esok paginya , lakukan kembali proses 2 dan 3
6. Set switch AC off, stel posisi suhu AC pada heater (kalau ada) dengan menggeser tombol AC baris paling atas ke garis merah , dengan maksud agar saluran radiator utk heater terbuka, ikut dibersihkan
7. Bilas radiator dengan cara : tutup drain radiator, isi radiator dengan air tamper/aqua gallon. Panaskan mesin kira-kira 5 menit,
8. lakukan kembali proses 2 dan 3, proses ini diharapkan dapat mengeluarkan kotoran seperti pasir2 lembut , bisa dilakukan berulang-ulang 2 sesuai selera anda.
Setelah pembilasan cukup, masukan radiator flush, isi radiator dengan air gallon sampe penuh, panaskan mesin sekurang-kurangnya 20 menit atau sesuai petunjuk pada kemasan radiator flush.
9. Ulang proses 2 & 3
10. Bilas kembali seperti proses 7
11. Isi radiator yg sudah bersih dengan air accu biru, kalo enggak pake coolant kira-+ 3,5-4 botol. Sisanya buat ngisi botol cadangan.
12. Klo enggak males, sebelum ngisi air cadangan, botolnya dibersihkan dulu
13. Nyalain lagi mesin sebentar, trus buka lagi tutup radiator utk memastikan air radiator terisi full
14. Jgn lupa pasang kembali fiber pelindung. Set kembali ac ke posisi normal(cool)
Kelar deh.
Selamat mencoba , semoga bermanfaat,
Allahu a'lam
Sumber : astra world, dll
Selasa, 19 Juli 2011
Jauhkan ambisi kuasa ( Jabatan)
Penyebab yang mencegah manusia dari keinginan menggapai ridha Allah dan berjuang dengan ikhlas Allah adalah kesenangan yg berlebihan dlm kehidupan , seperti kekuasaan, status sosial dan nama baik. Nilai–nilai seperti itu sama sekali tidak ada artinya . Allah memberitahukan bahwa kelebihan manusia ditentukan bukan berdasarkan kekuasaan atau status, melainkan berdasarkan tingkat kebajikannya.
Sebagaimana firman-Nya,yang artinya “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki–laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa–bangsa dan bersuku–suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengetahui,” (Qs. al-Hujurat : 13). Dalam Risale-i Nur , Badiuzzaman Said Nursi menyatakan , “(Rintangan kedua yg merusak keikhlasan) adalah menyanjung diri sendiri dan mengutamakan bujukan nafsu setan dengan menarik perhatian diri dan perhatian serta sambutan orang lain, yang digerakkan oleh keinginan akan ketenaran, kemasyhuran, dan pangkat atau jabatan.
Ini sungguh–sungguh merupakan penyakit hati yang serius, yang membuka peluang menuju kemunafikan dan mementingkan diri sendiri. Hal ini disebut ‘penyekutuan Allah yang tersembunyi’ dan ini merusak keikhlasan.”
Keyakinan bahwa kekuasaan dan jabatan termasuk sebuah kelebihan, adalah tipuan yang lazim terjadi di kalangan orang–orang awam. Siapa pun mukmin sejati yang memahami makna keimanan, ia tidak akan berada pada kecenderungan godaan–godaan hawa nafsunya. Ia bahkan akan mencari kelebihan melalui keikhlasan. Karena itu, orang yang menyucikan jiwanya dari keinginan–keinginan tersebut akan mendapatkan sesuatu yang jauh melebihi apa yang ada di dunia ini. Ia akan dilimpahi ketenaran dan kehormatan sejati.
Umat manusia diingatkan akan kenyataan ini dalam salah satu ayat kitab suci Al–Qur`an, sebagaimana firman-Nya, yang artinya , “Jika kamu menjauhi dosa–dosa besar di antara dosa–dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan–kesalahanmu (dosa–dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (an-Nisaa` [4]: 31)
Agar layak mendapatkan tempat mulia tersebut, kita harus memahami kebenaran Sebagaimana firman Allah, yang artinya ," Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan maka bagi Allahlah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan–perkataan yang baik dan amal saleh dinaikkan-Nya....” (Faathir [35]: 10)
Allah adalah satu-satunya pemilik kemuliaan. Salah satu cara untuk mendapatkan kemuliaan adalah melakukan amalan–amalan saleh dengan ikhlas.
Badiuzzaman Said Nursi memberikan perhatian khusus pada masalah ini. Ia menyoroti betapa fana kekuasaan duniawi, seperti status dan nama baik, jika dibandingkan dengan tempat mulia yang dapat diperoleh di akhirat. Ia mengutip ayat Allah, “Janganlah kamu menukarkan ayat–ayat-Ku dengan harga yang rendah,” dan ia menyatakan, “Kita sangat perlu belajar dengan sungguh–sungguh tentang keikhlasan dalam diri kita sendiri. Dengan kata lain, apa yang telah kita capai sejauh ini dalam pengorbanan dan pengabdian kita yang suci akan menjadi bagian yang hilang dan tidak akan bertahan selamanya, dan kita akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Kita akan membuktikan ancaman keras yang terkandung pada larangan Tuhan,
Sebagaimana firman Allah, yang artinya “Janganlah kamu menukarkan ayat–ayat-Ku dengan harga yang rendah,” (Qs. al-Baqarah : 41)
Perusakan keikhlasan, yang akan mengancam kebahagiaan abadi demi kepentingan yang tiada arti, tiada penting, berbahaya, menyedihkan, mementingkan diri sendiri, menjemukan, perasaan-perasaan yang berdasar pada kemunafikan, dan keuntungan yang tidak berarti.
Dan perbuatan-perbuatan tersebut juga akan melanggar hak–hak saudara kita, mengingkari tugas yang ditugaskan oleh Al–Qur`an, dan menjadi tidak hormat terhadap suci dan benarnya keimanan.”
Seorang ulama Turki , Badiuzzaman Said Nursi dalam Risale-i Nur , menyatakan bahwa , Rintangan kedua yang merusak keikhlasan adalah menyanjung diri sendiri dan mengutamakan bujukan nafsu setan dengan menarik perhatian diri dan perhatian serta sambutan orang lain, yang digerakkan oleh keinginan akan ketenaran, kemasyhuran, dan pangkat atau jabatan. Ini sungguh–sungguh merupakan penyakit hati yang serius, yang membuka peluang menuju kemunafikan dan mementingkan diri sendiri. Hal ini disebut ‘penyekutuan Allah yang tersembunyi’ dan ini merusak keikhlasan.”
Keyakinan bahwa kekuasaan dan jabatan termasuk sebuah kelebihan, adalah tipuan yang lazim terjadi di kalangan orang–orang. Siapa pun mukmin sejati yang memahami makna keimanan, ia tidak akan berada pada kecenderungan godaan–godaan hawa nafsunya. Ia bahkan akan mencari kelebihan melalui keikhlasan. Karena itu, orang yang menyucikan jiwanya dari keinginan–keinginan tersebut akan mendapatkan sesuatu yang jauh melebihi apa yang ada di dunia ini. Ia akan dilimpahi ketenaran dan kehormatan sejati. Umat manusia diingatkan akan kenyataan ini dalam salah satu ayat kitab suci Al–Qur`an,
“Jika kamu menjauhi dosa–dosa besar di antara dosa–dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan–kesalahanmu (dosa–dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (Qs. an-Nisaa` : 31)
Keinginan untuk mendapatkan status dan kekuasaan mencegah seseorang untuk tidak ikhlas dalam beramal serta menjadikannya tidak jujur. Sebagian orang yang ingin menggapai ridha Allah dan ganjaran surgawi, mungkin juga ingin mendapatkan kemuliaan dan nama baik di dunia ini. Secara tidak sengaja, hal ini akan menjadi penyebab menurunnya amalan-amalan yang dikerjakannya. Setiap mukmin sejati harus memperhatikan peringatan Al–Qur`an ini dan membersihkan jiwanya dari keinginan–keinginan untuk mendapatkan nama baik dan kemuliaan di dunia. Ia harus berusaha untuk menggapai keagungan dan kemuliaan bersama Allah.
Sebaliknya, seseorang akan dilalaikan oleh “persaingan satu sama lainnya untuk saling
mengungguli” hingga akhir hayatnya, sebagaimana dinyatakan dalam ayat, “Bermegah–megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (Qs. at-Takaatsur : 1-2) .
Segala daya dan upaya yang dilakukannya tidak akan berguna. Lebih baik bagi seorang mukmin untuk menyucikan diri dari keburukan jiwanya semasih ada waktu untuk memperbaikinya di dunia. Ia akan memperoleh keikhlasan, yakni sebuah tingkatan akhlaq yang diridhai Allah.
Saudarakau, janganlah kita menodai perbuatan-perbuatan baik kita yang telah dikerjakan untuk mencapai ridha Allah, dengan membiarkan ambisi duniawi mengacaukan dan merusak diri. Tidak memfokuskan kepada keikhlasan,bahkan jatuh dalamrperilaku tidak bermoral.
Saudaraku , ingatlah selalu peringatan Allah , sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Kahfi yang artinya ," Katakanlah, "‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (Qs. al-Kahfi : 103-104)
Saudaraku , Ketahuilah, bahwa kunci kekuatan kalian ada pada keikhlasan dan kebenaran. Sampai-sampai para pendukung kebatilan ingin menghimpun kekuatan mereka dalam melakukan kebatilan. Keikhlasan pada pengabdian kita di jalan inilah yang akan mengokohkan dakwah kita" (Badiuzzaman Said Nursi)
Allahu a'lam
Sumber : Sincerity Described in The Qur`an, karya Harun Yahya
Sebagaimana firman-Nya,yang artinya “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki–laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa–bangsa dan bersuku–suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengetahui,” (Qs. al-Hujurat : 13). Dalam Risale-i Nur , Badiuzzaman Said Nursi menyatakan , “(Rintangan kedua yg merusak keikhlasan) adalah menyanjung diri sendiri dan mengutamakan bujukan nafsu setan dengan menarik perhatian diri dan perhatian serta sambutan orang lain, yang digerakkan oleh keinginan akan ketenaran, kemasyhuran, dan pangkat atau jabatan.
Ini sungguh–sungguh merupakan penyakit hati yang serius, yang membuka peluang menuju kemunafikan dan mementingkan diri sendiri. Hal ini disebut ‘penyekutuan Allah yang tersembunyi’ dan ini merusak keikhlasan.”
Keyakinan bahwa kekuasaan dan jabatan termasuk sebuah kelebihan, adalah tipuan yang lazim terjadi di kalangan orang–orang awam. Siapa pun mukmin sejati yang memahami makna keimanan, ia tidak akan berada pada kecenderungan godaan–godaan hawa nafsunya. Ia bahkan akan mencari kelebihan melalui keikhlasan. Karena itu, orang yang menyucikan jiwanya dari keinginan–keinginan tersebut akan mendapatkan sesuatu yang jauh melebihi apa yang ada di dunia ini. Ia akan dilimpahi ketenaran dan kehormatan sejati.
Umat manusia diingatkan akan kenyataan ini dalam salah satu ayat kitab suci Al–Qur`an, sebagaimana firman-Nya, yang artinya , “Jika kamu menjauhi dosa–dosa besar di antara dosa–dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan–kesalahanmu (dosa–dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (an-Nisaa` [4]: 31)
Agar layak mendapatkan tempat mulia tersebut, kita harus memahami kebenaran Sebagaimana firman Allah, yang artinya ," Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan maka bagi Allahlah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan–perkataan yang baik dan amal saleh dinaikkan-Nya....” (Faathir [35]: 10)
Allah adalah satu-satunya pemilik kemuliaan. Salah satu cara untuk mendapatkan kemuliaan adalah melakukan amalan–amalan saleh dengan ikhlas.
Badiuzzaman Said Nursi memberikan perhatian khusus pada masalah ini. Ia menyoroti betapa fana kekuasaan duniawi, seperti status dan nama baik, jika dibandingkan dengan tempat mulia yang dapat diperoleh di akhirat. Ia mengutip ayat Allah, “Janganlah kamu menukarkan ayat–ayat-Ku dengan harga yang rendah,” dan ia menyatakan, “Kita sangat perlu belajar dengan sungguh–sungguh tentang keikhlasan dalam diri kita sendiri. Dengan kata lain, apa yang telah kita capai sejauh ini dalam pengorbanan dan pengabdian kita yang suci akan menjadi bagian yang hilang dan tidak akan bertahan selamanya, dan kita akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Kita akan membuktikan ancaman keras yang terkandung pada larangan Tuhan,
Sebagaimana firman Allah, yang artinya “Janganlah kamu menukarkan ayat–ayat-Ku dengan harga yang rendah,” (Qs. al-Baqarah : 41)
Perusakan keikhlasan, yang akan mengancam kebahagiaan abadi demi kepentingan yang tiada arti, tiada penting, berbahaya, menyedihkan, mementingkan diri sendiri, menjemukan, perasaan-perasaan yang berdasar pada kemunafikan, dan keuntungan yang tidak berarti.
Dan perbuatan-perbuatan tersebut juga akan melanggar hak–hak saudara kita, mengingkari tugas yang ditugaskan oleh Al–Qur`an, dan menjadi tidak hormat terhadap suci dan benarnya keimanan.”
Seorang ulama Turki , Badiuzzaman Said Nursi dalam Risale-i Nur , menyatakan bahwa , Rintangan kedua yang merusak keikhlasan adalah menyanjung diri sendiri dan mengutamakan bujukan nafsu setan dengan menarik perhatian diri dan perhatian serta sambutan orang lain, yang digerakkan oleh keinginan akan ketenaran, kemasyhuran, dan pangkat atau jabatan. Ini sungguh–sungguh merupakan penyakit hati yang serius, yang membuka peluang menuju kemunafikan dan mementingkan diri sendiri. Hal ini disebut ‘penyekutuan Allah yang tersembunyi’ dan ini merusak keikhlasan.”
Keyakinan bahwa kekuasaan dan jabatan termasuk sebuah kelebihan, adalah tipuan yang lazim terjadi di kalangan orang–orang. Siapa pun mukmin sejati yang memahami makna keimanan, ia tidak akan berada pada kecenderungan godaan–godaan hawa nafsunya. Ia bahkan akan mencari kelebihan melalui keikhlasan. Karena itu, orang yang menyucikan jiwanya dari keinginan–keinginan tersebut akan mendapatkan sesuatu yang jauh melebihi apa yang ada di dunia ini. Ia akan dilimpahi ketenaran dan kehormatan sejati. Umat manusia diingatkan akan kenyataan ini dalam salah satu ayat kitab suci Al–Qur`an,
“Jika kamu menjauhi dosa–dosa besar di antara dosa–dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan–kesalahanmu (dosa–dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (Qs. an-Nisaa` : 31)
Keinginan untuk mendapatkan status dan kekuasaan mencegah seseorang untuk tidak ikhlas dalam beramal serta menjadikannya tidak jujur. Sebagian orang yang ingin menggapai ridha Allah dan ganjaran surgawi, mungkin juga ingin mendapatkan kemuliaan dan nama baik di dunia ini. Secara tidak sengaja, hal ini akan menjadi penyebab menurunnya amalan-amalan yang dikerjakannya. Setiap mukmin sejati harus memperhatikan peringatan Al–Qur`an ini dan membersihkan jiwanya dari keinginan–keinginan untuk mendapatkan nama baik dan kemuliaan di dunia. Ia harus berusaha untuk menggapai keagungan dan kemuliaan bersama Allah.
Sebaliknya, seseorang akan dilalaikan oleh “persaingan satu sama lainnya untuk saling
mengungguli” hingga akhir hayatnya, sebagaimana dinyatakan dalam ayat, “Bermegah–megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (Qs. at-Takaatsur : 1-2) .
Segala daya dan upaya yang dilakukannya tidak akan berguna. Lebih baik bagi seorang mukmin untuk menyucikan diri dari keburukan jiwanya semasih ada waktu untuk memperbaikinya di dunia. Ia akan memperoleh keikhlasan, yakni sebuah tingkatan akhlaq yang diridhai Allah.
Saudarakau, janganlah kita menodai perbuatan-perbuatan baik kita yang telah dikerjakan untuk mencapai ridha Allah, dengan membiarkan ambisi duniawi mengacaukan dan merusak diri. Tidak memfokuskan kepada keikhlasan,bahkan jatuh dalamrperilaku tidak bermoral.
Saudaraku , ingatlah selalu peringatan Allah , sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Kahfi yang artinya ," Katakanlah, "‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (Qs. al-Kahfi : 103-104)
Saudaraku , Ketahuilah, bahwa kunci kekuatan kalian ada pada keikhlasan dan kebenaran. Sampai-sampai para pendukung kebatilan ingin menghimpun kekuatan mereka dalam melakukan kebatilan. Keikhlasan pada pengabdian kita di jalan inilah yang akan mengokohkan dakwah kita" (Badiuzzaman Said Nursi)
Allahu a'lam
Sumber : Sincerity Described in The Qur`an, karya Harun Yahya
Jangan minta jabatan
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda , yang artinya “Sesungguhnya diantara kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan, padahal kelak di hari kiamat ia akan menjadi penyesalan.” (Hr. Al-Bukhari , 7148)
Saudaraku, bagaimana Islam memandang perbuatan meminta jabatan . Banyak Hadits yang memberikan penjelasan tentang permasalahan ini . Bagaimana Islam memandang sebuah jabatan yang telah menjadi suatu simbol status .
Rasulullah saw bersabda kpd Abdurrahman bin Samurah , yg artinya ," : Wahai Abdurrahman bin Samurah janganlah engkau meminta kepemimpinan. Karena jika engkau diberi tanpa memintanya niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah dgn diberi taufik kepada kebenaran). Namun jika diserahkan kepadamu karena permintaanmu niscaya akan dibebankan kepadamu .(Hr. Bukhari dlm Shahih no. 7146 “Siapa yg tidak meminta jabatan Allah akan menolongnya dalam menjalankan tugasnya” dan no. 7147 “Siapa yg minta jabatan akan diserahkan padanya (dengan tidak mendapat pertolongan dari Allah dalam menunaikan tugasnya).
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya no. 1652 oleh Al- Imam An-Nawawi , dg judul “Bab Larangan meminta jabatan dan berambisi utk mendapatkannya”.
Dari riwayat dari Abu Dzar Al-Ghifari, ia berkata: “Wahai Rasulullah tidakkah engkau menjadikanku sebagai pemimpin?”
Mendengar permintaanku itu , lalu Rasulullah menepuk pundakku seraya bersabda, yang artinya ," Wahai Abu Dzar engkau seorang yg lemah sementara kepemimpinan itu adl amanah. Dan nanti pada hari kiamat ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yg mengambil dgn haknya dan menunaikan apa yg seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut.”
Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ," Wahai Abu Dzar aku memandangmu seorang yg lemah dan aku menyukai untukmu apa yang kusukai utk diriku. Janganlah sekali-kali engkau memimpin dua orang dan jangan sekali- kali engkau menguasai pengurusan harta anak yatim.” Al-Imam An-Nawawi membawakan kedua hadits Abu Dzar di atas dalam kitab beliau Riyadhush Shalihin bab “Larangan meminta jabatan kepemimpinan dan memilih utk meninggalkan jabatan tersebut jika ia tidak pantas utk memegangnya atau meninggalkan ambisi terhadap jabatan”.Kepemimpinan Yang Diimpikan Dan DiperebutkanMenjadi seorang pemimpin dan memiliki sebuah jabatan merupakan impian semua orang kecuali sedikit dari mereka yg dirahmati oleh Allah.
Saudaraku, godaan untuk mencapai jabatan yang diinginkan sering menjadikannya sebagai rebutan khususnya jabatan yg menjanjikan ketenaran atau kesenangan lainnya.
Sungguh benar sabda Rasulullah ketika beliau menyampaikan hadits yg diriwayatkan dari Abu Hurairah, yang artinya ," Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan padahal kelak di hari kiamat ia akan menjadi penyesalan.”
Al-Muhallab dalam Nas-alullah as-salamah wal ‘afiyah, berkata sebagaimana dinukilkan dalam Fathul Bari : “Ambisi utk memperoleh jabatan kepemimpinan merupakan faktor yg mendorong manusia utk saling membunuh. Hingga tertumpahlah darah dirampasnya harta dihalalkannya kemaluan-kemaluan wanita dan karenanya terjadi kerusakan yg besar di permukaan bumi.”Seseorang yg menjadi penguasa dgn tujuan seperti di atas tidak akan mendapatkan bagiannya nanti di akhirat kecuali siksa dan adzab.
Allah berfirman , yang artinya ,"Itulah negeri akhirat yg Kami jadikan utk orang-orang yg tidak ingin menyombongkan diri di muka bumi dan tidak pula membuat kerusakan. Dan akhir yg baik itu hanya utk orang- orang yg bertakwa.”
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan: “Allah mengkhabarkan bahwasanya negeri akhirat dan keni’matannya yg kekal tidak akan pernah lenyap dan musnah disediakan-Nya untuk hamba-hamba-Nya yg beriman yg tawadhu’ tidak ingin merasa tinggi di muka bumi yakni tidak menyombongkan di hadapan hamba-hamba Allah yg lain tidak merasa besar tidak bertindak sewenang-wenang tidak lalim dan tidak membuat kerusakan di tengah mereka.”
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, berkata bahwa , “Seseorang yg meminta jabatan seringnya bertujuan utk meninggikan dirinya di hadapan manusia menguasai mereka memerintahnya dan melarangnya.. Oleh karena itu seseorang dilarang utk meminta jabatan.Tidak banyak orang yg berambisi menjadi pimpinan kemudian berpikir tentang kemaslahatan umum dan bertujuan memberikan kebaikan kepada hamba-hamba Allah dgn kepemimpinan yang kelak bisa dia raih.
Rasulullah menggambarkan kerakusan terhadap jabatan seperti dua ekor serigala yg kelaparan lalu dilepas di tengah segerombolan kambing.
Sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya ," Tidaklah dua ekor serigala yg lapar dilepas di tengah segerombolan kambing lebih merusak dari pada merusaknya seseorang terhadap agamanya krn ambisinya utk mendapatkan harta dan kedudukan yg tinggi.” (HR. Tirmidzi no. 2482 dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad 2/178) Sebagaimana petikan sabda Rasulullah kepada Abu Dzar, yang artinya “Wahai Abu Dzar engkau seorang yg lemah”.
Sabda Rasulullah ini akan terasa memberatkan bagi yang bersangkutan dan akan membekas di hatinya. Namun amanahlah yg menuntut hal tersebut. Maka hendaknya dijelaskan kepada orang tersebut mengenai sifat lemah yg melekat padanya. Namun jika seseorang itu kuat maka dikatakan padanya ia seorang yg kuat. Dan sebaliknya bila ia seorang yg lemah maka dikatakan sebagaimana adanya. Yang demikian ini merupakan suatu nasehat. Dan tidaklah berdosa orang yg mengucapkan seperti ini bila tujuannya utk memberikan nasehat bukan utk mencela atau mengungkit aib yg bersangkutan.
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin berkata: “Makna ucapan Nabi kepada Abu Dzar adalah beliau melarang Abu Dzar menjadi seorang pemimpin krn ia memiliki sifat lemah sementara kepemimpinan membutuhkan seorang yg kuat lagi terpercaya. Kuat dari sisi ia punya kekuasaan dan perkataan yg didengar/ditaati tidak lemah di hadapan manusia. Karena apabila manusia menganggap lemah seseorang maka tidak tersisa baginya kehormatan di sisi mereka dan akan berani kepadanya orang yg paling dungu sekalipun sehingga jadilah ia tidak teranggap sedikitpun. Akan tetapi bila seseorang itu kuat dia dapat menunaikan hak Allah tidak melampaui batasan-batasannya dan punya kekuasaan. Maka inilah sosok pemimpin.” (Syarh Riyadhush Shalihin 2/472).
Rasulullah juga menyatakan kepada Abu Dzar bahwa kepemimpinan itu adl sebuah amanah.
Karena memang kepemimpinan itu memiliki dua rukun kekuatan dan amanah hal ini dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dgn dalil “Sesungguhnya orang yg paling baik yg kamu ambil utk bekerja ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.”
Penguasa Mesir berkata kepada Yusuf ‘Alaihissalam: “Sesungguhnya kamu mulai hari ini menjadi seorang yg berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami.”
Allah menyebutkan sifat Jibril dgn menyatakan, yang artinya.“Sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar firman Allah yg dibawa oleh utusan yg mulia yg mempunyai kekuatan yg mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yg memiliki ‘Arsy. Yang ditaati di kalangan malaikat lagi dipercaya.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Amanah itu kembalinya kepada rasa takut pada Allah tidak menjual ayat-ayat Allah dgn harga yg sedikit dan tidak takut kepada manusia. Inilah tiga perangai yang Allah tetapkan terhadap tiap orang yg memutuskan hukuman atas manusia.
Allah berfirman, yang artinya ," Maka janganlah kalian takut kepada manusia tapi takutlah kepada-Ku. Dan jangan pula kalian menjual ayat-ayat-Ku dgn harga yg sedikit. Siapa yg tidak berhukum dgn apa yg Allah turunkan maka mereka itu adl orang-orang kafir.” {As-Siyasah Asy- Syar’iyyah hal. 12-13}
Al-Imam Al-Qurthubi menyebutkan beberapa sifat dari seorang pemimpin ketika menafsirkan ayat: “Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dgn beberapa kalimat kemudian Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu sebagai imam bagi seluruh manusia’. Ibrahim berkata: ‘ dari keturunanku’.
Allah berfirman: "Janji-Ku tidak mengenai orang-orang yg zhalim’.” (Al- Baqarah: 124)
Al-Imam Al-Qurthubi berkata: “Sekelompok ulama mengambil dalil dgn ayat ini utk menyatakan seorang imam itu harus dari kalangan orang yg adil memiliki kebaikan dan keutamaan juga dengan kekuatan yg dimilikinya utk menunaikan tugas kepemimpinan tersebut.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an 2/74)
Saudaraku, jabatan atau kepemimpinan adalah amanah sehingga orang yg menjadi pemimpin berarti ia tengah memikul amanah. Dan tentunya yg namanya amanah harus ditunaikan sebagaimana mestinya. Dengan demikian tugas menjadi pemimpin itu berat sehingga sepantasnya yg mengembannya adl orang yg cakap dalam bidangnya.
Karena itulah Rasulullah melarang orang yg tidak cakap utk memangku jabatan krn ia tidak akan mampu mengemban tugas tersebut dgn semestinya.
Rasulullah juga bersabda, yang artinya " Apabila amanah telah disia-siakan maka nantikanlah tibanya hari kiamat. Ada yg bertanya: Wahai Rasulullah apa yg dimaksud dgn menyia-nyiakan amanah? Beliau menjawab ‘Apabila perkara itu diserahkan kepada selain ahlinya maka nantikanlah tibanya hari kiamat”
Selain itu, jabatan tidak boleh diberikan kepada seseorang yang memintanya dan berambisi untuk mendapatkannya.
Diriwayatkan , Abu Musa ra: “Aku dan dua orang laki-laki dari kaumku pernah masuk menemui Rasulullah. Maka salah seorang dari keduanya berkata: ‘Angkatlah kami sebagai pemimpin, wahai Rasulullah’. Temannya pun meminta hal yang sama. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda , yang artinya ," Kami tidak menyerahkan kepemimpinan ini kepada orang yang memintanya dan tidak pula kepada orang yang berambisi untuk mendapatkannya.” (HR. Al-Bukhari no. 7149 dan Muslim no. 1733)
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin berkata: “Sepantasnya bagi seseorang tidak meminta jabatan apapun. Namun bila ia diangkat bukan karena permintaannya, maka ia boleh menerimanya. Akan tetapi jangan ia meminta jabatan tersebut, dalam rangka wara’ dan kehati-hatiannya dikarenakan jabatan dunia itu bukanlah apa-apa.” (Syarh Riyadhush Shalihin, 2/470)
Al-Qadhi Al-Baidhawi berkata: “Karena itu tidak sepantasnya orang yang berakal, bergembira dan bersenang-senang dengan kelezatan yang diakhiri dengan penyesalan dan kerugian.” (Fathul Bari, 13/134)
Allahu a'lam.
sumber : Al Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari , Buletin Islam AL ILMU Edisi 5 / II / II / 1425 , Asy Syariah Vol I/No. 06/Muharram ,Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq AlAtsari ( Hukum Meminta Jabatan)
Saudaraku, bagaimana Islam memandang perbuatan meminta jabatan . Banyak Hadits yang memberikan penjelasan tentang permasalahan ini . Bagaimana Islam memandang sebuah jabatan yang telah menjadi suatu simbol status .
Rasulullah saw bersabda kpd Abdurrahman bin Samurah , yg artinya ," : Wahai Abdurrahman bin Samurah janganlah engkau meminta kepemimpinan. Karena jika engkau diberi tanpa memintanya niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah dgn diberi taufik kepada kebenaran). Namun jika diserahkan kepadamu karena permintaanmu niscaya akan dibebankan kepadamu .(Hr. Bukhari dlm Shahih no. 7146 “Siapa yg tidak meminta jabatan Allah akan menolongnya dalam menjalankan tugasnya” dan no. 7147 “Siapa yg minta jabatan akan diserahkan padanya (dengan tidak mendapat pertolongan dari Allah dalam menunaikan tugasnya).
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya no. 1652 oleh Al- Imam An-Nawawi , dg judul “Bab Larangan meminta jabatan dan berambisi utk mendapatkannya”.
Dari riwayat dari Abu Dzar Al-Ghifari, ia berkata: “Wahai Rasulullah tidakkah engkau menjadikanku sebagai pemimpin?”
Mendengar permintaanku itu , lalu Rasulullah menepuk pundakku seraya bersabda, yang artinya ," Wahai Abu Dzar engkau seorang yg lemah sementara kepemimpinan itu adl amanah. Dan nanti pada hari kiamat ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yg mengambil dgn haknya dan menunaikan apa yg seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut.”
Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ," Wahai Abu Dzar aku memandangmu seorang yg lemah dan aku menyukai untukmu apa yang kusukai utk diriku. Janganlah sekali-kali engkau memimpin dua orang dan jangan sekali- kali engkau menguasai pengurusan harta anak yatim.” Al-Imam An-Nawawi membawakan kedua hadits Abu Dzar di atas dalam kitab beliau Riyadhush Shalihin bab “Larangan meminta jabatan kepemimpinan dan memilih utk meninggalkan jabatan tersebut jika ia tidak pantas utk memegangnya atau meninggalkan ambisi terhadap jabatan”.Kepemimpinan Yang Diimpikan Dan DiperebutkanMenjadi seorang pemimpin dan memiliki sebuah jabatan merupakan impian semua orang kecuali sedikit dari mereka yg dirahmati oleh Allah.
Saudaraku, godaan untuk mencapai jabatan yang diinginkan sering menjadikannya sebagai rebutan khususnya jabatan yg menjanjikan ketenaran atau kesenangan lainnya.
Sungguh benar sabda Rasulullah ketika beliau menyampaikan hadits yg diriwayatkan dari Abu Hurairah, yang artinya ," Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan padahal kelak di hari kiamat ia akan menjadi penyesalan.”
Al-Muhallab dalam Nas-alullah as-salamah wal ‘afiyah, berkata sebagaimana dinukilkan dalam Fathul Bari : “Ambisi utk memperoleh jabatan kepemimpinan merupakan faktor yg mendorong manusia utk saling membunuh. Hingga tertumpahlah darah dirampasnya harta dihalalkannya kemaluan-kemaluan wanita dan karenanya terjadi kerusakan yg besar di permukaan bumi.”Seseorang yg menjadi penguasa dgn tujuan seperti di atas tidak akan mendapatkan bagiannya nanti di akhirat kecuali siksa dan adzab.
Allah berfirman , yang artinya ,"Itulah negeri akhirat yg Kami jadikan utk orang-orang yg tidak ingin menyombongkan diri di muka bumi dan tidak pula membuat kerusakan. Dan akhir yg baik itu hanya utk orang- orang yg bertakwa.”
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan: “Allah mengkhabarkan bahwasanya negeri akhirat dan keni’matannya yg kekal tidak akan pernah lenyap dan musnah disediakan-Nya untuk hamba-hamba-Nya yg beriman yg tawadhu’ tidak ingin merasa tinggi di muka bumi yakni tidak menyombongkan di hadapan hamba-hamba Allah yg lain tidak merasa besar tidak bertindak sewenang-wenang tidak lalim dan tidak membuat kerusakan di tengah mereka.”
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, berkata bahwa , “Seseorang yg meminta jabatan seringnya bertujuan utk meninggikan dirinya di hadapan manusia menguasai mereka memerintahnya dan melarangnya.. Oleh karena itu seseorang dilarang utk meminta jabatan.Tidak banyak orang yg berambisi menjadi pimpinan kemudian berpikir tentang kemaslahatan umum dan bertujuan memberikan kebaikan kepada hamba-hamba Allah dgn kepemimpinan yang kelak bisa dia raih.
Rasulullah menggambarkan kerakusan terhadap jabatan seperti dua ekor serigala yg kelaparan lalu dilepas di tengah segerombolan kambing.
Sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya ," Tidaklah dua ekor serigala yg lapar dilepas di tengah segerombolan kambing lebih merusak dari pada merusaknya seseorang terhadap agamanya krn ambisinya utk mendapatkan harta dan kedudukan yg tinggi.” (HR. Tirmidzi no. 2482 dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad 2/178) Sebagaimana petikan sabda Rasulullah kepada Abu Dzar, yang artinya “Wahai Abu Dzar engkau seorang yg lemah”.
Sabda Rasulullah ini akan terasa memberatkan bagi yang bersangkutan dan akan membekas di hatinya. Namun amanahlah yg menuntut hal tersebut. Maka hendaknya dijelaskan kepada orang tersebut mengenai sifat lemah yg melekat padanya. Namun jika seseorang itu kuat maka dikatakan padanya ia seorang yg kuat. Dan sebaliknya bila ia seorang yg lemah maka dikatakan sebagaimana adanya. Yang demikian ini merupakan suatu nasehat. Dan tidaklah berdosa orang yg mengucapkan seperti ini bila tujuannya utk memberikan nasehat bukan utk mencela atau mengungkit aib yg bersangkutan.
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin berkata: “Makna ucapan Nabi kepada Abu Dzar adalah beliau melarang Abu Dzar menjadi seorang pemimpin krn ia memiliki sifat lemah sementara kepemimpinan membutuhkan seorang yg kuat lagi terpercaya. Kuat dari sisi ia punya kekuasaan dan perkataan yg didengar/ditaati tidak lemah di hadapan manusia. Karena apabila manusia menganggap lemah seseorang maka tidak tersisa baginya kehormatan di sisi mereka dan akan berani kepadanya orang yg paling dungu sekalipun sehingga jadilah ia tidak teranggap sedikitpun. Akan tetapi bila seseorang itu kuat dia dapat menunaikan hak Allah tidak melampaui batasan-batasannya dan punya kekuasaan. Maka inilah sosok pemimpin.” (Syarh Riyadhush Shalihin 2/472).
Rasulullah juga menyatakan kepada Abu Dzar bahwa kepemimpinan itu adl sebuah amanah.
Karena memang kepemimpinan itu memiliki dua rukun kekuatan dan amanah hal ini dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dgn dalil “Sesungguhnya orang yg paling baik yg kamu ambil utk bekerja ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.”
Penguasa Mesir berkata kepada Yusuf ‘Alaihissalam: “Sesungguhnya kamu mulai hari ini menjadi seorang yg berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami.”
Allah menyebutkan sifat Jibril dgn menyatakan, yang artinya.“Sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar firman Allah yg dibawa oleh utusan yg mulia yg mempunyai kekuatan yg mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yg memiliki ‘Arsy. Yang ditaati di kalangan malaikat lagi dipercaya.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Amanah itu kembalinya kepada rasa takut pada Allah tidak menjual ayat-ayat Allah dgn harga yg sedikit dan tidak takut kepada manusia. Inilah tiga perangai yang Allah tetapkan terhadap tiap orang yg memutuskan hukuman atas manusia.
Allah berfirman, yang artinya ," Maka janganlah kalian takut kepada manusia tapi takutlah kepada-Ku. Dan jangan pula kalian menjual ayat-ayat-Ku dgn harga yg sedikit. Siapa yg tidak berhukum dgn apa yg Allah turunkan maka mereka itu adl orang-orang kafir.” {As-Siyasah Asy- Syar’iyyah hal. 12-13}
Al-Imam Al-Qurthubi menyebutkan beberapa sifat dari seorang pemimpin ketika menafsirkan ayat: “Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dgn beberapa kalimat kemudian Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu sebagai imam bagi seluruh manusia’. Ibrahim berkata: ‘ dari keturunanku’.
Allah berfirman: "Janji-Ku tidak mengenai orang-orang yg zhalim’.” (Al- Baqarah: 124)
Al-Imam Al-Qurthubi berkata: “Sekelompok ulama mengambil dalil dgn ayat ini utk menyatakan seorang imam itu harus dari kalangan orang yg adil memiliki kebaikan dan keutamaan juga dengan kekuatan yg dimilikinya utk menunaikan tugas kepemimpinan tersebut.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an 2/74)
Saudaraku, jabatan atau kepemimpinan adalah amanah sehingga orang yg menjadi pemimpin berarti ia tengah memikul amanah. Dan tentunya yg namanya amanah harus ditunaikan sebagaimana mestinya. Dengan demikian tugas menjadi pemimpin itu berat sehingga sepantasnya yg mengembannya adl orang yg cakap dalam bidangnya.
Karena itulah Rasulullah melarang orang yg tidak cakap utk memangku jabatan krn ia tidak akan mampu mengemban tugas tersebut dgn semestinya.
Rasulullah juga bersabda, yang artinya " Apabila amanah telah disia-siakan maka nantikanlah tibanya hari kiamat. Ada yg bertanya: Wahai Rasulullah apa yg dimaksud dgn menyia-nyiakan amanah? Beliau menjawab ‘Apabila perkara itu diserahkan kepada selain ahlinya maka nantikanlah tibanya hari kiamat”
Selain itu, jabatan tidak boleh diberikan kepada seseorang yang memintanya dan berambisi untuk mendapatkannya.
Diriwayatkan , Abu Musa ra: “Aku dan dua orang laki-laki dari kaumku pernah masuk menemui Rasulullah. Maka salah seorang dari keduanya berkata: ‘Angkatlah kami sebagai pemimpin, wahai Rasulullah’. Temannya pun meminta hal yang sama. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda , yang artinya ," Kami tidak menyerahkan kepemimpinan ini kepada orang yang memintanya dan tidak pula kepada orang yang berambisi untuk mendapatkannya.” (HR. Al-Bukhari no. 7149 dan Muslim no. 1733)
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin berkata: “Sepantasnya bagi seseorang tidak meminta jabatan apapun. Namun bila ia diangkat bukan karena permintaannya, maka ia boleh menerimanya. Akan tetapi jangan ia meminta jabatan tersebut, dalam rangka wara’ dan kehati-hatiannya dikarenakan jabatan dunia itu bukanlah apa-apa.” (Syarh Riyadhush Shalihin, 2/470)
Al-Qadhi Al-Baidhawi berkata: “Karena itu tidak sepantasnya orang yang berakal, bergembira dan bersenang-senang dengan kelezatan yang diakhiri dengan penyesalan dan kerugian.” (Fathul Bari, 13/134)
Allahu a'lam.
sumber : Al Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari , Buletin Islam AL ILMU Edisi 5 / II / II / 1425 , Asy Syariah Vol I/No. 06/Muharram ,Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq AlAtsari ( Hukum Meminta Jabatan)
Jangan minta-minta (mengemis)
Minta-minta atau mengemis adalah meminta bantuan, derma, sumbangan, baik kepada perorangan atau lembaga. Secara umum , walaupun tidak selalu begitu, mengemis itu identik dengan penampilan yang kusam , yang dijadikan sarana untuk mengungkapkan kebutuhan apa adanya. Hal-hal yang mendorong seseorang untuk mengemis adalah anggapan mudah dan cepatnya hasil yang didapatkan. Cukup dengan mengulurkan tangan kepada anggota masyarakat agar memberikan bantuan atau sumbangan.
Saudaraku, ada banyak faktor yang mendorong seseorang mencari bantuan atau sumbangan. Faktor-faktor tersebut ada yang bersifat permanen, dan ada pula yang bersifat mendadak atau tak terduga.
1. Faktor ketidakberdayaan, kefakiran, dan kemiskinan yang dialami oleh orang-orang yang mengalami kesulitan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Karena mereka memang tidak memiki penghasilan konstan , santunan-santunan rutin atau sumber-sumber kehidupan yang lain. Sementara mereka sendiri tidak memiliki keterampilan atau keahlian khusus yang dapat mereka manfaatkan untuk menghasilkan uang. Sama seperti mereka ialah anak-anak yatim, orang-orang yang menyandang cacat, orang-orang yang menderita sakit menahun, janda-janda miskin, orang-orang yang sudah lanjut usia sehingga tidak sanggup bekerja, dan selainnya.
2. Faktor kesulitan ekonomi yang tengah dihadapi oleh orang-orang yang mengalami kerugian harta cukup besar. Misalnya seperti para pengusaha yang tertimpa pailit (bangkrut) atau para pedagang yang jatuh bangkrut atau para petani yang gagal panen secara total. Mereka ini juga orang-orang yang memerlukan bantuan karena sedang mengalami kesulitan ekonomi secara mendadak sehingga tidak bisa menghidupi keluarganya. Apalagi jika mereka juga dililit hutang yang besar sehingga terkadang sampai diadukan ke pengadilan.
3. Faktor musibah yang menimpa suatu keluarga atau masyarakat seperti kebakaran, banjir, gempa, penyakit menular, dan lainnya sehingga mereka terpaksa harus minta-minta.
4. Faktor-faktor yang datang belakangan tanpa disangka-sangka sebelumnya. Contohnya seperti orang-orang yang secara mendadak harus menanggung hutang kepada berbagai pihak tanpa sanggup membayarnya, menanggung anak yatim, menanggung kebutuhan panti-panti jompo, dan yang semisalnya. Mereka ini juga adalah orang-orang yang membutuhkan bantuan, dan biasanya tidak punya simpanan harta untuk membayar tanggungannya tersebut tanpa uluran tangan dari orang lain yang kaya, atau tanpa berusaha mencarinya sendiri walaupun dengan cara mengemis.
Ketika kita membahas tentang fenomena pengemis dari kacamata kearifan, hukum, dan keadilan, maka kita harus membagi kaum pengemis menjadi dua kelompok:
1. Kelompok pengemis yang benar-benar membutuhkan bantuan
Secara riil (kenyataan hidup) yang ada para pengemis ini memang benar-benar dalam keadaan menderita karena harus menghadapi kesulitan mencari makan sehari-hari.
Sebagian besar mereka ialah justru orang-orang yang masih memiliki harga diri dan ingin menjaga kehormatannya. Mereka tidak mau meminta kepada orang lain dengan cara mendesak sambil mengiba-iba. Atau mereka merasa malu menyandang predikat pengemis yang dianggap telah merusak nama baik agama dan mengganggu nilai-nilai etika serta menyalahi tradisi masyarakat di sekitarnya.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya ," (Apa yang kamu infakkan) adalah untuk orang-orang fakir yang terhalang (usahanya karena jihad) di jalan Allah sehingga dia tidak dapat berusaha di bumi; (orang lain) yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui" (Qs. al-Baqarah : 273].
2. Kelompok pengemis gadungan yang memainkan sandiwara dan tipu muslihat
Selain mengetahui rahasia-rahasia dan trik-trik mengemis, mereka juga memiliki kepiawaian serta pengalaman yang dapat menyesatkan (mengaburkan) anggapan masyarakat, dan memilih celah-celah yang strategis. Selain itu mereka juga memiliki berbagai pola mengemis yang dinamis, seperti bagaimana cara-cara menarik simpati dan belas kasihan orang lain yang menjadi sasaran. Misalnya di antara mereka ada yang mengamen, bawa anak kecil, pura-pura luka, bawa map sumbangan yang tidak jelas, mengeluh keluarganya sakit padahal tidak, ada yang mengemis dengan mengamen atau bermain musik yang jelas hukumnya haram, ada juga yang mengemis dengan memakai pakaian rapi, pakai jas dan lainnya, dan puluhan cara lainnya untuk menipu dan membohongi manusia.
PANDANGAN SYARIAT tentang Mengemis
Islam tidak mensyari’atkan meminta-minta dengan berbohong dan menipu. Alasannya selain karena melanggar dosa, juga karena perbuatan tersebut dianggap mencemari perbuatan baik dan merampas hak orang-orang miskin yang memang membutuhkan bantuan. Bahkan hal itu merusak citra baik orang-orang miskin yang tidak mau minta-minta dan orang-orang yang mencintai kebajikan. Karena mereka dimasukkan dalam golongan orang-orang yang meminta bantuan. Padahal sebenarnya mereka tidak berhak menerimanya.
Banyak dalil yang menjelaskan haramnya meminta-minta dengan menipu dan tanpa adanya kebutuhan yang mendesak. Diantara hadits-hadits tersebut ialah sebagai berikut.
Hadits Pertama.
Diriwayatkan dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, yang artinya ," Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan tidak ada sekerat daging pun di wajahnya".[1]
Hadits Kedua
Diriwayatkan dari Hubsyi bin Junaadah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, yang artinya ," Barang siapa meminta-minta kepada orang lain tanpa adanya kebutuhan, maka seolah-olah ia memakan bara api" [2].
Hadits Ketiga
Diriwayatkan dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda , yang artinya ," Minta-minta itu merupakan cakaran, yang seseorang mencakar wajahnya dengannya, kecuali jika seseorang meminta kepada penguasa, atau atas suatu hal atau perkara yang sangat perlu" [3]
Bolehnya kita meminta kepada penguasa, jika kita dalam kefakiran. Namun, tidak boleh sering meminta kepada penguasa.
Hal ini berdasarkan hadits Hakiim bin Hizaam Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Aku meminta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lantas beliau memberiku. Kemudian aku minta lagi, dan Rasulullah memberiku.
Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ," Wahai Hakiim! Sesungguhnya harta itu indah dan manis. Barang siapa mengambilnya dengan berlapang hati, maka akan diberikan berkah padanya. Barang siapa mengambilnya dengan kerakusan (mengharap-harap harta), maka Allah tidak memberikan berkah kepadanya, dan perumpamaannya (orang yang meminta dengan mengharap-harap) bagaikan orang yang makan, tetapi ia tidak kenyang (karena tidak ada berkah padanya). Tangan yang di atas (yang memberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (yang meminta)".
Kemudian Hakîm berkata: "Wahai Rasulullah! Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak menerima dan mengambil sesuatu pun sesudahmu hingga aku meninggal dunia”.
Ketika Abu Bakar ra menjadi khalifah, ia memanggil Hakîm ra untuk memberikan suatu bagian yang berhak ia terima. Namun, Hakîm tidak mau menerimanya, sebab ia telah berjanji kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Ketika ‘Umar menjadi khalifah, ia memanggil Hakîm untuk memberikan sesuatu namun ia juga tidak mau menerimanya. Kemudian ‘Umar bin al-Khaththab ra berkata di hadapan para sahabat: "Wahai kaum Muslimin! Aku saksikan kepada kalian tentang Hakîm bin Hizâm, aku menawarkan kepadanya haknya yang telah Allah berikan kepadanya melalui harta rampasan ini (fa’i), namun ia tidak mau menerimanya. Dan Hakîm Radhiyallahu 'anhu tidak mau menerima suatu apa pun dari seorang pun setelah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sampai ia meninggal dunia”.[4]
Hadits ini menunjukkan tentang bolehnya meminta kepada penguasa. Akan tetapi tidak boleh sering, seperti kejadian di atas, yaitu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menasihati Hakîm bin Hizâm. Hadits ini juga menerangkan tentang ta’affuf (memelihara diri dari meminta kepada manusia) itu lebih baik. Sebab, Hakîm bin Hizâm Radhiyallahu 'anhu pada waktu itu tidak mau meminta dan tidak mau menerima.
ORANG YG DIBOLEHKAN MEMINTA-MINTA
Diriwayatkan dari Sahabat Qabishah bin Mukhariq al-Hilali Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ," Wahai Qabiishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali bagi salah satu dari tiga orang:
(1) seseorang yang menanggung hutang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti,
(2) seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup, dan
(3) seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan, ‘Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu, wahai Qabishah! Adalah haram, dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram”.[5]
KEUTAMAAN TIDAK MEMINTA-MINTA DAN ANJURAN UNTUK BERUSAHA
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam haditsnya menganjurkan kita untuk berusaha dan mencari nafkah apa saja bentuknya, selama itu halal dan baik, tidak ada syubhat, tidak ada keharaman, dan tidak dengan meminta-minta. Kita juga disunnahkan untuk ta’affuf (memelihara diri dari minta-minta),
sebagaimana yang Allah Ta’ala sebutkan dalam firman-Nya, yang aartinya , " (Apa yang kamu infakkan adalah) untuk orang-orang fakir yang terhalang (usahanya karena jihad) di jalan Allah sehingga dia tidak dapat berusaha di bumi; (orang lain) yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka menjaga diri (dari minta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak minta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui" [Qs. al-Baqarah : 273].
Diriwayatkan dari az-Zubair bin al-‘Awwâm ra , Rasulullah bersabda , yang artinya , " Sungguh, seseorang dari kalian mengambil talinya lalu membawa seikat kayu bakar di atas punggungnya, kemudian ia menjualnya sehingga dengannya Allah menjaga wajahnya (kehormatannya), itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada orang lain, mereka memberinya atau tidak memberinya".[6]
Seseorang yang menjual kayu bakar yang ia ambil dari hutan adalah lebih baik daripada ia harus meminta-minta kepada orang lain. Nabi n menjelaskan jalan yang terbaik karena meminta kepada orang lain hukumnya haram dalam Islam, baik mereka (orang yang dimintai sumbangan) itu memberikan atau pun tidak.
Tetapi yang terjadi pada sebagian kaum muslimin dan thâlibul-‘ilmi (para penuntut ilmu) adalah meminta kepada orang lain, dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa dan wajar. Padahal, hal ini hukumnya haram dalam Islam. Jadi, yang terbaik ialah kita mencari nafkah, kemudian setelah itu kita makan dari nafkah yang kita dapat, baik sedikit maupun banyak, dan sesuatu yang kita dapat itu lebih mulia daripada minta-minta kepada orang lain.
Seorang anak yang minta kepada kedua orang tuanya, atau orang tua kepada anaknya, atau isteri kepada suaminya, ini tidak termasuk dalam hadits ini. Karena, orang tua wajib memberikan nafkah kepada anaknya. Jadi, kalau anak meminta kepada orang tuanya, tidak termasuk dalam hadits ini, begitu pun sebaliknya. Karena pada hakikatnya harta anak itu milik orang tuanya.
Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ," Engkau dan hartamu adalah milik bapakmu".[7]
Sebagian dari para sahabat adalah orang-orang miskin, tetapi mereka tidak meminta-minta kepada orang lain walaupun mereka sangat membutuhkan. Tetapi, orang-orang yang tidak mengetahui menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya disebabkan mereka menjaga kehormatan diri mereka dengan tidak meminta-minta kepada orang lain.
Orang yang paling berbahagia dan yang paling beruntung dalam hidup ini adalah orang yang merasa cukup dengan apa yang Allah berikan. K emudian ia merasa cukup dengannya, maka ia adalah orang yang paling beruntung dan bersyukur kepada Allah Ta’ala dengan apa yang Allah berikan kepadanya.
Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ," Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberikan rizki yang cukup, dan dia merasa puas dengan apa yang Allah berikan kepadanya".[8]
Diriwayatkan dari Sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud ra, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ," Barang siapa yang ditimpa suatu kesulitan lalu ia mengadukannya kepada manusia, maka tidak akan tertutup kefakirannya. Dan barangsiapa yg mengadukan kesulitannya itu kepada Allah, maka Allah akan memberikannya salah satu diantara dua kecukupan: kematian yang cepat atau kecukupan yang cepat".[9]
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa seorang yang mendapat kesulitan dan kesusahan, namun ia selalu berharap kepada orang lain, maka kefakirannya tidak akan tertutupi. Dan , apabila sedang mendapatkan senang dan mendapat keuntungan, mereka tidak mengadukannya kepada orang lain. Seseorang yang mengadukan kefakiran dan kesulitannya agar orang lain merasa kasihan kepadanya, maka hal itu tetap tidak akan menutup kefakirannya. Namun jika ia merasa cukup dengan karunia yang Allah Ta’ala berikan, dan ia mengadukan segala kesulitannya kepada Allah, maka Dia akan menutupi kefakirannya itu dan akan menambah karunia yang telah diberikan-Nya kepadanya.
Apabila Allah Ta’ala mentakdirkan kita mengalami kesulitan, lalu kita adukan kesulitan yang kita alami kepada Allah, maka Dia akan memberikan kepada kita jalan keluar yang baik dan rizki, baik cepat maupun lambat.
Kita harus mengimani, memahami, dan mengamalkan hadits ini dalam kehidupan kita. Kita harus yakin bahwa hanya Allah-lah yang mendengar kesulitan kita. Adapun manusia, mereka tidak suka mendengar kesulitan orang lain. Islam menganjurkan kita untuk berusaha, berdasarkan ayat-ayat dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan usaha ini tidak mengurangi waktu kita, baik dalam menuntut ilmu maupun mengajar dan mendakwahkan ilmu.
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita sebagai orang yang bersyukur dan qana’ah atas segala nikmatnya, merasa cukup dengan apa yang ada, serta menahan diri dari minta-minta. Sesungguhnya Allah Mahadermawan, Mahamulia.
Sumber : Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas , manhaj or id ,majalah As-Sunnah Edisi 06-07/Tahun XII/Ramadhan1429H/2008
catatan :
[1]. Muttafaqun ‘alaihi. HR al-Bukhâri (no. 1474) dan Muslim (no. 1040 (103)).
[2]. Shahîh. HR Ahmad (IV/165), Ibnu Khuzaimah (no. 2446), dan ath-Thabrâni dalam al-Mu’jamul-Kabîr (IV/15, no. 3506-3508). Lihat Shahîh al-Jâmi’ish-Shaghîr, no. 6281.
[3]. Shahîh. At-Tirmidzi (no. 681), Abu Dawud (no. 1639), an-Nasâ`i (V/100) , as-Sunanul-Kubra (no. 2392), Ahmad (V/10, 19), Ibnu Hibbân (no. 3377 –at-Ta’lîqâtul Hisân), ath-Thabrâni dalam al-Mu’jamul Kabîr (VII/182-183, no. 6766-6772), dan Abu Nu’aim dalam Hilyatul-Auliyâ` (VII/418, no. 11076).
[4]. Shahîh. Al-Bukhâri (no. 1472), Muslim (no. 1035), dan lainnya.
[5]. Shahîh. HR Muslim (no. 1044), Abu Dâwud (no. 1640), Ahmad (III/477, V/60), an-Nasâ`i (V/89-90), ad-Dârimi (I/396), Ibnu Khuzaimah (no. 2359, 2360, 2361, 2375), Ibnu Hibbân (no. 3280, 3386, 3387 –at-Ta’lîqtul-Hisân), dan selainnya.
[6]. Shahîh. HR al-Bukhâri (no. 1471, 2075).
[7]. Shahîh. HR Ibnu Mâjah (no. 2291) dari Jaabir bin ‘Abdillah ra, dan ath-Thabrâni dalam Mu’jamul-Kabîr (VII/230, no. 6961, X/81-82, no. 10019) dari Samurah dan Ibnu Mas’ûd ra. Lihat Irwâ`ul-Ghalîl (no. 838).
[8]. Shahîh. HR Muslim (no. 1054) dan lainnya, dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr ra.
[9]. Shahîh. HR Ahmad (I/389, 407, 442), Abu Dâwud (no. 1645), at-Tirmidzi (no. 2326), dan al-Hâkim (I/408). Lafazh ini milik Abu Dâwud.
Saudaraku, ada banyak faktor yang mendorong seseorang mencari bantuan atau sumbangan. Faktor-faktor tersebut ada yang bersifat permanen, dan ada pula yang bersifat mendadak atau tak terduga.
1. Faktor ketidakberdayaan, kefakiran, dan kemiskinan yang dialami oleh orang-orang yang mengalami kesulitan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Karena mereka memang tidak memiki penghasilan konstan , santunan-santunan rutin atau sumber-sumber kehidupan yang lain. Sementara mereka sendiri tidak memiliki keterampilan atau keahlian khusus yang dapat mereka manfaatkan untuk menghasilkan uang. Sama seperti mereka ialah anak-anak yatim, orang-orang yang menyandang cacat, orang-orang yang menderita sakit menahun, janda-janda miskin, orang-orang yang sudah lanjut usia sehingga tidak sanggup bekerja, dan selainnya.
2. Faktor kesulitan ekonomi yang tengah dihadapi oleh orang-orang yang mengalami kerugian harta cukup besar. Misalnya seperti para pengusaha yang tertimpa pailit (bangkrut) atau para pedagang yang jatuh bangkrut atau para petani yang gagal panen secara total. Mereka ini juga orang-orang yang memerlukan bantuan karena sedang mengalami kesulitan ekonomi secara mendadak sehingga tidak bisa menghidupi keluarganya. Apalagi jika mereka juga dililit hutang yang besar sehingga terkadang sampai diadukan ke pengadilan.
3. Faktor musibah yang menimpa suatu keluarga atau masyarakat seperti kebakaran, banjir, gempa, penyakit menular, dan lainnya sehingga mereka terpaksa harus minta-minta.
4. Faktor-faktor yang datang belakangan tanpa disangka-sangka sebelumnya. Contohnya seperti orang-orang yang secara mendadak harus menanggung hutang kepada berbagai pihak tanpa sanggup membayarnya, menanggung anak yatim, menanggung kebutuhan panti-panti jompo, dan yang semisalnya. Mereka ini juga adalah orang-orang yang membutuhkan bantuan, dan biasanya tidak punya simpanan harta untuk membayar tanggungannya tersebut tanpa uluran tangan dari orang lain yang kaya, atau tanpa berusaha mencarinya sendiri walaupun dengan cara mengemis.
Ketika kita membahas tentang fenomena pengemis dari kacamata kearifan, hukum, dan keadilan, maka kita harus membagi kaum pengemis menjadi dua kelompok:
1. Kelompok pengemis yang benar-benar membutuhkan bantuan
Secara riil (kenyataan hidup) yang ada para pengemis ini memang benar-benar dalam keadaan menderita karena harus menghadapi kesulitan mencari makan sehari-hari.
Sebagian besar mereka ialah justru orang-orang yang masih memiliki harga diri dan ingin menjaga kehormatannya. Mereka tidak mau meminta kepada orang lain dengan cara mendesak sambil mengiba-iba. Atau mereka merasa malu menyandang predikat pengemis yang dianggap telah merusak nama baik agama dan mengganggu nilai-nilai etika serta menyalahi tradisi masyarakat di sekitarnya.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya ," (Apa yang kamu infakkan) adalah untuk orang-orang fakir yang terhalang (usahanya karena jihad) di jalan Allah sehingga dia tidak dapat berusaha di bumi; (orang lain) yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui" (Qs. al-Baqarah : 273].
2. Kelompok pengemis gadungan yang memainkan sandiwara dan tipu muslihat
Selain mengetahui rahasia-rahasia dan trik-trik mengemis, mereka juga memiliki kepiawaian serta pengalaman yang dapat menyesatkan (mengaburkan) anggapan masyarakat, dan memilih celah-celah yang strategis. Selain itu mereka juga memiliki berbagai pola mengemis yang dinamis, seperti bagaimana cara-cara menarik simpati dan belas kasihan orang lain yang menjadi sasaran. Misalnya di antara mereka ada yang mengamen, bawa anak kecil, pura-pura luka, bawa map sumbangan yang tidak jelas, mengeluh keluarganya sakit padahal tidak, ada yang mengemis dengan mengamen atau bermain musik yang jelas hukumnya haram, ada juga yang mengemis dengan memakai pakaian rapi, pakai jas dan lainnya, dan puluhan cara lainnya untuk menipu dan membohongi manusia.
PANDANGAN SYARIAT tentang Mengemis
Islam tidak mensyari’atkan meminta-minta dengan berbohong dan menipu. Alasannya selain karena melanggar dosa, juga karena perbuatan tersebut dianggap mencemari perbuatan baik dan merampas hak orang-orang miskin yang memang membutuhkan bantuan. Bahkan hal itu merusak citra baik orang-orang miskin yang tidak mau minta-minta dan orang-orang yang mencintai kebajikan. Karena mereka dimasukkan dalam golongan orang-orang yang meminta bantuan. Padahal sebenarnya mereka tidak berhak menerimanya.
Banyak dalil yang menjelaskan haramnya meminta-minta dengan menipu dan tanpa adanya kebutuhan yang mendesak. Diantara hadits-hadits tersebut ialah sebagai berikut.
Hadits Pertama.
Diriwayatkan dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, yang artinya ," Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan tidak ada sekerat daging pun di wajahnya".[1]
Hadits Kedua
Diriwayatkan dari Hubsyi bin Junaadah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, yang artinya ," Barang siapa meminta-minta kepada orang lain tanpa adanya kebutuhan, maka seolah-olah ia memakan bara api" [2].
Hadits Ketiga
Diriwayatkan dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda , yang artinya ," Minta-minta itu merupakan cakaran, yang seseorang mencakar wajahnya dengannya, kecuali jika seseorang meminta kepada penguasa, atau atas suatu hal atau perkara yang sangat perlu" [3]
Bolehnya kita meminta kepada penguasa, jika kita dalam kefakiran. Namun, tidak boleh sering meminta kepada penguasa.
Hal ini berdasarkan hadits Hakiim bin Hizaam Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Aku meminta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lantas beliau memberiku. Kemudian aku minta lagi, dan Rasulullah memberiku.
Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ," Wahai Hakiim! Sesungguhnya harta itu indah dan manis. Barang siapa mengambilnya dengan berlapang hati, maka akan diberikan berkah padanya. Barang siapa mengambilnya dengan kerakusan (mengharap-harap harta), maka Allah tidak memberikan berkah kepadanya, dan perumpamaannya (orang yang meminta dengan mengharap-harap) bagaikan orang yang makan, tetapi ia tidak kenyang (karena tidak ada berkah padanya). Tangan yang di atas (yang memberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (yang meminta)".
Kemudian Hakîm berkata: "Wahai Rasulullah! Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak menerima dan mengambil sesuatu pun sesudahmu hingga aku meninggal dunia”.
Ketika Abu Bakar ra menjadi khalifah, ia memanggil Hakîm ra untuk memberikan suatu bagian yang berhak ia terima. Namun, Hakîm tidak mau menerimanya, sebab ia telah berjanji kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Ketika ‘Umar menjadi khalifah, ia memanggil Hakîm untuk memberikan sesuatu namun ia juga tidak mau menerimanya. Kemudian ‘Umar bin al-Khaththab ra berkata di hadapan para sahabat: "Wahai kaum Muslimin! Aku saksikan kepada kalian tentang Hakîm bin Hizâm, aku menawarkan kepadanya haknya yang telah Allah berikan kepadanya melalui harta rampasan ini (fa’i), namun ia tidak mau menerimanya. Dan Hakîm Radhiyallahu 'anhu tidak mau menerima suatu apa pun dari seorang pun setelah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sampai ia meninggal dunia”.[4]
Hadits ini menunjukkan tentang bolehnya meminta kepada penguasa. Akan tetapi tidak boleh sering, seperti kejadian di atas, yaitu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menasihati Hakîm bin Hizâm. Hadits ini juga menerangkan tentang ta’affuf (memelihara diri dari meminta kepada manusia) itu lebih baik. Sebab, Hakîm bin Hizâm Radhiyallahu 'anhu pada waktu itu tidak mau meminta dan tidak mau menerima.
ORANG YG DIBOLEHKAN MEMINTA-MINTA
Diriwayatkan dari Sahabat Qabishah bin Mukhariq al-Hilali Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ," Wahai Qabiishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali bagi salah satu dari tiga orang:
(1) seseorang yang menanggung hutang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti,
(2) seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup, dan
(3) seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan, ‘Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu, wahai Qabishah! Adalah haram, dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram”.[5]
KEUTAMAAN TIDAK MEMINTA-MINTA DAN ANJURAN UNTUK BERUSAHA
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam haditsnya menganjurkan kita untuk berusaha dan mencari nafkah apa saja bentuknya, selama itu halal dan baik, tidak ada syubhat, tidak ada keharaman, dan tidak dengan meminta-minta. Kita juga disunnahkan untuk ta’affuf (memelihara diri dari minta-minta),
sebagaimana yang Allah Ta’ala sebutkan dalam firman-Nya, yang aartinya , " (Apa yang kamu infakkan adalah) untuk orang-orang fakir yang terhalang (usahanya karena jihad) di jalan Allah sehingga dia tidak dapat berusaha di bumi; (orang lain) yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka menjaga diri (dari minta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak minta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui" [Qs. al-Baqarah : 273].
Diriwayatkan dari az-Zubair bin al-‘Awwâm ra , Rasulullah bersabda , yang artinya , " Sungguh, seseorang dari kalian mengambil talinya lalu membawa seikat kayu bakar di atas punggungnya, kemudian ia menjualnya sehingga dengannya Allah menjaga wajahnya (kehormatannya), itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada orang lain, mereka memberinya atau tidak memberinya".[6]
Seseorang yang menjual kayu bakar yang ia ambil dari hutan adalah lebih baik daripada ia harus meminta-minta kepada orang lain. Nabi n menjelaskan jalan yang terbaik karena meminta kepada orang lain hukumnya haram dalam Islam, baik mereka (orang yang dimintai sumbangan) itu memberikan atau pun tidak.
Tetapi yang terjadi pada sebagian kaum muslimin dan thâlibul-‘ilmi (para penuntut ilmu) adalah meminta kepada orang lain, dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa dan wajar. Padahal, hal ini hukumnya haram dalam Islam. Jadi, yang terbaik ialah kita mencari nafkah, kemudian setelah itu kita makan dari nafkah yang kita dapat, baik sedikit maupun banyak, dan sesuatu yang kita dapat itu lebih mulia daripada minta-minta kepada orang lain.
Seorang anak yang minta kepada kedua orang tuanya, atau orang tua kepada anaknya, atau isteri kepada suaminya, ini tidak termasuk dalam hadits ini. Karena, orang tua wajib memberikan nafkah kepada anaknya. Jadi, kalau anak meminta kepada orang tuanya, tidak termasuk dalam hadits ini, begitu pun sebaliknya. Karena pada hakikatnya harta anak itu milik orang tuanya.
Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ," Engkau dan hartamu adalah milik bapakmu".[7]
Sebagian dari para sahabat adalah orang-orang miskin, tetapi mereka tidak meminta-minta kepada orang lain walaupun mereka sangat membutuhkan. Tetapi, orang-orang yang tidak mengetahui menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya disebabkan mereka menjaga kehormatan diri mereka dengan tidak meminta-minta kepada orang lain.
Orang yang paling berbahagia dan yang paling beruntung dalam hidup ini adalah orang yang merasa cukup dengan apa yang Allah berikan. K emudian ia merasa cukup dengannya, maka ia adalah orang yang paling beruntung dan bersyukur kepada Allah Ta’ala dengan apa yang Allah berikan kepadanya.
Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ," Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberikan rizki yang cukup, dan dia merasa puas dengan apa yang Allah berikan kepadanya".[8]
Diriwayatkan dari Sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud ra, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya ," Barang siapa yang ditimpa suatu kesulitan lalu ia mengadukannya kepada manusia, maka tidak akan tertutup kefakirannya. Dan barangsiapa yg mengadukan kesulitannya itu kepada Allah, maka Allah akan memberikannya salah satu diantara dua kecukupan: kematian yang cepat atau kecukupan yang cepat".[9]
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa seorang yang mendapat kesulitan dan kesusahan, namun ia selalu berharap kepada orang lain, maka kefakirannya tidak akan tertutupi. Dan , apabila sedang mendapatkan senang dan mendapat keuntungan, mereka tidak mengadukannya kepada orang lain. Seseorang yang mengadukan kefakiran dan kesulitannya agar orang lain merasa kasihan kepadanya, maka hal itu tetap tidak akan menutup kefakirannya. Namun jika ia merasa cukup dengan karunia yang Allah Ta’ala berikan, dan ia mengadukan segala kesulitannya kepada Allah, maka Dia akan menutupi kefakirannya itu dan akan menambah karunia yang telah diberikan-Nya kepadanya.
Apabila Allah Ta’ala mentakdirkan kita mengalami kesulitan, lalu kita adukan kesulitan yang kita alami kepada Allah, maka Dia akan memberikan kepada kita jalan keluar yang baik dan rizki, baik cepat maupun lambat.
Kita harus mengimani, memahami, dan mengamalkan hadits ini dalam kehidupan kita. Kita harus yakin bahwa hanya Allah-lah yang mendengar kesulitan kita. Adapun manusia, mereka tidak suka mendengar kesulitan orang lain. Islam menganjurkan kita untuk berusaha, berdasarkan ayat-ayat dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan usaha ini tidak mengurangi waktu kita, baik dalam menuntut ilmu maupun mengajar dan mendakwahkan ilmu.
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita sebagai orang yang bersyukur dan qana’ah atas segala nikmatnya, merasa cukup dengan apa yang ada, serta menahan diri dari minta-minta. Sesungguhnya Allah Mahadermawan, Mahamulia.
Sumber : Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas , manhaj or id ,majalah As-Sunnah Edisi 06-07/Tahun XII/Ramadhan1429H/2008
catatan :
[1]. Muttafaqun ‘alaihi. HR al-Bukhâri (no. 1474) dan Muslim (no. 1040 (103)).
[2]. Shahîh. HR Ahmad (IV/165), Ibnu Khuzaimah (no. 2446), dan ath-Thabrâni dalam al-Mu’jamul-Kabîr (IV/15, no. 3506-3508). Lihat Shahîh al-Jâmi’ish-Shaghîr, no. 6281.
[3]. Shahîh. At-Tirmidzi (no. 681), Abu Dawud (no. 1639), an-Nasâ`i (V/100) , as-Sunanul-Kubra (no. 2392), Ahmad (V/10, 19), Ibnu Hibbân (no. 3377 –at-Ta’lîqâtul Hisân), ath-Thabrâni dalam al-Mu’jamul Kabîr (VII/182-183, no. 6766-6772), dan Abu Nu’aim dalam Hilyatul-Auliyâ` (VII/418, no. 11076).
[4]. Shahîh. Al-Bukhâri (no. 1472), Muslim (no. 1035), dan lainnya.
[5]. Shahîh. HR Muslim (no. 1044), Abu Dâwud (no. 1640), Ahmad (III/477, V/60), an-Nasâ`i (V/89-90), ad-Dârimi (I/396), Ibnu Khuzaimah (no. 2359, 2360, 2361, 2375), Ibnu Hibbân (no. 3280, 3386, 3387 –at-Ta’lîqtul-Hisân), dan selainnya.
[6]. Shahîh. HR al-Bukhâri (no. 1471, 2075).
[7]. Shahîh. HR Ibnu Mâjah (no. 2291) dari Jaabir bin ‘Abdillah ra, dan ath-Thabrâni dalam Mu’jamul-Kabîr (VII/230, no. 6961, X/81-82, no. 10019) dari Samurah dan Ibnu Mas’ûd ra. Lihat Irwâ`ul-Ghalîl (no. 838).
[8]. Shahîh. HR Muslim (no. 1054) dan lainnya, dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr ra.
[9]. Shahîh. HR Ahmad (I/389, 407, 442), Abu Dâwud (no. 1645), at-Tirmidzi (no. 2326), dan al-Hâkim (I/408). Lafazh ini milik Abu Dâwud.
Senin, 11 Juli 2011
Shalat sebagai kekasih hati
Rasulullah saw bersabda, yang artinya ," Wahai Bilal, nyamankan kami dengan shalat! Karena kenyamanan Nabi ada dalam shalat". (Hr Ahmad dan Abu Dawud).
Maksud dalam kalimat Qurratu 'aini fi ash shalati adalah bahawa dalam shalat terdapat kedamaian, kenyamanan, kegembiraan dan kedamaian. Dama shalat juga pula terdapat ketetapanku, ketenanganku, dan matu tidak akan melirik pada yang lainnya. Kata Qurratul 'aini , secara etimologis berasal dari kata Al-Burudah (dingin) dan merupakan kebalikan dari kata As-Sakhunah (panas). Sehingga diartikan sebagai dingin matanya, terhenti tangisan matanya atau masih mengalir air matanya. Syaikh Mu'min Fathi al Haddad dalam Jaddid Shalataka menyatakan bahwa rasa kebahagiaan bisa mengalirkan air mata yang dingin, sedang kesusahan bisa mengalirkan air mata yang panas.
Adakalanya Qurratul 'aini berasal dari kata Al-Qarar (kediaman) , yakni mata melihat sesuatu yang dirindukan sehingga kemudian mata diam dan tenang. Allah telah memberikan ketenangan kepada mata sang hamba , memberikan anugerah sehingga mata menjadi tenang, padangangan mata tidak diangkat untuk melihat hamba lain yang berada di atasnya. Ulama lain, berpenedapat bahwa Qurratul 'aini berasa dari kata Al-Qurur, yaitu suatu air mata dingin yang disertai kebahagiaan. Pendapat lainnya menyatakan berasal dari kata Al-Qarar, yang berarti ketenangan.
Selanjutnya sudah sampai dalam tingkatan mana shalat kita? Diukur dari kadar shalat yang sudah mencapai tahap menjadi kekasih hati , yangtelah bisa membahagiakan hati, yang menyenangkan raga dan menggembirakan jiwa?.
Ataukan baru pada tahap dimana shalat yang dapat membebaskan dari beban dan menggugurkan kewajiban. Bukankah kita telah memulai shalat ketika usia masih anak-anak.
Apakah kita mengulangi kesalahan jaman para ahli kitab, dimana dzikir dan doa yang banyak dan beraneka ragam tidak sepenuhnya mencurahkan perhatian padanya bahkan tidak menghiraukan sebagai sebuah doa. Sehingga hati menjadi keras dan jiwa menjadi pasif.
Bukankah allah telah memperingatkan kepada kita semua dan mencela orang-orang yang beriman jika hati mereka tidak khusyu '.
Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya ," Belumkan datang waktunya bagi orang-orangyangberiman , untuk tunduk hati mereka mengingat allah dan kepada kebenaran yangtelah turun (kepda mereka) , dan janganlah mereka seperti orang-orang yangsebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang tas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasiq". (Al Hadid : 16).
Shalat adalah tiang terpenting dalam agama. Shalat adalah media atau sarana penghubung antara makhluk dengan Sang Khalik., antara hamba dengan Tuhannya. Setiap utusan Allah selalu menyerukan ajakan untuk beriman kepada Allah juga menjelaskan kepada umatnya tentang tata cara beribadah. Hingga sampailah kepada utusan terakhir (Rasulullah), yang menyeru kepada umat manusia untuk meng-esakan Allah dengan tulus.
Suadaraku, islam juga mengatur peribadatan bagi manusia, memberi contoh shalat lima waktu dengan prakteknya, menerangkan hikmah dan faedah shalat bagi spiritual dan jasmani, serta bagi individu dan sosial. Dengan ini shalat adalah bukti berakhirnya kenabian, dimana shalat menjadi kewajiban penting setelah berakhirnya runtutan wahyu dari Allah.
Sehingga Allah memberikan kepada umat akhir zaman ini amalan yang dapat mempertemukan segala yang dibutuhkan manusia dalam kitab-Nya bersamaan dengan diutusnya Muhammad Rasulullah, maka berakhirlah kenabian dan wahyu.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku ", (Qs. Al-Maidah : 3).
Tiada wahyu lagi setelah al-Qur'an, dan tidak Rasul (nabi) setelah Nabi Muhammad saw. Manusia menjumpai Tuhannya setiap hari sebanyak (minimal) lima kali. Ketika seorang hamba membutuhkan petunjuk dan hidayah, maka hendaknya dia menneggelamkan diri dalam shalat hingga sampai pada tingkatan ihsan. Yaitu beribadah seolah-olah kita melihat Allah. Dan jika tidak mampu , maka maka yakinlah dalam beribadahlah , allah melihat anda. Sehingga Allah akan memberikan petunjuk dan hidayah-Nya.
Tugas para Rasul dan Nabi yang telah dipercayakan kepada umat, telah diwajibkan kepada setiap individu untuk menunaikan lima pertemuan dalam sehari semalam agar mendapat rahmat dan pertolongan langsung dari Allah, agar jiwa-jiwa dibersihkan dari berbagai cacat dosa.
Allah telah berfirman, yang artinya ," Katakanlah (Muhammad) ," inilah jalan (agama)ku , aku dan orang-orangyang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik ", (Qs. Yusuf : 108).
Sungga patut disesalkan , seoranghamba yang mengerahkan kemampuan berpikir hanya untuk urusan materi saja, sehingga terlupakan nimat shalat. Padahal segala persoalan materi yangtampak dihadapan hamba dapat diselesaiakn dengan nikmat shalat. Shalat yang telah kehilangan ruhnya, tidak mungkin menjadi kekasih hati , tidak mampu membersihkan jiwa. Semoga Allah membimbing dan memberi hidayah-Nya kepda kita semua sehingga terhindar dari kriteria orang-orang yang lalai dalam shalatnya.
Allahu a'lam
Sumber : Kaifa Takhsya'u fi Shalatika wa Tadfa'u min Wasawisika , Syaikh Mu'min Fathi Al Haddad
Maksud dalam kalimat Qurratu 'aini fi ash shalati adalah bahawa dalam shalat terdapat kedamaian, kenyamanan, kegembiraan dan kedamaian. Dama shalat juga pula terdapat ketetapanku, ketenanganku, dan matu tidak akan melirik pada yang lainnya. Kata Qurratul 'aini , secara etimologis berasal dari kata Al-Burudah (dingin) dan merupakan kebalikan dari kata As-Sakhunah (panas). Sehingga diartikan sebagai dingin matanya, terhenti tangisan matanya atau masih mengalir air matanya. Syaikh Mu'min Fathi al Haddad dalam Jaddid Shalataka menyatakan bahwa rasa kebahagiaan bisa mengalirkan air mata yang dingin, sedang kesusahan bisa mengalirkan air mata yang panas.
Adakalanya Qurratul 'aini berasal dari kata Al-Qarar (kediaman) , yakni mata melihat sesuatu yang dirindukan sehingga kemudian mata diam dan tenang. Allah telah memberikan ketenangan kepada mata sang hamba , memberikan anugerah sehingga mata menjadi tenang, padangangan mata tidak diangkat untuk melihat hamba lain yang berada di atasnya. Ulama lain, berpenedapat bahwa Qurratul 'aini berasa dari kata Al-Qurur, yaitu suatu air mata dingin yang disertai kebahagiaan. Pendapat lainnya menyatakan berasal dari kata Al-Qarar, yang berarti ketenangan.
Selanjutnya sudah sampai dalam tingkatan mana shalat kita? Diukur dari kadar shalat yang sudah mencapai tahap menjadi kekasih hati , yangtelah bisa membahagiakan hati, yang menyenangkan raga dan menggembirakan jiwa?.
Ataukan baru pada tahap dimana shalat yang dapat membebaskan dari beban dan menggugurkan kewajiban. Bukankah kita telah memulai shalat ketika usia masih anak-anak.
Apakah kita mengulangi kesalahan jaman para ahli kitab, dimana dzikir dan doa yang banyak dan beraneka ragam tidak sepenuhnya mencurahkan perhatian padanya bahkan tidak menghiraukan sebagai sebuah doa. Sehingga hati menjadi keras dan jiwa menjadi pasif.
Bukankah allah telah memperingatkan kepada kita semua dan mencela orang-orang yang beriman jika hati mereka tidak khusyu '.
Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya ," Belumkan datang waktunya bagi orang-orangyangberiman , untuk tunduk hati mereka mengingat allah dan kepada kebenaran yangtelah turun (kepda mereka) , dan janganlah mereka seperti orang-orang yangsebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang tas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasiq". (Al Hadid : 16).
Shalat adalah tiang terpenting dalam agama. Shalat adalah media atau sarana penghubung antara makhluk dengan Sang Khalik., antara hamba dengan Tuhannya. Setiap utusan Allah selalu menyerukan ajakan untuk beriman kepada Allah juga menjelaskan kepada umatnya tentang tata cara beribadah. Hingga sampailah kepada utusan terakhir (Rasulullah), yang menyeru kepada umat manusia untuk meng-esakan Allah dengan tulus.
Suadaraku, islam juga mengatur peribadatan bagi manusia, memberi contoh shalat lima waktu dengan prakteknya, menerangkan hikmah dan faedah shalat bagi spiritual dan jasmani, serta bagi individu dan sosial. Dengan ini shalat adalah bukti berakhirnya kenabian, dimana shalat menjadi kewajiban penting setelah berakhirnya runtutan wahyu dari Allah.
Sehingga Allah memberikan kepada umat akhir zaman ini amalan yang dapat mempertemukan segala yang dibutuhkan manusia dalam kitab-Nya bersamaan dengan diutusnya Muhammad Rasulullah, maka berakhirlah kenabian dan wahyu.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku ", (Qs. Al-Maidah : 3).
Tiada wahyu lagi setelah al-Qur'an, dan tidak Rasul (nabi) setelah Nabi Muhammad saw. Manusia menjumpai Tuhannya setiap hari sebanyak (minimal) lima kali. Ketika seorang hamba membutuhkan petunjuk dan hidayah, maka hendaknya dia menneggelamkan diri dalam shalat hingga sampai pada tingkatan ihsan. Yaitu beribadah seolah-olah kita melihat Allah. Dan jika tidak mampu , maka maka yakinlah dalam beribadahlah , allah melihat anda. Sehingga Allah akan memberikan petunjuk dan hidayah-Nya.
Tugas para Rasul dan Nabi yang telah dipercayakan kepada umat, telah diwajibkan kepada setiap individu untuk menunaikan lima pertemuan dalam sehari semalam agar mendapat rahmat dan pertolongan langsung dari Allah, agar jiwa-jiwa dibersihkan dari berbagai cacat dosa.
Allah telah berfirman, yang artinya ," Katakanlah (Muhammad) ," inilah jalan (agama)ku , aku dan orang-orangyang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik ", (Qs. Yusuf : 108).
Sungga patut disesalkan , seoranghamba yang mengerahkan kemampuan berpikir hanya untuk urusan materi saja, sehingga terlupakan nimat shalat. Padahal segala persoalan materi yangtampak dihadapan hamba dapat diselesaiakn dengan nikmat shalat. Shalat yang telah kehilangan ruhnya, tidak mungkin menjadi kekasih hati , tidak mampu membersihkan jiwa. Semoga Allah membimbing dan memberi hidayah-Nya kepda kita semua sehingga terhindar dari kriteria orang-orang yang lalai dalam shalatnya.
Allahu a'lam
Sumber : Kaifa Takhsya'u fi Shalatika wa Tadfa'u min Wasawisika , Syaikh Mu'min Fathi Al Haddad
Langganan:
Postingan (Atom)