Keikhlasan merupakan salah satu karakter hamba beriman yang tulus menurut Al-Qur`an. Setiap mukmin harus hidup sesuai dengan Al-Qur`an, untuk menggapai keikhlasan. Hingga titik tersebut, ia harus berfokus kepada Allah dengan hati yang murni dan berjuang untuk mendapatkan keridhaan Allah. Ia juga harus waspada dan berhati-hati untuk menghindari segala jenis pengaruh negatif yang dapat merusak kemurniannya. Setiap orang harus waspada bahwa ia dapat merusak keikhlasannya dengan perbuatan-perbuatan yang dilakukan di luar kebiasaan atau bentuk-bentuk tingkah laku yang didapat dari lingkungan sekitarnya. Sehingga secara berkala, ia harus mengevaluasi niat dan membisikkan setiap kata, melakukan setiap tindakan hanya untuk Allah. Ia harus meyakini bahwa tingkatan moralitas ini tidak sulit dijalankan, tetapi mudah asal ada kemauan
Keikhlasan adalah salah satu karakter terpenting yang harus dimiliki seseorang untuk mengabdi kepada Allah sesempurna mungkin. Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya ," Sesungguhnya, Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur`an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.’ Sesungguhnya, Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan padanya. Sesungguhnya, Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar,” (Qs. az-Zumar : 2-3)
Kesucian, kejujuran, dan fokus kepada Allah dalam sikap yang bersih dan murni, adalah
sifat-sifat yang bisa didapat tanpa usaha yang besar. Tuhan telah memfasilitasi setiap langkah, bahkan telah membantu kita dengan para nabi-Nya dan mukmin yang saleh. Allah juga telah menunjukkan cara untuk mendapatkan keikhlasan di dalam ayat-ayat-Nya.
Badiuzzaman Said Nursi, menyatakan dalam Risale-e nur, “Wahai saudara-saudaraku di hari akhir nanti! Wahai sahabatku dalam kepatuhan kepada Allah! Engkau mesti mengetahui—dan tahukah kalian bahwa di dunia ini keikhlasan adalah prinsip yang paling penting dalam perbuatan-perbuatan yang berkaitan khususnya dengan hari akhir; ia merupakan kekuatan terbesar, perantara yang paling bisa diterima, dukungan yang paling kokoh, cara yang paling dekat menuju kesungguhan, dan yang paling diterima. Ia adalah alat yang paling menakjubkan untuk meraih tujuan, ia kualitas tertinggi dan ibadah yang paling murni.”
“Karena di dalam keikhlasan terdapat banyak kekuatan dan cahaya... kami tentu saja memaksa siapa pun untuk bekerja dengan segenap kekuatan untuk mencapai keikhlasan. Kita perlu menanamkan keikhlasan di dalam diri kita. Jika tidak, apa yang kita capai selama ini dalam amal yang tersembunyi akan hilang sebagian dan tak akan kokoh; dan kita akan bertanggung jawab.”
Di dalam ayat-ayat Al-Qur`an, Allah menjelaskan bagaimana seseorang mencapai keimanan dan keikhlasan yang tak ternoda. Setiap manusia telah diciptakan dengan kemampuan untuk mengerti dan merasakan keikhlasan dan kemurnian. Karena itulah, untuk mencapai dan meningkatkan keikhlasan seseorang, sebenarnya sederhana. Bahkan jika seseorang benar-benar bodoh, ia dapat meraih keikhlasan dengan bersandar pada hati nuraninya. Ia dapat memahami mana yang ikhlas dan mana yang tidak.
Ia dapat membebaskan dirinya dari segala tingkah laku yang menghalangi keikhlasan setelah berpaling kepada Allah dengan tulus hati. Karena itulah, seseorang harus menyadari bahwa hatinya adalah petunjuk dari Tuhan. Ia tidak boleh membodohi dirinya dengan alasan-alasan seperti, “Saya tidak tahu cara mana yang tulus,” “Saya tidak mengira bahwa sikap ini akan mengurangi keikhlasan,” “Saya kira saya orang yang ikhlas dan tulus,” dan sebagainya.
Ia harus selalu ingat bahwa alasan-alasan tersebut tidaklah tulus, hanya dicari-cari untuk menenangkan hatinya. Jadi, mudah bagi seseorang yang menerima dengan hatinya untuk menggapai keikhlasan dan menjaganya hingga hari pembalasan.
Untuk mendapatkan keikhlasan sejati, seseorang pertama-tama harus memahami mengapa
keikhlasan itu penting. Ia harus memiliki keinginan untuk mendapatkan tingkat keikhlasan tersebut. Hal ini karena siapa pun yang gagal memahami keikhlasan, ia dapat selanjutnya mencari kekuatan dan kekuasaan dengan hal-hal yang bersifat keduniawian. Ia akan mengejar dunia untuk mendapatkan martabat sosial. Orang seperti itu mencari ketenaran, reputasi, kemuliaan, kekayaan, kecantikan, ijazah pendidikan, dan kehormatan lainnya.
Akan tetapi, tak ada satu pun hal di atas yang dapat memberikan kekuatan dan kekuasaan yang sesungguhnya, tidak di dunia ini ataupun di hari akhir. Demikianlah, Badiuzzaman Said Nursi mengingatkan para mukmin bahwa kekuatan di dunia dan di akhirat itu
hanya didapatkan melalui keikhlasan. Ia menyatakan, “Engkau harus tahu bahwa semua kekuatanmu ada dalam keikhlasan dan kebenaran. Ya, kekuatan ada di dalam kebenaran dan keikhlasan. Bahkan, bagi mereka yang salah mendapatkan kekuatan dari keikhlasan dalam kesalahan mereka. Bukti bahwa kekuatan ada di dalam kebenaran dan keikhlasan adalah apa yang kita kerjakan untuk Allah ini. Sedikit keikhlasan di dalam karya kita membuktikan pernyataan ini dan bukti keikhlasan itu sendiri.”
Sebagai cotoh, mari kita misalkan bahwa sebuah tugas yang disangka baik oleh muslim dikerjakan oleh empat atau lima orang. Mari juga kita bayangkan bahwa salah seorang di antara mereka dipercayai untuk merngerjakan sebuah tugas yang pasif, tidak penting, dan berada di balik layar, tetapi begitu sulit dikerjakan. Sementara itu, orang yang lainnya ditugaskan dalam tugas yang aktif, tampak di depan, yang langsung menarik perhatian dan pujian dari orang lain. Jika orang pertama menolak untuk mengerjakan tugas tersebut hanya karena ia akan berada di belakang dan tidak akan mendapatkan pujian, dan ia ingin
menukar tugasnya dengan kesempatan yang lebih besar dan menjanjikan untuk endapatkan pengakuan dan kehormatan, maka hal ini akan merusak keikhlasannya.
Dalam kondisi demikian, orang tersebut akan terbawa pada pikiran-pikiran yang tidak tulus, seperti, “Walaupun saya berusaha keras, nama saya tidak akan disebutkan. Terlebih lagi, orang lain akan lebih banyak mendapatkan balasan kendati ia bekerja lebih sedikit dari saya.” Maka dari itu, cara yang paling mulia untuk diikuti dalam situasi seperti ini adalah
bekerja hanya untuk mendapatkan pengakuan dan pujian Allah, untuk mencari keridhaan-Nya.
Jika pekerjaan itu tampaknya memberikan manfaat, tidaklah penting siapa yang ikut serta di dalamnya. Bahkan, jika ia tampaknya tidak memperoleh pengakuan dari orang lain dan tetap tidak dikenal, ia tetap harus mengerjakan kesempatan tersebut dengan antusias untuk mendapatkan keridhaan Allah. Inilah yang dimaksud dengan ikhlas.
Seseorang yang selalu melakukan sesuatu dengan ikhlas, tidak hanya akan sukses dan menikmati kedamaian pikiran di dunia ini, tetapi juga mendapatkan balasan di hari akhir. Hal ini karena orang yang demikian tidak bergantung pada harta duniawi, kekuasaan, kepemilikan kekayaan, dan kehormatan sosial, tetapi hanya bergantung pada Allah.
Sebagaimana digambarkan di dalam ayat berikut, Allah selalu menolong mereka yang bertujuan kepada-Nya dengan pengabdian yang murni.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya “... Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya, Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa.” (Qs. al-Hajj: 40)
Karena itu, tidak ada suatu kekuatan pun yang dapat melawan keimanan dan keikhlasan. Melalui keikhlasan, seseorang dipastikan akan mendapatkan bantuan, dukungan, dan kekuatan dari Allah.
Allahu a'lam
Sumber : Sincerity Described in The Qur`an, Harun Yahya . Risale- i nur Badiuzzaman Said Nursi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar