Dari segi bahasa , taubat berarti kembali. Atau dijabarkan sebagai kembali ke pangkuan Allah.Terbukalah hijab yang memisahkan hati kita untuk selalu mendekat pada Allah. Berzikir menjadi salah satu contoh/ alternatif keseharian yang kita lakukan. Namun dzikir ini akan menjadi sia-sia, tetapi hati kita masih ada penyakit-penyakit yang merusak. Dosa akan terampuni jika kita bersungguh-sungguh dalam menjalankan istighfar , lisan dan perbuatan. Kita sebagai hamba-Nya yang lemah , tidak akan sanggup untuk menghindar dari dosa dan kesalahan, baik disengaja atau tidak. Bertaubat dari dosa-dosa, kembali kepada Yang Maha Menutupi aib dan Yang Maha Mengetahui hal-hal yang gaib, adalah awal jalan penempuh. Ini adalah modal utama orang-orang sukses, langkah awal para ahli iradah, kunci istiqamah dan penyucian bagi para muqarrabin.
Firman Allah yang artinya, “ Dan bertaubatlah kepada Allah semuanya, wahai orang-orang yang beriman, semoga kalian mendapat kemenangan “. (Qs An-nur : 31).
Allah menggunakan kata semoga, untuk menunjukkan “ Jika kalian bertaubat untuk mengharapkan kemenangan, sesungguhnya tidak ada yang mengharapkan kemenangan dengan sebenarnya selain orang-orang yang bertaubat.” Semoga Allah menjadikan kita sebagai bagian dari mereka.
Firman Allah SWT yang artinya, “ Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhan-mu dan bertaubat kepada-Nya (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan, dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat”. (Qs Hud : 3).
Taubat adalah kembalinya seorang hamba pada Allah SWT, meninggalkan jalan orang-orang yang dimurkai, dan meninggalkan jalan orang-orang yang sesat. Sedangkan orang yang zalim adalah orang yang tidak bertaubat, tidak ada yang lebih zalim darinya, ia tidak tahu siapa Rabbnya dan apa saja hak-Nya.
Dari riwayat hadits HR Al-Bukhary dalam ad Da’awat XI/101 bawa Rasulullah bersabda ,” Wahai manusia bertaubatlah kepada Allah. Demi Allah aku sungguh-sungguh bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuhpuluh kali dalam sehari”.
Taubat tidak pernah ada tanpa didahului oelh penyesalan terhadap dosa. Sebab orang yang tidak menyesal atas keburukan yang ia lakukan berarti ia ridha dan menikmatinya. Dalam musnad dinyatakan bahwa sesal itu taubat ( hadits dari Abdullah bin Mas’ud Shahih, dalam musnad I/376. diriwayatkan juga oleh al Hakim IV/243 dinyatakan shahih dan disepakati oleh adz-dzahabiy).
Rasulullah bersabda ,” Barang siapa memperbanyak istighfar (memohon ampun kepada Allah), niscaya allah menjadikannya untuk setiap kesedihannya jalan keluar, dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan allah memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tiada disangka-sangka”. (Hr Imam Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibnu Majah dan al-Hakim).
Taubat yang kita lakukan juga tiada berarti jika kita masih melakukan perbuatan dosa. Bersegeralah kita meninggalkan segala perbuatan yang menimbulkan potensi dosa. Disamping itu bersegera bertobat dan memohon ampunan, bila kita merasa melakukan dosa.
Firman Allah yang artinya , “ Dan barangsiapa bertaubat dan beramal shalih, maka sesungguhnya ia telah bertaubat kepada Allah dengan sebenarnya “. ( Qs. Al-Furqan : 71).
Yang tidak kalah pentingnya adalah keikhlasan menggapai ridha Illahi, yang menjadikan dasar bagi kita untuk bertaubat. Meniatkan hati untuk ikhlas , menjadi lebih mudah manakala sejak awal kita sudah meluruskan niat. Mungkin sering dirasakan, orang lain menganggap kita hanya sekedar mencari sesnsasi atau ketenaran , tetapi yakinlah bahwa Allah telah mencatat niat suci kita disisi-Nya .
Allahu a'lam
Sumber : Muzakki, Ibn Rajab Al-Hambali dkk dalamTazkiyatun Nafs
Sumber : Muzakki, Ibn Rajab Al-Hambali dkk dalamTazkiyatun Nafs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar